Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

Stase Keperawatan Jiwa


Pembimbing Klinik: Ns. Masriati, S.Kep
Pembimbing Akademik: Ns. Siti Kholifah., S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
M. Rizki Ansari P2002038
Norvita Asni P2002045
Novi Trisnawati P2002046
Nur Azifatullailia P2002047
Nur Indah Puspita Sari P2002048
Oktavia Darwito Putri P2002050
Shinta Puspita Sari P2002054
Susilawati P2002059
Syahdan P2002060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUTE TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
ANALISIS JURNAL

A. Penerapan Intervensi Manajemen Halusinasi Terhadap Tingkat Agitasi Pada


Pasien Skizofrenia
Fitri Wijayati, Nurfantri, Gita putu chanitya devi
Health Information : Jurnal Penelitian Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-
0840: E-ISSN: 2622-5905

ASPEK URAIAN
Problem Skizofrenia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
prilaku yang signifikan seseorang yang mengalami gangguan ini menjadi
lupa diri, berprilaku tidak wajar, mencederai diri sendiri, mengurung diri,
tidak mau bersosialisasi, tidak percaya diri dan sering kali masuk ke alam
bawah sadar dalam dunia fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.

Intervention Penerapan intervensi manajemen halusinasi dengan melibatkan klien dalam


aktivitas berbasis realita yang mungkin mengalihkan perhatian dari
halusinasi yaitu bercakap - cakap dengan orang lain pada pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.

Comparison Untuk tingkat agitasi gelisah setelah 9 hari dilakukan terapi klien
menunjukan skala 4 ringan dimana klien mengalami gejala gelisah selama
3 hari. Gejala gelisah yang ditunjukan meliputi berbicara sendiri,
mengeluarkan suara mengerang atau memanggil, tidak dapat duduk dengan
tenang, dan berprilaku tidak wajar yaitu menendang tralis jendela. Pada
hari pertama halusinasi muncul sebanyak 2 kali yaitu pagi hari jam 11.00
dan 02.00 dini hari, sedangkan pada hari ke 2, halusinasi muncul pada jam
10.30 klien terlihat berbicara sendiri, berteriak, berjalan mengelilingi
ruangan dan melompat-lompat. Sedangkan pada hari ke 3 halusinasi datang
pada jam 14.00, dimana klien terlihat berbicara sendiri, berteriak, dan
memukul pintu besi mencoba untuk kluar serta memanjat pada jendela.
Pada hari ke 4-9 klien tidak mengalami gejala tersebut. hal ini dikarenakan
setelah diberikan terapi, pasien sering berkomunikasi dengan perawat dan
temannya di ruangan, pasien memiliki kemampuan untuk mengontrol
halusinasi, meningkatkan kemapuan koping pada pasien sehingga mampu
untuk menurunkan frekuensi halusinasi yang ada pada diri pasien dan
mengurangi kegelisahan yang dialami pasien.
Outcome Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bercakap ± cakap dengan
orang lain terhadap tingkat agitasi gelisah dan insomnia. Pasien skizofrenia
yang salah satu gejalanya yaitu adanya halusinasi ditandai dengan pada
saat tidak melakukan aktivitas pasien terlihat berbicara sendiri, mulut
komat-kamit, berjalan mondar mandir, dan berteriak sedangkan pada saat
pasien melakukan aktivitas seperti berceritta kepada teman pasien terlihat
sibuk dengan kegiatan yang dia lakukan sehingga pasien dapat teralihkan
dari halusinasinya dan tidak memiliki kesempatan untuk mendengarkan
suara-suara tidak nyata yang sering muncul.
B. Pengaruh Intervensi Strategi Pelaksanaan Keluarga Terhadap Pengetahuan
Dan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Skizofrenia Dengan
Halusinasi
Susilawati, Larra Fredrika
Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1, Desember 2019 e-ISSN: 2581-
1975 p-ISSN: 2597-7482 DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.898

ASPEK URAIAN
Problem Diagnosa keperawatan dengan skizofrenia salah satunya adalah
halusinasi. Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan
yang diawali oleh proses diterimanya stimulus oleh alat indera,
kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan otak dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan
persepsi. halusinasi disebabkan oleh jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya, Faktor preposisi dapat meliputi
faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan
generik
Intervention Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam membantu
anggota keluarga yang mengalami halusinasi adalah dengan ikut
berperan serta membantu klien untuk bisa mengontrol halusinasi,
dan hal ini yang membuat keluarga juga perlu untuk mengetahui dan
memahami dengan benar strategi pelaksanaan (SP) halusinasi, dan
untuk bisa membantu meningkatkan peran keluarga tersebut, peran
perawat juga diperlukan, salah satunya adalah memberikan health
education atau intervensi strategi pelaksanaan keluarga yang benar
yang bisa dilakukan oleh keluarga dirumah.

Comparison Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan


intervensi dapat diketahui rendahnya pengetahuan keluarga dalam
merawatklien skizofrenia dengan halusinasi. dari hasil
penelitiaannya rendahnya tingkat pengetahuan keluarga dalam
merawat klien yaitu karena dipengaruhi faktor ekonomi dan
pendidikan. Hasil penelitian dari pengetahuan 15 orang keluarga
setelah diberikan intervensi di dapatkan sebagian besar responden
memiliki pengetahuan dengan kategori tahu. Dari penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan keluarga
setelah diberikan intervensi strategi pelaksanaan keluarga
dalammerawat klien Skizofrenia dengan halusinasi. Intervensi
strategi pelaksanaan merupakan instrumen panduan pelaksanaan
intervensi keperawatan jiwa yang digunakan perawat sebagai acuan
saat berinteraksi atau berkomunikasi secara terapeutik kepada klien
dengan gangguan jiwa.
Outcome Hasil analisis terbukti ada pengaruh intervensi strategi pelaksanaan
terhadap pengetahuan dan kemampuan keluarga (p value =0, 000).
Intervensi strategi pelaksanaan keluarga merupakan hal yang sangat
penting diperhatikan dan harus dilaksanakan sebagai bentuk
intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
keluarga dalam merawat klien Skizofrenia, sehingga klien yang
sudah pulang ke rumah dapat dapat dirawat dengan baik dan benar
oleh keluarga, dan keluarga dapat dengan segera memutuskan untuk
klien kembali mendapatkan perawatan apabila terjadi kekambuhan.
C. Kajian Literatur: Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia
Novita Susilawati Barus, Deborah Siregar
Nursing Current Vol. 7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019

ASPEK URAIAN
Problem Halusinasi pendengaran merupakan gangguan persepsi sensori yang
paling sering dialami pasien dengan skizofrenia. Pasien dengan
halusinasi pendengaran sering terlihat bercakap-cakap sendiri, dan
bahkan melakukan sesuatu yang membahayakan.

Intervention Terapi musik merupakan salah satu intervensi nonfarmakologis yang


memiliki kekuatan untuk meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual.
Kajian literatur ini bertujuan untuk menggali artikel tentang
efektivitas terapi musik klasik terhadap halusinasi pendengaran pada
pasien skizofrenia.

Comparison Pada penelitian (Damayanti et al., 2014), didapatkan hasil setelah


diberikan terapi musik klasik pasien merasa nyaman ketika
berinteraksi dengan orang lain. Hasil yang sama juga didapatkan
oleh Mohammadi et al., (2012) bahwa pasien dapat berinteraksi
dengan ahli terapi, memperbaiki hubungan interpersonal.

Outcome Hasil yang ditemukan berdasarkan kelima artikel yang telah ditelaah
bahwa terapi musik klasik dapat menurunkan intensitas halusinasi
pendengaran, memberi rasa nyaman dan menjadikan pasien tenang.
Pemberian terapi musik klasik terhadap halusinasi pendengaran pada
skizofrenia efektif untuk menurunkan intensitas halusinasi
pendengaran, pasien merasa nyaman dan menjadi tenang. Saran
untuk peneliti selanjutnya, melakukan penelitian mengenai jenis,
frekuensi dan durasi terapi musik klasik yang efektif serta dapat
digunakan untuk pasien dengan halusinasi pendengaran pada pasien
skizofrenia.
D. Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok
Olahraga (Senam) Terhadap Penurunan Efek Samping Obat Sedatif Pada
Pasien Halusinasi Di Rsj Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Yulinda Meka Sari, Ana Puji Astuti, Tri Susilo

ASPEK URAIAN
Problem Pada pasien yang masih menjalani rawat inap dan mendapatkan
terapi obat, pasien berhenti minum obat karena mengalami efek
samping obat yang tidak menyenangkan baik di rumah sakit maupun
saat di rumah, berupa mulut kering, pandangan mengabur, sulit
berkonsentrasi. Selain itu efek samping lain dari obat psikotik yang
dirasakan pasien dapat membuat pasien merasa tidak bergairah
untuk beraktifitas, sehingga tampak pasien banyak duduk dan
tiduran di tempat tidur serta enggan melakukan perawatan diri.
Pasien mempunyai penampilan kurang rapi, kulit berbau dan mau
melaksanakan aktivitas perawatan diri dan aktivitas yang lain jika
diperintah dan ditunggui oleh perawat. Pasien juga sering merasa
letih atau lesu, mengantuk, malas-malasan mengikuti terapi dan
kepala terasa sakit setelah minum obat.

Intervention Peneliti akan melakukan pre-test dengan cara wawancara dan


observasi, kemudian setelah diberikan perlakuan berupa TAK
stimulasi persepsi dengan kegiatan olahraga (senam), peneliti
melakukan post-test dengan cara wawancara dan observasi dengan
menggunakan instrument yang sama, dengan tujuan mengetahui
perubahan atau perbedaan penurunan efek samping obat sebelum
dan setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi dengan kegiatan
olahraga (senam).

Comparison Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebelum


diberikan TAK senam 27 responden (60%) belum merasakan
penurunan efek samping obat (efek samping obat kategori rendah)
dan 18 responden (40%) sudah merasakan penurunan efek samping
obat (efek samping obat kategori tinggi) dan sesudah diberikan TAK
senam responden yang belum merasakan penurunan obat menjadi
berkurang yaitu sebanyak 15 responden (33,3%) sedangkan
responden yang sudah merasakan penurunan efek samping obat
menjadi meningkat menjadi 30 responden (66,7%).
Outcome Berdasarkan hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa
penurunan efek samping obat sebelum terapi senam dari 45
responden terdapat 60% (27 responden) dalam efek samping obat
kategori rendah, sedangkan sesudah diberikan terapi senam menjadi
berkurang dari 45 responden terdapat 33, 3% (15 responden) dalam
efek samping kategori rendah. Dalam penelitian ini, efek samping
kategori rendah diartikan sebagai kategori yang membutuhkan
perhatian atau perlakukan yang khusus salah satunya TAK senam
sehingga dapat menurunkan efek samping obat.

E. Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap Peningkatan Kemampuan


Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Di Rsjd Dr.
Amino Gondohutomo Semarang
Wahyu Catur Hidayati, Dwi Heppy Rochmawati, Targunawan

ASPEK URAIAN
Problem Pasien yang mengalami halusinasi disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya
kemampuan dalam mengontrol halusinasi. Dampak yang terjadi
pada pasien halusinasi seperti munculnya histeria, rasa lemah, dan
tidak mampu mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran
yang buruk. Sehingga untuk meminimalkan komplikasi atau dampak
dari halusinasi dibutuhkan pendekatan dan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi gejala halusinasi. Penatalaksanaan
yang diberikan meliputi terapi farmakologi, ECT dan non
farmakologi.
Intervention Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir juga dapat diterapkan
pada pasien halusinasi. Terapi religius yang dilakukan dengan tepat
dapat berdampak pada peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran. Terapi religius zikir bisa dikatakan efektif
untuk meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi.

Comparison Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien


halusinasi sebelum diberikan terapi religius zikir di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang kategori baik sebanyak 6,7%.
Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran sesudah diberikan
terapi religius zikir pada pasien halusinasi RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang kategori baik sebanyak 98,7%.
Outcome Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan ada
pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran diperoleh nilai p-value = 0,000,
karena nilai p<(0,05) sehingga dapat disimpulkan terapi religius
zikir berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Rekomendasi dari penelitian ini, agar
perawat dapat menambahkan terapi religius zikir sebagai intervensi
dalam tindakan keperawatan mengontrol halusinasi pendengaran
KESIMPULAN

Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensorik yang tidak sesuai dengan kenyataan,
suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar (eksternal). Halusinasi ada
bermacam-macam yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman,
halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi sinestetik, dan halusinasi kinestik.
Seseorang yang mengalami halusinasi disebabkan karena ketidakmampuan dalam
menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol halusinasi. Dampak yang
terjadi pada orang dengan halusinasi seperti munculnya histeria, rasa lemah, dan tidak mampu
mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, dan pikiran yang buruk. Sehingga untuk
meminimalkan komplikasi atau dampak dari halusinasi dibutuhkan pendekatan dan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi gejala halusinasi.
Berdasarkan jurnal yang telah dibahas di atas terdapat beberapa intervensi yang dapat
dilakukan atau diterapkan yaitu manajemen halusinasi (terapi bercakap-cakap dengan orang
lain), strategi pelaksanaan keluarga, terapi musik klasik, terapi aktivitas kelompok olahraga
(senam), dan terapi religious zikir. Dari ke 5 jurnal tersebut yang lebih efektif yaitu menajemen
halusinasi (terapi bercakap-cakap dengan orang lain), karena terapi ini dapat menjadikan klien
dengan halusinasi memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasinya, meningkatkan
kemampuan koping sehingga mampu untuk menurunkan frekuensi halusinasi yang ada pada
dirinya dan mengurangi kegelisahan yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. P., & Susilo, T. (2014). Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi
Aktivitas Kelompok Olahraga (Senam) Terhadap Penurunan Efek Samping Obat
Sedatif Pada Pasien Halusinasi Di Rsj Prof. Dr. Soeroyo Magelang. In Prosiding
Seminar Nasional & Internasional.

Barus, N. S., & Siregar, D. (2020). Literature Review: The Effectiveness Of Classic
Music Therapy Towards Auditory Hallucination In Schizophrenia Patient
[Kajian Literatur: Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofernia]. Nursing Current Jurnal
Keperawatan, 7(2), 48-57.

Hidayati, W. C., & Rochmawati, D. H. H. (2014). Pengaruh Terapi Religius Zikir


Terhadap Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Pasien Halusinasi Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Karya Ilmiah.

Susilawati, S., & Fredrika, L. (2019). Pengaruh Intervensi Strategi Pelaksanaan


Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat
Klien Skizofrenia Dengan Halusinasi. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 405-
415.

Wijayati, F., Nurfantri, N., & Devi, G. P. C. (2019). Penerapan Intervensi Manajemen
Halusinasi Terhadap Tingkat Agitasi Pada Pasien Skizofrenia. Health
Information: Jurnal Penelitian, 11(1), 13-19.

Anda mungkin juga menyukai