Anda di halaman 1dari 148

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN TERAPI DEKAPAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


RASA NYAMAN PADA ANAK USIA TODDLER SELAM PEMASANGAN
INFUS DENGAN GASTROENTRITIS AKUT DI RS
DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2018

DEVITA SARI

PO 71.20.3.15.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

LUBUK LINGGAU

TAHUN 2018

1
2

PENERAPAN TERAPI DEKAPAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


RASA NYAMAN PADA ANAK USIA TODDLER SELAMA
PEMASANGAN INFUS DENGAN GASTROENTRITIS AKUT
DI RSUD DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2018

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

DEVITA SARI

PO 71.20.3.15.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

LUBUK LINGGAU

TAHUN 2018
3

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Devita Sari

NIM : PO.71.20.3.15.015

Jurusan : Keperawatan

Judul : Penerapan Terapi Dekapan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa


Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama Pemasangan Infus
Dengan Gastroentritis Akut Di Rs Dr. Sobirin Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2018.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Jurusan Keperawata diPoliteknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An ( )

Pembimbing II : Hj. Susmini, SKM., M.Kes ( )

Penguji I : H. Jhon Feri, S.Kep.Ns., M.Kes ( )

Penguji II : Nadi Apriliyadi, S.Sos., M.Kes ( )

Ditetapkan di : Lubuklinggau

Tanggal : Juli 2018


4

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Judul KTI : Penerapan Terapi Dekapan Dalam Pemenuhan Kebutuhan


Rasa Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama
Pemasangan Infus Dengan Gastroentritis Akut Di Rs Dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2018.
Nama Mahasiswa : Devita Sari

NIM : PO.71.20.3.15.015

Pembimbing : 1. Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An

2. Hj. Susmini, SKM., M.Kes

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam seminar penelitian KTI Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2017/2018.

Lubuklinggau, Juni 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An Hj. Susmini, SKM., M.Kes


NIP.19851010 201012 2 003 NIP. 19721005 199403 2 003
Mengetahui

Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri, S.Kep.NS., M.Kes


NIP.19760509 199502 1 001
5

PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Lubuklinggau, Juni 2018

Tim Penguji
Ketua

NS. EVA OKTAVIANI, M.KEP., SP.KEP.AN

NIP. 19851010 201012 2 003

Anggota :
Penguji I

H. JHON FERI, S.KEP.NS., M.KES

NIP. 19760509 199502 1 001

Penguji II

NADI APRILIYADI, S.SOS., M.KES

NIP. 19770422 199603 1 001


6

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

“PENERAPAN TERAPI DEKAPAN DALAM PEMENUHAN


KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA ANAK USIA TODDLER SELAMA
PEMASANGAN INFUS DENGAN GASTROENTRITIS AKUT
DI RS DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2018 ”

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan


pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes
Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatakan
gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau
Instansi Manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan KTI ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes
Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, Juli 2018

Yang Menyatakan

Devita Sari

PO.71.20.3.15.015
7

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

KARYA TULIS ILIMIAH, JULI 2018

Devita Sari

Penerapan Terapi Dekapan dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman


pada Anak Usia Toddler saat Pemasangan Infus dengan Gastroenteritis
Akut Di Rs Dr. Sobirin Musi Rawas Tahun 2018

xix + 120 halaman, 6 gambar, 13 tabel, 2 skema, 10 lampiran

ABSTRAK

Gastroenteritis akut adalah penyakit yang dapat menyebabkan dehidrasi.


Dehidrasi pada anak usia toddler apabila tidak segera ditanganin dapat
menyebabkan kematian, sehingga mengakibatkan anak harus dirawat di rumah
sakit. Dampak dari hospitalisasi pada anak adalah perpisahan dengan keluarga dan
anak harus menghadapi berbagai prosedur yang menyakitkan yang dapat
memberikan pengalaman traumatik seperti tindakan pemasangan infus. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan dalam penerapan
terapi dekapan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada anak usia toddler
saat pemasangan infus dengan gastroenteritis akut. Metode penelitian ini
menggunakan desain studi kasus dengan menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi. Sampel yang diambil sebanyak dua orang yang sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian. Intervensi utama adalah penerapan terapi dekapan
selama pemasangan infus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi dekapan
dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada anak usia toddler selama
pemasangan infus dengan indikator skala nyeri sedang pada kedua subjek. Terapi
dekapan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif perawatan dengan konsep
atraumatik selama anak dihospitalisasi.

Kata kunci: Gastroenteritis akut, rasa nyaman, terapi dekapan, toddler


Daftar Pustaka: 36 (2000 - 2017)
8

HEALTH DEPARTEMENT OF REPUBLIC INDONESIA


POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG
THE FIELD OF NURSING

MASTERPIECE WRITE ERUDITELY, JULI 2018

Devita Sari

Application of Cuddle Therapy to Make Toddlers with Acute


Gastroentritis Comfortable During Setting Up An Infusion In Dr. Sobirin
Hospital In Musirawas Regency In 2018

xix + 120 pages, 6 List of Images, 13 List of Tables, 2 List of Schemes, 10 List
of Attachments

ABSTRACT

Acute gastroentritis was a diseased that can cause dehydration. Dehydration in


toddler children if not treated immediately can cause death, causing the child to be
hospitalized. The impact of hospitalization on children was separation from family
and children must face painful procedures such as invasive actions. The purpose
of this study was to obtain an overview of nursing care in the application of
cuddle therapy in meeting the comfort needs of toddlers when infusion with acute
gastroentritis. This research method uses descriptive design and case studies using
nursing care approaches namely assessment, nursing diagnosis, intervention,
implementation and evaluation. This research consist of two samples based on
inclution criteria. Management of arm therapy during infusion can be used in
hospitals. The main intervention was the application of capping therapy during
infusion. The results showed that arm therapy can meet the needs of comfort in
children by minimizing pain in children during infusion. Arm therapy
interventions can be applied in hospitals to children during infusion to meet the
needs of comfort.

Keywords : Acute Gastroentritis, comfort, cuddle therapy, toddlers


References: 36 (2000 - 2017)
9

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Bahagiakan orangtuamu selagi kamu bisa membahagiakannya


2. Lebih baik tenggelam dari pada putar haluan
3. Jadilah seperti padi semakin berisi semakin merunduk
PERSEMBAHAN

Dengan hasil kerja kerasku dan tentunya tak terlepas dari orang-orang yang
telah memberikanku semangat ku persembahkan :

1. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tepat waktu.
2. Terimakasih kepada Mamak Maimunah dan Bapak Nasihin yang sudah
bekerja keras mencari uang, berdoa, motivasi dan Nasihatnya sehingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Yeeyy allhamdulillah akhirnya...
MakPak panjang umur ya. Aamiin.
3. Untuk saudaraku tercinta Adek Dewi Setiasih dan Hikmatul Karimah,
yang selalu menghiburku saat lagi galau-galaunya KTI.
4. Untuk pembimbing utama Ibu Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An
yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan saran yang amat
berarti serta pengarahan yang sangat dibutuhkan dalam proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Untuk pembimbing pendamping Ibu Indah Dewi Ridawati, S.Kep Ns
M.Kep dan ibu Hj. Susmini, SKM., M.Kes selaku Pembimbing
Pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan
saran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. IbuZuraidah, SKM, MKM Dosen Pembimbing Akademik terima kasih
banyak atas bimbingan selama 3 tahun ini.
7. Buat adik pembimbing dek Sari dan dek Jeje semangat kulianya dek. Hhe
10

8. Teman dekatku Destalia Elvana, Ira Risnawati, mbak yuli yang sedang
berjuang bersama terimakasih sudah membantu, menemani, mendoakan,
memberikan semangat. Semoga kita sukses dunia akhirat. Aamiin
9. Teman tersayangkuh Devi Apriyani, Meta Annisa, Nurmalasari, Yulia
Engga , Tria Sefrida, Widya Savitri, yang suka rumpi, yang selalu ngeselin
tapi juga ngangenin terimakasih untuk persahabatan kita selama ini. Akur
terus yaa gaesss.
10. Buat teman seperjuangan dari KTI Suci Rahayu, Oktaria Sari, Neli dan
Elda terimakasih kalian selalu sama-sama kalo mau konsul, susah bareng,
seneng bareng. Thanks gaes.
11. Buat genk geboy mujaer (angkatan 14) suka, duka kita rasain 3 tahun ini,
jangan sombong yaaa kawan silaturahmi jangan pernah terputus.
11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Devita Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Sidoharum, 10 November 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Desa Ciptodadi II Kecamatan Sukakarya


Kabupaten Musi Rawas

Orang Tua : Ayah :Nasihin

Ibu : Maimunah

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2004-2009 : SD Negeri Sidoharum

Tahun 2009-2011 : SMPNegeriCiptodadi

Tahun 2012-2015 : SMA Negeri Sukakarya

Tahun 2015-2018 : Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan

Lubuklinggau
12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Dekapan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama Pemasangan
Infus Dengan Gastroentritis Akut Di RS Dr. Sobirin Musi Rawas”. Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan (Am.Kep) di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatan Lubuklinggau.

Dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun
isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan


ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan semangat, motivasi,


nasehat serta do'a.
2. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
3. Bapak H. Budi Santoso, S.Kep., M.Kep,Sp.Kom selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Palembang.
4. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep,Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Lubuklinggau yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan selama mengikuti pendidikan di Poltekes Kemenkes
Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau.
13

5. Ibu Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Pembimbing I KTI


yang penuh dengan kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
6. Ibu Hj. Susmini, SKM., M.Kes selaku pembimbing II KTI yang penuh
dengan kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
7. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep.Ns., M.Kes selaku penguji I KTI yang penuh
dengan kesabaran menguji dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
8. Bapak Nadi Apriliyadi, S.Sos., M.Kes selaku penguji II KTI yang penuh
dengan kesabaran menguji dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
9. Ibu Zuraidah, SKM, MKM Dosen Pembimbing Akademik terima kasih
banyak atas bimbingan selama 3 tahun ini.
10. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah
memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan
kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.
11. Teman Satu Almamater yang telah membantu tersusunnya Karya Tulis
Ilmiah.
12. Dan tentunya untuk semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu
namanya yang memberikan semangat penulis untuk tersusunnya Karya
Tulis Ilmiah
Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang yang bersifat membangun
dalam penulisan yang lebih baik dikemudian hari sangat penulis harapkan.

Penulis berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan


manfaat bagi kita semua. Amin.

Lubuklinggau, Febuari 2018

Penulis
14

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR ........................................... iii

HALAMAN PANITIA SIDANG ................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... v

ABSTRAK ................ ................................................................................... vi

ABSTRACK ............. ................................................................................... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii


DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xviii

LAMPIRAN ............................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
15

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10


1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau ...................................... 10
2. Bagi Rumah Sakit Dr. Sobirin ..................................................... 10
3. Bagi Peneliti ................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 11

A. Konsep Penyakit ... ........................................................................... 11


1. Definisi Gastroentritis Akut …………….................................... 11
2. Etiologi ………… ...................................................................... 11
3. Manifestasi Klinis ....................................................................... 13
4. Patofisiologi ................................................................................ 14
5. WOC ........ ................................................................................... 17
6. Komplikasi .................................................................................. 18
7. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 18
8. Penatalaksanaan .......................................................................... 19
B. Konsep Nyeri Prosedur Invasif ........................................................ 20
1. Definisi Nyeri ............................................................................... 20
2. Fisiologis Nyeri ........................................................................... 20
3. Patifisologi Nyeri ........................................................................ 21
4. Nyeri Pada Anak .......................................................................... 22
5. Pengukuran Skala Nyeri .............................................................. 23
6. Dampak atau Akibat Nyeri .......................................................... 26
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri .................................. 26
C. Konsep Pemasangan Infus ................................................................. 28
1. Definisi Pemasangan Infus .......................................................... 28
2. Tujuan Pemasangan Infus .......................................................... 29
3. Indikasi Pemasangan Infus ......................................................... 29
4. Kontraindikasi Pemasangan Infus ............................................... 29
D. Konsep Perawatan Atraumatik .......................................................... 30
1. Definisi Perawatan Atraumatik ....................................... ......... 30
2. Tujuan Perawatan Atraumatik ............................................... ..... 30
16

3. Prinsip Perawatan Atraumatik ............................................... ..... 30


E. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman .................................. 31
1. Definisi Rasa Nyaman ............................................... ................. 31
F. Konsep Terapi Dekapan ..................................................................... 33
1. Definisi Terapi Dekapan ........................................................ ..... 33
2. Posisi Terapi Dekapan ........................................................... ...... 34
G. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 40
1. Pengkajian .......................................................................... ........ 40
2. Diagnosa ............................................................................ ......... 46
3. Intervensi .......................................................................... ......... 47
4. Implementasi ................................................................................ 55

5. Evaluasi .............................................................................. ......... 55

H. Kerangka Konsep ............................................................................... 56

BAB III METODE PENULISAN ............................................................... 57

A. Desain Penelitian ... .......................................................................... 57


B. Subyek Penelitian ... ......................................................................... 57
C. Definisi Operasional ....................................................................... 58
D. Fokus Studi ... .................................................................................. 59
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ........................................................ 59
F. Pengumpulan Data ... ........................................................................ 59
1. Metode Pengumpulan data ... ........................................................ 59

2. Instrumen Penelitian ... ................................................................. 59

3. Langkah-langkah Pengumpulan data ... ....................................... 59

G. Keabsahan Data... ............................................................................. 61


H. Analisa Data ... ................................................................................. 61
I. Etika Penelitian ... ............................................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 62
17

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 62


1. Gambaran Hasil Penelitian ..................................................... 62
2. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 64
3. Data Asuhan Keperawatan ..................................................... 66
4. Pembahasan ............................................................................ 107
BAB V PENUTUP ............................................................................. 115

A. . Kesimpulan ............................................................................. 115


B. . Saran ............................................................................. 116
1. Bagi Institusi Pendidikan ............................................................. 116
2. Bagi Rumah Sakit ........................................................................ 117
3. Bagi Pengembangan Dan Penelitian ............................................ 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN
18

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Instrumen Pengkajian Skala Nyeri FLACC ...................... 25

Tabel 2 Dehidrasi...................................................................... ...... 46


Intevensi Keperawatan.......................................................
Tabel 3 48
Hasil Pengkajian Dua Objek .............................................
Tabel 4.1 66
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Subjek I ........................
Tabel 4.2 77
Analisa Data Subjek I dan II .............................................
Tabel 4.3 78
Diagnosa Keperawatan ......................................................
Tabel 4.4 81
Intervensi Keperawatan subjek 1........................................
Tabel 4.5 82
Intervensi Keperawatan Subjek II......................................
Tabel 4.6 87
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Subjek I ...........
91
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Subjek II ..........
98
Tabel 4.9 Lembar Ceklist ..................................................................
105
19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengkajian Nyeri Faces Paint Rating Scale .............. 26


Gambar 1.1 Posisi Duduk Dalam Dekapan (Bear Hug
Positino)..................................................................... 35
Gambar 1.2 Posisi Duduk Ke Samping......................................... 35
Gambar 1.3 Posisi Tidur Membedong/Meringkuk........................ 36
Gambar 1.4 Posisi Memeluk Dari Belakang ................................. 37
Gambar 1.5 Posisi Sentuhan Yang Nyaman.................................. 38
20

DAFTAR SKEMA

Skema 1 WOC Gastroentritis Akut ................................................ 17


Skema 2 Kerangka Konsep............................................................. 56
21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Protokol pelaksanaan pengukuran skala nyeri


2. Protokol pelaksanaan pemasangan infus
3. Protokol pelaksanaan terapi dekapan
4. Lembar ceklist mengukur skala nyeri pemasangan infus
5. Lembar ceklist terapi dekapan
6. Lembar pemberian izin pengambilan data
7. Lembar permohonan izin penelitian kti
8. Lembar inform cocent
9. Lembar konsul pembimbing kti
10. Lembar konsul penguji kti
22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastroentritis akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada semua

usia terutama pada anak (Poerwati, 2013). Menurut data World Health

Organization (WHO) angka kesakitan diare anak usia 1-4 tahun pada tahun

2010, yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Skala nasional berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011 dari profil kesehatan indonesia

didapatkan data kejadian diare (gastroentritis) yaitu 1.7% dengan jumlah

penderita diare adalah 3.661 orang. Tahun 2012, penderita diare mengalami

peningkatan dengan jumlah penderita 8.443 orang dengan angka kematian

akibat diare adalah 2.5%. Hasil pendataan pada tahun 2013 terlihat adanya

peningkatan dengan persentase 3.5%, sehingga dapat kita lihat bahwa dalam

kurun waktu 3 tahun kejadian diare terlihat terus mengalami peningkatan.

Angka kejadian diare merupakan penyebab kesakitan pertama dari

penyakit-penyakit lainnya, dan banyak terjadi pada anak-anak dengan jumlah

kasus 821 orang pasien dengan angka insiden anak yang berusia kurang dari

satu tahun sebanyak 367 pasien (44.7%), anak usia 1-4 tahun sebanyak 454

pasien (55.3%) (Abiyoga, 2017).

Prevalensi penyakit diare (gastroentritis) pada anak usia 1-4 tahun di

Sumatera Selatan tahun 2007 sebesar 16.7% – 55.5% (Riskesdas, 2007).

Prevalensi penyakit gastroentritis di Sumatera Selatan menurut profil

kesehatan Kota Palembang tahun 2011-2015 yaitu pada tahun 2011 sebesar
23

76.19%, tahun 2012 sebesar 94.27%, tahun 2013 sebesar 155.54%, tahun

2014 sebesar 130.72%, dan tahun 2015 sebesar 114.48% (Bidang

Pengendalian Masalah Kesehatan, 2015). Pada tahun 2016 kejadian diare di

Sumatera Selatan sebesar 20.2% (Kemenkes RI,2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di rumah sakit Dr.

Sobirin kota Lubuklinggau pada tahun 2017diperoleh hasil yaitu: usia 0-28

hari sebanyak11 orang (2.6%); usia 28 hari-1 tahun sebanyak 156 orang

(34,2%); usia 1–4tahun sebanyak 236 orang (51,6%); usia 5-14tahun

sebanyak53 orang (11,6%). Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan

mayoritas prevalensi penderita gastroentritis akut terjadi pada anak usia

toddler.

Penyakit gastroentritis akut dapat mengakibatkan anak dirawat di

rumah sakit. Poerwati (2013) menjelaskanpenyebab utama hospitalisasi pada

anak usia di bawah 1-4 tahun dengan gastroenteritis akut adalah dehidrasi.

Tindakan yang pertama dilakukan di rumah sakit yaitu pemberian cairan

melalui intravena. Pemberian cairan adalah tindakan utama pada pasien

dengan gastroentritis akut, karena apabila kekurangan cairan tidak segera

ditangani akan menyebabkan kematian pada penderita. Oleh karena itu, anak

harus dirawat di rumah sakit. Dampak dari hospitalisasi pada anak adalah

perpisahan dengan keluarga dan anak harus menghadapi prosedur yang

menyakitkan seperti tindakan invasif. Hospitalisasi juga akan menimbulkan

stres baik fisik maupun psikologis anak (Wong, 2008). Stres psikologis pada

anak terjadi karena anak tidak memahami alasan harus dirawat. Lingkungan
24

yang asing, prosedur tindakan yang menyakitkan serta terpisah dengan

keluarga anak mengalami masa yang sulit seperti halnya di rumah, kondisi ini

dapat memicu timbulnya stres berdampak pula padakondisi ketidaknyamanan

anak.

Berbagai teori menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien

yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kenyamanan adalah

konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue (1989), meringkaskan

melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat

memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan.

Penerapan teori kenyamanan ini juga sejalan dengan prinsip keperawatan

anak, yaitu perawatan atraumatik. Perawatan atraumatikadalah asuhan

terapeutik dalam lingkungan perawat melalui penggunaan intervensi yang

tidak menimbulkan trauma psikologis dan fisik pada anak dan keluarganya.

Perawatan atraumatikdapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan

mengurangi dampak psikologis dari tindakan yang diberikan.

Perawatan atraumatik dapat dilakukan dengan menyediakan lingkungan

yang terapeutik, menggunakan intervensi yang bersifat mengurangi atau

memperkecil distres psikologis dan fisik terhadap anak dan keluarga dalam

sistem pelayanan kesehatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang

sama dengan nyeri, salah satunya adalah mengurangi nyeri yang dirasakan

anak saat prosedur invasif seperti saat dilakukan pemasangan infus. Penelitian

yang dilakukan Cohen, Maclaren, dan Lim (2008) merekomendasikan

perlunya pendekatan perilaku pada penerapan manajemen nyeri untuk


25

meminimalkan kecemasan dan rasa sakit pada anak terkait dengan penusukan

vena.

Anak akan mengalami prosedur tindakan invasif yang dapat

menyebabkan nyeri pada anak. Nyeri merupakam suatu pengalaman yang

sangat menakutkan bagi anak. Hal ini didukung oleh Walco (2008), prosedur

invasif menjadi hal yang ditakuti oleh setiap anak, karena anak belum bisa

menoleransi rasa nyeri pada saat pemasangan infus. Penelitian yang

dilakukan Sembiring, Novayelinda, dan Nauli (2015) bahwa nyeri pada anak

usia toddler menunjukan tingkah laku kaku dan menyentak. Menurut

Mediana, Mardiyah, dan Rakhmawati (2005), aktivitas perilaku anak selama

prosedur tindakan pemasangan infus menunjukan bahwa anak mengalami

nyeri terutama untuk kelompok usia 1-5 tahun (anak usia toddler dan

prasekolah). Pada anak usia toddler terus bereaksi dengan kemarahan

emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri sama

kerasnya dengan prosedur yang menyakitkan. Anak usia toddler cenderung

lebih gelisah dan sangat aktif pada saat nyeri.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu rumah

sakit yang ada di kota Lubuklinggau di Ruangan rawat inap anak Rumah

Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas menunjukan tingkat nyeri pada

anak usia toddler saat pemasangan infus hampir semua anak mengalami nyeri

dengan skala sedang dan berat dan kebanyakan tindakan yang dilakukan di

rumah sakit saat pemasangan infus anak dengan cara pengekangan, sehingga

membuat anak ketakutan. Anak yang akan di lakukan prosedur invasif akan
26

menangis dan membrontak dengan cara itu anak menunjukan rasa sakit saat

akan dilakukan pemasangan infus.

Nyeri yang timbul akibat prosedur invasif akan menjadi trauma bagi

anak sehingga saat pemasangan infus anak akan melakukan perlawanan yang

berupa penolakan, menangis, serta kekhawatiran terhadap dampak prosedur

keperawatan dalam serangkaian episode nyeri (Sekriptini, 2013). Nyeri yang

tidak bisa diatasi memiliki dampak fisik dan psikologis. Dampak psikologis

anak akan terganggu seperti trauma dalam diri anak tersebut sehingga anak

akan menolak bila dilakukan prosedur invasif dikemudian hari. Nyeri juga

akan berdampak pada jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek

yaitu anak akan menangis, menolak tindakan yang akan dilakukan dan

dampak jangka panjang yaitu anak akan takutdan trauma pada tindakan yang

dapat menyebabkan nyeri seperti tindakan invasif.

Pemasangan infus pada anak bukan sesuatu yang mudah karena anak

memiliki respon perilaku seperti mengungkapkan nyeri dengan cara meringis

kesakitan, mengguncang-guncang badan, dan bertindak agresif. Selain itu

anak juga memiliki vena yang kecil dan rapuh sehingga ditemukan

penusukan lebih dari sekali. Fenomena yang ditemukan di beberapa rumah

sakit di kota Lubuklinggau yaitu pada saat pemasangan infus masih

menggunakan cara pengekangan (restrain) yang bertujuan agar anak tidak

melakukan perlawanan dan tanpa didampingi oleh orangtua sehingga mereka

melakukan pemasangan infus dengan paksa. Tindakan ini akan membuat

anak merasa tidak nyaman, sehingga timbul rasa ketakutan dan trauma.
27

Seperti yang dijelaskan oleh Potter dan Perry (2005) bahwa trauma tersebut

akan terus berkembang dalam diri anak, akibatnya anak akan menolak setiap

dilakukan tindakan invasif. Selain itu, pemberian posisi yang nyaman saat

pemasangan infus belum menjadi SOP di ruangan, sehingga tehnik

kemampuan dan keterampilan perawat menjadi dasar penusukan dengan

berbagai posisi.

Minimnya keterlibatan orangtua dalam prosedur invasif salah satunya

pemasangan infus menyebabkan anak menolak untuk dilakukan tindakan.

Selain itu, pada saat pelaksanaan prosedur tindakan keluarga diminta untuk

meninggalkan ruangan, kondisi ini membuat anak menjadi semkin tidak

nyaman dan menimbulkan ketakutan, yang ditunjukkan dengan perilaku

menangis, meronta, ekspresi wajah cemas terhadap perpisahan dan menolak

tindakan yang sedang dilakukan, menyebabkan semakin sulitnya perawat

untuk melakukan pemasangan infus. Oleh karena itu, perlunya pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman anak selama prosedural invasif sangat diperlukan.

Selain membuat anak lebih kooperatif, kondisi yang nyaman dapat

menurunkkan rasa nyeri dan trauma bagi anak. Salah satu intervensi

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan indikator penurunan nyeri adalah

pemberian terapi dekapan.

Terapi dekapan merupakan salah satu terapi nonfarmakologi untuk

menghindari terjadinya trauma psikologis dan fisik pada anak saat

pemasangan infus, sehingga anak merasa dilindungi apabila orangtuanya

berada didekat anak. Spark, Setlik, dan Luhman (2007) dalam penelitiannya
28

mengatakan dampak dekapan orangtua dan posisi duduk dapat menurunkan

nyeri anak pada saat dilakukan pemasangan infus dan memberikan

kenyamanan pada anak. Kehadiran orangtua selama prosedur merupakan

kemitraan antara keluarga dan tenaga profesional perawat, yang merupakan

aplikasi dari family centerd care (FCC). Penelitian lain yang mendukung

perlunya penerapan terapi dekapan dilakukan oleh Bauchner, Vinci, Bak,

Pearson, dan Corwin (2006) yang menyatakan kehadiran keluarga tidak

berdampak negatif terhadap kinerja medis yang berada bersama anak mereka

serta menunjukan berkurangnya kecemasan orangtua. Penelitian yang

dilakukan oleh Lestari (2013) menjelaskan dampak positif dekapan orangtua

dan pemberian posisi duduk saat dilakukan pemasangan infus terbukti dapat

mengurangi skala nyeri pada anak yaitu dengan hasil statistik menunjukan

perbedaan rata-rata skor distress pada anak yang diberikan dekapan orang tua

(2,30) dan skor distress anak yang tidak mendapat dekapan orang tua (3,25).

Terapi mendekap merupakan penggunaan posisi menggendong atau

memeluk yang nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik

yang erat dengan orang tua atau pengasuh lain yang dipercaya, sehingga

menimbulkan perasaan nyaman dan dilindungi oleh keluarga saat

pemasangan infus.Terapi dekapan atau disebut juga dengan terapi memegang

(Comfort holding), memegang klinis atau imobilisasi merupakan tindakan

untuk membatasi gerakan anak (Brenner, Parahoo, & Taggarat, 2007). Terapi

dekapan merupakan salah satu bentuk pengekangan yang digunakan untuk

membantu pelaksanaan prosedur pada anak yang kurang kooperatif, untuk


29

menghindari campur tangan anak dalam prosedur dan peralatan. Pengekangan

yang tidak benar pada anak dijelaskan oleh beberapa literatur akan

berdampak pada psikologis anak. Oleh karena itu,prinsip pengekangan perlu

diperhatikan, salah satunya adalah mengkomunikasikan teknik pengekangan

yang akan digunakan dan tidak menyakiti anak sehingga dapat mengurangi

dampak nyeri pada anak saat dilakukan tindakan invasif.

Melihat fenomena yang terjadi di lapangan selama pemasangan infus

pada anak dengan tehnik yang dapat menyebabkan anak trauma baik secara

fisik maupun psikologis di rumah sakit mengakibatkan perlunya menerapkan

intervensi keperawatan berbasis bukti yaitu memberikan terapi dekapan untuk

mengurangi nyeri pada anakdanmemenuhi kebutuhan rasa nyaman anak

selama pemasangan infus. Oleh karena itu dalam penelitian studi kasus ini,

peneliti akan melakukan penelitian dengan pendekatan studi kasus berjudul

“Penerapan terapi dekapan dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman selama

pemasangan infus pada anak usia toddler dengan gastroentritis akutdi RS Dr.

Sobirin Musi Rawas”.

B. Rumusan Masalah

Tingginya angka kejadian gastroentritis akut dapat menimbulkan

berbagai dampak salah satunyayaitu kasus dehidrasi, sehinggamengakibatkan

anak harus dihospitalisasi. Dampak negatif dari hospitalisasi yaitu

distressfisik dan psikis. Distress fisik yang dialami anak saat pemasangan

infus adalah saat anak akan mengalami pengekangan saat pemasangan infus,

sedangkan distress psikis yang dialami saat anak terpasang infus anak
30

mengalami trauma pada tindakan invasif dikemudian hari. Oleh karena itu,

peneliti akan menerapkan Evidence Based Nursing (EBN) yaitu terapi

dekapan dalam studi kasus ini dengan kesimpulan rumusan masalah adalah

bagaimana “Penerapan terapi dekapan dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada anak usia toddlerselama pemasangan infus dengan

Gastrointestinal Akut” di RS Dr. Sobirin Musi Rawas.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan terapi dekapan

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada anak usia toddler selama

pemasangan infus dengan Gastrointestinal akut” di RS Dr. Sobirin Musi

Rawas Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya pengkajian pada klien dengan diagnosis Gastroentritis

Akut selama pemasangan infus dengan terapi dekapan

b) Diketahuinya diagnosis keperawatan pada klien dengan Gastroentritis

Akut selama pemasangan infus dengan terapi dekapan

c) Diketahuinya perencanaan keperawatan pada klien Gastroentritis Akut

yang diberikan terapi dekapan selama pemasangan infus

d) Diketahuinya intervensi keperawatan dengan terapi dekapan selama

pemasangan infus pada pasien gastroentritis akut untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman dengan indikator skala nyeri


31

e) Diketauinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan indikator

skala nyeri selama diberikan terapi dekapan saat pemasangan infus

f) Diketahuinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman klien dengan

indikator tingkat nyeri klien setelah diberi terapi dekapan selama

pemasangan infus

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi institusi

pendidikan serta dapat menambah bahan bacaan, sehingga dapat

menambah informasi pengetahuan yang membaca.

2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan

kepada rumah sakit untuk menerapkan prinsip perawatan atraumatik pada

anak selama tindakan pemasangan infus dengan menggunakan terapi

dekapan untuk mengurangi nyeri.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penulisan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

dan sebagai pengalaman dalam merealisasikan ilmu yang telah didapat di

bangku kuliah, khususnya mengenai penerapan terapi dekapan untuk

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan mengurangi skala nyeri saat

pemasangan infus pada anak usia toddler dengan Gastrointestinal akut .


32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Definis Gastroentritis Akut

Gastroentritis akut (Diare) adalah buang air besar (defekasi)

dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),

kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram

atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar

encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa

disertai lendir dan darah (Aru, 2015).

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa

juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan

berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi

dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan

neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar

(Dewi, 2010).

2. Etiologi

Menurut Dewi (2010) penyebab diare dapat disebabkan karena

beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorpsi, makanan, dan psikologi.

a) Infeksi

1) Enteral bakteri yang terjadi dalam saluran pencernaan dan

merupakan penyebab utama terjadinya diare, infeksi enteral

meliputi :
33

 Infeksi bakteri : Vibro, E. Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

 Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,

poliomyelitis, adenovirus, dan sebagainya.

 Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan

Strongilodies), protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia

Lamblia, dan Trichomonas Hominis), serta jamut (Candida

Albicans).

2) Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat

pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

Menurut Susilaningrum, Nursalam dan Utami, (2013) penyebab

gastroentritis selain infeksi, malabsorpsi, makanan, dan psikologi, ada juga

melalui kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya diare yaitu :

a) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama

kehidupan

b) Menggunakan botol susu

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

d) Air minum tercemar dengan bakteri tinja

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja, atau sebelum menjamah makanan.


34

3. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015) tanda dan gejala diare adalah

sebagai berikut:

a) Diare akut

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam

perut, rasa tidak enak, nyeri perut

3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada

perut

4) Demam

5) Dehidrasi ringan sampai berat

Berikut ini tanda dan gejala pada anak yang mengalami

diare menurut Wijayaningsih (2013) :

a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin

meningkat, nafus makan berkurang

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,

kadang disertai wial dan wiata

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja

menjadi lebih asam akibat banyayknya sam laktat.


35

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elasitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering

dan disertai penurunan berat badan

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah

turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran

menurun (apatis, samnolen, sopore, komatus) sebagai akibat

hipovolemik.

4. Patofisiologi

Patofisiologi gastroentritis menurut (Wijayaningsih, 2013)

mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit kedalam rongga usus

dan selanjutnya daire timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.


36

Selain itu juga diare dapat terjadi, akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan

asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian

mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang

selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai

berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada

diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

dalam tubuh, terjadinya penimbunana asam laktat karena adanya

anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat

karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan

terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan

intraseluler.

c. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh :
37

 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah berat.

 Walaupaun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran

dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.


38

5. WOC (Web Of Caustation)

Faktor Infeksi: Masuk melalui makanan yang tercemar


atau terkontaminasi
1. Bakteri
2. Parasit
3. Virus
Berkembang dalam usus

Melepaskan enterotoksin

Mengiritasi otot dan lapisan dan lapisan


intostinum

Menstimulasi fleksus submukosa dan


fleksus mienterik
MK:Ke
kurang
an Hipersekresi air, elektrolit dan lendir
volume
cairan
Meningkatkan isi rongga usus dan
mendorong agen infeksius
MK:
DIARE
DIARE

Frekuensi BAB MK: Kerusakan Menurunnya Pergerakan usus


meningkat integritas kulit kesempatan usus berlebihan
menyerap makanan

Peningkatan kehilangan Iritasi kulit sekitar Ketidaknyamanan


cairan dan elektrolit perianal abdomen
Nutrisi tidak terserap
dengan baik
Pelepasan mediator MK: Gangguan
Dehidrasi rasa nyaman
nyeri (histamin,
Malnutrisi
bradikanin,
prostaglandin dll)
Gangguan keseimbangan
Metabolisme menurun MK: Defisit
cairan dan elektrolit
Nutrisi
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri
MK:Resiko syok
Keletihan MK: Intoleransi
hipovolemik
aktivitas
Sumber: Nasrulloh, 201 Medula spinalis

Sumber: Nasrulloh (2013)

MK:Nyeri akut
Skema 1 WOC
39

6. Komplikasi

Menurut Dewi (2010), komplikasi diare adalah sebagai berikut :

1) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi

menjadi

a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB.

b. Dehidrasi sedang. Apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB.

c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB.

2) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila

penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan

menyebabkan penurunan tekanan darah.

3) Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus,

hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada perekaman

EKG.

4) Hipoglikemia

5) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa

karena kerusakan vili mukosa usus halus

6) Kejang

7) Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya

penderita mengalami kelaparan.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah

penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya

demam menunjukan infeksi spesies Salmonella, Shigella, atau


40

kampilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus

dilakukan, keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat peradangan

rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa (Sodikin, 2011).

1) Pemeriksaan tinja

 Makroskopis dan mikroskopis

a. Pemeriksaan makroskopis meliputi : Jumlah, konsistensi,

warna, bau, darah, lendir, dan parasit

b. Pemeriksaan mikroskopis meliputi : Protozoa, telur cacingan,

leukosit, eritrosit, epitel, kristal, dan sisa makanan

 Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan table

clinistes, jika diduga terdapat intoleransi gula.

2) Analisa gas darah apabila apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa (pernapasan kusmaul).

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, kalsium dan pospat.

8. Penatalaksanaan

Prinsip perawatan menurut (Dewi, 2010) diare adalah sebagai berikut :

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)

2. Diatetik (pemberian makanan)

3. Obat-obatan untuk umur 0 samapai 6 tahun lebih.

a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1

kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan

ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.


41

b. Sesuaikan dengan ukuran anak

 < 2 tahun diberikan ½ gelas

 2-6 tahun diberikan 1 gelas

 > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)

c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan

cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam 2 kali.

B. Konsep Nyeri Prosedur Invasif

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensor dan emosional yang tidak

menyenangkan dan bersifat sangat subjektif. Sebab, perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Dan, hanya

pada orang tersebutlah, yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa

nyeri yang dialaminya (Triyana, 2013).

Nyeri merupakan alasan seseorang mencari bantuan perawatan

kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik,

dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan

banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang

dialami oleh klien. Hal itu karena nyeri bersifat subjektif (antara satu

individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri).

2. Fisiologis Nyeri

Nyeri murapakan campuran reaksi fisk, emosi, dan perilaku. Cara

yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu

untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni : resepsi,


42

persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls

melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan

menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam

massa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat

berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibator, mecegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks

serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses

informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi

kebudayaan dalam upaya mempresepsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).

Munculnya nyeri erat kaitannya dengan resepotor. Reseptor nyeri

adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ

tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam

kulit yang merespons hanya terdapat stimulus kuat yang secara potensial

merusak (Triyana, 2013).

3. Patofisiologi Nyeri

Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri neuropati adalah

sensitisasi perifer, ectopic discarge, sprouting, sensitisasi sentral, dan

disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrioum dan

kalium terjadi setelah cidera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas

membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab

terhdapat munculnya nyeri neuropati spontan (Woolf, 2004). Keruskan

jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nisiseptor

disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi dijaringan
43

saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik.

Trauma atau lesi dijaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan

mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin,

prostaglandin, histamin, dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat

mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri spontan,

atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun

tidak langsung.

Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperagesia. Trauma

atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya

remodelling atau hipereksibilitas membran sel. Dibagian proksimal lesi

yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari,

tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang

tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak

mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan yang disebut

neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai ion-channel, terutama

Na+ cahnnel sehingga menyebabkan timbulnya nyeri spontan.

4. Nyeri Pada Anak

Nyeri merupkan stimulus yang dirasakan oleh sensori dan bersifat

subjektif, nyeri yang dialami oleh seorang anak mempengaruhi dan

melibatkan perkembangan, fisiologis, psikologis dan faktor-faktor

situasional pada anak tersebut (American Academy Of Pediatrics (AAP) &

American Pain Society (APS), (2013). Nyeri merupakan respon proteksi

dari potensi atau sedang terjadinya kerusakan jaringan tubuh (Mathew,


44

2003). Nyeri pada anak biasanya direkam sebagai pengalaman traumatik

yang tidak menyenangkan.

Tindakan invasif atau intervensi yang menimbulkan nyeri

merupakan salah satu hal yang ingin diminimalisasi atau dihilangkan

dalam prinsip atraumatic care. Pengalaman nyeri yang menimbulkan

trauma dan distress sedapat mungkin tidak terjadi dalam setiap tindakan

invasif. Sejumlah cara penilaian nyeri telah dikembangkan untuk

mengukur nyeri pada anak. Pengukuran nyeri dibagi menjadi 2 kategori,

yaitu: pengukuran objektif (objective measures) digunakan untuk

mengobservasi skor parameter perilaku (behavioral measures), atau

fisiologis (physiologic measures), dan pengukuran subjektif (subjective

measures) yaitu laporan dari (self report measures) yang digunakan agar

anak dapat mengukur nyerinya (Hockenberry, & Wilson, 2009: Potts &

Mandleco, 2012).

5. Pengukuran Skala Nyeri

Pengkajian perilaku sangat berguna untuk mengukur pada bayi dan

anak preverbal yaitu anak yang belum memiliki kemampuan untuk

mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan, atau pada anak dengan

gangguan mental yang memiliki kemampuan terbatas dalam

menyampaikan kalimat yang memiliki arti. Pengukuran ini bergantung

pada observasi dalam mengamati dan merekam perilaku anak misalnya

vokalisasi (suara), ekspresi wajah, dan gerak tubuh yang menunjukan

ketidaknyamanan. Pengukuran nyeri melalui pengamatan perilaku


45

seringkali reliabel dalam mengukur nyeri akut, nyeri dari prosedur yang

tajam seperti injeksi dan fungsi lumbar, namun kurang reliabel saat

mengukur nyeri yang berkepanjangan. Terdapat beberapa skala pengkajian

perilaku nyeri yang sering digunakan.

Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur

skor nyeri pada anak, diantaranya yaitu:

1) FLACC Pain Assessment Tool

Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak

mulai usia 2 bulan – 8 tahun namun telah digunakan juga pada usia 0-

18 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 untuk

tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah

ekspresi muka (0-2), gerakan kaki (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2),

kemampuan dihibur (0-2).

Hasil skor perilakunya adalah :

0 : Tidak Nyeri

1-3 : Nyeri ringan / ketidaknyamanan ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-10 : Nyeri hebat / ketidaknyamanan berat


46

TABEL 1
Instrumen Pengkajian Nyeri FLACC

Kategori Skor
0 1 2
Wajah Tidak ada Terkadang Sering atau selalu
ekspresi menyeringai atau meringis, rahang
tertentu atau meringis, menarik menggertak, dagu
senyuman diri, tidak tertarik. gemetar.
Tungkai Posisi normal Tidak tenang, Menendang, atau
atau relaks. gelisah, tegang. tungkai naik ke
atas.
Aktivitas Berbaring Menggeliat, Melengkung,
dengan tenang, berganti posisi ke kaku, atau
posisi normal, depan dan ke menyentak.
bergerak belakang, tegang.
dengan mudah.
Menangis Tidak menangis Mengerang atau Menangis terus-
(bangun atau merengek, menerus,
tertidur). terkadang berteriak atau
mengeluh. terisak, sering
mengeluh.
Kemampuan tenang, rileks. Terkadang Sulit untuk
untuk ditenangkan ditenangkan atau
tenang dengan dibuat nyaman.
menyentuh,
memeluk atau
berbicara dengan,
dapat didistraksi.
Sumber: Kyle, 2014.
47

2) FACES Pain Scale (anak usia 3-18 tahun)

Gambar 2.1
pengkajian nyeri faces pain rating scale
Sumber: (Wong, 2008).

6. Dampak atau Akibat Nyeri

Seseorang dapat menoleransi menahan nyeri (pain tolerance) atau

dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain

thresbold). Ada beberapa jenis dampak atau akibat nyeri diantaranya

adalah sebagai berikut menurut Triyana, 2013 :

a) Trauma pada jaringan tubuh.

b) Gangguan pada jaringan tubuh.

c) Tumor

d) Iskemia pada jaringan.

e) Spasme otot

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Rasa nyeri yang dialami seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal. Diantaranya adalah sebagai berikut


48

a) Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, Novayelinda dan

Nauli(2015) menunjukan bahwa nyeri yang diekspresikan oleh anak

usia toddler yaitu, menunjukan tingkah laku kaku dan menyentak.

Anak –anak tentu belum bisa mengungkapkan nyeri yang ia alami.

Sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang

dewasa terkadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia, cenderung memendam nyeri

yang dialami karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang

harus dijalani, dan mereka takut jika mengalami penyakit berat atau

meninggal jika nyeri diperiksakan.

b) Arti Nyeri

Arti nyeri bagi setiap orang berbeda-beda. Namun mayoritas

menganggap bahwa nyeri cenderung negatif, seperti membahayakan,

merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan

dan pengalaman.

c) Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif bagi

setiap orang. Persepsi diproses dibagian korteks (pada fungsi evaluatif

kognitif). Persepsi dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu

stimulsi nociceptor.
49

d) Toleransi Nyeri

Toleransi kaitanyya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-

obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, penglihatan, perhatian,

kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang

menurunkan toleransi anatara lain kelelahan, rasa marah, bosan,

cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan sebagainya.

(Triyana, 2013).

C. Konsep Pemasangan Infus

1. Definisi Pemasangan Infus

Proses memasukan jarumIV cateter ke dalam pembuluh darah vena

yang kemudian di sambungkan dengan selang infus dan dialirkan cairan

infus (Aryani, 2011). Keadaan-keadaan yang umunya memerlukan

pemasangan infus adalah :

a. Perdarah dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen

darah).

b. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).

c. Dehidrasi.

d. Klien yang memakai obt-obatan tertentu, seperti diuretik (dapat

menyebabkan ekresi air dan sodium) dan steroid (dapat menyebabkan

ekresi potasium).
50

2. Tujuan Pemasangan Infus

Tujuan pemasangan infus menurut (Aryani,2011) :

a. Memberikan sejumlah cairan ke dalam tubuh, ke dalam pembuluh

darah vena untuk menggantikan cairan tubuh atau zat-zat makanan.

b. Sebagai media pemberian obat.

3. Indikasi Pemasangan Infus

a. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

b. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam pembuluh

darah dalam jumlah terbatas.

c. Pemberian kantong darah dan produk darah.

d. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

e. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabli, misalnya resiko

dehidrasi, dan syok.

4. Kontraindikasi Pemasangan Infus

a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan

infus.

b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini di

gunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada

tindakan hemodialisi (cuci darah).

c. Obat-obatan yang berpotensi iritasi terhadap pembuluh vena kecil yang

aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh darah tungkai dan kaki).


51

D. Konsep Perawatan Atraumatik

1. Definisi Perawatan Atraumatik

Perawatan atraumatik adalah cara pemberian pelayanan terapeutik

oleh petugas kesehatan dengan menggunakan intervensi yang

menghilangkan atau meminimalkan distress fisik dan psikologis yang

dialami oleh anak dan keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan (wong,

2003).Asuhan terapeutik adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk mencegah, diagnosis, penanganan atau penyembuhan

penyakit kronis atau akut dengan tujuan utama perawatan atraumatik

adalah untuk meminimalkan timbulnya luka pada anak. Perawatan

atraumatik adalah cara pemberian pelayanan terapeutik oleh petugas

kesehatan dengan menggunakan intervensi.

2. Tujuan Perawatan Atraumatik

Tujuan utama perawatan atraumatik adalah “first, do no harm”

maksudnya jangan melakukan hal yang membahayakan anak dari awal

anak mengenal rumah sakit (Wong,2003).

3. Prinsip Perawatan Atraumatik

a. Mencegah dan menurunkan dampak perpisahan pada anak dengan

keluarga.

b. Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak.

c. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak

psikologis).

d. Tidak melakukan kekerasan pada anak.


52

e. Modifikasi lingkungan fisik.

E. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman

1. Definis Rasa Nyaman

Nyaman merupakan keadaan dimana seseorang merasakan nyaman

pada saat tertentu dan jauh dari ancaman. Menurut Potter & Perry (2006)

mengungkapkan kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan

ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-

hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan

tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti

dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. Contohnya dengan

merasakan sakit atau nyeri.

2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

sosial.

3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).

4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman

eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna dan

unsur alamiah lainnya.

Cara pandang yang holistik ini menguatkan konsep Mahon (1994),

yaitu harus memahami pengalaman nyeri sebagaimana nyeri itu

berlangsung. Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi


53

setiap individu. Pentalaksanaan nyeri lebih dari sekedar pemberian

analgesik. Dengan memahami nyeri lebih holistik, maka perawat dapat

mengembangkan strategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang

berhasil dengan menggunakan terapi dekapan, yang dilakukan oleh

keluarga. Intervensi ini melibatkan keluarga selama pemasangan infus

sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi anak.

Perubahan kenyamanan adalah dimana individu mengalami sensasi

yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap rangsangan yang

berbahaya (Lynda, 2000). Sensasi nyeri adalah salah satu perubahan

kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang disebabkan oleh stimulus

spesifik bersifat dan berbeda antara masing-masing individu karena

dipengaruhi faktor psikologi dan kultur dan endorphin seseorang,

sehingga seseorang tersebut lebih merasakan neyri (Potter & Perry,

2005). Nyeri merupakan perasaan dan pengalaman emosional yang

timbul dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensional atau

gambaran adanya kerusakan (NANDA,2005). Kebutuhan rasa nyaman

yang paling sering yang menyebabkan pasien datang ke unit gawat

darurat adalah rasa nyeri.

Pengkajian nyeri termuat dalam pengkajian keperawatan sebagai

pengkajian dalam penanganan pasien gawat darurat dalam secondary

survey setelah dilakukan penanganan primary survey (airway, breathing,

circulation, disability)Kebutuhan penanganan nyeri juga telah dibuatkan


54

standar operasional prosedur tersendiri sebagai pedoman dalam

penanganan nyeri yang berlaku dirumah sakit

F. Konsep Terapi Dekapan

1. Definisi Terapi Dekapan

Terapi dekapan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh

anggota keluarga yang terdekat dengan anak bisa ayah dan ibu ataupun

orang lain yang dekat dengan anak tersebut. Menurut Hockenberry &

Wilson, (2009) terapi dekapan merupakan penggunaan posisi yang

nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik yang erat

dengan orang tua atau pengasuh. Terapi dekapan atau disebut juga dengan

terapi memegang (comfort holding),clinical holding atau imobilisasi

merupakan tindakan untuk membatasi gerakan anak (Brenner, Parahoo, &

Taggarat, 2007). Terapi memeluk/mendekap merupakan pembatasan

gerakan untuk mengurangi terjadinya pengekangan pada anak saat

dilakukan tindakan invasif dan mengurangi dampak stres baik fisik

maupun psikologis anak, apabila psikologis anak tidak diminimalisirkan

dapat menyebabkan anak takut dengan tindakan medis. Dekapan dengan

posisi badan anak menghadap ke ibu, dimana dada bayi ketemu sejajar

dengan dada ibu. Posisi dapat dilakukan jika perkembangan yang baik

pada otot leher, kontrol kepala, kekuatanpunggung bayi disangga dengan

tangan ibu.

Posisi keluarga yang ada bersama anak saat dilakukan tindakan

invasif membuat anak merasa terlindungi dan anak merasa nyaman salah
55

satu kriteri kenyaman yaitu nyeri pada anak dapat berkurang. Giese,

(2010) menjelaskan pengaruh dekapan keluarga dan pemberian posisi

duduk saat dilakukan pemasangan infus efektif untuk menurunkan distress

pada anak, hal ini disebabkan karena posisi duduk dan dekapan keluarga

dapat memberikan kenyamanan pada anak dan immobilisasi yang cukup

untuk dilakukan tindakan pemasangan infus. Anak yang tenang sebelum

pemasangan infus akan membutuhkan waktu yang sedikit dan perawat

yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang sudah marah dan

menolak dilakukan tindakan karena alasan tertentu, sehingga memudahkan

perawat untuk melakukan tindakan medis kepada anak apabila anak

tersebut dapat tenang.

2. Posisi Terapi Dekapan

Beberapa posisi yang nyaman saat dilakukan terapi dekapan

diantaranya adalah (American Family Children's Hospital, & Saint

Joseph's Children's Hospital)Posisi duduk dalam dekapan keluarga (Bear

Hug Position)

Anak duduk dipangku ibu, ayah atau keluarga lain dengan chest to

chest straddle position, yaitu posisi anak berhadapan, dengan dada anak

bersandaran pada dada orang yang memangku, dengan posisi kaki anak

mengangkang pada pangkuan, lengan orang tua atau keluarga yang

memangku mendekap tubuh anak. Pada posisi ini anak tidak melihat

prosedur tindakan, sebagian daerah lengan dan kepala dilakukan dekapan.

Pada posisi ini biasanya 2 orang sebagai restrain (Two hold person).
56

GAMBAR 1.2
Posisi duduk dalam dekapan (Bear Hug Positino)

1. Posisi duduk ke samping (Side sitting position)

Posisi ini diberikan pada anak yang lebih besar bila anak tidak

dapat duduk mengangkang pada perawat atau orang tua, gerakan tubuh

dapat iminimalkan tetapi kaki dapat berayun sehingga dapat bergerak

bebas.

GAMBAR 1.2
Posisi duduk ke samping
57

2. Posisi tidur membedong/meringkuk (Swaddle/ Snuggle position)

Posisi ini diberikan pada bayi dengan menempatkan orang tua atau

pengasuh berbaring menyamping di tempat tidur. Orang tua tetap

menjaga kontak mata dengan bayinya dan mendekap mulai dari kaki

hingga lengan. Orang tua dapat menggunakan lengannya atau selimut

sebagai penahan. Bahu dan ekstremitas daerah penusukan jarum bayi

dalam posisi stabil.

GAMBAR 1.3
Posisi tidur membedong/meringkuk

3. Posisi Memeluk dari Belakang (Kangaroo Hug)

Posisi ini dilakukan dengan cara memeluk dari belakang tubuh

pada bagian atas dan di bawah pinggang anak. Kaki orang tua

disilangkan di atas kaki anak atau membungkus sekitar kaki anak

dengan selimut. Posisi ini dapat digunakan pada anak usia prasekolah

dan sekolah.
58

GAMBAR 1.4
Posisi memeluk dari belakang

4. Posisi sentuhan yang nyaman (Comfort Touch)

Posisi ini dapat digunakan pada anak usia sekolah dan remaja.

Sentuhan dapat dilakukan di tangan dan lengan. Keluarga dapat

memijat dengan lembut tubuh anak (kepala, wajah, lengan, kaki).

Perawat yang akan melakukan penusukan memegang tangan anak di

tempat tidur. Sebisa mungkin memberikan posisi rileks bagi anak.

Perawat juga dapat menganjurkan anak melalui ibunya agar tetap

melakukan relaksasi nafas dalam.


59

GAMBAR 1.5
Posisi sentuhan yang nyaman

Keterlibatan keluarga dalam terapi mendekap sering dilakukan

pada anak terutama terapi dekapan melibatkan ibu/keluarga, mendekap

anak secara erat dengan mempertahankan adanya kontak mata diantara

mereka, bertujuan untuk sengaja memprovokasi tekanan pada anak sampai

anak membutuhkan dan menerima kenyataan. Hal ini dapat meningkatkan

hubungan anak dan orang tua serta membuka kemampuan anak untuk

dapat berhubungan dengan orang lain. Spark, Setlik dan Luhman (2007)

dalam penelitiannya mengatakan dampak dekapan orangtua dan posisi

duduk dapat menurunkan nyeri anak pada saat dilakukan pemasangan

infus. Kehadiran orangtua selama prosedur merupakan kemitraan antara

keluarga dan tenaga profesional perawat, yang merupakan aplikasi dari

family centerd care (FCC).

Pembatasan aktivitas yang sering dilakukan pada anak terutama

terapi dekapan melibatkan ibu/ pengasuh, mendekap anak secara erat

dengan mempertahankan adanya kontak mata diantara mereka, bertujuan

untuk sengaja memprovokasi tekanan pada anak sehingga anak dapat


60

tenang saat akan dilakukan tindakan invasif. Hal ini sejalan dengan

Isoardi, (2008) dalam penelitianya responden saat dilakukan pemasangan

infus di dampingi orang tua akan merasa tenang dan memudahkan perawat

untuk melakukan tindakan pemasangan infus.

Pemasangan infus pada anak akan menyebabkan anak takut pada

tindakan medis yang menakutkan bagi mereka. Tindakan pemasangan

infus menyebabkan nyeri, pengurangan nyeri merupakan kebutuhan dasar

dan hak bagi setiap anak (Wong , 2009). Saat nyeri yang dirasakan anak

tidak diatasi dengan baik maka akan memberikan dampak pada fisik dan

psikologis anak (Twycross, 2009). Teori mengenai nyeri menjelaskan

bahwa ketika perawat menyuntikkan jarum hal tersebut merangsang

serabut saraf kecil (reseptor nyeri) sehingga menyebabkan inhibitor neuron

tidak aktif dan gerbang terbuka, pada saat yang bersamaan anak diberikan

terapi dekapan yang memberikan efek menenangkan dan merangsang

serabut saraf besar menyebabkan inhibitor neuron dan projection neuron

aktif. Inhibitor neuroan mencegah projection neuron mengirimkan sinyak

ke otak, sehingga gerbang tertutup dan stimulasi nyeri yang diterima tidak

sampai keotak (Suzanne, 2006).

Terapi mendekap ini dapat mendukung perawatan atraumatik pada

anak untuk mengurangi rasa nyeri pada saat pemasangan infus. Terapi

dekapan tidak dapat terlepas dari pemberian posisi yang nyaman bagi

anak. Pemberian posisi ini merupakan teknik yang tepat dalam membantu

meminimalkan dampak distress yang disebabkan oleh nyeri pada anak


61

tersebut selama prosedur invasif. Pemberian posisi ini dapat dilakukan

dalam berbagai macam tindakan invasif diantaranya pemasangan infus,

pengambilan sampel darah, pemasangan NGT, imunisasi dan pemberian

injeksi. Tujuan pemberian posisi yang nyaman menurut The Children

Mercy Hospital (2010) adalah untuk imobilisasi ekstremitas anak saat

dilakukan prosedur, memberikan rasa aman dan senang bagi anak,

memberikan kenyamanan melalui kontak langsung dengan orang tua.

Orang tua berpartisiasi memberikan bantuan posisi bukan dalam bentuk

menahan secara negatif.

G. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada

saat ini dan riwayat sebelumnya (Potter & Perry, 2013). Pengkajian

keperawatan terdiri dari 2 tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data

dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis

seluruh data sebgai dasar untuk menegakkandiagnosis keperawatan.

a) Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,

umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang

tua, penghasilan. Untuk umur pada pasien diare akut, sebagian besar

adalah anak di bawah dua tahun.


62

b) Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat

kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali

dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari

sepuluh kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14

hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare

persisten.

c) Riwayat penyakit sekarang

1) Mula-mula bayi/anak mulai cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemungkianan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau atau darah. Warna

tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan

sifatnya makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala

dehidrasi mulai tampak.

6) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi

dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit

gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam

waktu 6 jam (dehidrasi berat).


63

d) Riwayat kesehatan meliputi sebagai berikut :

1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak.

Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak

dengan campak atau yang menderita campak dalam empat minggu

terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)

karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare.

3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah dua tahun

biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum,

selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda dan gejala

infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis,

faringitis, bronko pneumonia, ensefalitis (Suharyono, 1999:59).

e) Riwayat nutrisi

Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai

berikut :

1) Pemberian ASI penuh pada anak 4-6 bulan sangat mengurangi

resiko diare dan infkesi yang serius

2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak,

diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih

akan mudah terjadi pencemaran.

3) Perasaan haus Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus

(minum biasa), pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus,


64

ingin minum banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anak malas

minum atau tidak bisa munum.

f) Kenyamanan/aman

1. Lingkungan : lingkungan yang nyaman dapat membuat anak

merasa tenang.

2. Kehadiran orangtua dan keluarga dapat membuat anak nyaman.

3. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

 Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

 Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).

 Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).

2) Secara sistemik dari kepala sampai kaki

a) Sistem Integumen

1) Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit, dan turgor

kulit

2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan pada kulit atau teraba

panas

b) Kepala

1) Inspeksi : bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta

bentuk kepala

2) Palpasi : apakah terdapat benjolan atau tidak


65

c) Leher

1) Inspeksi : apakah terlihat pembengkakan kelenjar tiroid

atau tidak

2) Palpasi : apakah ada pembengkakan kelenjar tiroid atau

tidak

d) Muka

1) Inspeksi : bagaimana bentuk muka, terlihat pucat atau tidak

2) Palpasi : apakah terdapat edema di daerah muka

e) Mata

1) Inspeksi : bagaimana bentuk mata, keadaan

konjungtiva,keadaan pupil, dan seklera

2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak

f) Telinga

1) Inspeksi : apakah terdapat kelainan pada telinga berupa

bentuk

2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak

g) Hidung

1) Inspeksi : bagaimana bentuk hidung, keadaan bersih atau

tidak, dan terdapat sekret atau tidak

h) Mulut dan Faring

1) Inspeksi : bagaimana bentuk mulut, memberan mukosa

kering atau lembab, dan kelainan pada lidah


66

i) Thoraks

1) Inspeksi : bagaimana bentuk dada simetris atau tidak

2) Palpasi : apakah ada benjolan atau tidak

3) Perkusi : apakah terdapat cairan atau tidak

4) Auskultasi : apakah ada suara tambahan atau tdak

j) Abdomen

1) Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen

2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak

3) Perkusi : apakah ada suara tambahan atau tidak seperti

kembung

4) Auskultasi : bagaimana bising usus

k) Inguinal-Genetalia-Anus

Bagaimana bentuk alat kelamin, normal atau tidak

l) Ekstremitas

Apakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, dan nyeri

otot

3) Berat badan

Menurut Susilaningrum, 2013, anak yang diare dengan dehidrasi

biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:


67

Tabel 2
Penurunan Berat Badan Anak Diare Dengan Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan (%)

Bayi Anak Besar

Dehidrasi ringan 5% (50ml/kg) 3% (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 6% (60 ml/kg)

ml/kg)

Dehidrasi berat 10-15% (100-150 9% (90 ml/kg)

ml/kg)

4) Pemeriksaan psikologi

a) Anak memiliki sifat tempramen atau tidak

b) Anak kooperatif atau tidak kooperatif

c) Anak didampingi orangtua atau tidak didampingi orangtua

5) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan

diagnosa (kasual) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi

yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak

diare yaitu:

a) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopis maupun

mikroskopis dengan kultur.

b) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (Ph, clinic test),

lemak, dan kulture urine


68

2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan selama proses

perawatan. Pedoman diagnosa keperawatan yang digunakan di seluruh

dunia saat ini mengacu pada NANDA International (NANDA-I).

Masalah yang sering terjadi pada anak dengan diare menurut SDKI

(2016) :

a. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang

berlebih

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekresi/BAB sering

e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Intervensi

Langkah pertama adalah menetapkan tujuan dan hasil yang

diharapkan bagi klien. Langkah kedua perencaan keperawatan adalah

merencanakan intervensi keperawatan yang akan diimplementasikan

kepada klien. Dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil perawat

menggunakan pedoman Nursing Outcomes Classification (NOC).

Sedangkan dalam merencanakan intervensi keperawatan digunakan

Nursing Interventions Classification (NIC) sebagai acuan.


TABEL 3 Intervensi keperawatan
NO Diangnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Diare berhubungan dengan iritasi NOC NIC 1. Untuk mengkaji beratnya
gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Diare : diare
selama 3x24 jam, diharapkan diare 1. Monitor diare/pengeluaran 2. Peningkatan berat badan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Timbang berat badan dengan penting untuk mengetahui
Kontinensia usus: teratur. perubahan status nutrisi
 Minum cairan secara adekuat 3. Intruksikan pasien/keluarga untuk 3. Agar dapat mengetahui
 Mempertahankan kontrol mencatat warna, volume, perkembangan kesehatan
pengeluaran feses frekuensi dan konsistensi BAB. pasien
 Memantau jumlah dan konsistensi 4. Anjurkan keluarga untuk 4. Mambantu mengurangi
feses memberikan makan dengan porsi distensi lambung
Eliminasi Usus : kecil. 5. Mengetahui cairan yang

 Warna feses kuning 5. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi

 Feses lembut dan berbentuk lunak Manajemen pengobatan : kebutuhan cairan


6. Tentukan obat apa yang 6. Untuk mengurangi diare
diperlukan, dan kelola menurut secara efektif dengan
protokol menggunakan obat
7. Ajarkan pasien atau keluarga 7. Supaya keluarga bisa
mengenai metode pemberian obat memberikan obat secara
8. Ajarkan pasien atau keluarga mandiri
tentang efek samping pemberian 8. Untuk menambah

11
12

NO Diagnosa kep Tujuan Intervensi Rasional


9. obat. 9. pengetahuan keluarga
tentang obat tersebut

2. Kekurangan volume cairan NOC NIC 1. Memberikan informasi


berhubungan dengan output Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan/elektrolit : tentang keseimbangan cairan
cairan yang berlebih selama 3x24 jam, diharapkan 1. Pertahankan catatan intake dan 2. Hipotensi (termasuk
kekurangan volume cairan dapat output yang akurat postural), takhikardia,
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi demam dapat menunjukan
Keseimbangan cairan : (kelembapan membran mukosa, respon terhadap dan atau
 Turgor kulit elastis nadi adekuat dan suhu tubuh), efek kehilangan cairan
 Kelembapan membran kulit jika diperlukan 3. Mengetahui pemasukan
 Denyut nadi 88 3. Monitor status nitrisi nutrisi pada pasien

 Berat badan meningkat 4. Pantau adanya tanda dan gejala 4. Adanya perubahan pola
dehidrasi makan seperti nafsu makan
Manajemen hipovolemik : berkurang akan dapat
5. Monitor status cairan memperburuk status klien
6. Monitor tingkat Hb dan Ht intake kurang
5. Mengetahui pemasukan dan
pengeluaran cairan pasien
6. Mengetahui nilai hb dan ht
agar dalam batas normal
13

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

3. Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC 1. Perubahan pada karakteristik


agen pencidera fisiologis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri: nyeri dapat mengurangi
selam 3x24 jam diharapkan nyeri akut 1. Lakukan pengkajian nyeri secara penyebaran penyakit/terjadi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: menyeluruh meliputi skala, komplikasi
Kontrol nyeri: durasi, karakteristik nyeri dan 2. Melihat kondisi klien pada
 Mengenali kapan nyeri terjadi faktor pencetus nyeri saat nyeri kambuh
 Menggambarkan faktor penyebab 2. Observasi kenyamanan noverbal 3. Supaya klien dapat
 Melaporkan nyeri yg muncul 3. Ajarkan tehnik nonfarmakologi mengatasi nyerinya dan

 Melaporkan penurunan skala nyeri misal relaksasi, guide imaginary, mengurangi intensitas nyeri
terapi musik, distraksi dan terapi 4. Lingkungan bisa menjadi
dekapan. pemicu meningkatnya nyeri
4. Kendalikan faktor lingkungan 5. Analgetik dapat membantu
yang dapat mempengaruhi respon menurunkan nyeri
pasien terhadapa 6. Agar tidak terjadi kesalahan
ketidaknyamanan misal, suhu dalam pemberian obat sesuai
lingkungan, cahaya, dan jenis indikasi
kegaduhan 7. Untuk mengurangi resiko
5. Kolaborasi pemberian analgetik kesalahan dalam pemberian
sesuai indikasi obat
Pemberian analgetik: 8. Untuk mencegah terjadinya
14

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


6. Tentukan lokasi, karakteristik, komplikasi pada pasien
kualitas, dan tingkat nyeri 9. Untuk menghindari
sebelum mengobati pasien terjadinya kesalahan saat
7. Cek obat meliputi jenis obat, dan diberikan terapi obat.
frekuensi pemberian analgetik
8. Tentukan analgetik yang tepat,
cara pemberian, dan dosis yang
tepat
9. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgetik

4. Integritas kulit, kerusakan NOC NIC 1. Pakaian yang longgar akan


berhubungan dengan ekresi/BAB Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen pressure membuat anak terhindah dari
sering selama 3x24 jam, diharapkan integritas 1. Anjurkan keluarga untuk iritasi
kulit, kerukan dapat teratasi dengan memakaikan pakaian yang 2. Tempat tidur yang kerut akan
kriteria hasil: longgar merusak jaringan yang mulai
Integritas jaringan : kulit dan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur membaik.
membran mukosa 3. Monitor kulit adanya kemerahan 3. Untuk mengetahui tanda-
 Turgor kulit elastis 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap tanda infeksi.
 Tidak ada luka/lesi pada kulit bersih dan kering 4. Menghindari terjadinya
 Perfusi jaringan baik 5. Memandikan pasien dengan infeksi.
15

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


sabun dan air hangat 5. Dengan memandikan klien
6. Oleskan lasion atau minyak/baby akan mempertahankan
oil pada daerah yang tertekan kebersihan kulit klien
6. Untuk membuat kulit supaya
tetap lembab.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan NOC NIC 1. Memperbaiki defisit status


dengan kelemahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen energi: fisiologis sebagai prioritas
selama 3x24 jam, diharapkan 1. Kaji status fisiologis pasien yang utama
intoleransi akitivitas dapat teratasi menyebabkan kelelahan sesuai 2. Untuk mengetahui supaya
dengan kriteria hasil: dengan kontek usia dan pasien tidak salah untuk
Daya tahan perkembangan melakukan aktivitas
 Aktivitas fisik normal 2. Tentukan jenis dan banyaknya 3. Istirahat untuk memenuhi
 Daya tahan otot normal 5 aktivitas yang dibutuhkan untuk atau memulihkan kondisi
 Melakukan aktivitas rutin menjaga kesehatan pasien
3. Anjurkan tidur siang bila 4. Monitor waktu dan pola tidur
diperlukan klien dapat membantu
4. Monitor/catat waktu dan lama perawat mengetahui apakah
istirahat tidur pasien klien mengalami gangguan
5. Buat batasan untuk aktivitas tidur atau tidak
hiperaktif klien saat mengganggu 5. Supaya tidak mengganggu
16

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


yang lain atau dirinya pasien lainnya
6. Batasi stimulasi lingkungan 6. Rangsangan yang berlebihan
dapat memperbesar proses
penyakit

6. Gangguan rasa nyaman NOC NIC 1. Memberikan kesemptan


berhubungan dengan gejala Setelah dilakukan asuhan keperawtan Manajemen lingkungan: untuk klien supaya
penyakit selama 3x24 jam, diharapkan gangguan kenyamanan beristirahat
rasa nyaman dapat teratasi dengan 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Supaya klien dapat nyaman
kriteria hasil: dan mendukung dengan lingkungan yang
NOC 2. Sediakan lingkungan yang aman bersih
Status kenyamanan fisik: dan bersih 3. Untuk memberikan
 Tingkat energi 3. Anjurkan keluarga untuk kenyamanan pada anak saat
 Kesejahteraan fisik melakukan terapi dekapan pada dilakukan prosedur medis.
 Relaksasi otot anak saat dilakukan pemasangan 4. Suhu ruangan harus diubah
infus . atau dipertahankan, suhu
4. Sesuaikan suhu ruangan yang harus mendekati normal.
paling nyaman 5. Supaya keluarga paham
5. Jelaskan tujuan pasien dan dalam mengelola lingkungan
keluarga dalam mengelola dan kenyeman yang optimal.
lingkungan dan kenyaman yang 6. Untuk meningktakna kulitas
17

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


optimal istirahat pasien
6. Posisikan pasien senyaman
mungkin.
18
4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan

(Lestari, 2016). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan

intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan

penegakan diagnosis keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan

yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai

tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan

meningkatkan status kesehatan klien. Perawat memberikan pelayanan

kesehatan yang memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah

komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan (Sunaryo, 2016)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap

ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau

kesejahteraan klien (Lestari, 2016). Hal yang perlu diingat adalah evaluasi

merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak

dengan klien. Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-

kepusan kinis dan secara terus menerus mengarah kembali ke asuhan

keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan pada pasien gastroentritis akut

adalah diare dapat teratasi, kekurangan volume cairan dapat teratasi dan

feses dengan kriteria tidak cair lagi.

62
63

6. Kerangka Konsep

Gastroenteritis akut Dehidrasi

Hospitalisasi

Gangguan rasa nyaman: Nyeri Pemasangan infus


saat pemasangan infus

Terapi dekapan

Evaluasi

Skema 2
Kerangka Konsep
64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Berdiri Sejak Tahun 1938,

dengan namaCentrale Bougerlijke Ziekeninrichting. Tahun 1964 nama

Centrale Bougerlijke Ziekeninrichting dirubah menjadi Rumah Sakit

Umum Daerah Lubuklinggau berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 21215/Kab/1964 tanggal 14 April 1964, bersamaan

dengan itu pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Lubuklinggau

diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas sebagai

pemilik RumahSakit. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Musi

Rawas Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Musi Rawas, nama Rumah

Sakit Daerah Lubuklinggau berubah menjadi Rumah Sakit Daerah

Kabupaten Musi Rawas.

RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas menempati lahan seluas

10,960m2 dengan luas bangunan 3.431m2, tahun 2013 luas bangunan

menjadi 8.872m2 termasuk bangunan lantai 1, dengan luas parkiran

±1000 m2. Secara geografis RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas

terletak pada 102051’49,9”BT sampai 102051’46,1”BT dan


65

03017’40,1”LS sampai 03017’51,3”LS berada di Kota Lubuklinggau

tepatnya di Jalan YosSudarso No.13 Kota Lubuklinggau.

Layanan Kesehatan yang tersedia di RSUD dr. Sobirin terbagi atas

sebagai berikut :

a. Layanan Rawat Jalan

Yang terdiri Klinik Umum, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit

Anak, Klinik Penyakit Mata, Klinik kesehatan Ibu dan Anak dan

Penyakit Kandungan, Klinik Penyakit THT, Klinik Penyakit Gigi dan

Mulut, Klinik Penyakit Bedah, Klinik Konsultasi Gizi, Klinik VCT,

Klinik Psikologi dan Klinik Akupunktur.

b. Layanan Rawat Inap

Yang terdiri Ruang perawatan umum (Pavilliun), Ruang perawatan

kebidanan dan kandungan (Mawar dan Asoka), Ruang perawatan

bedah (Cempaka dan Kenanga), Ruang perawatan penyakit dalam

(Anggrek dan Nusa Indah), Ruang penyakit anak dan perinatology

(Melati), Ruang perawatan non infeksi (Teratai), dan Ruang

perawatan intensif / ICU (Bougenville).

c. Layanan Gawat Darurat

d. Layanan Penunjang Medis

Yang terdiri Radiologi 24 Jam, Laboratorium 24 Jam, Farmasi 24

Jam, UTDRS (Unit Tranfusi Darah Rumah Sakit), Gizi, Rehabilitasi

Medis dan Hemodialisa.

e. Layanan Medical Check Up


66

Dalam Penelitian ini penelitian menggunakan Ruang Penyakit

Anak & Perinatologi (Melati) yaitu ruang penyakit anak yang menangani

semua kasus yaitu, baik kasus kegawatdaruratan maupun tidak. Ruang

melati terdiri dari 3 kelas, ruang neonatus, ruang infeksius, dan ruang

isolasi. Kelas 1 terdiri dari 3 ruangan dalam satu ruangan terdiri dari 1

tempat tidur, kelas 2 terdiri dari 2 ruangan dalam satu ruangan terdiri dari

4 tempat tidur, kelas 3 terdiri dari 1 ruangan dalam satu ruangan terdiri

dari 6 tempat tidur, ruang neonatus terdiri dari 6 inkubator, ruang

infeksius terdiri dari 6 tempat tidur, dan ruang isolasi terdiri dari 1 tempat

tidur. Konsep atraumatik diruangan melati sudah tergambar dengan

adanya dekorasi didinding yang ada diruangan tersebut.

2. Karakteristik Subjek Penelitian (Identitas Klien)

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasusyaitu

Subjek I dan Subjek II.Kedua subjek ini sudah sesuai dengan kriteria

inklusi yang telah ditetapkan.

Subjek I

Subjek Idengan inisial An.A berusia 1 tahun 2 bulan, beragama islam,

belum sekolah. An.A masuk rumah sakit pada tanggal 09 Juni 2018 pukul

10.00 WIB dengan keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair

sudah 3 hari yang lalu dengan lebih dari 8 kali dan muntah lebih dari 2

kali. Penyebab dari terjadinya gastroentritis akut ibu klien mengatakan

anaknya sering diberikan jajanan dan permen oleh kakanya dan ibu klien

mengatakan mempunyai kebiasaan makan nasi 1x selebihnya makan


67

makanan ringan. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya ketika sering

menangis menangis. Saat pengkajian anak tampak lemas, pucat dan

keadaan umum klien lemah. Tanda-tanda vital klien, P: 18 x/m, BB : 9

kg, N : 99 x/m dan T : 37,8ºC. Keadaan umum klien turgor kulit klien

kering, klien lemas, klien tampak pucat, dan mukosa bibir tampak kering.

Subjek II

Subjek II dengan inisial An.R berusia 2 tahun 6 bulan, beragama islam,

belum sekolah. An.R masuk rumah sakit pada tanggal 09 Juni 2018 pukul

15.00 WIB dengan keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair

sudah 2 hari yang lalu dengan intensitas 7 kali. Sebelum mengalami

mencret ibu anak “R” mengatakan anaknya jarang mencuci tangan ketika

mau makan, selalu membeli jajanan bersama teman sebayanya dan jarang

makan nasi. Pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya sering

menangis, anaknya lemah dan pucat, kemudian langsung dibawa ke

Rumah Sakit. Tanda-tanda vital pasien, P : 20 x/m, BB : 14 kg, N : 88

x/m dan T : 37,9. Keadaan umum klien turgor kulit klien kering, klien

tampak lemah, dan klien tampak pucat.


68

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 4.1
Hasil Pengkajian (Observasi) Awal
Dua Orang Subjek
Subjek
I II
I. BIODATA
A. Identitas klien
1) Nama AN.A AN.R
2) Tempat tanggal lahir Lubuk Tanjung, 06 Muara Beliti, 10
maret 2017/ Januari 2016/

3) Usia 1 tahun 2 bulan 2 tahun 6 bulan

4) Jenis kelamin Perempuan Laki-laki


5) Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah
6) Agama Islam Islam
7) Alamat Lubuk tanjung Muara beliti
8) Tanggal masuk 09 Juni 2018 10 Juni 2018
9) Tanggal pengkajian 10 Juni 2018 11 Juni 2018
10) No. Register 136413 137650
11) Diagnosa medis Gastroentritis Akut Gastroentritis Akut
B. Identitas orangtua
Ayah
1) Nama TN.N TN.B
2) Usia 35 tahun 28 Tahun
3) Pendidikan SMA SMA
4) Pekerjaan Pedagang Petani
5) Agama Islam Islam
6) Alamat Lubuk tanjung Muara beliti
Ibu
a. Nama NY.S NY.A
b. Usia 33 Tahun 22 Tahun
c. Pendidikan SMP SMA
d. Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
e. Agama Islam Islam
69

Subjek

1 II
f. Alamat Lubuk tanjung Muara beliti

II. Riwayat Kesehatan


1) Riwayat kesehatan
sekarang
a. Keluhan Utama Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
anaknya sudah BAB anaknya BAB cair
cair selam 3 hari lebih dari 2 hari
dengan lebih dari 8 dengan lebih dari 7
kali perhari dan kali perhari
muntah lebih dari 2
kali

b. Riwayat keluhan utama Sebelum mengalami Sebelum mengalami


mencert anak “A” mencret anak “R”
sering diberikan jarang mencuci tangan
jajanan dan permen ketika mau makan,
oleh kakaknya dan selalu membeli
kebiasaan makan nasi jajanan bersama teman
1x sehari selebihnya sebanyanya dan jarang
makan makanan makan nasi
ringan

c. Keluhan pada saat Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


pengkajian anaknya menangis, anaknyaanak sering
anaknya tampak menangis, turgor kulit
pucat, turgor kulit kering dan anak
kering dan anaknya terlihat lemas
lemas
2) Riwayat kesehatan lalu
(khusu untuk anak
usia0-5 tahun)
a. Prenatal care
1. Ibu memeriksakan Puskesmas Puskesmas
kehamilannya setiap minggu
70

Subjek

I II
2. Riwayat terkena radiasi Ibu tidak pernah Ibu tidak pernah
melakukan rontgen melakukan rontgen
3. Riwayat berat badan selama Berat badan selama Berat badan saat hamil
hamil hamil naik secara naik secara bertahap
bertahap
4. Riwaya imunisasi TT Klien melakukaan Klien melakukan
imunisasi TT di imunisasi TT di
Puskesmas Puskesmas
5. Golongan darah ibu B A
6. Golongan darah ayah O O
b. Natal
1. Tempat melahirkan Klinik Rumah sakit
2. Jenis persalinan Normal tidak ada Normal tidak ada
masalah masalah
3. Penolong persalinan Bidan Bidan
4. Komplikasi yang dialami ibu Tidak komplikasi saat Ada komplikasi karen
saat melahirkan dan setelah melhirkan dan setelah ibu pernah dirawat di
melahirkan melahirkan rumah sakit karena
mual muntah yang
berlebih
c. Post natal
1. Kondisi bayi Baik Baik
2. APGAR 8 8
3. Anak pada saat lahir tidak Asfiksia ringan Asfiksia ringan
mengalami
Untuk semua usia
1. Klien pernah mengalami Demam Flu dan batuk
penyakit
2. Pada umur 4 bulan 3 bulan
3. Diberikan obat Parasetamol Parasetamol
4. Perkembangan anak Baik Baik
dibandingkan saudaranya
71

Subjek
I II
III. Imunisasi Lengkap Lengkap
IV. Riwayat Tumbuh
Kembang
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan 8 kg 16 kg
2. Tinggi badan 75 cm 98 cm
3. Waktu tumbuh gigi 8 bulan 7 bulan
4. Jumlah gigi 3 buah 4 buah
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling 5 bulan 6 bulan
2. Duduk 7 bulan 9 bulan
3. Merangkak 7 bulan 8 bulan
4. Berdiri 10 bulan 11 bulan
5. Berjalan Bisa , belum lancar Sudah bisa
6. Senyum kepada 4 bulan 4 bulan
orang lain pertama
kali
7. Bicara pertama kali Ibu Orangtua
dengan menyebutkan
8. Berpakaian tanpa Belum bisa Belum bisa
bantuan
V. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI 0-2 tahun 0-2 tahun
VI. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama Orangtua Orangtua
2. Lingkunagn berada Komplek perumahan Di dekat sekolah
3. Rumah dekat dengan Tetangga Tetangga
4. Tempat bermain Rumah klien Halaman rumah
5. Rumah ada tangga Ada Ada
6. Hubungan anatar Baik Baik
anggota keluarga
7. Pengasuh anak Orangtua dan nenek Orangtua dan nenek
VII. Riwayat Spiritual
72

Subjek
I II
1. Support sistem dalam Baik Baik
keluarga
2. Kegiatan keagamaan Orangtua melakukan Orangtua melakukan
solat 5 waktu solat 5 waktu
VIII. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga Belum pernah Belum pernah
tentang sakit dan
rawat inap
1. Ibu membawa Anaknya mencret Anaknya mencret
anak ke rumah sudah 3 hari yang lalu sudah 2 hari yang lalu
sakit karena dan muntah lebih dari
2 kali

2. Apakah dokter Iya dokter Iya dokter


menceritakan menceritakan pada menceritakan pada
tentang kondisi orangtua orangtua
anak
3. Perasaan Cemas dan khawatir khawatir dengan
orangtua saat ini dengan kondisi anak kondisi anak
4. Orantua selalu Iya Iya
berkunjung k RS
5. Yang akan Orangtua dan nenek Orangtua dan nenek
tinggal dengan
anak
IX. Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
a) Frekuensi makan 1 x /hari 1 x /hari
b) Nafsu makan Kurang Baik Kurang Baik
c) Jenis makanan rumah Bubur Bubur
d) Makanan yang tidak Ada, sayur sayuran Ada, sayur sayuran
disukai
2) Pola Eliminasi
BAK
a) Frekuensi 5x/hari 7x/hari
73

Subjek
I II
b) Warna Kekuning-kuningan Kekuning-kuningan

c) Keluhan saat BAK Tidak ada Tidak ada


BAB
a) Frekuensi >10x/hari >8x/hari
b) Warna Kuning Kuning
c) Konsistensi Cair Cair
d) Keluhan Ada, BAB cair lebih Ada, BAB cair lebih
dari 8 klai cair seperti dari 7 kali, cair seperti
air dan di sertai lendir air
3) Pola Personal Hygiene
Mandi
a) Frekuensi 1x/hari 1x/hari
b) Sabun Tidak Tidak
Oral Higyene
a) Frekuesni 1 x/hari 1 x/hari
b) Waktu Tidak tentu Tidak tentu
Cuci Rambut
a) Frrekuensi Tidak tentu Tidak tentu
b) Shampoo Tidak Tidak
4) Pola istirahat tidur
a) Lama tidur 5 jam/hari, siang : 2 9 jam/hari, siang : 3
jam, malam : 6 jam jam, malam : 7 jam
b) Kebiasaan sebelum Menonton TV Menonton TV
tidur
c) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5) Pola aktifitas dan
latihan
a) Kegiatan dalam Tidak bekerja Tidak bekerja
pekerjaan
b) Waktu bekerja Tidak bekerja Tidak bekerja
c) Olah raga Tidak pernah Tidak pernah
d) Kegiatan waktu Bermain dengan Bermain dengan
luang orangtua teman
e) Keluhan dalam Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
74

Subjek
I II
f) Aktifitas
6) Pola Promosi Kesehatan
X. Pemeriksaan Fisik
b. Keadaan umum Lemah Lemah
c. Kesadaran Composmetis Composmetis
d. Tanda tanda vital
1) Tekanan darah - -
2) Respirasi 18 x/m 20 x/m
3) Berat badan 9 Kg 14 Kg
4) Nadi 99 x/m 88 x/m
5) Suhu 37,8C 37,9C
6) TB 78 cm 99 cm
e. Kepala
Inpeksi
Keadaan rambut dan
hygiene kepala
1. Warna rambut Hitam Hitam
2. Penyebaran Belum merata Merata
3. Mudah rontok Tidak rontok Tidak rontok
4. Kebersihan rambut Bersih Bersih
Palpasi
Benjolan ada/tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan ada / tidak Tidak ada Tidak ada
ada
Tekstur rambut kasar / Tidak Tidak
tidak
f. Muka
Inspeksi
1. Simetris / tidak Simetris Simetris
2. Bentuk wajah Oval Bulat
3. Gerakan abnormal Tidak ada Tidak ada
4. Ekspresi wajah Lesu Lesu
g. Mata
Inspeksi
75

Subjek
I II
1. Palpebra: edema / Tidak Tidak
tidak
Radang / tidak
2. Sklera ikterik/ tidak Tidak ikterik Tidak ikterik
3. Conjungtiva radang / Tidak anemis Tidak anemis
tidak
Anemis / tidak
4. Pupil : isokor/ Isokor Isokor
anisokor
5. Myosis/midriasi
6. Reflek pupil Mengecil saat diberi Mengecil saat diberi
terhadap cahaya cahaya cahaya
7. Posisi mata Normal Normal
8. Gerakan bola mata Normal Normal

9. Penutupan kelopak Normal Normal


mata
10. Keadaan bulu mata Merata Merata
11. Keadaan visus
12. Penglihatan Normal Normal
Palpasi
Tekanan bola mata Tidak ada Tidak ada
Data lain Tidak Tidak ada
h. Hidung & sinus
Inspeksi
1. Posisi hidung Normal Normal
2. Bentuk hidung Mancung Mancung
3. Keadaan septum Ada sepum Ada septum
4. Secret/cairan Tidak ada Tidak ada
i. Telinga
Inspeksi
1. Posisi telinga Simetris Simetris
2. Ukuran/bentuk Normal Normal
telinga
76

Subjek
I II
3. Aurikel Lengkap kanan dan Lengkap kanan dan
kiri kiri

4. Lubang telinga Bersih Bersih


5. Pemakaian alat Tidak memakai Tidak memakai
bantu
Palpasi
Nyeri tekan / tidak Tidak ada Tidak ada
1. Data lain Tidak ada Tidak ada
j. Mulut
Inspeksi
1. Gigi
a. Keadaan gigi Bersih Bersih
b. Karang Bersih Bersih
gigi/caries
c. Pemakaian gigi Tidak ada Tidak ada
palsu
2. Gusi
Merah/radang/ tidak Tidak Tidak
3. Lidah
Kotor/ tidak Kotor Kotor
4. Lidah
1. Sianosis /pucat / Pucat Tidak
tidak
2. Basah/kering / Kering Basah
pecah
3. Mulut berbau Tidak Tidak
/tidak
4. Kemampuan Belum bisa berbicara Bisa belum jelas
berbicara
Data lain Tidak ada Tidak ada

k. Tenggorokan
1. Warna mukosa Merah muda Merah muda
2. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
77

Subjek

I II
3. Nyeri menelan Tidak ada Tidak ada
l. Leher
Inspeksi
Kelenjar tiroid Tidak membesar Tidak membesar
Palpasi
1. Kelenjar tiroid Tidak teraba Tidak teraba
2. Kaku kuduk /tidak Tidak Tidak
3. Kelenjar limfe Tidak membesar Tidak membesar
Data lain Tidak ada Tidak ada
m. Thorax dan pernapasan
1. Bentuk dada Datar Datar
2. Irama pernapasan Teratur Teratur
3. Pengembangan Simetris Simetris
diwaktu pernapasan
4. Tipe pernapasan Baik Baik
Data lain Tidak ada Tidak ada
Palpasi
1. Vokasi fremitus
2. Massa/nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Auskultasi
1. Suara nafas Vesikuler Vesikuler
2. Suara tambahan Tidak ada Tidak ada
Perkusi
Redup/ pekak/ hipersonor/ Redup Redup
timpani
Data lain Tidak ada Tidak ada
n. Jantung
Palpasi
Ictus cordis S1 dan S1 normal S1 dan S1 normal
Perkusi
Pembesaran jantung Tidak ada Tidak ada
Auskultasi
1. Bunyi jantung Normal Normal
tambahan
78

Subjek
I II
Data lain Tidak ada Tidak ada
o. Abdomen
Inspeksi
1. Membuncit Normal Normal
2. Ada luka/ tidak Tidak ada Tidak ada
Palpasi
1. Hepar Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
2. Lien Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
3. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Auskultasi
Peristaltik 7-35 kali/menit 7-35 kali/menit
Perkusi
1. Tympani Tympani Tympani
2. Redup Tidak ada Tidak ada
Data lain Tidak ada Tidak ada
p. Genetalia dan anus Ada dan tidak ada Ada dan tidak ada
pembesaran hemoroid pembesaran hemoroid
q. Ekstremitas
1) Turgor Kulit Elastis Elastis
2) Warna Kulit Kuning langsat Putih
3) Kesulitan dalam Tidak ada Tidak ada
Pergerakan
r. Terapi yang didapat 1. Asamfenamat 500 1. Longcet 3x500 mg
mg (3x/hari) (Antibiotik)
2. Vitanol F 50 mg 2. Tivilac 1x1
(1x/hari) (Vitamin)
3. IVFD RL 500 ml 3. Asamfenamat 500
gtt xx kali/menit mg
4. IVFD RL 500 ml
gtt xx kali/menit
79

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 20 Mei 2018
Pada Subyek I
Tanggal Nilai
Parameter Hasil
& Jam Normal
20Mei 1. Hemoglobin 13,8 11,5-13,5
2018 2. Hematokrit 39,8 34-40
Jam 3. MCV 72,6 75-87
14:00 4. MCH 25,1 24-30
WIB 5. MCH 34,6 31-32
80

Tabel 4.3
Analisa Data Pada Subjek

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
Ds : Faktor Infeksi: Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya 1. Bakteri
BAB cair lebih dari 8 kali sejak 3 2. Parasit
hari yang lalu 3. Virus
 Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Masuk melalui makanan
 Ibu klien mengatakan anaknya yang tercemar atau
pucat terkontaminasi
Do:
 K/U lemah Berkembang dalam usus
 Klien tampak pucat
 Klien tampak lemas Hipersekresi air, elektrolit
dan lendir
 Mukosa bibir kering
 Turgor kulit kering
Meningkatkan isi rongga
 Klien terpasang infus tangan usus dan mendorong agen
kanan
infeksius
 IVFD RL 500 ml gtt xx kali/m
 Tidak tampak tanda-tanda Diare
plebitis
Frekuensi BAB meningkat

Diare

Ds: Meningkatkan isi rongga Risiko kekurangan


 Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen volume cairan
sering BAB infeksius
 Ibu klien mengatakan anak nya
sudah BAB lebih dari 8 kali Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya
muntah lebih dari 2 kali Frekuensi BAB meningkat
 Ibu klien mengatakn anaknya
tidak mau minum ASI Peningkatan kehilangan
 Ibu klien mengatakan anaknya cairan dan elektrolit
lemas dan pucat
Resiko Kekurangan
Do: volume cairan
 K/U lemah
 Klien tampak pucat
 Turgor kulit kering
 Klien tampak lesu
 Berat badan klien tidak
mengalami penurunan
 Feses tampak cair
81

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
Ds: Meningkatkan isi rongga Risiko Defisit nutrisi
 Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen
tidak mau makan infeksius
 Ibu klien mengatakan anaknya
tidak nafsu makan Diare
 Ibu klien mengatakan jika makan
anaknya muntah Menurunnya kesempatan
 Ibu klien mengatakan anaknya usus menyerap makanan
makan tidak habis
 Ibu klien mengatakan anaknya Nutrisi tidak terserap
lemas dengan baik
Do:
 K/U lemah Malnutrisi
 Klien tampak lemas
Resiko Defisit nutrsi
 Klien tampak tidak
menghabiskan makanannya
 Klien tampak tidak nafus makan
 Klien tampak muntahkan
makanannya
 BB sebelum 9 kg
 BB sesudah 8 kg
 Belum terjadi penurunan berat
badan lebih dari 10%

Ds : Meningkatkan isi rongga Gangguan kebutuhan


 Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen rasa nyaman
susah tidur infeksius
 Ibu klien mengatakan anaknya
tidak nyaman Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya
gelisah ketika BAB Pergerakan usu yang
Do : berlebihan
 Anak tampak menangis
 Anak tampak lemah Ketidaknyamanan
 K/U lemah abdomen
 Klien tampak sulit tidur
Gangguan rasa nyaman
 Mata cekung
Klien 2
Ds : Faktor Infeksi: Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya 4. Bakteri
BAB cair lebih dari 7 kali sejak 2 5. Parasit
hari yang lalu 6. Virus
 Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Masuk melalui makanan
 Ibu klien mengatakan anaknya yang tercemar atau
pucat terkontaminasi
Do:
 K/U lemah Berkembang dalam usus
 Klien tampak pucat
 Klien tampak lemas Hipersekresi air, elektrolit
dan lendir
 Turgor kulit klien kering
82

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 2
 Mukosa bibir kering Meningkatkan isi rongga
 Klien terpasang infus tangan usus dan mendorong agen
sebelah kiri infeksius
 IVFD RL 500 ml gtt xx kali/m
 Tidak tampak tanda-tanda Diare
plebitis
Frekuensi BAB meningkat

Diare
Ds: Meningkatkan isi rongga Risiko kekurangan
 Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen volume cairan
BAB cair lebih dari 8 kali infeksius
 Ibu klien mengatakan anaknya
tidak mau makan dan minum Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Frekuensi BAB meningkat
 Ibu klien mengatakan anaknya
ganti papers lebih dari 3 kali Peningkatan kehilangan
perhari cairan dan elektrolit
Do:
 K.U lemah Resiko Kekurangan
 Klien tampak lemas volume cairan
 Klien tampak pucat
 Klien tampak lesu
 Mukosa bibir kering
 Feses cair
 BB sebelum 14 kg
 BB sesudah 13 kg
 Belum terjadi penurunan BB
10%
Ds: Meningkatkan isi rongga Gangguan rasa nyaman
 Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen
sulit tidur infeksius
 Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Diare
 Ibu klien mengatakan anaknya
gelisah saat BAB Pergerakan usu yang
Do: berlebihan
 Klien tampak menangis
 K/U lemah Ketidaknyamanan
 Anak tampak gelisah abdomen

Gangguan rasa nyaman


83

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.4
Diagnosa Keperawatan
Dua Orang Subjek Studi Kasus

No Subyek I Subyek II
1. Diare berhubungan dengan iritasi Diare berhubungan dengan iritasi
gastrointestinal gastrointestinal

2. Resiko kekurangan volume cairan Resiko kekurangan volume cairan


berhubungan dengan output cairan berhubungan dengan output cairan
yang berlebih yang berlebih

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan Gangguan rasa nyaman berhubungan


dengan faktor psikologis dengan gejala penyakit
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit
84

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.5
Diagnosa Keperawatan Pada Subjek 1

NO Diangnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 1 AN”A”
1. Diare berhubungan dengan iritasi NOC NIC 10. Untuk mengkaji beratnya
gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Diare : diare
selama 3x24 jam, diharapkan diare 10. Monitor diare/pengeluaran 11. Peningkatan berat badan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 11. Timbang berat badan dengan penting untuk mengetahui
Kontinensia usus: teratur. perubahan status nutrisi
 Minum cairan secara adekuat 12. Intruksikan pasien/keluarga untuk 12. Agar dapat mengetahui
 Mempertahankan kontrol mencatat warna, volume, perkembangan kesehatan
pengeluaran feses frekuensi dan konsistensi BAB. pasien
 Memantau jumlah dan konsistensi 13. Anjurkan keluarga untuk 13. Mambantu mengurangi
feses memberikan makan dengan porsi distensi lambung
Eliminasi Usus : kecil. 14. Mengetahui cairan yang

 Warna feses kuning 14. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi

 Feses lembut dan berbentuk lunak 15. Kolaborasi terapi cairan kebutuhan cairan
16. Terapkan terapi dekapan 15. Untuk memnuhi kebutuhna
Manajemen pengobatan : cairan
17. Tentukan obat apa yang 16. Untuk memenuhi kubutuhan
85

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 1 AN”A”
diperlukan, dan kelola menurut rasa nyaman selama
protokol pemasangan infus
18. Ajarkan pasien atau keluarga 17. Untuk mengurangi diare
mengenai metode pemberian obat secara efektif dengan
19. Ajarkan pasien atau keluarga menggunakan obat
tentang efek samping pemberian 18. Supaya keluarga bisa
obat. memberikan obat secara
mandiri
19. Untuk menambah
pengetahuan keluarga
tentang obat tersebut
2. Resiko kekurangan volume cairan NOC NIC 7. Memberikan informasi
berhubungan dengan output Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan/elektrolit : tentang keseimbangan cairan
cairan yang berlebih selama 3x24 jam, diharapkan 7. Pertahankan catatan intake dan 8. Hipotensi (termasuk
kekurangan volume cairan tidak terjadi output yang akurat postural), takhikardia,
dengan kriteria hasil : 8. Monitor status hidrasi demam dapat menunjukan
Keseimbangan cairan : (kelembapan membran mukosa, respon terhadap dan atau
 Turgor kulit elastis nadi adekuat dan suhu tubuh), efek kehilangan cairan
 Kelembapan membran kulit jika diperlukan 9. Mengetahui pemasukan
 Denyut nadi 88 x/m 9. Monitor status nitrisi nutrisi pada pasien
86

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 1 AN”A”
 Berat badan meningkat 10. Pantau adanya tanda dan gejala 10. Adanya perubahan pola
dehidrasi makan seperti nafsu makan
Manajemen hipovolemik : berkurang akan dapat
11. Monitor status cairan memperburuk status klien
12. Monitor tingkat Hb dan Ht intake kurang
11. Mengetahui pemasukan dan
pengeluaran cairan pasien
12. Mengetahui nilai hb dan ht
agar dalam batas normal
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan NOC: Status Nutrisi NIC: Monitor Nutrisi 1. Memberikan informasi
dengan faktor psikologis Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Timbang berat badan pasien tentang kebutuhan
selama 3x24 jam diharapkan defisit b. Monitor kecenderungan turun & diet/keefektifan terapi
nutrisi klien tidak terjadi dengan naiknya berat badan 2. Memberikan informasi
kriteria hasil : c. Monitor turgor kulit tentang keadekuatan
1. Asupan gizi pasien baik (4 sehat 5 d. Monitor adanya mual muntah kebutuhan nutrisi
sempurna) e. Monitor diet & asupan kalori 3. Memberikan informasi
2. Nafsu makan pasien meningkat f. Identifikasi perubahan nafsu tentang volume sirkulasi
3. pasien banyak minum makan umum & tingkat hidrasi
4. Tidak terjadi penurunan BB g. Tentukan pola makan (misalnya: 4. Mual & muntah
makanan yang disukai dan tidak mempengaruhi pemenuhan
87

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 1 AN”A”
disukai) Nutrisi
8. Identifikasi perubahan berat badan 5. Mengidentifikasi pola yang
terakhir) memerlukan perubahan
dan/atau dasar menyesuaikan
program diet

6. Memberi informasi
kekurangan/ kebutuhan
nutrisi
7. Memberikan keempatan
untuk individu
memfokuskan/ internalisasi
gambaran nyata jumlah
makanan yang dimakan &
penyesuaian kebasaan
makan/perasaan
8. Memberikan catatan lanjut
penurunan dan/ atau
peningkatan berat badan
yang akurat
88

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 1 AN”A”
4. Gangguan rasa nyaman NOC NIC 1. Memberikan kesemptan
berhubungan dengan gejala Setelah dilakukan asuhan keperawtan Manajemen lingkungan: untuk klien supaya
penyakit selama 3x24 jam, diharapkan gangguan kenyamanan beristirahat
rasa nyaman dapat teratasi dengan 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Supaya klien dapat nyaman
kriteria hasil: dan mendukung dengan lingkungan yang
Status kenyamanan fisik: 2. Sediakan lingkungan yang aman bersih
 Tingkat energi dan bersih
 Kesejahteraan fisik 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Untuk memberikan
 Relaksasi otot melakukan terapi dekapan pada kenyamanan pada anak saat
anak saat dilakukan pemasangan dilakukan prosedur medis.
infus . 4. Suhu ruangan harus diubah
4. Anjurkan keluarga untuk atau dipertahankan, suhu
melakukan terapi dekapan pada harus mendekati normal.
anak untuk memberikan rasa 5. Supaya keluarga paham
nyaman dalam mengelola lingkungan
5. Sesuaikan suhu ruangan yang dan kenyeman yang optimal.
paling nyaman 6. Untuk meningkatkan kualitas
6. Jelaskan tujuan pasien dan istirahat pasien
keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyaman yang
89

Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan Pada Subjek II

NO Diangnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN 2 AN”R”
1. Diare berhubungan dengan iritasi NOC NIC 1. Untuk mengkaji beratnya
gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Diare : diare
selama 3x24 jam, diharapkan diare 1. Monitor diare/pengeluaran 2. Peningkatan berat badan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Timbang berat badan dengan penting untuk mengetahui
Kontinensia usus: teratur. perubahan status nutrisi
 Minum cairan secara adekuat 3. Intruksikan pasien/keluarga untuk 3. Agar dapat mengetahui
 Mempertahankan kontrol mencatat warna, volume, perkembangan kesehatan
pengeluaran feses frekuensi dan konsistensi BAB. pasien
 Memantau jumlah dan konsistensi 4. Anjurkan keluarga untuk 4. Mambantu mengurangi
feses memberikan makan dengan porsi distensi lambung
Eliminasi Usus : kecil. 5. Mengetahui cairan yang

 Warna feses kuning 5. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi

 Feses lembut dan berbentuk lunak Manajemen pengobatan : kebutuhan cairan


6. Tentukan obat apa yang 6. Untuk mengurangi diare
diperlukan, dan kelola menurut secara efektif dengan
protokol menggunakan obat
7. Ajarkan pasien atau keluarga 7. Supaya keluarga bisa
mengenai metode pemberian obat memberikan obat secara
90

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN II AN”R”
8. Ajarkan pasien atau keluarga mandiri
tentang efek samping pemberian 8. Untuk menambah
obat. pengetahuan keluarga
9. Kolaborasi terapi cairan tentang obat tersebut
10. Terapkan terapi dekapan
2. Resiko kekurangan volume cairan NOC NIC 1. Memberikan informasi
berhubungan dengan output Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan/elektrolit : tentang keseimbangan cairan
cairan yang berlebih selama 3x24 jam, diharapkan 1. Pertahankan catatan intake dan 2. Hipotensi (termasuk
kekurangan volume cairan dapat output yang akurat postural), takhikardia,
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi demam dapat menunjukan
Keseimbangan cairan : (kelembapan membran mukosa, respon terhadap dan atau
 Turgor kulit elastis nadi adekuat dan suhu tubuh), efek kehilangan cairan
 Kelembapan membran kulit jika diperlukan 3. Mengetahui pemasukan
 Denyut nadi 88 3. Monitor status nitrisi nutrisi pada pasien

 Berat badan meningkat 4. Pantau adanya tanda dan gejala 4. Adanya perubahan pola
dehidrasi makan seperti nafsu makan
Manajemen hipovolemik : berkurang akan dapat
5. Monitor status cairan memperburuk status klien
6. Monitor tingkat Hb dan Ht intake kurang.
5. Mengetahui pemasukan dan
91

NO Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


KLIEN II AN”R”
pengeluaran cairan pasien
6. Mengetahui nilai hb dan ht
agar dalam batas normal
3. Gangguan rasa nyaman NOC NIC 1. Memberikan kesemptan
berhubungan dengan gejala Setelah dilakukan asuhan keperawtan Manajemen lingkungan: untuk klien supaya
penyakit selama 3x24 jam, diharapkan gangguan kenyamanan beristirahat
rasa nyaman dapat teratasi dengan 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Supaya klien dapat nyaman
kriteria hasil: dan mendukung dengan lingkungan yang
NOC 2. Sediakan lingkungan yang aman bersih
Status kenyamanan fisik: dan bersih 3. Untuk memberikan
 Tingkat energi 3. Anjurkan keluarga untuk kenyamanan pada anak saat
 Kesejahteraan fisik melakukan terapi dekapan pada dilakukan prosedur medis.
 Relaksasi otot anak saat dilakukan pemasangan 4. Suhu ruangan harus diubah
infus . atau dipertahankan, suhu
4. Menganjurkan keluarga untuk harus mendekati normal.
melakukan terapi dekapan untuk 5. Supaya keluarga paham
memberikan rasa nyaman pada dalam mengelola lingkungan
anak dan kenyeman yang optimal.
5. Sesuaikan suhu ruangan yang 6. Untuk meningktakna kulitas
paling nyaman istirahat pasien
92

6. Jelaskan tujuan pasien dan


keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyaman yang
optimal
7. Posisikan pasien senyaman
mungkin
93

d. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Pada Subjek 1

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf

1. Minggu, 10 Juni Diare berhubungan dengan iritasi 08.10 wib 12.00 wib
2018 gastrointestinal  Mengecek keadaan umum klien S:
08.15 wib  Ibu klien mengatakan
Hari pertama  Mengecek catatan medis anaknya masih BAB cair
08.25 wib kurang dari 8 kali sejak 3
 Memonitor diare/pengeluaran hari lalu
08.35 wib  Ibu klien mengataka
 Menimbang berat badan dengan anaknya masih lemas
teratur.  Ibu klien mengatakan
09.00 wib anaknya masih pucat
 Menganjurkan keluarga untuk O:
memberikan makan dengan porsi  K/U masih lemah
kecil.  Klien masih diare
09.20 wib  Klien masih tampak pucat
 Mengobservasi turgor kulit  Klien masih tampak lemas
 Berkolaborasi terapi cairan  Turgor kulit kering
 Kesadaran klien
94

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


composmentis
 Klien terpasang infus
tangan sebelah kanan
 Tidak ada tanda-tanda
plebitis
 IVFD RL 500 ml gtt xx
kali/m
 Klien belum mau makan
 Berat badan klien tidak
mengalami penurunan
TTV : 37,7 ºC
A:
 Masalah diare klien belum
teratasi
 Klien masih mengalami
tanda dan gejala diare
seperti BAB <8 kali
konsentrasi feses cair
P: Intervensi dilanjutkan dari 1
sampai 6
95

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


2. Senin, 11 Juni Diare berhubungan dengan iritasi 14.15 wib 16.45 wib
2018 gastrointestinal  Mengecek keadaan umum klien S:
Hari kedua 14.25 wib Ibu klien mengatakan
 Mengecek catatan medis anaknya BAB cair sudah 6
14.30 wib kali
 Memonitor diare/pengeluaran  Ibu klien mengatakn
14.40 wib anaknya masih lemas
 Menimbang berat badan dengan  Ibu klien mengatakan
teratur. anakny masih pucat
O:
14.55 wib  K/U masih lemah
 Menganjurkan keluarga untuk  Kesadaran klien
memberikan makan dengan porsi composmentis
kecil.  Klien belum mau makan
15.05 wib  Turgor kulit klien kering
 Mengobservasi turgor kulit  Klien tampak masih pucat
 Berkolaborasi terapi cairan  Klien tampak masih lemas
 Tidak ada tanda-tanda
plebitis
 IVFD RL 500 ml gtt xx
x/m
96

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


TTV: T : 37,7ºC
A:
Masalah diare belum
teratasi klien masih diare 6
kali dengan konsentrasi
cair
P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6
3. Selasa, 12 Juni Diare berhubungan dengan iritasi 14.05 wib 16.50 wib
2018 gastrointestinal  Mengecek keadaan umum pasien S:
Hari ketiga 14.15 wib  Ibu klien mengatakan
 Mengecek catatan medis anaknya tidak melawan
14.25 wib saat dilakukan
 Memonitor diare/pengeluaran pemasangan infus
14. 35 wib  Ibu klien mengatakan
 Menimbang berat badan dengan anaknya masih menangis
teratur. saat dilakukan
14.55 wib pemasangan infus tetapi
 Menganjurkan keluarga untuk tidak seperti yang kemarin
memberikan makan dengan porsi O:
kecil.  Menangis berkurang
15.10 wib
97

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


 Mengobservasi turgor kulit  Infus terpasang di kaki
15.20 wib sebelah kanan
Mengecek keadaan infus  Meringis berkurang
15.30 wib  Skala nyeri 5 saat
 Mengganti infus karena infus pemasangan infus
sudah tiga hari  Anak tampak nyaman
 Menilai skala nyeri selama dengan kehadiran
pemasangan infus orangtua selama terapi
15.50 wib dekapan
 Menganjurkan keluarga untuk Penilaian skala nyeri :
melakukan terapi dekapan selama  Wajah 1: terkadang
pemasangan infus meyeringai atau meringis
 Tungkai 1: tidak tenang
 Aktivitas 1: menggeliat
 Menangis 1: mengerang
atau merengek
 Kemampuan untuk tenang
1: terkadang dengan
memeluk
A: masalah pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman teratasi dengan
98

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


pengukuran skala nyeri dari 7 ke 5
P: intervensi dihentikan
S:
 Ibu klien mengatakan
anaknya mulai BAB agak
lembek sudah 3 kali
 Ibu klien mengatakan
anaknya sudah tidak lemas
lagi
 Ibu klien mengatakan
anaknya tidak pucat lagi
O:
 K/U mulai membaik
 Diare sudah berkurang
 Klien tampak rileks
 Klien sudah mulai tidak
lemas lagi
 Klien mulai mau makan
sedikit
A: masalah diare teratasi
P: intervensi dihentikan
99

Implementasi yang dilakukan pada subjek 1 dengan diagnosa

keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output

yang berlebih, resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor fisiologis

dan gangguan rasa nyaman, dengan implementasi yaitu, mempertahankan

cairan intake dan output yng akurat, dan memantau adanya tanda dan

gejala dehidrasi. Implemntasi pada diangnosa resiko defisit nutrisi

berhubungan dengan faktor fisiologis dengan implementasi yaitu,

menimbang berat badan pasien, memonitor turgor kulit, memonitor adanya

mual muntah dan mengidentifikasi perubahan nafsu makan. Implementasi

yang dilakukan pada hari ketiga bahwa intevensi pada diagnosa subjek I

teratasi.
100

Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan Pada Subjek II

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1. Senin, 11 Juni 2018 Diare berhubungan dengan iritasi 14.05 wib 14.00 wib
gastrointestinal  Mengecek keadaan umum klien S:
Hari pertama 14.15 wib  Ibu klien mengatakan
 Mengecek catatn medis anaknya masih BAB cair
14.30 wib kurang dari 7 kali sejak 2
 Memonitor diare/pengeluaran hari lalu
14.45 wib  Ibu klien mengataka
 Menimbang berat badan dengan anaknya masih lemas
teratur.  Ibu klien mengatakan
15.10 wib anaknya masih pucat
 Menganjurkan keluarga untuk O:
memberikan makan dengan porsi  K/U masih lemah
kecil.  Klien masih tampak pucat
15.25 wib  Klien masih diare
 Mengobservasi turgor kulit  Klien masih tidak mau
 Berkolaborasi makan
101

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


 Klien terpasang infus
dibagian tangan sebelah
kiri
 Turgor kulit klien kering
 Ada penurunan berat
badan dari 14 kg ke 13 kg
 Klien masih tampak lemas
 Tidak ada tanda-tanda
plebitis
 IVFD RL 500 ML gtt xx
x/m
A:
 Masalah diare klien belum
teratasi
 Klien masih mengalami
tanda dan gejala diare
seperti BAB <8 kali
konsentrasi feses cair
P: Intervensi dilanjutkan dari 1
sampai 6
102

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


2. Selasa, 12 Juni Diare berhubungan dengan iritasi 14.05 wib 16.00 wib
2018 gastrointestinal  Mengecek keadaan umum klien S:
Hari kedua 14.20 wib Ibu klien mengatakan
 Mengecek catatn medis anaknya masih BAB cair
14.30 wib  kurang dari 6 kali sejak 2
 Memonitor diare/pengeluaran hari lalu
14.40 wib  Ibu klien mengataka
 Menimbang berat badan dengan anaknya masih lemas
teratur.  Ibu klien mengatakan
14.55 wib anaknya masih pucat
 Menganjurkan keluarga untuk O:
memberikan makan dengan porsi  K/U masih lemah
kecil.  Klien masih tampak pucat
15.15 wib  Anak belum mau makan
 Mengobservasi turgor kulit  Turgor kulit klien kering
15.40 wib  Klien masih tampak lemas
 Berkolaborasi terapi cairan  Tidak ada tanda-tanda
plebitis
 IVFD RL 500 ml gtt xx
x/m
103

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


A:
 Masalah diare klien belum
teratasi
 Klien masih mengalami
tanda dan gejala diare
seperti BAB <6 kali
konsentrasi feses cair
P: Intervensi dilanjutkan dari 1
sampai 8
3. Rabu, 13 Juni 2018 Diare berhubungan dengan iritasi 14.15 wib 16.30 wib
Hari ketiga gastrointestinal  Melihat catatan medis S:
14.25 wib  Ibu klien mengatakan
 Melihat keadaan umum klien anaknya tidak
14.35 wib membrontak
 Memonitor diare/pengeluaran  saat dilakukan
14.45 wib pemasangan infus
 Menimbang berat badan dengan  Ibu klien mengatakan
teratur. anaknya tidak menagis
14.50 wib O:
 Mengintruksikan pasien/keluarga  Klien tidak menangis
untuk mencatat warna, volume,  Meringis berkurang
104

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


frekuensi dan konsistensi BAB.  Infus terpasang di tangan
15.10 wib kanan
 Menganjurkan keluarga untuk  Skala nyeri 4 saat
memberikan makan dengan porsi pemasangan infus
kecil.  IVFD RL 500 ml gtt xx
15.20 wib x/m
 Mengobservasi turgor kulit Penilaian skala nyeri :
15.30 wib  Wajah 1: terkadang
 Memasang infus pada tangan meyeringai atau meringis
sebelah kanan  Tungkai 1: gelisah
 Mengganti infus karena sudah 3  Aktivitas 1: menggeliat
hari infus terpasang  Menangis 0: tidak
15.50 wib menangis
 Menganjurkan kelurga untuk  Kemampuan untuk tenang
melakukan terapi dekapan selama 1: terkadang ditenangkan
pemasangan infus dengan menyentuh
 Menilai skala nyeri selama A: masalah teratasi nyeri berkurang
pemasangan infus dari 7 ke 4
P: intervensi dihentikan
S:
 Ibu klien mengatakan
105

NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


 anaknya masih BAB cair
kurang dari 4 kali sejak 2
ari lalu
 Ibu klien mengataka
anaknya masih lemas
 Ibu klien mengatakan
anaknya masih pucat
O:
 K/U masih lemah
 Klien masih tampak pucat
 Klien masih tampak lemas
A:
 Masalah diare teratsi
sebagian
 Klien masih mengalami
tanda dan gejala diare
seperti BAB <4 kali
konsentrasi agak lembek
P: Intervensi dilanjutkan
dari 1 sampai 8
106

Implementasi yang dilakukan pada subjek dengan diagnosa

keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output

yang berlebih dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala

penyakit yaitu, mempertahankan cairan intake dan output yang akurat,

memonitor status nutrisi, memantau adanya tanda dan gejala dehidrasi dan

memonitor status cairan. Implementasi pada diangnosa kedua yaitu,

menciptakan loingkungan yang tenang dan mendukung, menyediakan

lingkungan yang aman dan bersih dan menjelaskan tujuan pasien dan

keluarga dalam mengelola lingkungan dengan kenyamanan yang optimal.

Intevensi yang dilakukan pada hari ketiga intevensi teratsi oada subjek II.
107

Tabel 4.9

Lembar Ceklist

NO Hari/Tanggal Jam Skala Nyeri Indikasi Terapi

Subjek I

1. Selasa, 12 Juni 2018 15.30 wib Sedang : 5 Selama dilakukan terapi dekapan pada anak selama pemasangan
infus menunjukan adanya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
dengan menggunakan pengukuran skala nyeri yaitu :
 Wajah 1: terkadang meyeringai atau meringis
 Tungkai 1: tidak tenang
 Aktivitas 1: menggeliat
 Menangis 1: mengerang atau merengek
 Kemampuan untuk tenang 1: terkadang dengan
memeluk
108

Subjek II

2. Rabu, 13 Juni 2018 15.40 wib Sedang : 4 Setelah dilakukan terapi dekapan selama pemasangan infus
menunjukan adanya kebutuhan rasa nyaman dengan
menggunaka skala nyeri yaitu :
 Wajah 1: terkadang meyeringai atau meringis
 Tungkai 1: gelisah
 Aktivitas 1: menggeliat
 Menangis 0: tidak menangis
 Kemampuan untuk tenang 1: terkadang
ditenangkan dengan menyentuh
109

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil pengelolaan asuhan

keperawatan pada An.A dan An. R dengan Gastroentritis Akut di Ruangan

Melati Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tanggal 10 Juni

2018 - 12 Juni 2018 dan 11 Juni 2018-13 Juni 2018. Pada pengkajian

awal, penulis mendapatkan data sekunder dari keluarga, catatan medis,

status klien dan pemeriksaan fisik klien.

Penyakit gastroentritis akut dapat mengakibatkan anak dirawat di

rumah sakit. Menurut Poerwati (2013) menjelaskan penyebab utama

hospitalisasi pada anak usia di bawah 1-4 tahun dengan gastroenteritis

akut adalah dehidrasi. Tindakan untuk mengatasi dehidrasi adalah salah

satunya pemberian cairan pada pasien dengan gastroentritis akut, karena

apabila kekurangan cairan tidak segera ditangani akan menyebabkan

kematian pada penderita. Gastroentritis akut yaitu buang air besar encer

lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai

lendir dan darah (Aru, 2015). Pada subjek I tingkat dehidrasi sedang klien

mengalami diare sebanyak lebih dari 8 kali perhari dengan konsistensi cair

disertai dengan lendir sedangkan pada subjek II klien mengalami dehidrasi

ringan mengalami diare sebanyak lebih dari 7 kali perhari tidak disertai

dengan lendir dan darah.

Subjek I pada An.A dengan keluhan Ibu klien mengatakan anaknya

BAB cair sudah 3 hari yang lalu dengan intensitas lebih dari 8 kali dan
110

muntah lebih dari 2 kali. Penyebab dari terjadinya gastroentritis akut ibu

klien mengatakan anaknya sering diberikan jajanan dan permen oleh

kakanya dan ibu klien mengatakan mempunyai kebiasaan makan nasi 1x

selebihnya makan makanan ringan. Menurut Dewi (2010) penyebab diare

dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorpsi,

makanan, dan psikologi. An.A melakukan imunisasi lengkap ke

Puskesmas terdekat. Pengkajian yang dilakukan kepada An.A didapatkan

data, anak tampak lemas, peristaltik usus 7-35/menit karena anak diare,

dengan tanda-tanda vital, T: 37,8ºC, N: 99 x/m, RR: 18 x/m, BB: 9 kg, dan

suara perkusi pada abdomen An.A tympani, tidak ada kelainan pada

jantung dan sistem pernafasan, mukosa biir klien kering, turgor kulit klien

kering dan anak tidak melakukan aktivitas.

Sedangkan subjek II pada An.R berusia 2 tahun 4 bulan, dengan

keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 2 hari yang lalu

dengan intensitas 7 kali. Penyebab gastroentritis mengatakan anaknya

jarang mencuci tangan ketika mau makan, selalu membeli jajanan bersama

teman sebayanya dan jarang makan nasi. Pada saat pengkajian ibu klien

mengatakan anaknya sering menangis, anaknya lemah dan pucat,

kemudian langsung dibawa ke Rumah Sakit. Menurut Wijayaningsih

(2013) mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin

meningkat, nafus makan berkurang. Tnda –tanda vital, T: 37,9ºC, N: 99

x/m, RR: 18 x/m, BB: 14 kg, dan suara perkusi pada abdomen An.A

tympani, tidak ada kelainan pada jantung dan sistem pernafasan, mukosa
111

biir klien kering, turgor kulit klien kering dan anak tidak melakukan

aktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal.

Diagnosa keperawatan ini dijadikan peneliti sebagai prioritas

pertama selain karena sesuai dengan prioritas masalah. Diare dapat

menyebabkan dehidrasi pada penderita. Menurut Poerwati (2013)

menjelaskan penyebab utama hospitalisasi pada anak usia di bawah 1-4

tahun dengan gastroenteritis akut adalah dehidrasi. Tindakan yang

pertama dilakukan di rumah sakit yaitu pemberian cairan melalui

intravena. Pemberian cairan adalah tindakan utama pada pasien dengan

gastroentritis akut, karena apabila kekurangan cairan tidak segera

ditangani akan menyebabkan kematian pada penderita.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap proses

keperawatan yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan untuk

mengatasi masalah keperawatan. Penulis menyusun perencanaan yang

akan diimplementasikan pada An.A dan An.R adalah dengan masalah

keperawatan diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal yaitu terjadi

masalah pada bagian pencernaan yang diakibatkan oleh makanan yang

tidak sehat seperti jajanan. Sehingga menyebabkan penderita mengalami

mencret lebih dari 8 x/hari. Apabila tidak segera ditangani dapat

menyebabkan dehidrasi. Salah satu tindakan keperawatan yang harus


112

dilakukan pada pasien dehidrasi adalah tindakan invasif dengan

menggunakan terapi dekapan untuk pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

pada anak. Dalam menyusun perencanaan penulis mempunyai tujuan agar

tidak terjadi inflamasi pada saluran infus untuk memenuhi kebutuhan

cairan pada anak dan mengurangi nyeri pada anak selama pemasangan

infus.

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah menganjurkan

keluarga untuk melakukan terapi dekapan selama pemasangan infus

dengan posisi klien duduk dipangkuan orangtua. Menurut Hockenberry &

Wilson, (2009) terapi dekapan merupakan penggunaan posisi yang

nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik yang erat

dengan orang tua atau pengasuh. Hal ini sejalan dengan Isoardi, (2008)

dalam penelitianya responden saat dilakukan pemasangan infus di

dampingi orang tua akan merasa tenang dan memudahkan perawat untuk

melakukan tindakan pemasangan infus.

4. Implementasi

Fase implementasi yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang

sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman serta sesuai

dengan kondisi klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan

sesuai dengan kondisi klien dan situasi serta menggunakan sarana yang

tersedia diruangan, penulis mengikuti perkembangan pasien dengan

melihat dari catatan perkembangan dokter yang menangani pasien.


113

Implementasi yang dilakukan pada pasien subjek I dan subjek II

dengan mengajurkan keluarga untuk melakukan terapi dekapan selama

pemasangna infus untuk pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan skala

nyeri. Karena pada pasien diare pasien akan mengalami dehidrasi sehingga

perlu dilakukan pemasangan infus menggunakan terapi dekapan untuk

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan menggunakan posisi duduk

dalam dekapan keluarga (Bear Hug Position) Anak duduk dipangku ibu,

ayah atau keluarga lain dengan chest to chest straddle position, yaitu posisi

anak berhadapan, dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang

memangku, dengan posisi kaki anak mengangkang pada pangkuan, lengan

orang tua atau keluarga yang memangku mendekap tubuh anak. Pada

posisi ini anak tidak melihat prosedur tindakan, sebagian daerah lengan

dan kepala dilakukan dekapan. Terapi dekapan akan dilakukan oleh

orangtua atau keluarga yang dekat dengan anak.

Menurut penelitian Spark, Setlik, dan Luhman (2007) dalam

penelitiannya mengatakan dampak dekapan orangtua dan posisi duduk

dapat menurunkan nyeri anak pada saat dilakukan pemasangan infuse dan

memberikan kenyamanan pada anak. Terapi mendekap merupakan

penggunaan posisi menggendong atau memeluk yang nyaman, aman, dan

temporer yang memberikan kontak fisik yang erat dengan orang tua atau

pengasuh lain yang dipercaya, sehingga menimbulkan perasaan nyaman

dan dilindungi oleh keluarga saat pemasangan infus. Penelitian lain yang

mendukung perlunya penerapan terapi dekapan dilakukan oleh Bauchner,


114

Vinci, Bak, Pearson, dan Corwin (2006) yang menyatakan kehadiran

keluarga tidak berdampak negatif terhadap kinerja medis yang berada

bersama anak mereka serta menunjukan berkurangnya kecemasan

orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2013) menjelaskan

dampak positif dekapan orangtua dan pemberian posisi duduk saat

dilakukan pemasangan infus terbukti dapat mengurangi skala nyeri pada

anak. Terapi dekapan atau disebut juga dengan terapi memegang (Comfort

holding), memegang klinis atau imobilisasi merupakan tindakan untuk

membatasi gerakan anak (Brenner, Parahoo, & Taggarat, 2007).

Pada karya tulis ini fokus diagnosa keperawatannya yaitu diare

berhubungan dengan iritasi gastrointestinal. Didiagnosa keperawatan ini

terdapat intevensi melakukan terapi dekapan saat pemasangan infus untuk

mengatasi dehidrasi pada pasien dengan gastroentritis akut yang dapat

penulis implementasikan pada An.A dan An.R sesuai dengan kondisi dan

keadaan pasien. Semua intervensi dapat penulis lakukan pada An.A dan

An.R dikarenakan kerja sama yang baik antara penulis, perawat ruangan,

pasien serta keluarga pasien. Hasil yang diperoleh saat dilakukan terapi

dekapan selama pemasangan infus dapat meminimalisirkan skala nyeri

dari berat 7 ke sedang 5 pada pasien AN.A. sedangkan pada pasien AN.R

saat dilakukan terapi dekapan selama pemasangan infus dapat

meminimalisirkan skala nyeri sehingga kebutuhan rasa nyaman anak dapat

teratasi dari skala nyeri berat 7 ke sedang 4.


115

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang

dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu keperawatan yang

dibuat. Evaluasi dilakukan pada tanggal 10Juni 2018 – 13 Juni 2018

selama dilakukan terapi dekapan saat pemasangan infus,untuk diagnosa

keperawatan nyeri diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal adalah

masalah diare teratasi dengan terapi cairan salah satunya pemasangan infus

dengan menggunakan terapi dekapan ditandai dengan data objektif : skal

nyeri klien dari 7 ke 5 tetapi pada subyek II An.R mengalami perbedaan

pada skala nyerinya dari 7 turun menjadi 4.

Hasil penelitian yang diperoleh saat dilakukan terapi dekapan

selama pemasangan infus menunjukan bahwa An.A dan An.R pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman tertasi dengan meminimalisirkan skala nyeri dari

nyeri hebat 7 ke nyeri sedang 4 dan 5. Hasil evaluasi didapatkan hasil dari

tindakan terapi dekapan dengan posisi anak duduk dipangkuan ibu selama

pemasangan infus pada anak dengan hasil kebutuhan rasa nyaman anak

terpenuhi dengan meminimalisirkan skala nyeri menggunakan alat

pengukur nyeri yaitu FLACC. Menurut penelitian Spark, Setlik, dan

Luhman (2007) dalam penelitiannya mengatakan dampak dekapan

orangtua dan posisi duduk dapat menurunkan nyeri anak pada saat

dilakukan pemasangan infus dan memberikan kenyamanan pada anak.

Penelitian lain yang mendukung perlunya penerapan terapi dekapan

dilakukan oleh Bauchner, Vinci, Bak, Pearson, dan Corwin (2006) yang
116

menyatakan kehadiran keluarga tidak berdampak negatif terhadap kinerja

medis yang berada bersama anak mereka serta menunjukan berkurangnya

kecemasan orangtua. Keterlibatan keluarga dalam terapi mendekap sering

dilakukan pada anak terutama terapi dekapan melibatkan ibu/keluarga,

mendekap anak secara erat dengan mempertahankan adanya kontak mata

diantara mereka, bertujuan untuk sengaja memprovokasi tekanan pada

anak sampai anak membutuhkan dan menerima kenyataan. Kehadiran

orangtua selama prosedur merupakan kemitraan antara keluarga dan

tenaga profesional perawat, yang merupakan aplikasi dari family centerd

care (FCC). Hal ini sejalan dengan Isoardi, (2008) dalam penelitianya

responden saat dilakukan pemasangan infus di dampingi orang tua akan

merasa tenang dan memudahkan perawat untuk melakukan tindakan

pemasangan infus. Tujuan pemberian posisi yang nyaman menurut The

Children Mercy Hospital (2010) adalah untuk imobilisasi ekstremitas anak

saat dilakukan prosedur, memberikan rasa aman dan senang bagi anak,

memberikan kenyamanan melalui kontak langsung dengan orang tua.

Orang tua berpartisiasi memberikan bantuan posisi bukan dalam bentuk

menahan secara negatif.


117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang

PemberianTerapi Dekapan saat dilakukan pemasangan infus pada anak usia

toddler dengan Gastroentritis Akut :

a) Diketahui pengakjian pada klien dengan diagnosis Gastroentritis Akut

Subjek I pada An.A umur 1 tahun 2 bulan dengan keluhan Ibu

klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 3 hari yang lalu dengan

intensitas lebih dari 8 kali dan muntah lebih dari 2 kali. Pengkajian yang

dilakukan kepada An.A didapatkan data, anak tampak lemas, mukosa

bibir klien kering, anak tampak pucat, turgor kulit klien kering dan anak

tidak melakukan aktivitas.

Sedangkan subjek II pada An.R berusia 2 tahun 4 bulan, dengan

keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 2 hari yang lalu

dengan intensitas 7 kali. Keadaan umum klien lemah, mukosa bibir klien

kering, turgor kulit klien kering dan anak tidak melakukan aktivitas.

b) Diketahuinya diagnosis keperawatan pada klien dengan Gastroentritis

Akut

Diagnosis prioritas yang diambil yaitu, diare berhubungan dengan iritasi

gastrointestinal
118

c) Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien Gastroentritis

Akut

Penulis menyusun perencanaan yang telah direncanakan pada

subjek I dan II sama-sama dilakukan terapi dekapan selama pemasangan

infus.

d) Mengidentifikasi implementasi keperawatan dengan terapi dekapan

untuk pemenuhan kebutuhan rasa nyaman anak dengan indikator skala

nyeri selama pemasangan infus

Implementasi yang dilakukan pada pasien subjek I dan subjek II

intervensi utama yang dilakukan yaitu terapi dekapan selama

pemasangan infus untuk pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan

meminimalisirkan skala nyeri.

e) Mengevaluasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman anak dengan indikator

skala nyeri selama diberikan terapi dekapan saat pemasangan infus

Hasil yang diperoleh saat dilakukan terapi dekapan selama

pemasangan infus adalah subjek 1 dan II kebutuhan rasa nyaman teratasi

dengan meminimalisirkan nyeri dengan skala nyeri dari berat ke sedang.

E. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan

pendidikan yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat

yang profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan


119

asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil aplikasi riset pendidikan ini diharapkan rumah sakit mampun

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui terapi non

farmakologi dengan penerapan terapi dekapan untuk pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman selama pemasangan infus pada anak usia toddler

dengan gastroentritis akut di Rs. Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

3. Bagi Pengembangan dan Penelitian

Selanjutnya hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan penelitian denga menambahkan jumlah sampel supaya

hasil terapi dekapan dapat digeneralisir.


120

DAFTAR PUSTAKA

Abi Yoga, A. (2017). Kajian ibu dalam merawat anak yang mengalami diare pada
anak usia balita.Jurnal Darul Azhar, 4(1), 62-70.
Aryani, R., Tutiany, Mumpuni, Mulyani, S., Sumiati, Lestari, T.R., &
Miradwiyana, B. (2011). Prosedur klinik keperawatan pada mata
ajar kebutuhan dasar manusia . Buku kesehatan: Jakarta timur .
Bauchner, H., Vinci, R., Bak, S., Pearson, C., & Corwin, M. (2006). Parents and
procedures: A randomized controlled trial. Pediatric. 98, 861-867.
Brenner, M. Parahoo, K., & Taggarart, L, (2007). Restraint in childrens nursing :
ressing the distress. Journal of Childrens and Young Peoples
Nursing, 1(4), 138-162.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013).
Nursing Intervension Clasification (NIC) & Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mocomedia: Indonesia
Cohen, L.L., MacLaren, J.E., & Lim, C.S. (2007). Pain and pain management. In
Steele, R.G., Elkin, T.D., & Robert, M.C. (Eds), Handbook of
evidence based therapies for children and adolescent. New york:
springer publishers in pers.

Dewi, V. N. (2010). Asuhan neonatus bayi dan anak balita .Salemba medika.
Jakarta .

Hockenberry & Wilson. (2009). Wongs nursing care of infants and


children,(8thed). St. Louis: Mosby,inc.
Isoardi, J. Slabbert, N. & Treston, G. (2005). Witnessing Invasif Pediatric
Procedures Including Resusitation In the Emergency Departement. A
parental perceptive emergency medicine australia. 17(3), 224-8.
Kementrian Kesehatan RI (2017). Profil kesehatan indonesia 2017. Jakarta.
Kementrian kesehatan RI.
Kusuma, A.H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan nanda NIC-NOC .Yogyakarta.
Kuzel, A.J. Woolf, S.H. Gilchrist, V.J. (2004). Patient Reports Of Preventable
Problems And Harm In Primary Helath Care. Annfammed. 2(4),
333-40
Kyle, T. & Susan, C. (2014). Buku Praktik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC.
Buku Kedokteran.
121

Lestari, B.K. (2013). Dampak dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk
terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan infus. Tidak
dipublikasikan. Tesis Megister Keperawatan. Universitas Indonesia.
Depok.
Santi, L. (2016). Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah resiko
kerusakan fungsi kardiovaskular melalui swedish massage. Karya
Tulis Ilmiah Profesi Ners. Universitas Indonesia. Depok. Tidak
dipublikasikan.
Lynda, J. & Carpeneto. (2000). Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktik
klinis (Nursing Diagnosis: Aplication To Clinical Practice). Ed, 6.
Cet, 1. Jakarta. EGC.
Mediana, H.S., Mardiyah, A., & Rakhmawati, W. (2005). Respon nyeri infant dan
anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infus. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 3(1), 97-99
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/12/respon_nyeri_infant.pdf

Notoadmojo, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta


Potter, P.,A & Perry, A.,G. (2006). Buku ajar keperawatan fundamental. (Vol 2).
Jakarta. EGC
Potter, P.,A & Perry, A.,G. (2012). Buku ajar keperawatan fundamental. (Vol 2).
Jakarta. EGC
Poerwati, E. (2013). Determinan lama rawat inap pasien balita dengan
diare.Jurnal kedokteran Brawijaya. 27(4):241-243
PPNI. (2016). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Definis Dan Indikator
Diagnostik. Ed 1. Jakarta selatan
Riskesdas. (2017). Profil data kesehatan indonesia tahun 2017. Jakarta:
kementrian kesehatan RI.
Sekriptini, A.Y. (2013). Pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skor nyeri
akibat tindakan invasif pengambilan darah intravena pada anak di
ruang IGD RSUD Kota cirebon. Tidak dipublikasikan, Tesis
Megister Keperawatan. Universitas Indonesia, Depok.
Sembiring, S.U., Novayelinda, R., & Naulis, F.A. (2015). Perbandingan respon
nyeri anak usia toddler dan prasekolah yang dilakukan pemasangan
infus. Jurnal Onliene Mahasiswa. 2(2), 1491-1500.
Smeltzer,& Suzanne, C. (2006). Keperawatan medikal bedah. Brunner and
Suddart. NO, 8. Vol, 2. Jakarta. EGC.
122

Sodikin. (2011). Asuhan keperawatan anak gangguan sistem gastrointestinal dan


hepatobilier.Yogyakarta. Salemba medika.
Sparlks, L., Setlik, J., & Luhman, J. (2007). Parental holding and positioning to
decerease IV distress in young children: A randomized controlled
trial, Journal of Pediatric Nursing, 22(6), 440-7
Sunaryo. (2016). Asuhan keperawatan gerontik. 1st ed. Yogyakarta.
Susilaningrum,R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan
anak.Jakarta. Salemba medika.
Triyana, Y. F. (2013). Teknik prosedural keperawatan .Yogyakarta. D-medika.

Twycross, A. Dowden, S.J. & Bruce, E. (2009). Managing Pain In Children A


Clinical Guide. Wiley- Blackwell, Oxford. www.iasp-pain.org.
Walco, G.A., & Goldshneider, K. (2008). Pain in children : A prctical guide for
primary care. USA: Humana Press.
Wijayaningsih, K.S.(2013). Asuhan keperawatan anak.Trans info media: Jakarta.

Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Vol 2. Jakarta: EGC.
123

LAMPIRAN
124

PROTOKOL PELAKSANAAN PENGUKURAN SKALA NYERI

A. Definis Pengukuran Skala Nyeri

Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui skala nyeri pada pasien

dengan menggunakan instrumen tertentu sesuai usia.

B. Tujuan

Untuk mengetahu tingkat nyeri yang dirasakan klien.

No Tindakan Yang Dilakukan


A. Fase Orientasi
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan prosedur
B. Prosedur
 Lakukan pengkajian skala, lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan kualitas nyeri.
 Observasi reaksi nonverbal
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Lakukan pengukuran tingkat nyeri dengan menggunakan
skala nyeri FLACC (facial, legs, activity, cry, consolability)
 Skala ini digunakan nyeri pada anak mulai usia 2 bulan – 8
tahun namun telah digunakan juga pada usia 0-18 tahun.
 Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 untuk
tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat.
 Penilaian tersebut adalah ekspresi muka (0-2), gerakan kaki
(0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2), kemampuan dihibur (0-
2).
Hasil skor perilakunya adalah :
1 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-10 : Nyeri hebat
(sumber : Smeltzer , 2002).
125

C. Metode pengukuran nyeri FLACC

FLACC (face, legs, arms, cry, dan consolability)


Kategori Skor
0 1 2
Wajah Tidak ada ekspresi Terkadang Sering atau selalu
tertentu atau menyeringai atau meringis, rahang
senyuman meringis, menarik menggertak, dagu
diri, tidak tertarik. gemetar.
Tungkai Posisi normal atau Tidak tenang, gelisah, Menendang, atau
relaks. tegang. tungkai naik ke atas.
Aktivitas Berbaring dengan Menggeliat, berganti Melengkung, kaku,
tenang, posisi posisi ke depan dan atau menyentak.
normal, bergerak ke belakang, tegang.
dengan mudah.
Menangis Tidak menangis Mengerang atau Menangis terus-
(bangun atau merengek, terkadang menerus, berteriak
tertidur). mengeluh. atau terisak, sering
mengeluh.
Kemampuan Tenang, rileks. Terkadang Sulit untuk
untuk tenang ditenangkan dengan ditenangkan atau
menyentuh, dibuat nyaman.
memeluk atau
berbicara dengan,
dapat didistraksi.
126

PROTOKOL PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS

A. Definisi Pemasangan infus

Proses memasukan jarumintravenakateter ke dalam pembuluh darah vena

yang kemudian disambungkan dengan selang infus dan dialirkan cairan infus.

B. Tujuan

1. Untuk memberikan terapi cairan pada tubuh.

2. Memberikan obat melalui infus.

C. Indikasi

1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam pembuluh darah

dalam jumlah terbatas.

3. Pemberian kantong darah dan produk darah.

4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

D. Kontraindikasi

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan

infus.

2. Obat-obatan yang berpotensi mengiritasi.


127

E. Langkah-langkah Pemasangan Infus

No Tindakan Yang Dilakukan


A. Persiapan Alat
 Sarung tangan bersih
 Kapas alkohol.
 Tourniquet.
 Pengalas.
 Kassa steril.
 Plester.
 IV chateter
 Infus set.
 Botol infus.
 Bak spuit.
B. Persiapan lingkungan
 Jaga privasi klien
C. Persiapan pasien
 Memperkenalkan diri.
 Menjelaskan tujuan.
 Memberikan posisi supinasi atau semifowler.
D. Langkah-langkah
 Cuci tangan.
 Pasang sarung tangan bersih.
 Cek cairan yangdigunaka dengan prinsip 5 benar medikasi,
warna, kejernihan, tanggal kadaluarsa.
 Buka set infus.
 Pasang roller klem selang infus 2-4 cm di bawah ruang udara.
Roller klem dalam posisi off.
 Masukkan ujung set infus ke dalam botol cairan infus tanpa
harus menyentuh area steril.
 Isi ruang udara dengan cara memijit ruang udara sehingga
terisi 1/3 sampai ½ bagian.
 Buka roller klem dan alirkan cairan infus sampai keluar dari
ujung selang ke bengkok.
 Periksa adanya udara disepanjang selang.
 Pasang kembali roller klem dalam kondisi off.
 Tutup ujung selang menggunakan penutup spuit.
 Pasang pengalas.
 Pasang tourniquet 10-12 cm di atas lokasi penusukan.
 Pilih vena yang akan ditusuk.
 Bersihkan area penusukan menggunakan kapas alkohol dari
arah dalam keluar.
 Tarik kulit ke arah distal berlawanan dengan arah penusukan.
 Masukkan jarum IV line secara perlahan ke lokasi penusukan
128

dengan sudut 20-30 derajat.


 Jika terlihat darah akan masuk ke dalam IV kateter maka
menandakan kateter masuk dalam pembuluh darah.
 Tarik jarum IV line perlahan dan stabilisasi dengan satu
tangan.
 Masukkan kateter abocath lebih dalam mengikuti arah
pembuluh darah.
 Lepaskan tourniquet.
 Pasang roller klem dalam posisi on.
 Fiksasi bagian badan kateter dengan plester.
 Atur tetesan infus sesuai kolaborasi tim medis.
 Tulis tanggal dan waktu pemasanagan.
 Rapikan alat dan klien.
 Lepaskan sarung tangan.
 Cuci tangan.
 Dokumentasikan.
Sumber: Aryani, 2011.
129

PROTOKOL PELAKSANAAN TERAPI DEKAPAN

A. Definisi Terapi Dekapan

Terapi dekapan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh keluarga klien

dengan cara memeluk dari salah satu posisi yaitu menyamping di sebelah

tempat tidur klien.

B. Tujuan

1. Memberikan rasa nyaman pada anak

2. Untuk mengurangi nyeri saat dilakukan tindakan medis.

3. Untuk mengurangi kecemasan pada anak

4. Untuk mengurangi distres pada anak

C. Posisi Terapi Dekapan

Posisi yang digunakan pada saat terapi dekapan adalah posisi duduk dalam

dekapan (Bear Hug Positino) adalah anak duduk dipangku ibu, ayah atau

keluarga lain dengan chest to chest straddle position, yaitu posisi anak

berhadapan, dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang memangku,

dengan posisi kaki anak mengangkang pada pangkuan, lengan orang tua atau

keluarga yang memangku mendekap tubuh anak.


130

D. Prosedur Pelaksanaan Terapi Dekapan

Protokol Pelaksanaan Terapi Dekapan


No Tindakan Yang Dilakukan
A. Fase prainteraksi
 Persiapan diri
 Persiapan pasien
B. Fase Orientasi
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan prosedur
C. Fase Kerja
Persiapan keluarga
1. Menjelaskan kepada keluarga teknik tindakan yang akan
dilakukan terkait dengan restraint (pengekangan) yang akan
diberikan dan keluarga diharapkan menemani pasien saat
dilakukan pemasangan infus.
2. Menjelaskan kepada keluarga area tubuh klien yang perlu
dilakukan restraint (pengekangan) supaya imobilisasi efektif
dan aman saat dilakukan pemasangan infus.
3. Menjelaskan kepada keluarga posisi yang akan dilakukan saat
pemasangan infus.

Pelaksanaan
1. anak duduk dipangku ibu, ayah atau keluarga lain dengan
chest to chest straddle position, yaitu posisi anak berhadapan,
dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang
memangku, dengan posisi kaki anak mengangkang pada
pangkuan, lengan orang tua atau keluarga yang memangku
mendekap tubuh anak.
131

2. Setelah anak tenang lakukan pemasangan infus.


3. Pada saat pemasangan infus asisten peneliti menilaiskala
nyeri denganmenggunakan instrument FLACC

D. Terminasi
Penilaian Responden
Penilaian skala nyeri dilakukanselama pemasangan infus, asisten
peneliti menilai nyeri menggunakan instrumen FLACC, selama
pemasangan infus asisten peneliti sudah mulai mengobservasi nyeri
pada responden, setelah iti kemudian asisten menyimpulkan berapa
nyeri yang dirasakan pasien tersebut.
132

LEMBAR CEKLIST
EVALUASI

NO Hari/Tanggal Jam Kaji Nyeri Indikasi Terapi


Subjek 1 dan subjek 2
133

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini;


Nama : ……………………….
Nama Anak : ………………………..
Umur : ……………………….
Alamat : ……………………….

Menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah
mengerti mengenai manfaat, tujuan, prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh
saudari DEVITA SARI Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatn Lubuklinggau dengan judul “Penerapan Terapi Dekapan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama
Pemasangan Infus Dengan Gastroentritis Akut Di Rs Dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2018”. Saya memahami peneliti akan menghargai hak-hak
dan kerahasiaan sebagai responden.
Apabila keluarga responden bersedia maka bisa dilakukan terapi dekapan
dan apabila keluarga responden tidak bersedia maka saya akan lebih menyakinkan
kembali apa manfaat terapi dekapan tersebut. Bila selama penelitian ini saya ingin
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Lubuklinggau, Juni 2018


Saksi Yang membuat pernyataan

(……………………..……) (……………….………….)

Anda mungkin juga menyukai