DEVITA SARI
PO 71.20.3.15.015
LUBUK LINGGAU
TAHUN 2018
1
2
DEVITA SARI
PO 71.20.3.15.015
LUBUK LINGGAU
TAHUN 2018
3
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : PO.71.20.3.15.015
Jurusan : Keperawatan
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Lubuklinggau
NIM : PO.71.20.3.15.015
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam seminar penelitian KTI Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2017/2018.
Pembimbing I Pembimbing II
Tim Penguji
Ketua
Anggota :
Penguji I
Penguji II
Yang Menyatakan
Devita Sari
PO.71.20.3.15.015
7
Devita Sari
ABSTRAK
Devita Sari
xix + 120 pages, 6 List of Images, 13 List of Tables, 2 List of Schemes, 10 List
of Attachments
ABSTRACT
MOTTO
Dengan hasil kerja kerasku dan tentunya tak terlepas dari orang-orang yang
telah memberikanku semangat ku persembahkan :
1. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tepat waktu.
2. Terimakasih kepada Mamak Maimunah dan Bapak Nasihin yang sudah
bekerja keras mencari uang, berdoa, motivasi dan Nasihatnya sehingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Yeeyy allhamdulillah akhirnya...
MakPak panjang umur ya. Aamiin.
3. Untuk saudaraku tercinta Adek Dewi Setiasih dan Hikmatul Karimah,
yang selalu menghiburku saat lagi galau-galaunya KTI.
4. Untuk pembimbing utama Ibu Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An
yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan saran yang amat
berarti serta pengarahan yang sangat dibutuhkan dalam proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Untuk pembimbing pendamping Ibu Indah Dewi Ridawati, S.Kep Ns
M.Kep dan ibu Hj. Susmini, SKM., M.Kes selaku Pembimbing
Pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan
saran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. IbuZuraidah, SKM, MKM Dosen Pembimbing Akademik terima kasih
banyak atas bimbingan selama 3 tahun ini.
7. Buat adik pembimbing dek Sari dan dek Jeje semangat kulianya dek. Hhe
10
8. Teman dekatku Destalia Elvana, Ira Risnawati, mbak yuli yang sedang
berjuang bersama terimakasih sudah membantu, menemani, mendoakan,
memberikan semangat. Semoga kita sukses dunia akhirat. Aamiin
9. Teman tersayangkuh Devi Apriyani, Meta Annisa, Nurmalasari, Yulia
Engga , Tria Sefrida, Widya Savitri, yang suka rumpi, yang selalu ngeselin
tapi juga ngangenin terimakasih untuk persahabatan kita selama ini. Akur
terus yaa gaesss.
10. Buat teman seperjuangan dari KTI Suci Rahayu, Oktaria Sari, Neli dan
Elda terimakasih kalian selalu sama-sama kalo mau konsul, susah bareng,
seneng bareng. Thanks gaes.
11. Buat genk geboy mujaer (angkatan 14) suka, duka kita rasain 3 tahun ini,
jangan sombong yaaa kawan silaturahmi jangan pernah terputus.
11
IDENTITAS DIRI
Agama : Islam
Ibu : Maimunah
RIWAYAT PENDIDIKAN
Lubuklinggau
12
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Dekapan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama Pemasangan
Infus Dengan Gastroentritis Akut Di RS Dr. Sobirin Musi Rawas”. Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan (Am.Kep) di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatan Lubuklinggau.
Dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun
isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
14
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
usia terutama pada anak (Poerwati, 2013). Menurut data World Health
Organization (WHO) angka kesakitan diare anak usia 1-4 tahun pada tahun
2010, yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Skala nasional berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011 dari profil kesehatan indonesia
penderita diare adalah 3.661 orang. Tahun 2012, penderita diare mengalami
akibat diare adalah 2.5%. Hasil pendataan pada tahun 2013 terlihat adanya
peningkatan dengan persentase 3.5%, sehingga dapat kita lihat bahwa dalam
kasus 821 orang pasien dengan angka insiden anak yang berusia kurang dari
satu tahun sebanyak 367 pasien (44.7%), anak usia 1-4 tahun sebanyak 454
kesehatan Kota Palembang tahun 2011-2015 yaitu pada tahun 2011 sebesar
23
76.19%, tahun 2012 sebesar 94.27%, tahun 2013 sebesar 155.54%, tahun
Sobirin kota Lubuklinggau pada tahun 2017diperoleh hasil yaitu: usia 0-28
hari sebanyak11 orang (2.6%); usia 28 hari-1 tahun sebanyak 156 orang
toddler.
anak usia di bawah 1-4 tahun dengan gastroenteritis akut adalah dehidrasi.
ditangani akan menyebabkan kematian pada penderita. Oleh karena itu, anak
harus dirawat di rumah sakit. Dampak dari hospitalisasi pada anak adalah
stres baik fisik maupun psikologis anak (Wong, 2008). Stres psikologis pada
anak terjadi karena anak tidak memahami alasan harus dirawat. Lingkungan
24
keluarga anak mengalami masa yang sulit seperti halnya di rumah, kondisi ini
anak.
tidak menimbulkan trauma psikologis dan fisik pada anak dan keluarganya.
memperkecil distres psikologis dan fisik terhadap anak dan keluarga dalam
sama dengan nyeri, salah satunya adalah mengurangi nyeri yang dirasakan
anak saat prosedur invasif seperti saat dilakukan pemasangan infus. Penelitian
meminimalkan kecemasan dan rasa sakit pada anak terkait dengan penusukan
vena.
sangat menakutkan bagi anak. Hal ini didukung oleh Walco (2008), prosedur
invasif menjadi hal yang ditakuti oleh setiap anak, karena anak belum bisa
dilakukan Sembiring, Novayelinda, dan Nauli (2015) bahwa nyeri pada anak
nyeri terutama untuk kelompok usia 1-5 tahun (anak usia toddler dan
emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri sama
sakit yang ada di kota Lubuklinggau di Ruangan rawat inap anak Rumah
Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas menunjukan tingkat nyeri pada
anak usia toddler saat pemasangan infus hampir semua anak mengalami nyeri
dengan skala sedang dan berat dan kebanyakan tindakan yang dilakukan di
rumah sakit saat pemasangan infus anak dengan cara pengekangan, sehingga
membuat anak ketakutan. Anak yang akan di lakukan prosedur invasif akan
26
menangis dan membrontak dengan cara itu anak menunjukan rasa sakit saat
Nyeri yang timbul akibat prosedur invasif akan menjadi trauma bagi
anak sehingga saat pemasangan infus anak akan melakukan perlawanan yang
tidak bisa diatasi memiliki dampak fisik dan psikologis. Dampak psikologis
anak akan terganggu seperti trauma dalam diri anak tersebut sehingga anak
akan menolak bila dilakukan prosedur invasif dikemudian hari. Nyeri juga
akan berdampak pada jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek
yaitu anak akan menangis, menolak tindakan yang akan dilakukan dan
dampak jangka panjang yaitu anak akan takutdan trauma pada tindakan yang
Pemasangan infus pada anak bukan sesuatu yang mudah karena anak
anak juga memiliki vena yang kecil dan rapuh sehingga ditemukan
anak merasa tidak nyaman, sehingga timbul rasa ketakutan dan trauma.
27
Seperti yang dijelaskan oleh Potter dan Perry (2005) bahwa trauma tersebut
akan terus berkembang dalam diri anak, akibatnya anak akan menolak setiap
dilakukan tindakan invasif. Selain itu, pemberian posisi yang nyaman saat
berbagai posisi.
Selain itu, pada saat pelaksanaan prosedur tindakan keluarga diminta untuk
menurunkkan rasa nyeri dan trauma bagi anak. Salah satu intervensi
berada didekat anak. Spark, Setlik, dan Luhman (2007) dalam penelitiannya
28
aplikasi dari family centerd care (FCC). Penelitian lain yang mendukung
berdampak negatif terhadap kinerja medis yang berada bersama anak mereka
dan pemberian posisi duduk saat dilakukan pemasangan infus terbukti dapat
mengurangi skala nyeri pada anak yaitu dengan hasil statistik menunjukan
perbedaan rata-rata skor distress pada anak yang diberikan dekapan orang tua
(2,30) dan skor distress anak yang tidak mendapat dekapan orang tua (3,25).
memeluk yang nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik
yang erat dengan orang tua atau pengasuh lain yang dipercaya, sehingga
untuk membatasi gerakan anak (Brenner, Parahoo, & Taggarat, 2007). Terapi
yang tidak benar pada anak dijelaskan oleh beberapa literatur akan
yang akan digunakan dan tidak menyakiti anak sehingga dapat mengurangi
pada anak dengan tehnik yang dapat menyebabkan anak trauma baik secara
selama pemasangan infus. Oleh karena itu dalam penelitian studi kasus ini,
pemasangan infus pada anak usia toddler dengan gastroentritis akutdi RS Dr.
B. Rumusan Masalah
distressfisik dan psikis. Distress fisik yang dialami anak saat pemasangan
infus adalah saat anak akan mengalami pengekangan saat pemasangan infus,
sedangkan distress psikis yang dialami saat anak terpasang infus anak
30
mengalami trauma pada tindakan invasif dikemudian hari. Oleh karena itu,
dekapan dalam studi kasus ini dengan kesimpulan rumusan masalah adalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada anak usia toddler selama
2. Tujuan Khusus
pemasangan infus
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram
atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar
(Dewi, 2010).
2. Etiologi
a) Infeksi
meliputi :
33
Albicans).
kehidupan
3. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015) tanda dan gejala diare adalah
sebagai berikut:
a) Diare akut
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4) Demam
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
empedu.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elasitas kulit
hipovolemik.
4. Patofisiologi
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya daire timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
berikut:
diare.
intraseluler.
c. Gangguan gizi
disebabkan oleh :
37
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
Melepaskan enterotoksin
MK:Nyeri akut
Skema 1 WOC
39
6. Komplikasi
menjadi
EKG.
4) Hipoglikemia
6) Kejang
7. Pemeriksaan Penunjang
rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa (Sodikin, 2011).
1) Pemeriksaan tinja
Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan table
8. Penatalaksanaan
kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan
1. Definisi Nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Dan, hanya
banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien. Hal itu karena nyeri bersifat subjektif (antara satu
2. Fisiologis Nyeri
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang merespons hanya terdapat stimulus kuat yang secara potensial
3. Patofisiologi Nyeri
disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi dijaringan
43
saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik.
tidak langsung.
atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya
yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari,
trauma dan distress sedapat mungkin tidak terjadi dalam setiap tindakan
measures) yaitu laporan dari (self report measures) yang digunakan agar
anak dapat mengukur nyerinya (Hockenberry, & Wilson, 2009: Potts &
Mandleco, 2012).
seringkali reliabel dalam mengukur nyeri akut, nyeri dari prosedur yang
tajam seperti injeksi dan fungsi lumbar, namun kurang reliabel saat
mulai usia 2 bulan – 8 tahun namun telah digunakan juga pada usia 0-
18 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 untuk
tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah
ekspresi muka (0-2), gerakan kaki (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2),
0 : Tidak Nyeri
TABEL 1
Instrumen Pengkajian Nyeri FLACC
Kategori Skor
0 1 2
Wajah Tidak ada Terkadang Sering atau selalu
ekspresi menyeringai atau meringis, rahang
tertentu atau meringis, menarik menggertak, dagu
senyuman diri, tidak tertarik. gemetar.
Tungkai Posisi normal Tidak tenang, Menendang, atau
atau relaks. gelisah, tegang. tungkai naik ke
atas.
Aktivitas Berbaring Menggeliat, Melengkung,
dengan tenang, berganti posisi ke kaku, atau
posisi normal, depan dan ke menyentak.
bergerak belakang, tegang.
dengan mudah.
Menangis Tidak menangis Mengerang atau Menangis terus-
(bangun atau merengek, menerus,
tertidur). terkadang berteriak atau
mengeluh. terisak, sering
mengeluh.
Kemampuan tenang, rileks. Terkadang Sulit untuk
untuk ditenangkan ditenangkan atau
tenang dengan dibuat nyaman.
menyentuh,
memeluk atau
berbicara dengan,
dapat didistraksi.
Sumber: Kyle, 2014.
47
Gambar 2.1
pengkajian nyeri faces pain rating scale
Sumber: (Wong, 2008).
c) Tumor
e) Spasme otot
a) Usia
Sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang
yang dialami karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani, dan mereka takut jika mengalami penyakit berat atau
b) Arti Nyeri
dan pengalaman.
c) Persepsi Nyeri
stimulsi nociceptor.
49
d) Toleransi Nyeri
(Triyana, 2013).
darah).
c. Dehidrasi.
ekresi potasium).
50
infus.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini di
dialami oleh anak dan keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan (wong,
keluarga.
psikologis).
pada saat tertentu dan jauh dari ancaman. Menurut Potter & Perry (2006)
sosial.
anggota keluarga yang terdekat dengan anak bisa ayah dan ibu ataupun
orang lain yang dekat dengan anak tersebut. Menurut Hockenberry &
nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik yang erat
dengan orang tua atau pengasuh. Terapi dekapan atau disebut juga dengan
posisi badan anak menghadap ke ibu, dimana dada bayi ketemu sejajar
dengan dada ibu. Posisi dapat dilakukan jika perkembangan yang baik
tangan ibu.
invasif membuat anak merasa terlindungi dan anak merasa nyaman salah
55
satu kriteri kenyaman yaitu nyeri pada anak dapat berkurang. Giese,
pada anak, hal ini disebabkan karena posisi duduk dan dekapan keluarga
yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang sudah marah dan
Hug Position)
Anak duduk dipangku ibu, ayah atau keluarga lain dengan chest to
chest straddle position, yaitu posisi anak berhadapan, dengan dada anak
bersandaran pada dada orang yang memangku, dengan posisi kaki anak
memangku mendekap tubuh anak. Pada posisi ini anak tidak melihat
Pada posisi ini biasanya 2 orang sebagai restrain (Two hold person).
56
GAMBAR 1.2
Posisi duduk dalam dekapan (Bear Hug Positino)
Posisi ini diberikan pada anak yang lebih besar bila anak tidak
dapat duduk mengangkang pada perawat atau orang tua, gerakan tubuh
bebas.
GAMBAR 1.2
Posisi duduk ke samping
57
Posisi ini diberikan pada bayi dengan menempatkan orang tua atau
menjaga kontak mata dengan bayinya dan mendekap mulai dari kaki
GAMBAR 1.3
Posisi tidur membedong/meringkuk
pada bagian atas dan di bawah pinggang anak. Kaki orang tua
dengan selimut. Posisi ini dapat digunakan pada anak usia prasekolah
dan sekolah.
58
GAMBAR 1.4
Posisi memeluk dari belakang
Posisi ini dapat digunakan pada anak usia sekolah dan remaja.
GAMBAR 1.5
Posisi sentuhan yang nyaman
hubungan anak dan orang tua serta membuka kemampuan anak untuk
dapat berhubungan dengan orang lain. Spark, Setlik dan Luhman (2007)
tenang saat akan dilakukan tindakan invasif. Hal ini sejalan dengan
infus di dampingi orang tua akan merasa tenang dan memudahkan perawat
dan hak bagi setiap anak (Wong , 2009). Saat nyeri yang dirasakan anak
tidak diatasi dengan baik maka akan memberikan dampak pada fisik dan
tidak aktif dan gerbang terbuka, pada saat yang bersamaan anak diberikan
ke otak, sehingga gerbang tertutup dan stimulasi nyeri yang diterima tidak
anak untuk mengurangi rasa nyeri pada saat pemasangan infus. Terapi
dekapan tidak dapat terlepas dari pemberian posisi yang nyaman bagi
anak. Pemberian posisi ini merupakan teknik yang tepat dalam membantu
1. Pengkajian
saat ini dan riwayat sebelumnya (Potter & Perry, 2013). Pengkajian
dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis
a) Identitas
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, penghasilan. Untuk umur pada pasien diare akut, sebagian besar
b) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat
kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali
hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare
persisten.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau atau darah. Warna
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda dan gejala
e) Riwayat nutrisi
berikut :
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih
3) Perasaan haus Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
f) Kenyamanan/aman
merasa tenang.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Sistem Integumen
kulit
panas
b) Kepala
bentuk kepala
c) Leher
atau tidak
tidak
d) Muka
e) Mata
f) Telinga
bentuk
g) Hidung
i) Thoraks
j) Abdomen
kembung
k) Inguinal-Genetalia-Anus
l) Ekstremitas
otot
3) Berat badan
Tabel 2
Penurunan Berat Badan Anak Diare Dengan Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan (%)
ml/kg)
ml/kg)
4) Pemeriksaan psikologi
5) Pemeriksaan penunjang
diare yaitu:
2. Diagnosis
Masalah yang sering terjadi pada anak dengan diare menurut SDKI
(2016) :
berlebih
3. Intervensi
Warna feses kuning 5. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi
11
12
Berat badan meningkat 4. Pantau adanya tanda dan gejala 4. Adanya perubahan pola
dehidrasi makan seperti nafsu makan
Manajemen hipovolemik : berkurang akan dapat
5. Monitor status cairan memperburuk status klien
6. Monitor tingkat Hb dan Ht intake kurang
5. Mengetahui pemasukan dan
pengeluaran cairan pasien
6. Mengetahui nilai hb dan ht
agar dalam batas normal
13
Melaporkan penurunan skala nyeri misal relaksasi, guide imaginary, mengurangi intensitas nyeri
terapi musik, distraksi dan terapi 4. Lingkungan bisa menjadi
dekapan. pemicu meningkatnya nyeri
4. Kendalikan faktor lingkungan 5. Analgetik dapat membantu
yang dapat mempengaruhi respon menurunkan nyeri
pasien terhadapa 6. Agar tidak terjadi kesalahan
ketidaknyamanan misal, suhu dalam pemberian obat sesuai
lingkungan, cahaya, dan jenis indikasi
kegaduhan 7. Untuk mengurangi resiko
5. Kolaborasi pemberian analgetik kesalahan dalam pemberian
sesuai indikasi obat
Pemberian analgetik: 8. Untuk mencegah terjadinya
14
5. Evaluasi
kesejahteraan klien (Lestari, 2016). Hal yang perlu diingat adalah evaluasi
adalah diare dapat teratasi, kekurangan volume cairan dapat teratasi dan
62
63
6. Kerangka Konsep
Hospitalisasi
Terapi dekapan
Evaluasi
Skema 2
Kerangka Konsep
64
BAB IV
A. Hasil Penelitian
RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Berdiri Sejak Tahun 1938,
±1000 m2. Secara geografis RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas
sebagai berikut :
Anak, Klinik Penyakit Mata, Klinik kesehatan Ibu dan Anak dan
Anak & Perinatologi (Melati) yaitu ruang penyakit anak yang menangani
melati terdiri dari 3 kelas, ruang neonatus, ruang infeksius, dan ruang
isolasi. Kelas 1 terdiri dari 3 ruangan dalam satu ruangan terdiri dari 1
tempat tidur, kelas 2 terdiri dari 2 ruangan dalam satu ruangan terdiri dari
4 tempat tidur, kelas 3 terdiri dari 1 ruangan dalam satu ruangan terdiri
infeksius terdiri dari 6 tempat tidur, dan ruang isolasi terdiri dari 1 tempat
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasusyaitu
Subjek I dan Subjek II.Kedua subjek ini sudah sesuai dengan kriteria
Subjek I
belum sekolah. An.A masuk rumah sakit pada tanggal 09 Juni 2018 pukul
10.00 WIB dengan keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair
sudah 3 hari yang lalu dengan lebih dari 8 kali dan muntah lebih dari 2
anaknya sering diberikan jajanan dan permen oleh kakanya dan ibu klien
kg, N : 99 x/m dan T : 37,8ºC. Keadaan umum klien turgor kulit klien
kering, klien lemas, klien tampak pucat, dan mukosa bibir tampak kering.
Subjek II
belum sekolah. An.R masuk rumah sakit pada tanggal 09 Juni 2018 pukul
15.00 WIB dengan keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair
mencret ibu anak “R” mengatakan anaknya jarang mencuci tangan ketika
mau makan, selalu membeli jajanan bersama teman sebayanya dan jarang
makan nasi. Pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya sering
x/m dan T : 37,9. Keadaan umum klien turgor kulit klien kering, klien
a. Pengkajian
Tabel 4.1
Hasil Pengkajian (Observasi) Awal
Dua Orang Subjek
Subjek
I II
I. BIODATA
A. Identitas klien
1) Nama AN.A AN.R
2) Tempat tanggal lahir Lubuk Tanjung, 06 Muara Beliti, 10
maret 2017/ Januari 2016/
Subjek
1 II
f. Alamat Lubuk tanjung Muara beliti
Subjek
I II
2. Riwayat terkena radiasi Ibu tidak pernah Ibu tidak pernah
melakukan rontgen melakukan rontgen
3. Riwayat berat badan selama Berat badan selama Berat badan saat hamil
hamil hamil naik secara naik secara bertahap
bertahap
4. Riwaya imunisasi TT Klien melakukaan Klien melakukan
imunisasi TT di imunisasi TT di
Puskesmas Puskesmas
5. Golongan darah ibu B A
6. Golongan darah ayah O O
b. Natal
1. Tempat melahirkan Klinik Rumah sakit
2. Jenis persalinan Normal tidak ada Normal tidak ada
masalah masalah
3. Penolong persalinan Bidan Bidan
4. Komplikasi yang dialami ibu Tidak komplikasi saat Ada komplikasi karen
saat melahirkan dan setelah melhirkan dan setelah ibu pernah dirawat di
melahirkan melahirkan rumah sakit karena
mual muntah yang
berlebih
c. Post natal
1. Kondisi bayi Baik Baik
2. APGAR 8 8
3. Anak pada saat lahir tidak Asfiksia ringan Asfiksia ringan
mengalami
Untuk semua usia
1. Klien pernah mengalami Demam Flu dan batuk
penyakit
2. Pada umur 4 bulan 3 bulan
3. Diberikan obat Parasetamol Parasetamol
4. Perkembangan anak Baik Baik
dibandingkan saudaranya
71
Subjek
I II
III. Imunisasi Lengkap Lengkap
IV. Riwayat Tumbuh
Kembang
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan 8 kg 16 kg
2. Tinggi badan 75 cm 98 cm
3. Waktu tumbuh gigi 8 bulan 7 bulan
4. Jumlah gigi 3 buah 4 buah
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling 5 bulan 6 bulan
2. Duduk 7 bulan 9 bulan
3. Merangkak 7 bulan 8 bulan
4. Berdiri 10 bulan 11 bulan
5. Berjalan Bisa , belum lancar Sudah bisa
6. Senyum kepada 4 bulan 4 bulan
orang lain pertama
kali
7. Bicara pertama kali Ibu Orangtua
dengan menyebutkan
8. Berpakaian tanpa Belum bisa Belum bisa
bantuan
V. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI 0-2 tahun 0-2 tahun
VI. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama Orangtua Orangtua
2. Lingkunagn berada Komplek perumahan Di dekat sekolah
3. Rumah dekat dengan Tetangga Tetangga
4. Tempat bermain Rumah klien Halaman rumah
5. Rumah ada tangga Ada Ada
6. Hubungan anatar Baik Baik
anggota keluarga
7. Pengasuh anak Orangtua dan nenek Orangtua dan nenek
VII. Riwayat Spiritual
72
Subjek
I II
1. Support sistem dalam Baik Baik
keluarga
2. Kegiatan keagamaan Orangtua melakukan Orangtua melakukan
solat 5 waktu solat 5 waktu
VIII. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga Belum pernah Belum pernah
tentang sakit dan
rawat inap
1. Ibu membawa Anaknya mencret Anaknya mencret
anak ke rumah sudah 3 hari yang lalu sudah 2 hari yang lalu
sakit karena dan muntah lebih dari
2 kali
Subjek
I II
b) Warna Kekuning-kuningan Kekuning-kuningan
Subjek
I II
f) Aktifitas
6) Pola Promosi Kesehatan
X. Pemeriksaan Fisik
b. Keadaan umum Lemah Lemah
c. Kesadaran Composmetis Composmetis
d. Tanda tanda vital
1) Tekanan darah - -
2) Respirasi 18 x/m 20 x/m
3) Berat badan 9 Kg 14 Kg
4) Nadi 99 x/m 88 x/m
5) Suhu 37,8C 37,9C
6) TB 78 cm 99 cm
e. Kepala
Inpeksi
Keadaan rambut dan
hygiene kepala
1. Warna rambut Hitam Hitam
2. Penyebaran Belum merata Merata
3. Mudah rontok Tidak rontok Tidak rontok
4. Kebersihan rambut Bersih Bersih
Palpasi
Benjolan ada/tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan ada / tidak Tidak ada Tidak ada
ada
Tekstur rambut kasar / Tidak Tidak
tidak
f. Muka
Inspeksi
1. Simetris / tidak Simetris Simetris
2. Bentuk wajah Oval Bulat
3. Gerakan abnormal Tidak ada Tidak ada
4. Ekspresi wajah Lesu Lesu
g. Mata
Inspeksi
75
Subjek
I II
1. Palpebra: edema / Tidak Tidak
tidak
Radang / tidak
2. Sklera ikterik/ tidak Tidak ikterik Tidak ikterik
3. Conjungtiva radang / Tidak anemis Tidak anemis
tidak
Anemis / tidak
4. Pupil : isokor/ Isokor Isokor
anisokor
5. Myosis/midriasi
6. Reflek pupil Mengecil saat diberi Mengecil saat diberi
terhadap cahaya cahaya cahaya
7. Posisi mata Normal Normal
8. Gerakan bola mata Normal Normal
Subjek
I II
3. Aurikel Lengkap kanan dan Lengkap kanan dan
kiri kiri
k. Tenggorokan
1. Warna mukosa Merah muda Merah muda
2. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
77
Subjek
I II
3. Nyeri menelan Tidak ada Tidak ada
l. Leher
Inspeksi
Kelenjar tiroid Tidak membesar Tidak membesar
Palpasi
1. Kelenjar tiroid Tidak teraba Tidak teraba
2. Kaku kuduk /tidak Tidak Tidak
3. Kelenjar limfe Tidak membesar Tidak membesar
Data lain Tidak ada Tidak ada
m. Thorax dan pernapasan
1. Bentuk dada Datar Datar
2. Irama pernapasan Teratur Teratur
3. Pengembangan Simetris Simetris
diwaktu pernapasan
4. Tipe pernapasan Baik Baik
Data lain Tidak ada Tidak ada
Palpasi
1. Vokasi fremitus
2. Massa/nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Auskultasi
1. Suara nafas Vesikuler Vesikuler
2. Suara tambahan Tidak ada Tidak ada
Perkusi
Redup/ pekak/ hipersonor/ Redup Redup
timpani
Data lain Tidak ada Tidak ada
n. Jantung
Palpasi
Ictus cordis S1 dan S1 normal S1 dan S1 normal
Perkusi
Pembesaran jantung Tidak ada Tidak ada
Auskultasi
1. Bunyi jantung Normal Normal
tambahan
78
Subjek
I II
Data lain Tidak ada Tidak ada
o. Abdomen
Inspeksi
1. Membuncit Normal Normal
2. Ada luka/ tidak Tidak ada Tidak ada
Palpasi
1. Hepar Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
2. Lien Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
3. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Auskultasi
Peristaltik 7-35 kali/menit 7-35 kali/menit
Perkusi
1. Tympani Tympani Tympani
2. Redup Tidak ada Tidak ada
Data lain Tidak ada Tidak ada
p. Genetalia dan anus Ada dan tidak ada Ada dan tidak ada
pembesaran hemoroid pembesaran hemoroid
q. Ekstremitas
1) Turgor Kulit Elastis Elastis
2) Warna Kulit Kuning langsat Putih
3) Kesulitan dalam Tidak ada Tidak ada
Pergerakan
r. Terapi yang didapat 1. Asamfenamat 500 1. Longcet 3x500 mg
mg (3x/hari) (Antibiotik)
2. Vitanol F 50 mg 2. Tivilac 1x1
(1x/hari) (Vitamin)
3. IVFD RL 500 ml 3. Asamfenamat 500
gtt xx kali/menit mg
4. IVFD RL 500 ml
gtt xx kali/menit
79
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 20 Mei 2018
Pada Subyek I
Tanggal Nilai
Parameter Hasil
& Jam Normal
20Mei 1. Hemoglobin 13,8 11,5-13,5
2018 2. Hematokrit 39,8 34-40
Jam 3. MCV 72,6 75-87
14:00 4. MCH 25,1 24-30
WIB 5. MCH 34,6 31-32
80
Tabel 4.3
Analisa Data Pada Subjek
Diare
Diare
Ds: Meningkatkan isi rongga Risiko kekurangan
Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen volume cairan
BAB cair lebih dari 8 kali infeksius
Ibu klien mengatakan anaknya
tidak mau makan dan minum Diare
Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Frekuensi BAB meningkat
Ibu klien mengatakan anaknya
ganti papers lebih dari 3 kali Peningkatan kehilangan
perhari cairan dan elektrolit
Do:
K.U lemah Resiko Kekurangan
Klien tampak lemas volume cairan
Klien tampak pucat
Klien tampak lesu
Mukosa bibir kering
Feses cair
BB sebelum 14 kg
BB sesudah 13 kg
Belum terjadi penurunan BB
10%
Ds: Meningkatkan isi rongga Gangguan rasa nyaman
Ibu klien mengatakan anaknya usus dan mendorong agen
sulit tidur infeksius
Ibu klien mengatakan anaknya
lemas Diare
Ibu klien mengatakan anaknya
gelisah saat BAB Pergerakan usu yang
Do: berlebihan
Klien tampak menangis
K/U lemah Ketidaknyamanan
Anak tampak gelisah abdomen
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.4
Diagnosa Keperawatan
Dua Orang Subjek Studi Kasus
No Subyek I Subyek II
1. Diare berhubungan dengan iritasi Diare berhubungan dengan iritasi
gastrointestinal gastrointestinal
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.5
Diagnosa Keperawatan Pada Subjek 1
Warna feses kuning 14. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi
Feses lembut dan berbentuk lunak 15. Kolaborasi terapi cairan kebutuhan cairan
16. Terapkan terapi dekapan 15. Untuk memnuhi kebutuhna
Manajemen pengobatan : cairan
17. Tentukan obat apa yang 16. Untuk memenuhi kubutuhan
85
6. Memberi informasi
kekurangan/ kebutuhan
nutrisi
7. Memberikan keempatan
untuk individu
memfokuskan/ internalisasi
gambaran nyata jumlah
makanan yang dimakan &
penyesuaian kebasaan
makan/perasaan
8. Memberikan catatan lanjut
penurunan dan/ atau
peningkatan berat badan
yang akurat
88
Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan Pada Subjek II
Warna feses kuning 5. Observasi turgor kulit masuk dan untuk memenuhi
Berat badan meningkat 4. Pantau adanya tanda dan gejala 4. Adanya perubahan pola
dehidrasi makan seperti nafsu makan
Manajemen hipovolemik : berkurang akan dapat
5. Monitor status cairan memperburuk status klien
6. Monitor tingkat Hb dan Ht intake kurang.
5. Mengetahui pemasukan dan
91
Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Pada Subjek 1
1. Minggu, 10 Juni Diare berhubungan dengan iritasi 08.10 wib 12.00 wib
2018 gastrointestinal Mengecek keadaan umum klien S:
08.15 wib Ibu klien mengatakan
Hari pertama Mengecek catatan medis anaknya masih BAB cair
08.25 wib kurang dari 8 kali sejak 3
Memonitor diare/pengeluaran hari lalu
08.35 wib Ibu klien mengataka
Menimbang berat badan dengan anaknya masih lemas
teratur. Ibu klien mengatakan
09.00 wib anaknya masih pucat
Menganjurkan keluarga untuk O:
memberikan makan dengan porsi K/U masih lemah
kecil. Klien masih diare
09.20 wib Klien masih tampak pucat
Mengobservasi turgor kulit Klien masih tampak lemas
Berkolaborasi terapi cairan Turgor kulit kering
Kesadaran klien
94
cairan intake dan output yng akurat, dan memantau adanya tanda dan
yang dilakukan pada hari ketiga bahwa intevensi pada diagnosa subjek I
teratasi.
100
Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan Pada Subjek II
memonitor status nutrisi, memantau adanya tanda dan gejala dehidrasi dan
lingkungan yang aman dan bersih dan menjelaskan tujuan pasien dan
Intevensi yang dilakukan pada hari ketiga intevensi teratsi oada subjek II.
107
Tabel 4.9
Lembar Ceklist
Subjek I
1. Selasa, 12 Juni 2018 15.30 wib Sedang : 5 Selama dilakukan terapi dekapan pada anak selama pemasangan
infus menunjukan adanya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
dengan menggunakan pengukuran skala nyeri yaitu :
Wajah 1: terkadang meyeringai atau meringis
Tungkai 1: tidak tenang
Aktivitas 1: menggeliat
Menangis 1: mengerang atau merengek
Kemampuan untuk tenang 1: terkadang dengan
memeluk
108
Subjek II
2. Rabu, 13 Juni 2018 15.40 wib Sedang : 4 Setelah dilakukan terapi dekapan selama pemasangan infus
menunjukan adanya kebutuhan rasa nyaman dengan
menggunaka skala nyeri yaitu :
Wajah 1: terkadang meyeringai atau meringis
Tungkai 1: gelisah
Aktivitas 1: menggeliat
Menangis 0: tidak menangis
Kemampuan untuk tenang 1: terkadang
ditenangkan dengan menyentuh
109
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Melati Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tanggal 10 Juni
2018 - 12 Juni 2018 dan 11 Juni 2018-13 Juni 2018. Pada pengkajian
kematian pada penderita. Gastroentritis akut yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai
lendir dan darah (Aru, 2015). Pada subjek I tingkat dehidrasi sedang klien
mengalami diare sebanyak lebih dari 8 kali perhari dengan konsistensi cair
ringan mengalami diare sebanyak lebih dari 7 kali perhari tidak disertai
BAB cair sudah 3 hari yang lalu dengan intensitas lebih dari 8 kali dan
110
muntah lebih dari 2 kali. Penyebab dari terjadinya gastroentritis akut ibu
data, anak tampak lemas, peristaltik usus 7-35/menit karena anak diare,
dengan tanda-tanda vital, T: 37,8ºC, N: 99 x/m, RR: 18 x/m, BB: 9 kg, dan
suara perkusi pada abdomen An.A tympani, tidak ada kelainan pada
jantung dan sistem pernafasan, mukosa biir klien kering, turgor kulit klien
keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 2 hari yang lalu
jarang mencuci tangan ketika mau makan, selalu membeli jajanan bersama
teman sebayanya dan jarang makan nasi. Pada saat pengkajian ibu klien
x/m, RR: 18 x/m, BB: 14 kg, dan suara perkusi pada abdomen An.A
tympani, tidak ada kelainan pada jantung dan sistem pernafasan, mukosa
111
biir klien kering, turgor kulit klien kering dan anak tidak melakukan
aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
cairan pada anak dan mengurangi nyeri pada anak selama pemasangan
infus.
nyaman, aman, dan temporer yang memberikan kontak fisik yang erat
dengan orang tua atau pengasuh. Hal ini sejalan dengan Isoardi, (2008)
dampingi orang tua akan merasa tenang dan memudahkan perawat untuk
4. Implementasi
sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman serta sesuai
sesuai dengan kondisi klien dan situasi serta menggunakan sarana yang
nyeri. Karena pada pasien diare pasien akan mengalami dehidrasi sehingga
dalam dekapan keluarga (Bear Hug Position) Anak duduk dipangku ibu,
ayah atau keluarga lain dengan chest to chest straddle position, yaitu posisi
anak berhadapan, dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang
orang tua atau keluarga yang memangku mendekap tubuh anak. Pada
posisi ini anak tidak melihat prosedur tindakan, sebagian daerah lengan
dapat menurunkan nyeri anak pada saat dilakukan pemasangan infuse dan
temporer yang memberikan kontak fisik yang erat dengan orang tua atau
dan dilindungi oleh keluarga saat pemasangan infus. Penelitian lain yang
anak. Terapi dekapan atau disebut juga dengan terapi memegang (Comfort
penulis implementasikan pada An.A dan An.R sesuai dengan kondisi dan
keadaan pasien. Semua intervensi dapat penulis lakukan pada An.A dan
An.R dikarenakan kerja sama yang baik antara penulis, perawat ruangan,
pasien serta keluarga pasien. Hasil yang diperoleh saat dilakukan terapi
dari berat 7 ke sedang 5 pada pasien AN.A. sedangkan pada pasien AN.R
5. Evaluasi
masalah diare teratasi dengan terapi cairan salah satunya pemasangan infus
nyeri hebat 7 ke nyeri sedang 4 dan 5. Hasil evaluasi didapatkan hasil dari
tindakan terapi dekapan dengan posisi anak duduk dipangkuan ibu selama
pemasangan infus pada anak dengan hasil kebutuhan rasa nyaman anak
orangtua dan posisi duduk dapat menurunkan nyeri anak pada saat
dilakukan oleh Bauchner, Vinci, Bak, Pearson, dan Corwin (2006) yang
116
care (FCC). Hal ini sejalan dengan Isoardi, (2008) dalam penelitianya
saat dilakukan prosedur, memberikan rasa aman dan senang bagi anak,
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 3 hari yang lalu dengan
intensitas lebih dari 8 kali dan muntah lebih dari 2 kali. Pengkajian yang
bibir klien kering, anak tampak pucat, turgor kulit klien kering dan anak
keluhan Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sudah 2 hari yang lalu
dengan intensitas 7 kali. Keadaan umum klien lemah, mukosa bibir klien
kering, turgor kulit klien kering dan anak tidak melakukan aktivitas.
Akut
gastrointestinal
118
Akut
infus.
E. Saran
keperawatan.
kebutuhan rasa nyaman selama pemasangan infus pada anak usia toddler
DAFTAR PUSTAKA
Abi Yoga, A. (2017). Kajian ibu dalam merawat anak yang mengalami diare pada
anak usia balita.Jurnal Darul Azhar, 4(1), 62-70.
Aryani, R., Tutiany, Mumpuni, Mulyani, S., Sumiati, Lestari, T.R., &
Miradwiyana, B. (2011). Prosedur klinik keperawatan pada mata
ajar kebutuhan dasar manusia . Buku kesehatan: Jakarta timur .
Bauchner, H., Vinci, R., Bak, S., Pearson, C., & Corwin, M. (2006). Parents and
procedures: A randomized controlled trial. Pediatric. 98, 861-867.
Brenner, M. Parahoo, K., & Taggarart, L, (2007). Restraint in childrens nursing :
ressing the distress. Journal of Childrens and Young Peoples
Nursing, 1(4), 138-162.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013).
Nursing Intervension Clasification (NIC) & Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mocomedia: Indonesia
Cohen, L.L., MacLaren, J.E., & Lim, C.S. (2007). Pain and pain management. In
Steele, R.G., Elkin, T.D., & Robert, M.C. (Eds), Handbook of
evidence based therapies for children and adolescent. New york:
springer publishers in pers.
Dewi, V. N. (2010). Asuhan neonatus bayi dan anak balita .Salemba medika.
Jakarta .
Lestari, B.K. (2013). Dampak dekapan keluarga dan pemberian posisi duduk
terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan infus. Tidak
dipublikasikan. Tesis Megister Keperawatan. Universitas Indonesia.
Depok.
Santi, L. (2016). Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah resiko
kerusakan fungsi kardiovaskular melalui swedish massage. Karya
Tulis Ilmiah Profesi Ners. Universitas Indonesia. Depok. Tidak
dipublikasikan.
Lynda, J. & Carpeneto. (2000). Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktik
klinis (Nursing Diagnosis: Aplication To Clinical Practice). Ed, 6.
Cet, 1. Jakarta. EGC.
Mediana, H.S., Mardiyah, A., & Rakhmawati, W. (2005). Respon nyeri infant dan
anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infus. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 3(1), 97-99
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/12/respon_nyeri_infant.pdf
Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Vol 2. Jakarta: EGC.
123
LAMPIRAN
124
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui skala nyeri pada pasien
B. Tujuan
yang kemudian disambungkan dengan selang infus dan dialirkan cairan infus.
B. Tujuan
C. Indikasi
D. Kontraindikasi
infus.
Terapi dekapan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh keluarga klien
dengan cara memeluk dari salah satu posisi yaitu menyamping di sebelah
B. Tujuan
Posisi yang digunakan pada saat terapi dekapan adalah posisi duduk dalam
dekapan (Bear Hug Positino) adalah anak duduk dipangku ibu, ayah atau
keluarga lain dengan chest to chest straddle position, yaitu posisi anak
berhadapan, dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang memangku,
dengan posisi kaki anak mengangkang pada pangkuan, lengan orang tua atau
Pelaksanaan
1. anak duduk dipangku ibu, ayah atau keluarga lain dengan
chest to chest straddle position, yaitu posisi anak berhadapan,
dengan dada anak bersandaran pada dada orang yang
memangku, dengan posisi kaki anak mengangkang pada
pangkuan, lengan orang tua atau keluarga yang memangku
mendekap tubuh anak.
131
D. Terminasi
Penilaian Responden
Penilaian skala nyeri dilakukanselama pemasangan infus, asisten
peneliti menilai nyeri menggunakan instrumen FLACC, selama
pemasangan infus asisten peneliti sudah mulai mengobservasi nyeri
pada responden, setelah iti kemudian asisten menyimpulkan berapa
nyeri yang dirasakan pasien tersebut.
132
LEMBAR CEKLIST
EVALUASI
Menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah
mengerti mengenai manfaat, tujuan, prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh
saudari DEVITA SARI Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatn Lubuklinggau dengan judul “Penerapan Terapi Dekapan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anak Usia Toddler Selama
Pemasangan Infus Dengan Gastroentritis Akut Di Rs Dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2018”. Saya memahami peneliti akan menghargai hak-hak
dan kerahasiaan sebagai responden.
Apabila keluarga responden bersedia maka bisa dilakukan terapi dekapan
dan apabila keluarga responden tidak bersedia maka saya akan lebih menyakinkan
kembali apa manfaat terapi dekapan tersebut. Bila selama penelitian ini saya ingin
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.
(……………………..……) (……………….………….)