Disusun
Oleh :
ANSORI
NIM PO.71.20.3.17.087 RPL
Disusun Oleh:
ANSORI
NIM: PO.71.20.3.17.087 RPL
i
PANITIA SIDANG KARYA TULIS
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERERAWATAN LUBUKLINGGAU
Lubuklinggau,.......Juli 2017
Tim Penguji
Ketua
Anggota:
Penguji I
Penguji II
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan setujui untuk di ujikan dan
dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2017/2018.
Lubuklinggau, Juli 2018
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns, M.Kep Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes
NIP. 19770422 199503 1 001
Mengetahui,
Ka. Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Politeknik Kesehatan Palembang
i
LEMBAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Oleh :
ANSORI
NIM PO.71.20.3.17.087 RPL
Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns, M.Kep Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes
NIP. 19770422 199503 1 001
Mengetahui,
Ka. Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Politeknik Kesehatan Palembang
v
HALAMAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan : Lubuklinggau
v
PERNYATAAN
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang,
sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari KTI yang sudah
dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar Ahli Madya
Keperawatan di lingkungan Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes
Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan KTI ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap
karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia
menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang.
Lubuklinggau, Juli 2018
Yang menyatakan
ANSORI
NIM PO.71.20.3.17.087 RPL
v
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
POLITEKNIK KESEHATAN KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATANLUBUKLINGGAU
ANSORI
ABSTRAK
Apendisitis merupakan peradangan pada Apendiks yang berbahaya jika tidak ditangani
dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen
usus. Tindakan pembedahan adalah salah metode penatalaksanaan apendisitisi.
Pemberian informasi adalah salah satu komponen dari komunikasi terapeutik yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien melalui pemenuhan kebutuhan
informasi mengenai pembedahan. Metode penelitian ini menggunakan desain studi
kasus dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diganosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi pada dua orang sampel sebagai partisipan
penelitian. Penatalaksanaan kecemasan dilakukan dengan informasi prabedah sehingga
pasien mengetahui tetang operasi yang akan dijalani olehnya. Hasil penelitian diperoleh
dua diagnosa utama pada apendisitis pra operasi yaitu nyeri dan ansietas. Pemberian
informasi pra bedah efektif meyakinkan pasien dengan tindakan yang akan dijalaninya,
sehingga kecemasan pasien menurun.
vi
THE MINISTRY OF HEALTH THE REPUBLIC OF INDONESIA
PALEMBANG HEALTH POLYTECHNICS
LUBUKLINGGAU NURSING STUDY PROGRAM
ANSORI
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ahli
Keperawatan Lubuklinggau.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Karya Tulis ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari penulisan maupun materi. Untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
1. Kedua Orang Tuaku, yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan baik
2. Ibu Drg. Nur Adiba Hanun, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Palembang.
3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan
4. Bapak Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing Utama dalam
5. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes, selaku dosen pembimbing Pendamping Karya
Tulis Ilmiah.
x
6. Ibu Zuraidah, SKM, MKM selaku penguji II dalam karya tulis ilmiah ini yang telah
memberikan banyak kriti dan saran yang membangun demi perbaikan KTI ini.
Akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
Lubuklinggau,
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN DALAM..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN..................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................vii
ABSTRAK.........................................................................................................viii
ABSTRACT........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.........................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................119
LAMPIRAN
x
DAFTAR
Halaman
xi
DAFTAR
Halaman
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 WOC 21
Bagan 2.2 Kerangka Konsep 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
abad 19. Pembedahan merupakan cara dokter mengobati kondisi yang sulit
atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat - obatan sederhana, pada
prinsip aseptik dan teknik anastesi masih sangat primitif serta tidak aman bagi
pasien (Potter & Perry 2006). Jumlah pembedahan diseluruh dunia pertahun
diperkirakan adalah 234 juta, yaitu satu operasi untuk setiap 25 orang (Weiser
diantaranya adalah operasi sistem saraf : 408 orang, operasi sistem endokrin:
41 orang, operasi pada mata: 22 orang, operasi pada telinga: 6 orang, operasi
hidung, mulut dan paring: 105 orang, operasi pada sistem pernafasan: 330
limpatik: 118 orang, operasi pada sistem pencernaan: 1381 orang, operasi
1
2
pada sistem urinaria: 266 orang, opersi pada sistem reproduksi laki-laki: 152
persalinan: 1770 orang, operasi pada sistem muskuloskeletal: 1298 orang, dan
menerima 3 juta pasien bedah setiap tahunnya, mencakup 51% dari total
sendiri jumlah pembedah tahun 2000 sebesar 47.22%, tahun 2001 sebesar
45.19%, tahun 2002 sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar 46.87%, tahun 2004
sebesar 53.22%, tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006 sebesar 53.68 %
(Grace, 2007).
jika tidak ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa
dan saat ini morbiditas angka apendisitis di Indonesia mencapai 95 per 1000
mungkin dan salah satu cara untuk menyembuhkan apendisitis adalah dengan
apendiktomi atau bedah mayor pada apendiks (Price & Wilson, 2006).
oleh beberapa faktor, misalnya nyeri pada luka post operasi, lingkungan yang
kurang nyaman, kecemasan karena rasa nyeri post operasi (Sudarsono, 2013).
bedah umum 845, bedah anak 118, bedah kebidanan 1848, bedah THT 422,
bedah mata 668, bedah orthopedi 278, bedah plastik 211, bedah digestif 253,
bedah saraf 27, bedah tumor 236, bedah urologi 216, bedah mulut 6 (RSMP,
2012).
misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas diri (Tjandra, 2003).
bila pasien tidak pernah atau kurang mendapat dukungan keluarga dan kurang
Pembedahan yang ditunggu akan menyebabkan rasa takut dan ansietas (Potter
& Perry, 2006). Kecemasan adalah suatu yang menimpa hampir setiap orang
normal terhadap situasi yang menekan kehidupan seseorang, dan karena itu
operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh,
cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah
terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap mental
gangguan anxietas berkisar pada angka 6-7% dari populasi umum. Kelompok
sebesar 10-16%. Insiden yang dilaporkan Pra Bedah, kecemasan pada orang
dewasa berkisar antara 11% sampai 80%, Insiden tertinggi yang dilaporkan
dan ketakutan sebelum operasi (Czeisle, 1976) dalam (Maranets 1999). Cara
adalah jenis kelompok obat benzoadiazepin, salah satu obat yang lazim
2003).
cemas, tegang dan ketakutan dengan pendekatan non farmakologi, dan dapat
non farmakalogi yang tepat untuk mengatasi rasa cemas, ketegangan dan
mengetahui lebih banyak tentan kelainan yang pasien derita, sehingga pasien
Sebenarnya, operasi tidak lagi menjadi hal yang menakutkan apalagi jika
informasi tambahan dari orang lain yang pernah menjalani operasi yang
sama. Jika dengan semua ini kekhawatiran masih juga menyelimuti tentu
khawatir, cemas, yang diukur pada pasien terebut karena tidak sempurnanya
Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung kontek dan
informasi, dialah yang kemungkinan suksesnya akan lebih besar. Pendapat ini
memang benar adanya, setiap orang berhak mendapatkan informasi yang jelas
7
kepada pasien dapat meliputi arti yang sangat luas yaitu segala pengetahuan
yang dapat diberikan kepada pasien sehingga dapat juga diartikan sebagai
infomasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin dia ketahui
(Liliweri, 2012).
bedah atau pre operasi akan lebih mengetahui harapan mereka setelah
dilakukan operasi dan pasien akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk
beradaptasi lebih baik terhadap nyeri dan penurunan mobilitas fisik setelah
faktor internal yaitu umur (usia), pengalaman, tipe kepribadian, keadaan fisik
Sesorang yang cemas cenderung oleh karena tidak tahu apa yang
dihadapinya, oleh karena itu informasi yang jelas dan terbuka perlu disampai
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pasien.
2. Tujuan Khusus
apendiktomi.
kasus apendiksitis.
pasien apendiksitis,
apendiksitis.
pra bedah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
menjalani operasi.
kecemasan pasien.
3. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Appendiksitis
1. Pengertian
(Mubarak, 2009).
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk
2005).
2. Anatomi Fisiologi
11
1
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis 10. Oleh karena itu, nyeri
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
simpatis berasal dari medula spinalis torakal bagian kaudal, dan serabut
parasimpatis berasal dari kedua nervus vagus. Serabut saraf aferen dari
anteileal (2%) dan preleal (1%) (R.Putz dan R.Pabst, 2006). Pada 65%
adalah kurang tepat karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum.
3. Etiologi
ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks yang biasanya
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, tumor
langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh kasus, bahkan
ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor
perilaku. Faktor biologi antara lain usia, jenis kelamin, ras sedangkan
bakteri, virus, parasit, cacing dan benda asing dan sanitasi lingkungan
apendisitis baik dilihat dari pelayan keshatan yang diberikan oleh layanan
kesehatan baik dari fasilitas maupun non-fasilitas, selain itu faktor resiko
lain adalah faktor perilaku seperti asupan rendah serat yang dapat
Jong, 2004).
4. Klasifikasi
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
2011).
Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai
4) Apendisitis Infiltrat
2011).
5) Apendisitis Abses
6) Apendisitis Perforasi
2011).
b. Apendisitis kronik
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya
5. Manifestasi Klinis
pada seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh
Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut
jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,
antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi
bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat
abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari
Pada saat inilah terjadi apendistis akut fokal yang ditandai oleh
terjadi infark dinding) apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu
1) Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
2
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah
4) Rovsing sign (+) adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila
5) Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
6) Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena
sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-
(2013), adalah:
b. Afasia
kata.
c. Apraksia
d. Agnosis
tersebut.
e. Amnesia
trauma).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
(Penfold, 2008)
9. Penatalaksanaan Medis
2000)
1. Pengertian
dengan jalan masuk. Informasi bersal dari kata informare yang sebenarnya
berarti “garis besar, konsep atau ide” informasi merupakan kata benda dari
adanya, setiap orang berhak mendapatkan informasi yang jelas dan benar
(Andhi, 2013).
kepada pasien dapat meliputi arti yang sangat luas yaitu segala
keadaan dirinya. Instruksi pada pasien dapat tertulis dan dapat pula tidak,
dan dapat gerakan tangan yang dilakukan pada pemeriksaan selama proses
a. Sensasi
terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra. Fase ini yang
b. Persepsi
c. Memori
d. Berfikir
3. Fungsi informasi
atau faktor resiko dari tindakan medis yang akan dilaksanakan. Namun
dalam keadaan sakit atau takut yang bisa mengarah pada kegagalan
4. Informasi medis
a. Diagnosa
d. Resiko
2
gatal-gatal)
f. Prognosis
a. Pengenalan staf
e. Pembiusan
h. Pengobatan
i. Latihan-latihan
j. Kapan saja pasien boleh bangun dari tempat tidur setelah operasi
pada ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor,
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam Pasl
yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan lain-lain
bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan
invasif.
pada jenis tindakan yang akan dilakukan dalam tindakan bedah dan
tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan
dokter yang akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk.
bila perlu, informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien (Hanafiah &
Amir, 2011).
sebelum pembedahan.
1. Definisi
luka (Susetyowati dkk, 2010). Menurut Muttaqin & Sari (2013) tahap awal
komprehensif, dan klarifikasi. Jika terjadi kesalahan pada fase ini maka
2. Klasifikasi pembedahan
2012).
menjadi:
1) Elektif
repair scar.
2) Gawat/urgent
3) Darurat/emergent
perdasrahan internal.
c. Berdasarkan tujuan
1) Diagnostik
2) Ablatif
kolesistektomi.
3) Paliatif
4) Rekonstruktif
5) Transplantasi
6) Konstruktif
a. Usia
b. Nutrisi
c. Penyakit Kronis
d. Merokok
a. Respon fisiologis
respon neuro endokrin. Respon terdiri dari system syaraf simpatis dan
cedera. Bila stres terhadap system cuku gawat atau kehilangan darah
beban dan shock akan menjadi beban dari iu semua. Anestesi tertentu
b. Respon psikologis
Pengkajian secara integral dari fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
6. Persiapan praoperatif
a. Persiapan fisik
lain:
2) Status nutrisi
6) Personal Hygine
4) Persiapan Penunjang
6) Informed Consent
7) Persiapan Mental/Psikis
8) Obat-Obatan Premedikasi
D. Konsep Kecemasan
1. Pengertian
adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya
4
bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu
kecemasan yaitu :
a. Faktor biologis
b. Psikologis
sumbernya.
4
c. Sosial
3. Gejala kecemasan
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
5. Respon kecemasan
6. Tingkat kecemasan
sedang, berat dan panik. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka
meningkatkan persepsi.
pengarahan.
7. Respon Kecemasan
c. Respon Kognitif
d. Respon Afektif
1. Pengkajian
2012)
keluarga.
4
demam:
c. Riwayat Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
peningkatan pernafasan
4) Perkusi tidak ditmukanya masalah pada kuadran I, II, III, atau IV.
genitalia
f. Pemeriksaan ektremitas
kaji adanya luka atau bekas luka, kaji keuatan otot kaki, apakah ada
4
(Debora, 2013).
3. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar
adalah:
4
inflamasi
pembedahan
4. Intervensi keperawatan
penyembuhan
21) Dorong istirahat 21) Untuk mempercepat
proses
penyembuhan
22) Instruksikan pasein 22) Untuk mempercepat
untuk minum proses
antibiotik sesuai resep penyembuhan
23) Ajarkan pasein dan 23) Untuk mencegah
keluarga terhadap terjadinya infeksi
tanda dan gejala
infeksi
24) Ajarkan cara 24) Untuk mencegah
menghindari infeksi terjadinya infeksi
25) Laporkan kecurigaan 25) Untuk mencegah
infeksi terjadinya infeksi
26) Laporkan kultur 26) Untuk mencegah
positif terjadinya infeksi
57
5. Implementasi Keperawatan
dimengerti pasien..
6. Evaluasi Keperawatan
F. Kerangka Konsep
Ansietas
Kurang pengetahuan
Informasi Prabedah Menurunkan kecemasan
Cemas terkontrol
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
saat ini atau saat yang lampau. Jenis penelitian ini adalah studi kasus
B. Subjek Penelitian
subjek penelitian. Adapun subjek studi kasus yang akan dilakukan peneliti
Subjek yang akan dijadikan subjek penelitian dengan kriteria sampel sebagai
berikut:
58
5
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
1. Informasi Prabedah
2. Apendisitis
Jenis instrument yang digunakan pada stadi kasus ini menurut ialah:
1. Wawancara
medis.
2. Observasi
yang digunakan disini adalah lembar observasi dimana setiap shift dinas
peneliti akan memeriksa tanda – tanda vital responden, lembar skala nyeri
Visual Analog Scale (VAS) untuk menentukan skala nyeri responden dan
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi Kepustakaan
6
5. Studi Dokumentasi
informasi (data) dan berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada pada
2018.
orang lain (Sugiono, 2010). Pada tahapan analisis data dilakukan proses
dibaca dan dipahami. Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti yaitu:
1. Pengumpulan Data
bentuk tulisan yang mudah dipahami. Setelah itu data-data yang terkumpul
dipilih sesuai dengan fokus penelitian ini dan diberi kode untuk
2. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
3. Penyajian Data
naratif.
4. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data
tertentu pada lembar pengumpulan data yang akan diisi oleh responden
3. Confidentiality (kerahasian)
BAB IV
A. Hasil
Rawas. RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Berdiri Sejak Tahun
1938, RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas menempati lahan seluas
m2. Secara geografis RSUD dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas terletak
terbagi atas sebagai berikut : Layanan Rawat Jalan, Layanan Rawat Inap,
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus yaitu
subyek I dan subyek II. Kedua subyek sudah sesuai dengan kriteria yang di
tetapkan.
a. Identitas Klien I
masuk ke ruangan operasi pada tanggal 19 mei 2018 jam 10.00 WIB,
b. Identitas Klien II
Pekerjaan petani , Alamat Gang idaman kel. Eka Marga, Musi Rawas.
Subjek masuk ruang operasi Pada Tanggal 23 Mei 2018 Pukul 10.30
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus
yaitu subyek I dan subyek II. Kedua subyek sudah sesuai dengan
3. Pengkajian
harus dilakukan pada kedua subjek dengan diagnosa medis yang ditentukan
oleh dokter yaitu Post Operasi Appendisitis adalah pengkajian. Dalam studi
kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada keterangan keluarga
awal terhadap subyek dapat dilihat seperti pada tabel 4.1 dibawah ini.
TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN DUA ORANG SUBJEK
Telinga
Bentuk Simetris kanan dan Simetris kanan dan
Kiri kiri
Auskultasi
Bunyi jantung S1-S2 S1-S2
Bunyi tambahan tidak ada tidak ada
Murmur Tidak ada Tidak ada
Frekuensi 80x/menit 80x/menit
11 Pemeriksaan abdomen
a. inspeksi
Bentuk abdomen simetris kanan dan
simetris kanan dan
kiri, klien
kiri, Klien tampak
menunjukkan perut
memegang perut
kanan bawah yang
bagian bawah kanan
sakit
Status mental
Kondisi emosi Keadaan emosi klien Keadaan emosi klien
terlihat stabil terlihat stabil
15 Nervus carnialis
Nervus olfaktorius Normal, bisa Normal, bisa
membedakan bau membedakan bau
TABEL 4.2
ANALISA
DATA
Klien II
DS : Appendisitis Nyeri akut
1. Klien mengatakan saat ini
perut terasa sakit
2. Klien mengeluh nyeri
sejak 3 hari yang lalu Peradangan
3. Klien mengatakan nyeri
bertambah saat tertawa
4. Klien mengatakan Nyeri
nyerinya seperti di tonjok-
tonjok
5. Klien mengatakan nyeri
hilang setelah minum obat
6. Klien mengatakan skala
nyerinya 6
DO:
1. k/u lemah
2. Klien tampak meringis
kesakitan
3. TTV: TD: 110/70 mmHg
4. T: 37,8°c
5. N: 94x/mnt
6. R: 26x/mnt
7. Klien tampak memegang
perut kanan bawah
8
TABEL 4.3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Klien Diagnosis
1 Klien 1 1. Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencederan biologi
2. Hipertermi berhubungan dengan
infeksi/proses penyakit pada
apendiks
3. Ansietas berubungan dengan
kurang pengetahuan tentang
prosedur operasi
TABEL 4.4
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN 1
Hari Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan Intervensi Rasional
1. 19 Mei 2018 Nyeri akut b.d agen Tujuan intervensi nyeri akut a. Monitor nyeri, lokasi, a. Melihat tingkat nyeri
cidera adalah setelah dilakukan karakteristik, dan yang didapatkan
biologis/peradanganada tindakan keperawatan pada integritas nyeri dengan sebagai pendoman
apendisitis ditandai Nn. N selama 2x24 jam skala (0-10) 1x/hari intervensi selanjutnya.
dengan : DS : diharapkan nyeri akan b. Monitor tanda-tanda vital b. Perubahan tanda-tanda
Klien mengeluh nyeri berkurang/hilang kriteria 1x/hari vital merupakan indi-
pada perut kanan bawah :Klien tidak mengeluh nyeri kator terjadinya nyeri.
sejak ± satu minggu lagi pada saat beraktivitas, c. Teknik relaksasi (napas
yang lalu nyeri turun dari 6 menjadi 4 c. Ajarkan teknik relaksasi: dalam) dapat mening-
Di perut bagian kanan klien dapat bergerak dengan napas dalam katkan sup-lain O2 ke
bawah terasa semakin leluasa, tanda-tanda vital jaringan sehingga nyeri
bertambah sakit ketika dalam batas normal. berkurang.
bergerak. Nyeri seperti d. Lakukan masase pada d. Dapat mengurangi nye-
diremas-remas. Nyeri daerah nyeri ri
perut kanan saat ditekan e. Ajarkan teknik kompres e. Cara untuk mengurangi
dan nyeri timbul hangat nyeri.
sewaktu-waktu. Skala f. Berikan posisi klien yang f. Cara/respon untuk
nyeri 6 nyaman: duduk mengurangi nyeri
DO : g. Kaji pengalaman klien g. Mengetahui
Tampak meringis mengatasi nyeri pengalaman klien
menahan nyeri dan dalam mengatasi nyeri
terlihat memegang perut
bagian kanan bawah.
Pemeriksaan tanda-
8
2. 19 Mei 2018 Ansietas b.d kurang setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat 1. Dengan mengetahui
pengetahuan keperawatan pada Nn. N kecemasan klien tentang lingkup ke-
tentang prosedur selama 2x24 jam diharapkan 1x/hari. cemasan klien akan
operasi ditandai dengan : ansietas akan teratasidengan memudahkan pe-
DS : kriteria: Klien mengerti nentuan intervensi se-
Klien tentang penyakit atau kondisi 2. Beri kesempatan klien lanjutnya.
mengatakan yang dialaminya. Klien untuk mengungkapkan 2. Dengan
takut/merasa khawatir kooperatif dalam perawatan keluhannya. mendengarkan
tentang kondisi yang dan pengobatan. Ekspresi keluhan, klien akan
dialaminya wajah tidak tegang. merasa diperhatikan
sekarang dengan 3. . Beri informasi dan dapat mengurangi
rencana tindakan operasi tentang perawatan kecemasannya.
yang dijadwalkan yang diper- lukan 3. Pemberian informasi
tanggal 27 januari 2016. selama dirawat yang adekuat dapat
DO : 4. menurunkan
- Ekspresi wajah tegang kecemasan klien dan
- Klien dan keluarga 4. Ciptakan lingkungan dapat melakukan pera-
selalu bertanya yang nyaman dan watan dengan baik.
tentang kondisnya. tenang 5. Agar klien tidak me-
- Klien terlihat gelisah rasa bosan dalam
menghadapi
perawatan.
8
TABEL 4.5
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN II
Hari Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan Intervensi Rasional
1. 23 Mei 2018 Nyeri akut b.d agen Tujuan intervensi nyeri akut a. Monitor nyeri, lokasi, a. Melihat tingkat nyeri
ciderabiologis/peradanga adalah setelah dilakukan karakteristik, dan yang didapatkan
nada apendisitis ditandai tindakan keperawatan pada integritas nyeri dengan sebagai pendoman
dengan : Nn. N selama 2x24 jam skala (0-10) 1x/hari intervensi selanjutnya.
DS : diharapkan nyeri akan b. Monitor tanda-tanda vital b. Perubahan tanda-tanda
DS : berkurang/hilang kriteria 1x/hari vital merupakan indi-
Klien mengatakan saat ini :Klien tidak mengeluh nyeri kator terjadinya nyeri.
perut terasa sakit lagi pada saat beraktivitas, c. Teknik relaksasi (napas
Klien mengeluh nyeri nyeri turun dari 6 menjadi 4 c. Ajarkan teknik relaksasi: dalam) dapat mening-
sejak 3 hari yang lalu klien dapat bergerak dengan napas dalam katkan sup-lain O2 ke
Klien mengatakan leluasa, tanda-tanda vital jaringan sehingga nyeri
8
2. 19 Mei 2018 Ansietas b.d kurang setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat 1. Dengan mengetahui
pengetahuan tentang keperawatan pada Nn. N kecemasan klien tentang lingkup ke-
prosedur operasi ditandai selama 2x24 jam diharapkan 1x/hari. cemasan klien akan
dengan : ansietas akan teratasidengan memudahkan pe-
DS : kriteria: Klien mengerti nentuan intervensi se-
Klien tentang penyakit atau kondisi 2. Beri kesempatan klien lanjutnya.
mengatakan yang dialaminya. Klien untuk mengungkapkan 2. Dengan
takut/merasa khawatir kooperatif dalam perawatan keluhannya. mendengarkan
tentang kondisi yang dan pengobatan. Ekspresi keluhan, klien akan
dialaminya wajah tidak tegang. merasa diperhatikan
sekarang dengan 3. . Beri informasi dan dapat mengurangi
rencana tindakan operasi tentang perawatan kecemasannya.
yang dijadwalkan yang diper- lukan 3. Pemberian informasi
tanggal 27 januari 2016. selama dirawat yang adekuat dapat
DO : 4. menurunkan
- Ekspresi wajah tegang kecemasan klien dan
- Klien dan keluarga 4. Ciptakan lingkungan dapat melakukan pera-
selalu bertanya yang nyaman dan watan dengan baik.
tentang kondisnya. tenang 5. Agar klien tidak me-
- Klien terlihat gelisah rasa bosan dalam
menghadapi
perawatan.
8
TABEL 4.6
CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN 1
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Kode NDX
19 Mei 2018 11.30 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik Evaluasi tgl 24/05/2018 pukul 21.00
11.40 dan integritas nyeri dengan skala (0-10) S:
11.50 Mengukur tanda-tanda vital (TD, N, RR, S) Klien mengatakan abdomen masih terasa sakit.
12.20 Mengajarkan teknik relaksasi Skala nyeri 4
: nafas dalam Klien mengatakan masih sedikit merasa cemas terhadap Penyakitnya
12.20 Memberikan kompres hangat selama 20 O:
menit Memberikan posisi yang nyaman Ekspresi wajah nampak meringis
16.00 pada klien Memberikan kompres hangat Pasien rencana operasi
21.00 selama 20 menit Klien nampak gelisah
11.40 Memonitor tingkat kecemasan klien Skala HARZ 36
12.20 memberikan kesempatan klien untuk Tanda-tanda vital
mengungkapkan TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit
keluhannya, A : Masalah belum teratasi
Memberikan informasi P : Lanjutkan intervensi Kaji tingkat nyeri Observasi tanda-tanda vital
Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri
Memberikan kompres hangat pada abdomen
8
20 Mei 2018 08.00 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, Evaluasi tgl 20/05/2018 pukul 14.00
08.10 karakteristik dan integritas nyeri dengan S:
08.30 skala (0-10) hasil: masih Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit. Skala
nyeri dengan skala 5 Nyeri 3
Mengukur tanda-tanda vital klien mengatakan sudah merasa tenang dengan
Memberikan kompres hangat menggunakan teknik nafas dalam
di abdomen Skala Harz 26
Menganjurkan klien O:
menggunakan teknik nafas Ekspresi wajah sudah tidak menahan nyeri
08.40 dalam untuk mengurangi Pasien rencana operasi
nyeri
Memberikan kompres hangat Tanda-tanda vital
08.50 pada abdomen TD: 110/70mmHg, nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,50C, RR:
20x/menit A : Masalah teratasi sebagian
Memonitor tingkat kecemasan klien. P : pertahankan intervensi
Menganjurkan klien menggunakan
13.30 teknik nafas dalam untuk menurunkan
rasa cemas
Menjelaskan dampak prosedur
pembedahan
Mengingatkan klien untuk banyak minum
air putih (8gelas=2000cc)
9
TABEL 4.7
CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN II
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Kode NDX
23 Mei 2018 08.30 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik Evaluasi tgl 23/05/2018 pukul 21.00
08.40 dan integritas nyeri dengan skala (0-10) S:
09.00 Mengukur tanda-tanda vital (TD, N, RR, S) Klien mengatakan abdomen masih terasa sakit.
09.20 Mengajarkan teknik relaksasi Skala nyeri 4
: nafas dalam Klien mengatakan masih sedikit merasa cemas terhadap Penyakitnya
10.20 Memberikan kompres hangat selama 20 O:
menit Memberikan posisi yang nyaman Ekspresi wajah nampak meringis
pada klien Memberikan kompres hangat Pasien rencana operasi
selama 20 menit Klien nampak gelisah
10.30 Memonitor tingkat kecemasan klien Skala HARZ 32
11.00 Memberikan kesempatan klien untuk Tanda-tanda vital
11.40 mengungkapkan keluhannya, TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit
12.20 Memberikan informasi penkes prabedah A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Kaji tingkat nyeri Observasi tanda-tanda vital
Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri
Memberikan kompres hangat pada abdomen
9
24 Mei 2018 08.00 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, Evaluasi tgl 24/05/2018 pukul 14.00
08.10 karakteristik dan integritas nyeri dengan S:
08.30 skala (0-10) hasil: masih Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit. Skala
nyeri dengan skala 5 Nyeri 3
Mengukur tanda-tanda vital klien mengatakan sudah merasa tenang dengan
Memberikan kompres hangat menggunakan teknik nafas dalam
di abdomen Skala Harz 22
Menganjurkan klien O:
menggunakan teknik nafas Ekspresi wajah sudah tidak menahan nyeri
08.40 dalam untuk mengurangi Pasien rencana operasi
nyeri
Memberikan kompres hangat Tanda-tanda vital
08.50 pada abdomen TD: 110/70mmHg, nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,50C, RR:
20x/menit A : Masalah teratasi sebagian
Memonitor tingkat kecemasan klien. P : pertahankan intervensi
13.30 Menganjurkan klien menggunakan
teknik nafas dalam untuk menurunkan
rasa cemas
Memberikan penkes pra
bedah Menjelaskan dampak
prosedur pembedahan
Mengingatkan klien untuk banyak
minum air putih (8gelas=2000cc)
92
ritmik, maka terjadi penurunan skala nyeri yang dialami oleh kedua subyek,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Subyek I
TABEL 4.7
EVALUASI PENURUNAN SKALA KECEMASAN
PRA BEDAH APENDIKSITIS
Hari/ Kondisi
No Kondisi Pre Intervensi
Tanggal Post
Interpretasi
Skala Skala
Kecemasan Kecemasan
1 19 Mei 2018 Penkes Pra Terjadi penurunan
36 34
Bedah skala nyeri
2 20Mei 2018 Penkes Pra Terjadi penurunan
30 22
Bedah skala nyeri
kesehatan prabedah selama 2 hari berturut- turut. Pada hari pertama skala
nyeri pada subjek I adalah 36, setelah dilakukan penkes maka skala
kecemasan turun menjadi 34. Pada hari kedua tepat sebelum tindakan
operasi skala kecemasan juga kembali turun dari skala 30 turun menjadi 22.
9
Subyek II
TABEL 4.7
EVALUASI PENURUNAN SKALA KECEMASAN
PRA BEDAH APENDIKSITIS
Hari/ Kondisi
No Kondisi Pre Intervensi
Tanggal Post
Interpretasi
Skala Skala
Kecemasan Kecemasan
1 23 Mei 2018 Penkes Pra Terjadi penurunan
37 27
Bedah skala nyeri
2 24 Mei 2018 Penkes Pra Terjadi penurunan
25 20
Bedah skala nyeri
kesehatan prabedah selama 2 hari berturut- turut. Pada hari pertama skala
nyeri pada subjek I adalah 37, setelah dilakukan penkes maka skala
kecemasan turun menjadi 27. Pada hari kedua tepat sebelum tindakan
operasi skala kecemasan juga kembali turun dari skala 25 turun menjadi 20.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
9
ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat
pengkajian subjek I tanggal 19 mei 2018, dan pada subjek II pada tanggal
23 mei 2018 didapatkan data keluhan utama pada Tn.N dan Tn. A gejala
yang dirasakan adalah nyeri pada perut bagian kanan bawah. Semua
juga tampak terlihat meringis saat nyeri terasa. Dalam teori untuk
incident atau faktor penyebab, quality atau kualitas nyeri, region atau
lokasi nyeri, scale atau skala nyeri, time atau waktu (Muttaqin, 2009).
Tanda dan gejala nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti
lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran
kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc.Burney,
kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Pada pengkajian
kanan bawah . Severity: skala nyeri pada subjek I: 6 dan pada subjek II:
autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai
gangguan tidur (mata sayu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan
kasus diatas, dengan adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah
pada bagian yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok dan ekspresi
sebagai berikut: 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, 7-9:
dilakukan, 10: sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan (Saputra, 2013).
9
didapatkan oleh penulis pada Tn. N dan Tn. A sesuai dengan teori yang
36,1°C. Dalam teori nyeri, apabila nyeri tidak segera ditangani dengan
(Adha, 2014). Disini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus untuk
abdomen, inspeksi perut datar, ada luka bekas operasi, luka tidak ada pus,
dan hasilnya ada nyeri tekan di kanan bawah atau kuadran IV. Nyeri
biasanya disebabkan trauma bedah atau inflamasi seperti pada saat sakit
(Andarmoyo,2013).
Leukosit atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak
memfagosit debris yang berasal dari sel yang mati atau cedera, penting
respon tubuh terhadap infeksi (Putri,2010). Pada kasus Tn. N dan Tn. A
apendiks. USG pada appendisitis akut adalah bagian kiri yaitu sonogram
2. Diagnosa Keperawatan
karakteristik yang tepat dalam dasar pengkajian (Perry dan Potter, 2006).
pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
lebih kurang 1-2 menit. Data obyektif pasien tampak menunjukkan lokasi
Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat
10
dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi. Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit, dan lain-lain
etiologi agen cidera fisik ( Nanda, 2013). Hasil data yang ditemuka
dalam kasus ternyata sudah sesuai dengan teori dari Asmadi dan
Andarmoyo.
agen cidera fisik sebagai prioritas utama karena menurut teori Hierarki
pengertian adalah nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat
ruang operasi, oleh sebab itu penkes tentang ruang operasi harus
dijelaskan.
10
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang
pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya saat ini, pasien merasa
cemas takut karena akan menjalani operasi esok hari. Data obyektif
diakhir. Dilengkapi oleh data pengkajia yaitu data subjektif antara lain.
gugup dan khawatir dengan operasi yang akan dialaminya besok, serta
pasien susah tidur. Data objektif yang diperoleh pasien nampak buruk
atau tidak fokus, muka nampak merah, mengalami gangguan tidur, pada
aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis
kebutuhan bebas dari rasa takut dan kecemasan, serta kebutuhan bebas
3. Intervensi
dengan kriteria hasil skala nyeri 1-2, nyeri berkurang atau hilang, pasien
lokasi nyeri perut bagian kanan bawah . Severity: skala nyeri pada subjek
mata, kemudian tarik nafas melalui hidung dalam empat hitungan, dan
memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, serta
dengan indikasi nyeri pasca operasi, nyeri trauma berat, artritis rematoid
(Andarmoyo, 2013).
cemas menjadi turun, dari skala sedang 27 menjadi skala kurang dari 14
yaitu skala tidak cemas. Alat untuk mengukur kecemasan salah satu
apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali yaitu dengan menggunakan
alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale
meliputi, suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah.
Tanda-tanda vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh.
tanda vital dapat terjadi bila tubuh dala kondisi aktivitas atau dalam
sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan non-verbal dengan rasional
4. Implementasi
masing-masing diagnosa:
penting dalam sistem modulasi nyeri atau analgesik adalah jalur yang
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru, menurut
kesehatan yang ada serta adanya peran serta keluarga dan pasien pada
nyeri yang dirasakan oleh pasien. Penulis tidak memiliki hambatan dalam
penulis pada diagnosa ini lebih berfokus pada pemberian informasi yang
operasi pada penyakitnya ini. Pasien takut dioperasi dan takut jika
pasien tampak cemas gelisah, pasien tampak bingung dan selalu bertanya
suhu 35,90c.
dirinya.
kecemasan yang dialami pasien dapat berkurang dan pasien lebih tenang
merasa takut dan cemas lagi, dan pasien mengatakan sudah siap untuk
kepada pasien preoperasi juga telah diteliti oleh (Diyono, dkk tahun
2014) dan (Sova Kaparang, dkk tahun 2014) dimana jurnal hasil
5. Evaluasi
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
11
Walid, 2012).
kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
(Dermawan, 2012)
Intervensi yang akan dilanjutkan adalah kaji status nyeri yang meliputi
menghilangkan nyeri.
nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Kaji status nyeri baru setelah
pasien takut dengan bius anastesi. Pasien mengatakan tidak tahu tentang
bingung, dan ekspresi wajah pasien tampak tegang. Skala kecemasan 27.
informasi.
mengatakan sudah siap untuk menjalani operasi dan sudah siap untuk
tidak cemas, dan pasien sudah siap untuk menunggu jam dilakukannya
dikembangkan lagi.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
bawah dan bertambah berat saat beraktifitas. Selain keluhan nyeri pasien
takut dengan keadaan penyakit yang dialaminya saat ini. Pasien takut
mengatakan dirinya khawatir jika saat operasi terjadi sesuatu yang tidak
2. Diagnosa
terpapanya informasi.
3. Intervensi
pengkajian pada status nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
operasi.
4. Implementasi
5. Evaluasi
B. Saran
Agrawal, C.S. 2008. Role of Serum C Reactive Protein and Leukocyte Count in
the Diagnosis of Acute Appendicitis in Nepalese Population. Med Coll J
Nepal : Departemen of surgery
Burnner and suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Djojoningrat D. 2006. Dispepsia Fungsional. Dalam Sudoyo Aw. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Grace P dan Borley N. 2006. At A Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Kusharto C. 2006. Serat Makanan Dan Peranannya Bagi Kesehatan. Jurnal Gizi
Dan Pangan. 1(2), hal. 45-54.
Mekay R dan Shepherd J. 2007. The Use Of The Clinical Scoring System By
Alvarado I The Decision To Perform Computed Tomography For Acute
Appencitis In The Wd. Am J Emerg Med. USA : Saint Vincent Health
Center.
Putz R dan Pabst R. 2010. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2, Edisi 22.
Jakarta : EGC.
Hour Diet Recalls. 2014. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia. Malaysia : The
National University Of Malaysia;6(2), hal. 75-91.
Silent W. Acute Appendicitis And Peritonitis, In: Kasper D1, Fauci As, Longo
D1, Braunwald E, Hauser S1, Jameson Jl, 2005. Harrison’s Prinsiple Of
Internal Medicine. 16th Ed. New York : The Mc Graw-Hill Companies.
Sjamsuhidayat R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3 Jakarta :
EGC.
Supariasa dan I Nyoman. 2001. Penelitian Status Gizi. Jakarta : EGC. Triatmodjo.
2008. Kesehatan Anak Di Daerah Tropis. Jakarta : Bumi Aksara.