Disusun Oleh :
PRENGKI PAHLEZI
NIM : PO.71.20.3.15.049
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
41
KARYA TULIS ILMIAH
PRENGKI PAHLEZI
NIM : PO.71.20.3.15.049
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada tanggal : Juli 2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA TULIS ILMIAH
Judul Proposal KTI : Pemberian Terapi Oksigen Non Rebreathing Mask Pada
Gangguan Pola Nafas Pasien STEMI Di Instalasi Gawat
Darurat RS Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun
2018
Nama Mahasiswa : Prengki Pahlezi
NIM : PO.71.20.3.15.049
Pembimbing : 1. Ns. Sapondra Wijaya, S.Kep., M.kep
2. Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dalam
ujian komprehensif Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2017/2018.
Ns. Sapondra Wijaya, S.Kep., M.kep Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep.An
NIP: 1985101 021012 2 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang
Tim Penguji
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
“Life is Adventure”
Allah SWT yang senantiasa memberikan segala nikmat Nya sehingga saya
bisa menyusun Laporan Tugas Akhir ini sampai selesai.
Ibu Zuraidah, SKM.MKM, Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku
pembimbing dan Ibu Susmini, SKM, M.Kes, Bapak Cikwi, SKM, M.Kes,
selaku penguji, Ibu Elly Hastuti, SKM, selaku pembimbing akademik
beserta seluruh Dosen dan Staf yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas bimbingannya dan ilmunya sehingga saya bisa
menyelesaika Laporan Tugas Akhir ini. THANKS YOU SO MUCH MY HERO.
Ayah Rozali. Z dan Ibu Zainab yang amat sangat aku cintai dan aku
sayangi terima kasih atas segalanya, yang selalu mendoakan dan menanti
kesuksesan anakmu ini dengan perhatian yang tiada henti, I LOVE YOU
MOM and DAD.
Adik bimbingan adek Miming dan adek Imma, semoga kalian bisa sukses
dan jadilah contoh yang baik untuk penerus kalian.
Prengki Pahlezi
Pemberian Terapi Oksigen Non Rebreathing Mask Pada Gangguan Pola
Nafas Pasien Stemi Di Instalasi Gawat Darurat Rs Dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas Tahun 2018
ABSTRAK
ABSTRACT
PERNYATAAN KEASLIAN
Prengki Pahlezi
NIM : PO.71.20.3.15.049
KATA PENGANTAR
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat
waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terima kasih dan
2. Ibu Drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palembang.
4. Bapak H. Jhon Feri S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Prodi Keperawatan
Lubuklinggau
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan
dan arahan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak memberikan masukan dan
bimbingan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
7. Ibuk Zuraidah, SKM, MKM selaku penguji I dalam Karya Tulis Ilmiah ini
8. Ibuk Hj. Susmini, SKM, M.kes selaku penguji 2 dalam Karya Tulis Ilmiah ini
Lubuklinggau.
10. Teman-teman se almamater yang tercinta yang telah banyak membantu saya
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka
kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah saya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan
ilmu keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
B. Pembahasan............................................................................. 74
A. Kesimpulan ............................................................................ 83
B. Saran .................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAM
DAFTAR TABEL
A. Halaman
22
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Web Of Caution STEMI….............................................................. 12
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu
spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat (Kumar & Canon,
2009). Pada pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sekitar 25-40% dari infark miokard yang dirawat di rumah sakit sekitar 5-6%
2012). Menurut data American Heart Association (AHA) tahun 2015, angka
jantung koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% hingga
40% berdasarkan presentasi infark miokard (Depkes RI, 2013). IMA tipe
(Pratiwi, 2012). Berdasarkan data primer yang penulis dapat dari hasil rekam
medis RS. Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas penderita STEMI pada tahun
2015 berjumlah 24 orang, pada tahun 2016 berjumlah 25 orang, dan pada
V4 disebut infark anterior Infark anterior terjadi bila adanya oklusi pada left
ventrikel kiri dan 2/3 area septum intraventrikular anterior. Komplikasi dari
STEMI anterior adalah disfungsi ventrikel kiri yang berat yang dapat
darah. Nyeri dada bisa menjalar ke bagian lengan kiri, ke leher, rahang
dingin, cemas dan lemas. Itu adalah ciri khas dari STEMI (Pratiwi, 2012).
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada
mendadak tekanan akhir diastol ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas
karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan
akibat dari abnormalitas ventilasi dan perfusi akibat gangguan ventrikel kiri.
Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri < 90%.
Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama
2008).
rebreathing mask, ada kantong penampung, namun pada alat ini juga
terpasang dua katup satu arah (one-way valves). Katup pertama antara
kantong penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di kedua sisi
masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar gas yang dihembuskan tidak
masuk ke kantong penampung saat ekspirasi, dan mencegah udara luar masuk
ke masker saat inspirasi. Saat inspirasi, katup di kedua sisi masker tertutup
oksigen 100% (dari sumber dan kantong penampung) bisa masuk ke masker
dan selanjutnya terhirup. Sebaliknya saat ekspirasi, katup pada kedua sisi
tertutup, sehingga udara napas yang dihembuskan akan keluar melalui lubang
kanan kiri masker dan tidak bisa masuk ke kantong penampung (Widyanto &
Yamin, 2014).
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam teori tekanan gas
campuran Dalton mengatakan bahwa jika salah satu tekanan gas dalam
campuran gas bertambah maka tekanan parsial gas lain akan menurun,
PaO2 yang tinggi untuk pasien STEMI. Pada pasien STEMI perlu menjaga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
miocard infark dengan gangguan pola napas di ruang IGD rumah sakit
2. Tujuan Khusus
2018.
tahun 2018.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ST Elevasi Miocard Infark (STEMI)
1. Definisi
satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat (Kumar
2. Etiologi
a. Merokok
memiliki hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air
d. Hiperglikemia
pembentukan thrombus.
e. Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
3. Patofisiologi
sepanjang waktu. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular.
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
4. Web Of Caution
Resiko
penurunan
Metabolism anaerob Seluler hipoksia
curah jantung
Laju napas
Resiko kelebihan volume
meningkat
cairan ekstravaskuler
Pola napas
1. Bagan 2.1 Web Of Caution
tidak efektif
5. Komplikasi
a. Aritmia
Karena aritma lazim ditemukan pada fase akut IMA, hal ini dapat
c. Irama nodal
mechanism dan tak perlu diobatin, kecuali bila amat lambat serta
d. Asistolik
e. Takikardia sinus
6. Manifestasi Klinik
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas. Kelainan lain:
d. Keletihan
7. Klasifikasi
EKG.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Electrocardiograf (ECG)
b. Pemeriksaan laboratorium
jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit
9. Penatalaksanan STEMI
pertama.
1. Pengkajian
bergantung pada tahap ini (Haryanto, 2013). Tahap ini terbagi atas:
a. Pemeriksaan Fisik
1) Aktifitas
Data Subyektif :
a) Kelemahan.
b) Kelelahan.
Data Obyektif :
a) Takikardi.
2) Sirkulasi
Data Obyektif :
teratus (disritmia).
d) Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung :
3) Integritas ego
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
4) Eliminasi
atau terbakar.
perawatan.
7) Neurosensori
Data Subyektif :
viseral).
punggung, leher.
Data Subyektif :
b) Dispnea nocturnal.
Data Obyektif :
c) Pucat, sianosis.
Data Subyektif :
a) Stress.
perawatan di RS.
Data Obyektif :
c) Menarik diri.
(Nursalam, 2008).
jaringan.
3. Intervensi Keperawatan
jaringan
INTERVENSI RASIONAL
NIC: - Manajemen jalan nafas
- Monitor pernafasan
Mandiri:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1. Kecepatan dan upaya mungkin
kedalaman. Contoh adanya dispnea, meningkat karena nyeri, takut, demam,
penggunaan otot bantu nafas, pelebaran penurunan volume sirkulasi, hipoksia
nasal. atau diatensi gaster.
2. Lihat kulit dan membran mukosa untuk 2. Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
adanya sianosis. menunjukkan kondisi hipoksia atau
komplikasi paru
3. Tinggikan kepala tempat tidur 3. Merangsang fungsi pernafasan/ekspansi
letakkan pada posisi duduk tinggi atau paru. Efektif pada pencegahan dan
semifowler. perbaikan kongesti paru
4. Memberikan ruang ventilasi yang
4. Posisikan pasien untuk maksimal
memaksimalkan ventilasi 5. Untuk mengetahui adanya suara nafas
tambahan
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya 6. Untuk mengetahui kecepatan , irama san
suara tambahan. kedalaman pernafasan
7. Untuk mengetahui ada tidaknya
6. Monitor kecepatan, irama dan perubahan saturasi oksigen
kedalaman , dan kesulitan bernafas
Kolaborasi:
1. Berikan tambahan oksigen dengan 1. Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
kanul atau masker, sesuai indikasi untuk kebutuhan sirkulasi khususnya pada
adanya gangguan ventilasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokardium.
- Tingkat nyeri
Tabel 2.2
INTERVENSI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
NIC: - Manajemen nyeri
Mandiri: 1. Mengetahui lokasi dan derajat nyeri. Pada
1. Selidiki keluhan nyeri dada, iskemia miokardium nyeri dapat memburuk
memperhatikan awitan, faktor dengan inspirasi dalam, gerakan atau
pemberat atau penurun. berbaring dan hilang dengan duduk tegak
atau membungkuk.
2. Berikan posisi semi fowler
2. Memberikan lingkungan yang tenang dan
3. Ajarkan teknik relaksai tidakan kenyamanan. Mislanya merubah
posisi, menggunakan kompres hangat, dan
4. Berikan informasi mengenai nyeri, menggosok punggung
penyebab nyeri
3. Tindakan ini dapat meningkatkan
5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri kenyamanan fisik dan emosional pasien.
dan menangani nyeri dengan tepat
4. Agar pasien dapat mengontrol nyeri
Tabel 2.3
INTERVENSI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
NIC: - Terapi aktivitas
- Manajemen energi . 1. Miokarditis menyebabkan inflamasi dan
Mandiri kemungkinan kerusakan sel-sel miokardial,
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. sebagai akibat GJK. Penurunan pengisian
Perhatikan adanya dan perubahan dalam dan curah jantung dapat menyebabkan
keluhan kelemahan, keletihan, dan pengumpulan cairan dalam kantung
dispnea berkenaan dengan aktivitas perikardial bila ada perikarditis. Akhirnya
endikarditis dapat terjadi dengan disfungsi
katup, secara negatif mempengaruhi curah
jantung.
Tabel 2.4
INTERVENSI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
NIC: - Manajemen resiko jantung
Mandiri 1. Takikardia dan disritmia dapat terjadi
1. Pantau irama dan frekuensi jantung saat jantung berupaya untuk
meningkatkan curahnya berespon
2. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan terhadap demam. Hipoksia, dan asidosis
jarak / tonus jantung, murmur, gallop karena iskemia.
S3 dan S4. 2. Memberikan deteksi dini dari terjadinya
3. Dorong tirah baring dalam posisi semi komplikasi misalnya GJK, tamponade
fowler jantung.
3. Menurunkan beban kerja jantung,
4. Berikan tindakan kenyamanan memaksimalkan curah jantung
misalnya perubahan posisi dan 4. Meningkatkan relaksasi dan
gosokan punggung, dan aktivitas mengarahkan kembali perhatian
hiburan dalam toleransi jantung 5. Perilaku ini dapat mengontrol ansietas,
5. Dorong penggunaan teknik menejemen meningkatkan relaksasi dan menurunkan
stress misalnya latihan pernapasan dan kerja jantung
bimbingan imajinasi 6. Manifestasi klinis dari GJK yang dapat
6. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, menyertai endokarditis atau miokarditis
palpitasi, nyeri dada kontinyu.
Perhatikan adanya bunyi napas
adventisius, demam
Kolaboratif :
Tabel 2.5
INTERVENSI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
NIC: - Manajemen syok
Mandiri 1 Indicator yang menunjukkan embolisasi
1. Evaluasi status mental. Perhatikikan sistemik pada otak.
terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, 2 Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan /
muntah, peningkatan TD. atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba akibat dari penyakit katup, dan/ atau disritmia
yang disertai dengan takipnea, nyeri kronis.
pleuritik, sianosis, pucat.
3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi
3. Tingkatkan tirah baring dengan tepat emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring
lama, membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan 4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran
rentang gerak sesuai toleransi. balik vena karenanya menurunkan resiko
pembentukan thrombus.
Kolaborasi
1. Berikan antikoagulan, contoh heparin, 1. Heparin dapat digunakan secara profilaksis
warfarin (coumadin) bila pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami sepsis atau GJK, dan/atau
sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
4. Implementasi
Kenney, 2009).
5. Evaluasi
a. Formatif
2) Evaluasi proses
b. Sumatif
2) Catatan naratif
Rebreathing Mask
1. Definisi
2015).
2. Etiologi
otot pernapasan.
e. Gangguan neuromuscular.
g. Imaturitas neurologis.
h. Penurunan energy.
i. Obesitas.
o. Kecemasan.
3. Batasan Karakteristik
a. Dispnea
b. Napas pendek
h. Nasal flaring
i. Orthopnea
k. Pernafasan pursed-lip
n. Kedalaman pernafasan
b. Deformitas tulang
d. Penurunan energy/kelelahan
e. Perusakan/pelemahan musculoskeletal
f. Obesitas
g. Posisi tubuh
i. Hipoventilasi sindrom
j. Nyeri
k. Kecemasan
l. Disfungsi neuromuskuler
m. Kerusakan persepsi/kognitif
o. Imaturitas neurologis
5. Intervensi
krekels, wheezing
(NANDA 2016).
D. Konsep Pemberian Oksigen Non Rebreathing Mask
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang berfungsi
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker
(Hendrizal, 2013).
d. Mencegah hipoksia.
4. Indikasi
apneu
Menurut Ni Luh Suciati, 2010 hal hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
tempatnya
b. Kerugian :
rendah
tidak sadar
E. Kerangka Konsep
Evaluasi Diagnosis
Gangguan Pola Keperawatan Pola
STEMI Napas Efektif Atau
Napas
Tidak Efektif
Terapi Non
Rebreathing Mask
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dengan meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari
unit tunggal dengan pokok pertanyaan yang berkenaan dengan ”how” atau
”why”. Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien dengan diagnosa
medis STEMI yang diberi asuhan keperawatan dengan terapi oksigen non
Darurat Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2018.
C. Fokus Studi
gangguan pola napas yang dialami oleh pasien STEMI sesudah intervensi
D. Definisi Operasional
dengan pola yang tidak normal dan terasa sesak di dadanya, napas
Lubuklinggau
kepada pasien.
G. Analisa Data
2012).
H. Penyajian Data
Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau
hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan tabel.
bahwa data dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip manfaat
self determination).
BAB IV
a. Ruangan PONEK
b. Ruangan Triage
c. Ruangan Resusitasi
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subjek studi kasus
yaitu. Subyek I dan Subyek II. Kedua subyek ini sudah sesuai dengan
Subjek I
2018 pukul 10.00 WIB dengan keluhan menurut keluarga pasien dada
terasa berdebar-debar dan napas terasa sesak. Diagnosa Dokter pasein
menderita STEMI dan terlihat jelas oleh penulis bahwa Tn. N sesak nafas.
Subyek II
tanggal 04 Juni 2018 pukul 12.00 WIB dengan keluhan menurut keluarga
Dokter pasein menderita STEMI dan terlihat jelas oleh penulis bahwa Ny.
D sesak nafas.
a. Hasil pengkajian
penunjang.
b. Analisa Data
TABEL 4.2
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Subjek I
1 Ds : Klien mengatakan Aterosklerosis, thrombosis, Ketidakefektif
sesak nafas kontraksi arteri koronaria an pola nafas
Do : - K/U lemah
- Klien tampak Penurunan aliran darah
Sesak nafas kejantung
- TD : 134/77 mmHg
- RR: 33 x/m Iskemik pada jaringan
- SPO2: 94 % miokard
- Klien terpasangg
NRM 10 lpm Suplay oksigen ke Miokard
- Terpasang menurun
Monitor
Permintaan oksigen
meningkat
Intoleransi aktivitas
4 Ds : Klien mengatakan Aterosklerosis, thrombosis, Risiko
badan lemas dan kontraksi arteri koronaria penurunan
mudah capek curah jantung
Do : - K/U lemah Penurunan aliran darah
- EKG: ST elevasi kejantung
- TD : 120/70 mmHg
- P: 97 x/m Iskemik pada jaringan
miokard
Seluler hipoksia
Seluler hipoksia
Kontraktilitas turun
COP turun
R : Didada sebelah
kiri, menjalar
kelengan kiri
S : Skala 6
T: Hilang timbul,
secara mendadak
Do: K/U lemah
- Ekspresi wajah
tegang
- Klien tampak
meringis
kesakitan
menahan sakit
- TD : 144/83 mmHg
- RR: 37 x/m
- SPO2: 91 %
- Klien terpasangg
NRM 10 lpm
- Terpasang
Monitor
3 Ds: Klien mengatakan Aterosklerosis, thrombosis, Intoleransi
dada kiri terasa kontraksi arteri koronaria aktivitas
sakit dan
badannya terasa Penurunan aliran darah
lemah
kejantung
Do: Klien tampak
lemah Iskemik pada jaringan
- ADL dibantu miokard
oleh perawat
dan keluarga Suplay oksigen ke Miokard
- Klien terpasang menurun
NRM 10 lpm
- TD : 144/83 mmHg Metabolisme anaerob
- RR: 37 x/m
- SPO2: 91 %
- Klien terpasangg Timbunan asam laktat
meningkat
NRM 10 lpm
- Terpasang
Monitor
Intoleransi aktivitas
4 Ds : Klien mengatakan Aterosklerosis, thrombosis, Risiko
badan lemas dan kontraksi arteri koronaria penurunan
mudah capek curah jantung
Do : - K/U lemah Penurunan aliran darah
- EKG: ST elevasi kejantung
- TD : 144/83 mmHg
- P: 97 x/m Iskemik pada jaringan
miokard
Seluler hipoksia
Seluler hipoksia
Kontraktilitas turun
COP turun
3. Diagnosa Keperawatan
TABEL 4.3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Klien Diagnosa
1. Subjek I 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
gangguan perfusi jaringan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
miokardium.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan
degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah
jantung.
4. Risiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan konstriksi fungsi ventrikel,
degenerasi otot jantung.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan perifer
b.d menurunya suplai oksigen ke otot.
2. Subjek II 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
gangguan perfusi jaringan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
miokardium.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan
degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah
jantung.
4. Risiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan konstriksi fungsi ventrikel,
degenerasi otot jantung.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi
jaringan perifer b.d menurunya suplai
oksigen ke otot
4. Perencanaan Keperawatan
TABEL 4.4
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Subjek II
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan
kedalaman.
nafas berhubungan keperawatan selama 3x24
dengan gangguan jam. Pola nafas kembali R/.Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
perfusi jaringan efektif. Dengan krtiteria karena nyeri, takut, demam, penurunan
hasil: volume sirkulasi, hipoksia atau diatensi
a. Klien tampak rileks gaster
b. Klien tidak sesak
napas lagi 2. Lihat kulit dan membran mukosa untuk
c. K/U membaik adanya sianosis.
d. RR dalam batas
normal 16-20 x/m R/.Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
menunjukkan kondisi hipoksia atau
komplikasi paru
TABEL 4.5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI
DI IGD
Diagnosa Pukul/tanggal
Keperawatan 10.00 WIB 10.30 WIB 11.00 WIB
kesulitan bernafas
4. Memonitor 4. Memonitor
TABEL 4.7
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI SUBJEK II
12.40 6. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan di ruangan anggrek 1, 2,3,
tambahan 4, 5,6, 7,8,9
12.45 7. Mencatat perubahan pada saturasi oksigen
Subyek I
TABEL 4.7
EVALUASI KEPERAWATAN PADA SUBJEK I DENGAN
STEMI
TABEL 4.8
EVALUASI KEPERAWATAN PADA SUBJEK II DENGAN
STEMI
B. Pembahasan
evaluasi.
1. Pengkajian
(Smeltzer, 2001).
Secara teoritis, keluhan utama klien STEMI adalah nyeri pada dada
mengatakan nyeri dibagian dada dan terasa sesak nafas. Pada subjek II
terasa sesak. Dari kedua subjek tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada
didapat pada kedua subjek di temukan adanya nyeri tekan didada baik
Data yang penulis dapatkan pada catatan medik klien baik pada subjek I
maupun pada subjek II hanya ada hasil pemeriksaan laboratorium
orderan dokter pada subjek I terapi yang diberikan yaitu IVFD RL gtt
xx/m, Aspirin 2x1 via oral, O2 NRM 10 lpm, Ranitidine 2x1 amp, injeksi
Ceftriaxone 2x1 gr, Heparin 2x1 . Pada subjek II terapi yang diberikan
yaitu IVFD RL gtt xx/m, Aspirin 2x1 via oral, O 2 NRM 10 lpm, Ranitidine
2. Diagnosa Keperawatan
jaringan.
oksigen ke otot.
Diagnosa keperawatan pada subjek I dan subjek II penulis
jaringan. Fola nafas tidak efetif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak
(SDKI, 2015).
sesak, sianosis, hasil analisa gas darah menunjukkan gangguan maka tubuh
3. Perencanaan
satunya adalah terapi oksigen. Salah satu jenis terapi oksigen adalah NRM.
(Hendrizal, 2013).
Menurut teori Tarwoto dan Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen
maksimal yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan kreteria hasil
yang ditentukan. Jadi tidak ada kesenjangan antara intervensi teori dengan
intervensi yang diberikan pada kedua subjek baik kepada subjek I maupun
4. Implementasi
sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman serta sesuai
2018 pada jam 10:00 wib dengan durasi waktu 30 menit berturut-turut
2018 pada jam 12:00 wib dengan durasi waktu 30 menit berturut-turut
5. Evaluasi
jam di IGD. Pada jam (10:00) frekuensi nafas sebelum diberikan terarapi
oksigen NRM maka frekuensi nafas turun menjadi 30 x/m. Pada jam
(10:30) frekuensi nafas juga kembali turun dari RR 29 x/m turun menjadi
dengan pemeberian terapi oksigen NRM maka frekuensi nafas pada subjek
I kembali turun jam (11:30) dari 26 x/m turun menjadi 23 x/m. Pada hari
sudah turun signifikan yaitu 22 x/m dan pada hari ketiga klien tampak
tidak sesak nafas frekuensi nafas: 20 x/m dan tidak menggunakan Non
jam di IGD. Pada jam (12:00) frekuensi nafas sebelum dilakukan terarapi
maka frekuensi nafas turun menjadi 34 x/m. Pada jam (12:30) frekuensi
nafas juga kembali turun dari frekuensi nafas 33 x/m turun menjadi 30
dengan pemberian terapi oksigen NRM 10 lpm maka frekuensi nafas pada
subjek II kembali turun dari 29 x/m turun menjadi 26 x/m. Pada hari kedua
nafas sudah turun signifikan yaitu 22 x/m dan pada hari ketiga klien
tampak tidak sesak nafas frekuensi nafas: 20 x/m dan tidak menggunakan
(2010) bahwa terapi oksigen Non Rebreathing Mask (NRM) sangat efektif
paru terjadi pertukaran zat antara O2 dan CO2. O2 dihirup dari udara dan
masuk kedalam darah dan kemudian CO2 dikeluarkan dalam dalam darah
paru-paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik. Dalam darah
Hal ini diungkapkan oleh Potter dan Perry (2010) bahwa indikasi
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan studi kasus pada dua orang subjek yaitu Tn.
Untuk menggatasi gangguan pola nafas pada pasien STEMI di rumah sakit
Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2018, maka penulis dapat
berikut :
1. Tahap Pengkajian
jaringan.
3. Tahap Perencanaan Keperawatan
5. Tahap Evaluasi
subjek II. Pada hari ke-2 kedua subjek hanya menggunakan nasal kanul.
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, diharapkan saran ini bisa
Non Rebreathing Mask (NRM) untuk mengatasi gangguan pola nafas pada
pasien STEMI .
pola nafas pemberian terapi oksigen Non Rebreathing Mask (NRM) pada
pasien STEMI.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I . 2014. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Edisi I. ). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing. pp:
1741-54
Guyton A.C & Hall Jhon E. 2010. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati
Setiawati. Jakarta: EGC
O’Gara, P.T, Kushner, F.G, Ascheim, D.D, Casey D.E, Chung M.K, de Lemos JA.
2013. ACCF/AHA guideline for the management of ST-elevation
myocardial infarction.
Pratiwi I. 2012. Komplikasi pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI)
yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi Reperfusi. Semarang :
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,
proses, dan Praktik. Edisi 7. Vol 3. Jakarta: EGC
Rekam medis RS. Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017
Widyanto B & Yamin L.S. 2014. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infrak Miokard
Akut (IMA). Jurnal Keperawatan. PPNO Jawa Tengah. Hal 138-143.