Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari
pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-
benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.Infark
miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa rawat inap terserang di
Negara maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner
akut yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Sudarjo,2006).
Saat ini, di RSMH Palembang tepatnya di gedung BHC lantai 1 ruang cvcu.
Terdapat seorang pasien dengan inisial Tn. K berusia 65 tahun. Tn. K masuk rumah sakit
pada tanggal 14 Mei 2018 dengan diagnosa STEMI Septal. Tn. K masuk rumah sakit
dengan keluhan utama yaitu nyeri pada dada menjalar hingga lengan, nyeri muncul
terutama setelah beraktivitas. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Mei 2018,
Keadaan umum Tn. K tampak lemah dengan nyeri dada yang dirasakan hilang timbul,
terpasang monitor, dan dengan alat bantu nafas nasal kanule 4L/jam. Tn. K diberi terapi
cairan Nacl 0.9 % dengan 20 Tpm. Hasil pengkajian yang dilakukan pada pukul 09.00
wib didapatkan tanda tanda vital pasien yaitu ; T: 36,6 0 C; RR: 24 x/menit; HR: 187
x/menit, dan SP02 99%.
Hasil wawancara keluarga pasien mengatakan Tn. K memang memiliki riwayat
hipertensi. Namun jarang kontrol ke dokter. Pasien juga memiliki riwayat stroke sebanyk
3 kali, stroke ke-1 tahun 2006 dengan gejala kelemahan tubuh sebelah kiri, mulut
mengot, kemudian membaik tanpa gejala sisa. Stroke ke-2 tahun 2013, dengan gejala
kelemahan tubuh sebelah kiri, mulut mengot, gejala sisa berjalan menyeret. Stroke ke-3
tahun 2016, gejala kelemahan tubuh sebelah kiri, mulut mengot ke kanan dan bicara
pelo, gejala sisa berjalan menyeret, mulut mengot kekanan dan bicara pelo. Menurut
keterangan keluarga, pasien merupakan perokok aktif, dalam sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok. Baru setelah sekitar lebih kurang 3 hari SMRS pasien mengeluh nyeri
dada, nyeri dada seperti ditindih benda berat, sesak tidak ada, pasien mengeluh nyeri
punggung belakang , nyeri menjalar ke perut bagian depan mual dan muntah tidak ada,
pasien dibawa ke RS Arrasyid kemudian di rujuk ke RSMH untuk penindakan lebih
lanjut.
Pasien pola BAB 3 x/hari dengan konsistensi feses padat, berwarna kuning terang dan
BAK 4-5 x dengan konsenterasi cair berwarna kuning jernih. Kasus Tn. K dengan
diagnosa medis STEMI septal, sesuai dengan manifestasi klinis STEMI septal yaitu Tn.
K mengalami Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak
mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, Keparahan nyeri dapat
meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
Berdasaan hasil pengkajian, baik secara objektif maupun subjektif didapatkan tiga
masalah keperawatan. Pertama pola napas tidak efektif, pada kasus Tn. K didapatkan
bahwa Tn k mengalami sesak napas. setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan RR 24
x/menit, SPO2 99%, dan terpasang nasal kanule. Kedua Tn. K juga mengalami masalah
nyeri akut, karena Tn. K mengatakan mengalami nyeri pada dada sebelah kiri menjalar
hingga lengan. Hasil pemeriksaan pasien tampak meringis, berkeringat, TD : 160/100
mmHg, HR : 102 x/mntRR : 25 x/mntT : 36,4° C dan hasil pemeriksaan EKG didapatkan
hasil sinus takikardi. Ketiga intoleransi aktivitas, Pasien mengatakan tubuhnya lemas dan
mudah lelah terutama ketika beraktivitas
Setelah menentukan prioritas masalah dan penegakkan diagnosa, dilanjutkan dengan
perencanaan pada masing-masing diagnosa yang telah dibuat. Setelah intervensi di
realisasikan melalui tindakan implementasi sampailah pada tahap akhir dari proses
keperawatan yaitu evaluasi, tindakan ini bertujuan untuk melihat hasil yang didapat dari
tindakan implementasi dan mampu menentukan apakah intervensi dilanjutkan atau
dihentikan karena masalah sudah teratasi. Tn. K dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama ± 7 hari, didapatkan hasil untuk diagnosa pertama pola napas tidak efektif akibat
pengembangan paru tidak efektif, pada hari ke 1 dan 2 Tn. K terpasang nasal kanule
6L/jam, hari ke 3 dan 4 terpasang nasal kanul dengan 4l/jam. Diagnosa kedua nyeri akut,
di dapatkan hasil hari 1intensitas nyeri dirasakan lebih sering muncul, pada hari ke 3
sampa 7 nyeri dikatakan berkurang dengan intensitas jarang. Diagnosa ketiga intoleransi
aktivitas, Didapatkan hasil hari 1 pasien tampak lemas, pucat dan bedrest total. Pada hari
ke 2 sampai 4 pasien sudah mampu melakukan aktivitas makan dan minum sendiri,
namun pasien belum diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur. Namun dari
keseluruhan, setelah Tn. K dilakukan tindakan asuhan keperawatan, Tn. K menunjukkan
perubahan yang bermakna, yaitu Tn. K tidak mengalami sesak napas kembali, nyeri
sudah berkurang dan sudah jarang muncul serta sudah mampu melakukan sebagian
aktivitas harian secara mandiri.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn. K dengan Stemi Septal
selama 7 hari perawatan di gedung BHC lt.1 RSMH Palembang dapat ditarik kesimpulan
:
1. Selama 7 hari perawatan di RSMH Palembang, pada Tn. K ditemukan diagnosa
keperawatan:
a. Nyeri akut b.d ruptur dinding ventrikel, septum atau otot papilaris
b. Pola napas tidak efektif b.d pengembangan paru tidak efektif. disritmik
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
2. Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan memperlihatkan kondisi
pasien serta ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan termasuk kemampuan
perawat dalam melaksanakannya.
3. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan dan dapat
dilaksanakan dengan baik berkat adanya kerjasama perawat, keluarga, mahasiswa dan
tim kesehatan lainnya. Keluarga pasien sangat kooperatif.
4. Selama perawatan yang dilakukan selama 7 hari, Tn. K tidak mengalami sesak napas
kembali, nyeri sudah berkurang dan sudah jarang muncul serta sudah mampu
melakukan sebagian aktivitas harian secara mandiri.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mampu memberi informasi mengenai askep STEMI tidak hanya melalui
makalah tetapi penyuluhan sederhana seperti ceramah maupun penyebaran leaflet.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai sumber informasi dalam melengkapi literatur perpustakaan tentang
STEMI.
b. Sebagai sumber informasi dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan proses
bimbingan yang berhubungan dengan STEMI.
3. Bagi RSMH
Agar RSMH diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan dalam pemberian
asuhan keperawatan khusunya pada pasien STEMI.

Anda mungkin juga menyukai