Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKIMIA GRANULOSITIK AKUT  (LGK)

Disusun Oleh :
Mira Rahmayani
Nim : 2114901025

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Revi Neini Ikbal, S. Kep, M. Kep) (Ns. Widia Wati, S. Kep, M. Kep)
Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep) (Ns. Wilady Rasyid, M. Kep, Sp. Kep. M.B)

SIKLUS KMB (INTERNE)


RSUP. DR M DJAMIL PADANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Pedahuluan Keperawatan Medikal Bedah (KMB) dalam rangka memenuhi tugas

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Laporan

Pendahuluan Leukemia granulositik kronik (LGK)”.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

Laporan Pendahuluan ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan

kepada :

1. Ibu Ns. Widia Wati, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Klinik Ruangan

Interne Pria RSUP M Djamil Padang

2. Ibu Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan

dosen keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang

3. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama penulis

dalam menyelesaikan laporan ini

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.

Padang, 09 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi......................................................................................................5
2. Anatomi dan Fisiologi Leukemia granulositik kronik (LGK)..................7
3. Etiologi......................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik...................................................................................13
5. Klasifikasi Leukemia granulositik kronik (LGK)...................................15
6. Patofisiologi............................................................................................16
7. Patway.....................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................19
9. Penatalaksanaan......................................................................................20
BAB III ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................24
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................40
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................43
B. Saran.............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk

darah dalam sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa,

yang dapat terjadi jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel

normal sehingga mengakibatkan proliferasi sel-sel punca hematopoietik

dalam sumsum tulang. Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu

leukemia limfositik akut, leukemia granulositik kronik leukemia limfositik

kronik, dan leukemia mieloid kronik. Suatu leukemia dikatakan akut atau

kronik adalah tergantung pada sebagian besar sel-sel abnormal yang

dijumpai. Jika sel-sel lebih menyerupai sel punca (imatur) maka dikatakan

akut, sedangkan jika selsel lebih menyerupai sel normal (matur) maka

dikatakan kronik. Pada leukemia akut, sel-sel imatur terus memperbanyak

diri dan tidak dapat menjadi matur sebagaimana mestinya. Tanpa terapi,

sebagian besar pasien leukemia akut hanya hidup beberapa bulan. Berbeda

halnya dengan sel-sel pada leukemia kronik, pertumbuhannya lambat dan

pasien dapat hidup lebih lama sebelum timbul gejala, (Maulana Hidayatul,

2018).

Leukemia mielositik kronik atau sering disebut juga leukemia

granulositik kronik adalah suatu penyakit klonal sel induk pluripoten yang

digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif .Penyakit ini

timbul pada tingkat sel induk pluripoten dan secara terus-menerus terkait

3
dengan gen gabungan BCR-ABL. Penyakit proliferatif adalah penyakit yang

ditandai oleh proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi,

sehingga pada apusan darah tepi dapat terlihat tingkatan diferensiasi seri

granulosit, mulai dari promielosit, sampai granulosit. Leukemia mielositik

kronik yang paling umum adalah disertai dengan kromosom Philadelphia

(Ph) (Pfizer, 2017).

Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia)

dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid

leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari leukosit. LGK adalah bentuk

leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak

terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel

ini di sirkulasi darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang

klonal, dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang (neutrofil,

eosinofil, dan basofil) dan prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis

penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut

dengan kromosom Philadelphia. (Hoffbrand and Petit, 1996 dalam Ayu

2018).

Leukemia granulositik kronik (LGK) disebabkan oleh produksi sel

granulositik yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau

jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukemia

mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat

kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh,

sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di

nodus limfe, limpa, dan hati (Guyton and Hall, 2017).

4
Menurut World Health Organization (2018), prevelensi angka

kejadian leukemia untuk semua umur di dunia ditemukan sebanyak 3,7 per

100.000 penduduk pertahun, pada tahun berikutnya angka kejadian leukemia

meningkat menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan jumlah

kasus dan kematian pada tahun 2014 – 2016, diperkirakan pada tahun 2017

akan ada peningkatan sekitar 20.830 kasus baru leukemia di seluruh dunia.

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2018), prevelensi angka

kejadian leukemia di Indonesia, dari tahun ketahun mengalami peningkatan.

Didapatkan pada tahun 2018, tercatat ada 144 kasus, sedangkan tahun 2019

menjadi 206 kasus baru. Jumlah tersebut merangkak naik di tahun

berikutnya. Tahun 2018, angka kejadian kanker leukemia di Indonesia

menjadi 252 kasus baru. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat

(2018), prevelensi di Provinsi Sumbar didapatkan bahwa, penyakit leukemia

di sepanjang tahun 14 2017 meningkat 70% sebelum adanya BPJS.

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat

masalah tersebut dalam sebuah laporan pendahuluan yang berjudul “Laporan

pendahuluan Leukemia granulositik kronik (LGK)”.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu mengidentifikasi dan menerapkan asuhan keperawatan

medikal bedah pada pasien dengan Leukemia granulositik kronik (LGK)

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami pengertian Leukemia granulositik kronik (LGK)

5
b. Mampu memahami anatomi fisiologi Leukemia granulositik kronik

(LGK

c. Mampu memahami etiologi Leukemia granulositik kronik (LGK)

d. Mampu memahami manifestasi klinis Leukemia granulositik kronik

(LGK)

e. Mampu memahami patofisiologi Leukemia granulositik kronik

(LGK)

f. Mampu memahami komplikasi Leukemia granulositik kronik (LGK)

g. Mampu memahami penatalaksanaan Leukemia granulositik kronik

(LGK))

h. Mampu memahami asuhan keperawatan teoritis Leukemia

granulositik kronik (LGK)

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari

sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta

gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal

dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom yang menentukan ciri

fisik, misalnya kulit coklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan gen

merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki fungsi dan

jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari leukikimia yang diklarifikasikan

menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa

lymphoblastis. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang

abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,

jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan

diakhiri dengan kematian (Ngastiyah, 2012 dalam Supriadi 2018).

Leukemia granulositik kronik atau Chronic Myelogenous Leukemia

(CML) merupakan kelainan myeloproliferative yang ditandai dengan


7
peningkatan proliferasi dari seri sel granulosit tanpa disertai gangguan

diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi dapat ditemukan berbagai

tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit (bahkan

mieloblas), meta mielosit, mielosit, sampai granulosit.2 ( Price, 2009 dalam

Rahmadina, 2018 ).

B. Anatomi Leukemia granulositik kronik (LGK)

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Darah didalam tubuh

berfungsi sebagai pengangkut oksigen keseluruh tubuh. Didalam darah

terdapat juga nutrisi, darah juga berfungsi mengangkut sel-sel sisa

metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun system imun yang

bertujuan mepertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah merupakan

bagian terbesar dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri atas darah,

darah memiliki banyak fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya

bermanfaat untuk mengedarkan oksigen, mengatur suhu tubuh, mengedarkan

sari makanan dalam tubuh, dan mengedarkan hormone (Handayani &

haribowo, 2008 dalam Supriadi 2018).

8
Gambar 1. Anatomi sistem hematologi
Sumber : Wikipedia (2019)
Fungsi darah terdiri atas:

1. Sebagai alat pengangkut

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan

racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit,

anti bodi / zat-zat anti racun

3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Ada beberapa tempat pembuatan darah yaitu:

1. Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemapoesis adalah

tulang vertebrae, stenum (tulang dada ), dan costa (tulang gigi).

2. Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada

tubuh manusia. Tugas utama hati yaitu untuk menghasilkan

energy, mengerap karbohidrat, menstabilkan gula darah, dan

menetralisir racun didalam tubuh.

3. Limpa

Limpa adalah organ yang berkapsul dengan berat 100- 150gr

yang terletak dibagian kiri atas abdomen dan berbentu setegah

9
bulan berwarna merah. Limpa berfungsi sebagai organ limdoid

dan memfagositosis material tertentu dalam sirkulasi darah merah

yang rusak. Di dalam tubuh terjadi 1/3 darah pada orang dewasa

yang sehat dari berat badan atau setara 4-5 liter darah. Dalam

tubuh manusia jumlah darah tidak sama tergantung pada usia,

pekerjaan dan keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah

terdiri atas beberapa bagian yaitu:

a) Plasma darah

Plasma darah adalah bagian darah 55% dari darah yang

berupa cairan kekuningan dan membentuk medium cairan

yang disebut plasma darah. Plasma darah merupakan media

sirkulasi element darah (eritrosit, leukosit, trombosit ),

sebagian pengangkut zat organik dan organic dari suatu

organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain (Ester, 2013

dalam Supriadi 2018).

b) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah

berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk

transport oksigen. Eritrosit terbentuk seperti cakram

bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar berbentuk

bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai

ukuran sekitar 8.6µm. Kemampuan berubah bentuk, jumlah

eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5, 5 juta permililiter kubik.

Eritrosit berwarna kuning kemerah- merahan karena

10
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin

( Ester, 2013 dalam Supriadi 2018).

c) Trombosit

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang berbentuk

dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat da nada

yang lonjong warnanya putih dengan jumlah normal

150.000-450.000/mm3. Trombosit memegang peranan

penting dalam pembekuan darah.

d) Leukosit (sel darah putih)

Leukosit adalah sel darah yang bentuknya dapat berubah-

rubah dan mempunyai macam-macam inti sel sehingga

dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna

kuning (tidak berwarna). Jumlah leukosit kira- kira 4000-

11000/mm3. Leukosit berfungsi untuk membunuh dan

memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam

jaringan tubuh serta mengangkut zat lemak dari dinding usus

melalui limpa dan pembuluh darah (Ch Rostia, 2012 dalam

Supriadi 2018). Golongan utama leukosit terdiri atas

leukosit agranular yaitu leukosit yang mempunyai

sitoplasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk

bulat. Ada 2 jenis leukosit agranula yaitu:

1) Limfosit adalah leukosit mononuclear lain dalam darah

yang memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh

pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang

11
mengandung sedikit granula.

2) Monosit lebih besar dari pada neutrophil dan dan

memiliki inti monomorfik yang relative sederhana.

Golongan leukosit granular leukosit mengandung granula

spesifik dalam sitoplasma yang mempunyai inti yang

memperlihatkan banyak fariasi dalam bentuknya. Ada 3

jenis leukosit granular yaitu:

- Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer

melawan infeksi bakteri, metode pertahanan adalah

proses fagositosis.

- Eusinofil mempunyai fungsi fagositosis yang lemah

dan lebih berfungsi pada reaksi antigen, antibody, dan

meningkat pada serangan asma.

- Basofil membawa heparin, factor-faktor pengaktifan

histamine dan trombosit dalam granula-granulanya

untuk menimbulkan peradangan pada jaringan

(Supriadi 2018).

C. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor

predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

Genetik

1. Keturunan

a) Adanya Penyimpangan Kromosom

Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan

12
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom,

Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van

Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von

Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan

kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi

gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola

kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

b) Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada

kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun

pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan

insidensi leukemia yang sangat tinggi

2. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan

kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang

dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut,

khususnya ALL ,

3. Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA

virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian

pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase

pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan

enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang

menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus

13
yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human

T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T

4. Bahan Kimia dan Obat-obatan

a) Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen)

dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal

pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen

beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,

antara lain : produk – produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida,

pestisida, dan ladang elektromagnetik

b) Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor

topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom

yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan

methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum

tulang yang lambat laun menjadi AML

5. Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL)

ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat

terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia

pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.

Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat

terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos

radiasi dan para radiologis .

14
6. Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi

lain disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related

leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma,

dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang

digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat

menyebabkan kerusakan DNA.

D. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,

perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa

pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien

membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat

ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang

meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat

beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :

1. Pucat.

2. Malaise.

3. Keletihan (letargi).

4. Perdarahan gusi.

5. Mudah memar.

6. Petekia dan ekimosis.

7. Nyeri abdomen yang tidak jelas.

8. Berat badan turun.


15
9. Iritabilitas.

10. Muntah.

11. Sakit kepala (pusing).

E. Klasifikasi

Menurut (Price, 2016), Leukemia dibagi menjadi beberapa

klasifikasi, yaitu:

1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia

granulositik akut (LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi

berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi

jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang

dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya

anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan orang

lain, (gambar 1).

Gambar 1. Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

perbesaran

16
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase

75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik

yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi

(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan

selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya

limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan

leukemia limfatik akut ini bisa disembuhklan, (gambar 2).

Gambar 2, Leukemia Mielositik Akut

3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan

peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit

biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala,

(gambar 3).

17
Gambar 3. LLK Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)

LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK),

gambaran menonjol adalah, (gambar 4) :

a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah

kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.

b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tiba- tiba

dari jumlah besar mieloblast.

Gambar 4. LMK

F. Patofisiologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal

dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak

terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama- tama

menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit

18
di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke

organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan

splenomegali.

Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan

perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,

hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit,

eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau

tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.

Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan

sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.

Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan

ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung,

hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan

saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark

tulang, (Long, 2016).

19
Sumber : (Nanda, 2015, SDKI, 2016 & 2017)

20
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap :

a) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

b) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/

mm).

c) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan

sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada

sel blast leukemia.

2. Pemeriksaan sel darah tepi :

Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga

dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel

yang beredar.

3. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.

4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari

50% atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% -

90% dari sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan

megakariositis menurun.

5. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi

sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak

seperti limfosit normal dan granulosit. (Nanda. 2016)

H. Penatalaksanaan

1. Keperawatan

a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu

21
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).

b) Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).

c) Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi, pernafasan).

d) Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi

dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.

e) Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.

f) Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.

g) Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.

h) Pantau selalu intake dan out put pasien.

i) Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar

pasien merasa nyaman.

2. Medis

a) Transfusi darah

Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia

yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse

trombosit.

b) Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan

sebagainya. Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi

dalam tubuh dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit

demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c) Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi

22
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan

dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,

vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah

kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu

mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder

dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang

bebas hama).

d) Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai

remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno

terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan

pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan

dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya

tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel

leukemia yang telah diradiasi.

e) Transplantasi sumsum tulang.

23
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan

pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang

sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan

merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS,

Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan asuhan keperawatan menurut (UNIMUS,

Nurilawati, 2016) terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses

keperawatan yaitu :

A. Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama

yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan

letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit

kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia,

(Wong‟s pediatric nursing 2009). Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem

hamatologi (leukemia) meliputi :

1. Biodata

a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan

pendidikan.
24
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,

tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

2. Keluhan Utama

a) Riwayat sesak nafas dan diirngi dengan mual muntah dan demam

3. Riwayat kesehatan sekarang

a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan

perdarahan.

4. Riwayat kesehatan sebelumnya

a) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

b) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah

dialami.

5. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Meliputi : Baik, jelek, sedang.

b) Tanda-tanda vital

- TD : Tekanan Darah

- N : Nadi

- P : Pernapasan

- S : Suhu

c) Sistem pernafasan

25
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola

napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing.

26
d) Sistem cardiovaskular

Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi

jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.

e) Sitem Pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak,

palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi

peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.

f) Sistem Muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

g) Sistem Integumen

Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.

Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku

: Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.

h) Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

i) Sitem Pengindraan

Mata : Lapang pandang dan visus.

Hidung : Kemampuan penciuman.

Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

j) Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

k) Sistem Neurologis

1
1) Fungsi cerebral

2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan

menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).

4) Kemampuan berbicara.

5) Fungsi Karnial :

- Nervus I (Olfaktorius) :

Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang

hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yangberbeda

(misalnya jeruk dan kapas alkohol).

- Nervus II (Optikus) :

Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,

penglihatan perifer.

- Nervus III (Okulomotorius) :

Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak

mengikuti cahaya.

- Nervus IV (Troklearis) :

Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah

dalam.

2
- Nervus V (trigemenus) :

Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien

merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan

dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan

sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi

disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang

berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk

menguji refleks berkedip dan refleks kornea.

- Nervus VI (Abdusen) :

Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara

lateral.

- Nervus VIII (Fasialis) :

Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan manis

(gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah

anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang

lebih besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau

memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan

menangis).

- Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.

- Nervus IX (glosofharingeus) :

Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan

3
pada lidah posterior.

- Nervus X (vagus) :

Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan,

sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan

apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X

mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks

muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah

ovula pada posisi tengah.

- Nervus XI (aksesorius) :

Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan

tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya

ditekan kebawah.

- Nervus XII (hipoglosus) :

Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah

terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap

deviasi lateral ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan

kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel

lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya,

kaji kekuatannya.

4
6) Fungsi motorik :

Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.

7) Funsi sensorik :

Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.

8) Funsi cerebrum :

Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a) Hitung darah lengkap :

Menunjukkan normostik, anemia normostik.

Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

Retikulosit : Jumlah biasanya rendah.

Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/ mm). SDP:

Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur

(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia.

b) PT/ PTT : Memanjang.

c) LDH : Mungkin meningkat.

d) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.

e) Muramidase serum (lisozim) :

Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan mielomositik.

f) Copper serum : Meningkat.

5
g) Zink serum : Menurun.

h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau

lebih darin sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan

megakariositis menurun

i) Foto dada dan biospy nodus limfe :

Dapat mengidentifikasi derajat keterlibatan.

7. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau SDKI (2016

& 2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :

a) Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.

b) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke

Jaringan Otak.

c) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.

d) Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat

(penurunan Hb).

e) Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan

Berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan

(mual, anoreksia).

f) Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.

g) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.

h) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi

6
B. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Kronis    Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x Observasi
24 jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi,
pada pasien berkurang karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri intensitas nyeri
1. Nyeri berkurang - Identifikasi skala nyeri
dengan skala 2 - Identifikasi respon nyeri
2. Pasien tidak mengeluh nonverbal
nyeri - Identifikasi faktor yang
3. Pasien tampak tenang memperingan dan
4. Pasien dapat tidur memperberat nyeri
dengan tenang - Identifikasi pengetahuan
5. Frekuensi nadi dalam dan keyakinan tentang
batas normal (60-100 nyeri
x/menit) - Identifikasi budaya
6. Tekanan darah dalam terhadap respon nyeri
batas normal (90/60 - Identifikasi pengaruh
mmHg – 120/80 nyeri terhadap kualitas
mmHg) hidup pasien
7. RR dalam batas - Monitor efek samping
normal (16-20 penggunaan analgetik
x/menit) - Monitor keberhasilan
Kontrol Nyeri terapi komplementer
1. Melaporkan bahwa yang sudah diberikan
nyeri berkurang Terapeutik
dengan menggunakan - Berikan teknik non
manajemen nyeri

7
2. Mampu mengenali farmakologis untuk
nyeri (skala, intensitas, meredakan nyeri
frekuensi dan tanda (aromaterapi, terapi
nyeri) pijat, hypnosis,
Status Kenyamanan biofeedback, teknik
1. Menyatakan rasa imajinasi
nyaman setelah nyeri terbimbimbing, teknik
berkurang tarik napas dalam dan
kompres hangat/ dingin)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
( missal: suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
Perawatan kenyamanan
Observasi
- Identifikasi gejala yang
tidak menyenangkan (mis.
Mual, nyeri, gatal, sesak)
- Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi
dan perasaannya
Terapeutik
- Berikan posisi yang
nyaman
- Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Edukasi
- Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan

8
terapi/pengobatan
- Ajarkan terapi relaksasi
- Ajarkan teknik distraksi
dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, antipruritus,
antihistamin, jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif Respirasi : Manajemen jalan nafas
Penyebab Setelah dilakukan 1. Observasi
- Depresi pusat tindakan keperawatan - Monitor pola nafas
pernapasan ...x... jam, maka pola (frekuensi,
- Hambatan upaya nafas tidak efektif kedalaman, usaha
napas menigkat dengan kriteria nafas)
- Deformitas dinding hasil : - Monitor bunyi nafas
dada - Penggunaan otot tambahan (mis.
- Deformitas tulang bantu nafas Gurgling, mengi,
dada menurun wheezing, ronkhi)
- Gangguan - Dispnea menurun 2. Terapeutik
neuromuscular - Pemanjangan fase - Posisikan semi fowler
- Gangguan ekspirasi menurun - Berikan minuman
neurologis - Frekuensi nafas hangat
- Penurunan energy membaik - Berikan oksigen
- Obesitas - Kedalaman nafas 3. Edukasi
- Posisi tubuh yang membaik - Anjurkan asupan
menghambat cairan 200 ml/hari,
ekspansi paru jika tidak
- Sindrom kontraindikasi
hipoventilasi - Ajarkan teknik batuk
- Kerusakan inervasi efektif
diafragma 4. Kolaborasi

9
- Cedera pada - Kolaborasi pemberian
medulla spinalis bronkodilator,
- Efek agen ekspektoran,
farmakologis mukolitik, jika perlu
- Kecemasan Pemantauan respirasi
1. Observasi
Gejala dan tanda mayor - Monitor frekuensi,
Subjektif irama, kedalaman,
- Dyspnea dan upaya nafas
Objektif - Monitor pola nafas
- Penggunaan otot (seperti bradipnea,
bantu pernafasan takipnea,
- Fase ekspirasi hiperventilasi,
memanjang kussmaul, cheyne-
- Pola nafas stokes, ataksisk)
abnormal - Monitor saturasi
oksigen
Gejala dan tanda minor - Auskultasi bunyi
Sujektif nafas
- Ortopnea - Palpasi kesimetrisan
Objektif ekspansi paru
- Pernafasan pursed - Monitor nilai AGD
lips - Monitor hasil x-ray
- Pernapasan cuping thoraks
hidung 2. Terapeutik
- Diameter thoraks - Atur interval
anterior posterior pemantauan respirasi
meningkat sesuai kondisi pasien
- Ventilasi semenit - Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
- Kapasitas vital 3. Edukasi

10
menurun - Jelaskan tujuan dan
- Tekanan ekspirasi prosedur pemantauan
menurun - Informasikan hasil
- Tekanan inspirasi pemantauan, jika
menurun perlu
- Ekskursi dada
berubah

Kondisi klinis terkait


- Depresi system
saraf pusat
- Cedera kepala
- Trauma thoraks
- Gullian bare
syndrome
- Multiple sclerosis
- Myasthenia gravis
- Stroke
- Kuadriplegia
1. Intoksikasi
alcohol
4 Defisit perawatan diri Setelah diberikan asuhan Dukungan Perawatan Dri
Penyebab : keperawatan selama … Observasi
1. Gangguan x… jam diharapkan - Identifikasi kebiasaan
musculoskeletal perawatan diri meningkat aktivitas perawatan
2. Gangguan dengan kriteria hasil : diri sesuai usia
neuromuskuler - Kemampuan mandi - Monitor tingkat
3. Kelemahan meningkat kemandirian
4. Gangguan psikologis - Kemampuan - Identifikasi kebutuhan
dan/psikotik mengenakan pakaian alat bantu kebersihan
5. Penurunan meningkat diri, berpakaian,

11
motivasi/minat - Kemampuan makan berhias, dan makan
meningkat Terapeutik
Gejala dan tanda mayor - Kemampuan ke toiliet - Sediakan lingkungan
Subjektif : (BAB/BAK) terapeutik (suasana
 Menolak meningkat hangat, rileks,
melakukan - Verbalisasi keinginan provasi)
perawatan diri melakukan perawatan - Siapkan keperluan
Objektif : diri meningkat pribadi
 Tidak mampu - Minat melakukan - Damping dalam
mandi/mengenakan perawatan diri melakukan perawatan
pakaian/makan/keto meningkat diri sampai mandiri
ilet/ berhias secara - Mempertahankan - Fasilitasi untuk
mendiri kebersihan diri menerima keadaan
 Minat melakukan meningkat ketergantungan
perawatan diri - Mempertahankan - Fasilitasi
kurang kebersihan mulut kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

C. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

12
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah

kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan

anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan

Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

lainnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai

tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,

2012). Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang

dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif

13
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan

perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas

proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai

dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang

dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada

akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan

keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Ada tiga

kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam

sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi

jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga

mengakibatkan proliferasi sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Ada

4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu leukemia limfositik akut, leukemia

mieloid akut, leukemia limfositik kronik, dan leukemia mieloid kronik. Suatu

leukemia dikatakan akut atau kronik adalah tergantung pada sebagian besar sel-sel

abnormal yang dijumpai. Jika sel-sel lebih menyerupai sel punca (imatur) maka

dikatakan akut, sedangkan jika sel- sel lebih menyerupai sel normal (matur) maka

dikatakan kronik. Pada leukemia akut, sel-sel imatur terus memperbanyak diri dan

tidak dapat menjadi matur sebagaimana mestinya. Tanpa terapi, sebagian besar

pasien leukemia akut hanya hidup beberapa bulan. Berbeda halnya dengan sel-sel

pada leukemia kronik, pertumbuhannya lambat dan pasien dapat hidup lebih lama

sebelum timbul gejala, (Maulana Hidayatul, 2018).

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan adanya laporan pendahuluan ini, dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di STIKes Alifah Padang, khususnya

pada keperawatan medikal bedah tentang Asuhan Keperawatan pada pasien

15
dengan LGK

2. Bagi perawat

Laporan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perawat yang melakukan

tindakan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan LGK

16
DAFTAR PUSTAKA

Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi
Edisi 7.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi.Edisi 2.
Jakarta: Erlangga
Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et
al.Development of risk-based guidelines for pediatric cancer survivors: the
Children'sOncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from the
Children's OncologyGroup Late Effects Committee and Nursing Discipline. J
Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979- 90.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC;.2. Tucke
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Brunner & suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.

17
18

Anda mungkin juga menyukai