Anda di halaman 1dari 54

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn. D DENGAN


LEUKIMIA GRANULOSITIK AKUT  (LGK) DI RUANG INTERNE
PRIA (IP) RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI

1. Adinda Oktaviana, S. Kep


2. Ayuli Warni, S. Kep
3. Vivi Andriani, S. Kep
4. Tari Syafitri, S. Kep
5. Mira Rahmayuni, S. Kep
6. Winda Rahmat Armanda, S. Kep
7. Riza Andriani, S. Kep

Pembimbing akademik :

1. Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep (........................................)

2. Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep (........................................)

3. Ns. Wilady Rasyid, M.Kep, Sp. Kep. MB (........................................)

Pembimbing Klinik

1. Ns. Widia Wati, M.Kep, Sp. Kep. MB (.......................................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar Kasus

Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Pada Tn. D Dengan Leukimia Granulositik Akut  (Lgk) Di Ruangan Interne

Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021”.

Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

Seminar Kasus ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Ibu Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen

keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang.

2. Bapak Ns. Willady Rasyid ,M. Kep ,Sp. Kep. MB selaku Preceptor Akademik

dan dosen keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang.

3. Ibu Ns. Widia Wati, M.Kep, Sp. Kep. MB selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M

Jamil Padang.

4. Kakak-kakak perawat Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M Djamil Padang.

5. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan laporan ini.

Kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.

Padang, November 2021

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
1.3 Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi............................................................................. 5
2.2 Definisi............................................................................................. 8
2.3 Etiologi ............................................................................................ 9
2.4 Patofisiologi..................................................................................... 11
2.5 WOC................................................................................................ 12
2.6 Manifestasi....................................................................................... 12
2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan............................................................................... 14
2.9 Askep Teoritis.................................................................................. 15
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian......................................................................................... 29
3.2 Diagnosa............................................................................................ 39
3.3 Intervensi........................................................................................... 40
3.4 Implementasi..................................................................................... 42
3.5 Evaluasi ............................................................................................ 42
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian........................................................................................ 45
4.2 Diagnosa........................................................................................... 46
4.3 Implementasi.................................................................................... 47
4.4 Evaluasi............................................................................................ 47
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 49
5.2 Saran.................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat
terjadi jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga
mengakibatkan proliferasi sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang.
Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu leukemia limfositik akut,
leukemia granulositik kronik leukemia limfositik kronik, dan leukemia mieloid
kronik (Supandiman , 2018).
Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal
juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia)
merupakan suatu jenis kanker dari leukosit ((Supandiman , 2018).
Menurut World Health Organization (2018), prevelensi angka kejadian
leukemia untuk semua umur di dunia ditemukan sebanyak 3,7 per 100.000
penduduk pertahun, pada tahun berikutnya angka kejadian leukemia meningkat
menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan jumlah kasus dan
kematian pada tahun 2014 – 2016, diperkirakan pada tahun 2017 akan ada
peningkatan sekitar 20.830 kasus baru leukemia di seluruh dunia.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2018), prevelensi angka kejadian
leukemia di Indonesia, dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Didapatkan
pada tahun 2018, tercatat ada 144 kasus, sedangkan tahun 2019 menjadi 206
kasus baru. Jumlah tersebut merangkak naik di tahun berikutnya. Tahun 2018,
angka kejadian kanker leukemia di Indonesia menjadi 252 kasus baru. Menurut
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2018), prevelensi di Provinsi Sumbar
didapatkan bahwa, penyakit leukemia di sepanjang tahun 14 2017 meningkat
70% sebelum adanya BPJS.
Leukimia granulositik kronik (LGK) adalah bentuk leukemia yang ditandai
dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada
sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah. LGK
merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan
proliferasi dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan

1
prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan
translokasi kromosom yang disebut dengan kromosom Philadelphia
(Supandiman , 2018).
Leukemia granulositik kronik (LGK) disebabkan oleh produksi sel
granulositik yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau jaringan
limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukemia mielogenosa
dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum
tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di
banyak organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati
(Supandiman , 2018).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu secara non farmakologi
mendemonstrasikan batuk efektif, memberikan O2, selalu memonitor tanda-
tanda vital, mencukupi pemenuhan nutrisi, meningkatkan BB, dan pantau selalu
intake dan out put. Namun secara farmakologinya dapat dilakukan transfusi
darah, sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi, imunoterapi
merupakan cara pengobatan yang baru dan transplantasi sumsum tulang
(Rofinda, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas
Laporan Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.D
Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK)”.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.D
Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP)
RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021
b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik
kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang
2021
2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Tn.D Dengan Leukemia
granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M.
Djamil Padang 2021

2
3) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Pada
Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne
Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021
4) Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Pada Tn.D
Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP)
RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021
5) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Pada Tn.D Dengan
Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP
Dr. M. Djamil Padang 2021
1.3 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal
mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien
dengan Leukemia granulositik kronik (LGK).
2. Bagi Perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien
dengan Leukemia granulositik kronik (LGK). Serta mampu melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP).
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang, Seminar Kasus ini
dapat memperkaya bahan pustaka kampus dan dapat dijadikan acuan atau
bahan penyusunan bagi mahasiswa yang melakukan atau menyusun laporan
kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien Leukemia granulositik kronik
(LGK).
4. Bagi Pasien dan Keluarga :
a. Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin,
dan diharapkan dapat mengontrol asupan makanan yang
dikonsumsi.
b. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi, mampu

3
mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi pasien ketika pulang
kerumah.
5. Bagi Mahasiswa khususnya Program Studi Profesi Ners :
a. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan
yang luas dalam kepedulian penanggulangan Leukemia granulositik
kronik (LGK).
b. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut tentang studi kasus yang berhubungan dengan penyakit
Leukemia granulositik kronik (LGK) maupun penyakit-penyakit
yang lain yang lebih mendalam.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Leukemia granulositik kronik (LGK)


Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Darah didalam tubuh berfungsi
sebagai pengangkut oksigen keseluruh tubuh. Didalam darah terdapat juga
nutrisi, darah juga berfungsi mengangkut sel-sel sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun system imun yang bertujuan
mepertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah merupakan bagian terbesar
dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri atas darah, darah memiliki banyak
fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat untuk mengedarkan
oksigen, mengatur suhu tubuh, mengedarkan sari makanan dalam tubuh, dan
mengedarkan hormone (Supandiman, 2018).

Gambar 1. Anatomi sistem hematologi


Sumber : Fianda (2017)

a. Fungsi darah terdiri atas:

5
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti
racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
b. Ada beberapa tempat pembuatan darah yaitu:
1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemapoesis adalah tulang
vertebrae, stenum (tulang dada ), dan costa (tulang gigi).
2) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh
manusia. Tugas utama hati yaitu untuk menghasilkan energy, mengerap
karbohidrat, menstabilkan gula darah, dan menetralisir racun didalam
tubuh.
3) Limpa
Limpa adalah organ yang berkapsul dengan berat 100- 150gr yang terletak
dibagian kiri atas abdomen dan berbentu setegah bulan berwarna merah.
Limpa berfungsi sebagai organ limdoid dan memfagositosis material
tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak. Di dalam tubuh terjadi
1/3 darah pada orang dewasa yang sehat dari berat badan atau setara 4-5
liter darah. Dalam tubuh manusia jumlah darah tidak sama tergantung pada
usia, pekerjaan dan keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri
atas beberapa bagian yaitu:
a) Plasma darah
Plasma darah adalah bagian darah 55% dari darah yang berupa cairan
kekuningan dan membentuk medium cairan yang disebut plasma darah.
Plasma darah merupakan media sirkulasi element darah (eritrosit,
leukosit, trombosit ), sebagian pengangkut zat organik dan organic dari
suatu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain (Supandiman ,
2018).

b) Eritrosit

6
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah berdiferensiasi
jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Eritrosit
terbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar
berbentuk bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai
ukuran sekitar 8.6µm. Kemampuan berubah bentuk, jumlah eritrosit
pada laki-laki terdapat 5-5, 5 juta permililiter kubik. Eritrosit berwarna
kuning kemerah- merahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin (Fianda, 2017).
c) Trombosit
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang berbentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat da nada yang lonjong
warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-450.000/mm3.
Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah.
d) Leukosit (sel darah putih)
Leukosit adalah sel darah yang bentuknya dapat berubah-rubah dan
mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan
berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning (tidak berwarna).
Jumlah leukosit kira- kira 4000-11000/mm3. Leukosit berfungsi untuk
membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke
dalam jaringan tubuh serta mengangkut zat lemak dari dinding usus
melalui limpa dan pembuluh darah (Suryani, 2014). Golongan utama
leukosit terdiri atas leukosit agranular yaitu leukosit yang mempunyai
sitoplasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada 2
jenis leukosit agranula yaitu:
1) Limfosit adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang
memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran
sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit granula.
2) Monosit lebih besar dari pada neutrophil dan dan memiliki inti
monomorfik yang relative sederhana. Golongan leukosit granular
leukosit mengandung granula spesifik dalam sitoplasma yang
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak fariasi dalam
bentuknya. Ada 3 jenis leukosit granular yaitu:

7
a) Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer melawan
infeksi bakteri, metode pertahanan adalah proses fagositosis.
b) Eusinofil mempunyai fungsi fagositosis yang lemah dan lebih
berfungsi pada reaksi antigen, antibody, dan meningkat pada
serangan asma.
c) Basofil membawa heparin, factor-faktor pengaktifan histamine
dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan (Supandiman, 2018).
2.2 Definisi
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta gangguan pengaturan
leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Setiap inti
sel memiliki kromosom yang menentukan ciri fisik, misalnya kulit coklat,
rambut lurus, mata putih, sedangkan gen merupakan bagian terkecil dari
kromosom yang memiliki fungsi dan jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari
leukikimia yang diklarifikasikan menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum
tulang yaitu berupa lymphoblastis. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel
leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada
normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia,
dan diakhiri dengan kematian (Supandiman, 2018).
Leukemia granulositik kronik atau Chronic Myelogenous Leukemia
(CML) merupakan kelainan myeloproliferative yang ditandai dengan
peningkatan proliferasi dari seri sel granulosit tanpa disertai gangguan
diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi dapat ditemukan berbagai
tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas),
meta mielosit, mielosit, sampai granulosit (Rofinda, 2012).
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

1. Genetik (Keturunan)
a. Adanya Penyimpangan Kromosom

8
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan
adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat
tinggi
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ALL
3. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T
4. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk –

9
produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun
menjadi AML
5. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan
pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang
yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui
juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic,
para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.
6. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker
payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA.
2.4 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama- tama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di
dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ
yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal
terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit.

10
Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat
sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia
atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni
mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang, (Suryani, 2013).

2.5 WOC

11
Sumber : Rafinda, 2012
2.6 Manifestasi
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan
tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang meningkatkan
dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa hubungan antara
leukemia dan sindrom down (mongolisme) :

12
1) Pucat.
2) Malaise.
3) Keletihan (letargi).
4) Perdarahan gusi.
5) Mudah memar.
6) Petekia dan ekimosis.
7) Nyeri abdomen yang tidak jelas.
8) Berat badan turun.
9) Iritabilitas.
10) Muntah.
11) Sakit kepala (pusing).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap :
a) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
b) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
c) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel
darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
2. Pemeriksaan sel darah tepi :
Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat
menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang
beredar.
3. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50%
atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari
sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
5. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti
limfosit normal dan granulosit. (Nanda. 2016)

2.8 Penatalaksanaan
1. Keperawatan

13
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
e. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
h. Pantau selalu intake dan out put pasien.
i. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien
merasa nyaman.
2. Medis
a) Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
b) Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c) Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan
prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan
injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan
pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).

14
d) Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno
terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar
terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
e) Transplantasi sumsum tulang.
2.9 Askep Teoritis
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya
kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan
asuhan keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati, 2016) terdiri dari beberapa
tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
A. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda
pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar
seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari,
penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat
menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s pediatric nursing 2009).
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia)
meliputi :
1. Biodata
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

15
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
b. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital
TD : Tekanan Darah
N : Nadi
P : Pernapasan
S : Suhu
c. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi
tambahan ronchi dan wheezing
d. Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung,
tekanan darah dan capylary reffiling time.
e. Sitem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi
abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus
adakah meningkat atau tidak.
f. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
g. Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku : Warna,
permukaan kuku, dan kebersihannya.
h. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

16
i. Sitem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
j. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
k. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
a) Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang
hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yangberbeda
(misalnya jeruk dan kapas alkohol).
b) Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,
penglihatan perifer.
c) Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti
cahaya.
d) Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
e) Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan,
tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi
muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping,
sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks

17
kornea.
f) Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral.
g) Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan manis
(gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah
anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih
besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.
i) Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada
lidah posterior.
j) Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan,
sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan
apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat
kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
k) Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan
tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya
ditekan kebawah.
l) Nervus XII (hipoglosus) :
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap
deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral
ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak
untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak
dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya.

6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.

18
7) Funsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hitung darah lengkap :
a) Menunjukkan normostik, anemia normostik.
b) Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml. Retikulosit: Jumlah
biasanya rendah.
c) Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/ mm). SDP :
d) Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur
(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia.
2) PT/ PTT : Memanjang.
3) LDH : Mungkin meningkat.
4) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
5) Muramidase serum (lisozim) : Penikngkatan pada leukemia monositik
Akut dan mielomositik.
6) Copper serum : Meningkat.
7) Zink serum : Menurun.
8) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau
lebih darin sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan
megakariositis menurun
9) Foto dada dan biospy nodus limfe : Dapat mengidentifikasi derajat
keterlibatan.
B. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau SDKI
(2016 & 2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :
a) Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
b) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke
Jaringan Otak.
c) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
d) Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat

19
(penurunan Hb).
e) Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan
Berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan
(mual, anoreksia).
f) Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
g) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
h) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi
C. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut    Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24
Observasi
jam diharapkan nyeri pada
1. Identifikasi lokasi,
pasien berkurang dengan
kriteria hasil : karakteristik,
Tingkat Nyeri
durasi, frekuensi,
1. Nyeri berkurang
kualitas, intensitas
2. Pasien tidak mengeluh
nyeri nyeri
3. Pasien tampak tenang
2. Identifikasi skala
4. Pasien dapat tidur
nyeri
dengan tenang
5. Tanda-tanda vital dalam 3. Identifikasi respon
batas normal
nyeri nonverbal
Kontrol Nyeri
4. Identifikasi faktor
1. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan yang memperingan
menggunakan
dan memperberat
manajemen nyeri
nyeri
2. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, 5. Identifikasi
frekuensi dan tanda
pengetahuan dan
nyeri)
keyakinan tentang
Status Kenyamanan

20
1. Menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri
6. Identifikasi budaya
berkurang
terhadap respon

nyeri

7. Identifikasi

pengaruh nyeri

terhadap kualitas

hidup pasien

8. Monitor efek

samping

penggunaan

analgetik

9. Monitor

keberhasilan terapi

komplementer yang

sudah diberikan

Terapeutik

a) Berikan teknik non

farmakologis untuk

meredakan nyeri

(aromaterapi, terapi

pijat, hypnosis,

biofeedback, teknik

imajinasi

21
terbimbimbing,

teknik tarik napas

dalam dan kompres

hangat/ dingin)

b) Kontrol lingkungan

yang memperberat

nyeri ( missal: suhu

ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan)

c) Fasilitasi istirahat

tidur

d) Perawatan

kenyamanan

Observasi

1. Identifikasi gejala

yang tidak

menyenangkan

(mis. Mual, nyeri,

gatal, sesak)

2. Identifikasi

pemahaman tentang

kondisi, situasi dan

perasaannya

22
Terapeutik

a) Berikan posisi
yang nyaman
b) Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
Edukasi

a) Jelaskan mengenai

kondisi dan pilihan

terapi/pengobatan

b) Ajarkan terapi

relaksasi

Kolaborasi

a) Kolaborasi

pemberian

analgesik,

antipruritus,

antihistamin, jika

perlu
2 Pola nafas Respirasi : Manajemen jalan nafas
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
Observasi
Penyebab keperawatan ...x... jam,
a. Monitor pola nafas
- Depresi maka pola nafas tidak
(frekuensi,
pusat efektif menigkat dengan kedalaman, usaha
pernapasan kriteria hasil : nafas)
- Hambatan - Penggunaan otot b. Monitor bunyi
nafas tambahan
upaya napas bantu nafas menurun (mis. Gurgling,
- Deformitas - Dispnea menurun mengi, wheezing,
dinding dada - Pemanjangan fase ronkhi)
Terapeutik

23
- Deformitas ekspirasi menurun 1. Posisikan semi
tulang dada - Frekuensi nafas fowler
2. Berikan minuman
- Gangguan membaik
hangat
neuromuscul - Kedalaman nafas 3. Berikan oksigen
ar membaik Edukasi
a. Anjurkan asupan
- Gangguan
cairan 200 ml/hari,
neurologis jika tidak
- Penurunan kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
energy
efektif
- Obesitas c. Kolaborasi
- Posisi tubuh pemberian
bronkodilator,
yang
ekspektoran,
menghambat mukolitik, jika perlu
ekspansi d. Pemantauan respirasi
paru Observasi
1. Monitor frekuensi,
- Sindrom
irama, kedalaman,
hipoventilasi dan upaya nafas
- Kerusakan Monitor pola nafas
(seperti bradipnea,
inervasi
takipnea,
diafragma hiperventilasi,
- Cedera pada cheyne-stokes,
ataksisk)
medulla
2. Monitor saturasi
spinalis oksigen
- Efek agen 3. Auskultasi bunyi
nafas
farmakologis
4. Palpasi
- Kecemasan kesimetrisan
ekspansi paru
Gejala dan 5. Monitor nilai AGD
tanda mayor 6. Monitor hasil x-ray
Subjektif thoraks
- Dyspnea Terapeutik
Objektif 1. Atur interval
- Penggunaan pemantauan
otot bantu respirasi sesuai

24
pernafasan kondisi pasien
- Fase 2. Dokumentasikan
ekspirasi hasil pemantauan
memanjang Edukasi
- Pola nafas a. Jelaskan tujuan dan
abnormal prosedur pemantauan
- Gejala dan
tanda minor
Sujektif
Ortopnea
Objektif
- Pernafasan
pursed lips
- Pernapasan
cuping
hidung
- Diameter
thoraks
anterior
posterior
meningkat
- Ventilasi
semenit
menurun
- Kapasitas
vital
menurun
- Tekanan
ekspirasi
menurun
- Tekanan
inspirasi
menurun
- Ekskursi

25
dada berubah

Kondisi klinis
terkait
- Depresi
system saraf
pusat
- Cedera
kepala
- Trauma
thoraks
- Gullian bare
syndrome
- Multiple
sclerosis
- Myasthenia
gravis
- Stroke
4 Defisit Setelah diberikan asuhan Dukungan Perawatan
perawatan diri keperawatan selama …x… Dari
Penyebab : jam diharapkan perawatan Observasi
1. Gangguan diri meningkat dengan 1. Identifikasi
musculoskel kriteria hasil : kebiasaan aktivitas
perawatan diri
etal - Kemampuan mandi
sesuai usia
2. Gangguan meningkat 2. Monitor tingkat
neuromuskul - Kemampuan kemandirian
3. Identifikasi
er mengenakan pakaian
kebutuhan alat
3. Kelemahan meningkat bantu kebersihan
4. Gangguan - Kemampuan makan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
psikologis meningkat
Terapeutik
dan/psikotik - Kemampuan ke toiliet
a. Sediakan
5. Penurunan (BAB/BAK) meningkat
lingkungan
motivasi/min - Verbalisasi keinginan

26
at melakukan perawatan terapeutik (suasana
diri meningkat hangat, rileks,
Gejala dan - Minat melakukan provasi)
tanda mayor perawatan diri meningkat b. Siapkan keperluan
Subjektif : - Mempertahankan pribadi
 Menolak kebersihan diri c. Damping dalam
melakukan meningkat melakukan
perawatan - Mempertahankan perawatan diri
diri kebersihan mulut sampai mandiri
Objektif : d. Fasilitasi untuk
 Tidak menerima keadaan
mampu ketergantungan
mandi/menge e. Fasilitasi
nakan kemandirian, bantu
pakaian/mak jika tidak mampu
an/ketoilet/ melakukan
berhias perawatan diri
secara f. Jadwalkan rutinitas
mendiri perawatan diri
 Minat Edukasi
melakukan a. Anjurkan
perawatan melakukan
diri kurang perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry,
2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang

27
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam


mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012). Menurut (Asmadi, 2008). Terdapat 2 jenis
evaluasi :
1. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data
keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah

28
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon pasien
dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada
akhir layanan. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian
tujuan keperawatan, yaitu :
a. Tujuan tercapai/masalah teratasi
b. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
c. Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi

BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D DENGAN

29
LEUKIMIA GRANULOSITIK KRONIK (LGK) DI RUANG INTERNE PRIA
RSUP DR M.DJAMIL PADANG

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. D Tanggal masuk Rs : 11/11/2021
Tgl lahir : 03/09/1982 Sumber Informasi : Istri Klien
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jorong surau labuah kab. agam
II. Identitas Keluarga klien
Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi ( Orang tua, Suami,Istri)
Nama : Ny. S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Istri
Alamat : Jorong surau labuah kab.Agam
III. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk
Pada tanggal 11 november 2021 klien kontrol ke poli Rsup mdjamil padang
dengan keluhan klien mengatakan nyeri hebat diseluruh tulang klien dengan
skala nyeri 6, klien mengatakan nafsu makan menurun dan Hb (7,9) klien
juga rendah sehingga klien harus dirawat di Rsup m.djamil padang.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Pada saat pengkajian kamis 18 november 2021 didapatkan bahwa Klien
mengatakan nyeri hilang timbul di tulang nya terasa seperti di tusuk-tusuk
dengan skala nyeri 4, klien mengatakan susah melakukan aktivitas karna nyeri
yang di rasakan dan Hb klien masih rendah (9,7) klien mengatakan badannya
terasa letih dan lemah.

30
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Pada saat pengkajian kamis 18 november 2021 klien mengatakan

menderita leukimia sejak 5 tahun yang lalu dan klien juga mengatakan 1

bulan yang lalu pada tanggal 12 oktober 2021 klien dirawat di Rsup M.djamil

Padang dan di haruskan kontrol setiap 1 minggu sekali.

4. Riwayat kesehatan Keluarga :


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
Genogram :

Keterangan :

: Pasien laki-laki : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Laki-laki meninggal

: Laki – laki : Perempuan


meninggal

IV. Pemeriksaan Fisik :


1. Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 mmHg N : 86 x/i

31
S : 36,oC RR: 18x/i
2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk bulat normal, kepala bersih,
karakteristik rambut penyebaran merata,
terdapat uban, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi : Sklera ikterik, konjungtiva anemis, reflek pupil
baik/isokor
Tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada rasa
sakit pada bagian mata

4. Telinga
Inspeksi : Daun telinga bersih simetris kiri dan kanan, liang
telinga tampak bersih, tidak ada cerumen
berlebihan dan tidak ada pendarahan
Tes : Pendengaran klien masi baik dikedua sisi telinga
pendengara
n
5. Hidung
Simetris/Tidak : Tampak simetris kiri dan kanan
Membran : Membran mukosa
mukosa
Penciuman/ : Tidak ada gangguan pada penciuman klien
Ketajaman
Membedakan
Bau
Alergi terhadap : Klien tidak ada alergi
sesuatu
6. Mulut & Tenggorokan
Inspeksi : Mukosa mulut tampak kering, lidah
tampak kotor, gigi terdapat karang gigi
Tes rasa : Pengecapan klien tidak ada masalah
Kesulitan menelan : Klien tidak ada kesulitan menelan
7. Leher

32
Inspeksi : Warna kulit merata sawo matang, tidak
ada lesi
Palpasi : Tidak ada pembesaran Tyroid, tidak ada
nyeri tekan, arteri carotis teraba jelas
Adanya kaku : Tidak ada kaku kuduk
kuduk/tidak
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorax normal, simetris kiri dan
kanan
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler /Tidak ada suara nafas
tambahan
9. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, warna kulit merata
dan sama sawo matang,
Palpasi : Tidak ada benjolan atau masa, tidak ada
nyeri tekan, tidaka ada pembesaran
kelenjar limfe
10. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari di RIC ke 5 LMCS,
tidak adanya nyeri tekan
Perkusi : Batas jantung kanan RIC ke 2, kiri 1 jari
LMCS RIC ke 5
Auskultasi : Bunyi jantung I&II normal (Lup Dup), tidak
ada suara tambahan
11. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi.
Auskultasi : Bising usus 17x/i, kembung
Palpasi : Hepar,lien dan ginjal tidak teraba, terdapat
nyeri dari pinggang hingga ke perut bawah
Perkusi : Tympani
12. Neurologi
Tingkat : Composmentis GCS 15
kesadaran
Pemeriksaan : Bicep (+), Tricep (+), Patella (+), Archiles
reflek (+)
Pemeriksaan Syaraf Karnial :

33
a. Nervus I : Olfaktoris, Klien dapat membedakan bau
b. Nervus II : Optikus, fungsi penglihatan dan lapang pandang bagus
c. Nervus III : Okulomotoris, Klien mampu mengangkat kelopak mata
d. Nervus IV : Troelearis, Klien mampu mengangkat mata kebawah
e. Nervus V : Trigeminus, klien mampu mengunyah dengan baik
f. Nervus VI : Abdusen, klien mampu mengagkan kelopak mata
g. Nervus VII : Fasialis, klien mampu bersiul, mengngkat alis mata,
menjulurkan lidah, tertawa dan tersenyum
h. NervusVIII : Vestibulococleus, klien mampu mendengar dengan baik
i. Nervus IX : Glosoaringeus, klien mampu membedakan rasa asam dan
manis
j. Nervus X : Vagus, klien mampu menelan dengan baik
k. Nervus XI : Asoserius, klien mampu mengangkat bahu, klien mampu
menahan tekanan pada bahu
l. Nervus XII : Hipoglasus, klien mampu menggerakan lidah saat bicara,
artikulasi suara dan menelan

13. Ekstremitas
Atas : Nyeri (-), kekakuan (-), edema (-)
Bawah Nyeri (-), kelemahan (+), edema (-)
Tonus otot melemah
Kekuatan otot

4444 4444

4444 4444

14. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada pembekakan,
Anus : Tidak ada hemoroid
15. Kulit
Warna kulit : Warna kulit sawo matang
Ada tidaknya : Tidak ada jaringan parut/lesi
jaringan parut/lesi

34
Turgor kulit : Turgor kulit buruk, tidak terdapat piting oedem
pada ekstrmitas, akral hangat, tidak terdapat
lesi

V. Pola Nutrisi :
Keterangan Sehat Sakit
Berat badan 50 kg 44 kg
Frekuensi makan 3x/hari 3X/hari
Jenis Makanan Nasi, lauk,pauk Nasi, lauk, pauk
Makanan yang Gorengan Tidak ada
disukai
Nafsu makan Baik Menurun
Pola Makan Kurang teratur Tidak teratur

VI. Pola Eliminasi

a. Buang Air Besar


Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 4-5x/ hari 5 kali hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Sedang Sedang
Penggunaan Tidak ada Tidak ada
pencahar

b. Buang air kecil


Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 1 x/hari 1x/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Pesing Pesing
VII. Pola tidur dan istirahat
Keterangan Sehat Sakit
Waktu tidur : Siang & malam Siang & malam
Lama tidur : Siang 1 jam& Siang 5 jam& malam 3
malam 6 jam jam
Kebiasaan saat : Berdoa Berdoa
tidur
Kesulitan dalam : Tidak ada Kesulitan tidur hanya
hal tidur kesulitan tidur saat nyeri tiba-tiba
muncul

35
Vlll. Pola aktivitas & latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : Petani
Olah raga : Klien jarang melakukan kegiatan
olahraga
Kegiatan di waktu luang : Menonton Tv

IX. Pola Bekerja


Jenis pekerjaan : Pns
Lama bekerja : Pagi dari jam 08.00- 16.00 WIB
Jumlah jam kerja : 1-8 jam/hari
X. Aspek psikososial
1. Pola pikir & persepsi
Alat bantu yang digunakan : Klien tidak ada menggunakan alat
bantu baik kaca mata maupun alat
bantu dengar
2. Persepsi diri
Hal yang amat : Klien takut tidak bisa sembuh
dipikirkan saat ini
Harapan setelah : Sembuh total dan segera pulang ke rumah
menjalani
perawatan
Perubahan yang : Aktivitas sehari-hari dan ekonomi
dirasa setelah
sakit
3. Hubungan /Komunikasi
Bahasa utama : Bahasa yang digunakan klien sehari-hari
adalah bahasa Indonesia
Bicara : Bicara klien jelas, mampu mengekspresikan
apa yang dirasakan
Kehidupan : - Adat istiadat yang dianut sesuai tempat
keluarga tinggal kline yaitu adat kerinci
- Pembuat keputusan dalam keluarga
adalah klien sebagai KK
- Pola komunikasi yang digunakan
adalah terbuka atau demokratis

36
- Keuangan diatur oleh klien
- Hubungan dengan sanak keluarga baik
4. Kebiasaan seksual
Gangguan : Klien mengatakan tidak ada gangguan
hubungan seksual
5. Spiritual
Keyakinan agama : Islam
Kegiatan agama : Sholat
Kegiatan yang dilakukan : Berdo’a dan berdzikir
selama RS
XII. Informasi penunjang
 Diagnosa medik : Leukimia Granolisitik Kronik (LGK)
 Therapy Pengobatan :
- Ivfd NacCL 12kolf/J
- Cefnaxon 2x1
- Cek DPL
- Cek Bilirubin

XIII. Pemeriksaan diagnostik

 Laboratorium
Hasil pemeriksaan : 17 November 2021
- Hb : 9,7 mg/dL
- Leukosit : 64,82
- Hematokrit : 226
- Trombosit : 290
- Natrium : 131 mmol/L
- Natrium : 3.7 mmol/L
- Klorida : 98 mmol/L

37
B. ANALISA DATA
No Symptom Problem Etiologi
1. DS : Nyeri Akut Agen cedera
- Klien mengatakan nyeri fisiologis
ditulang dan sendi
- Klien mengatakan
nyerinya terasa tertusuk
tusuk
- Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak pucat
Skala Nyeri 4
TD : 130/81 mmHg
HR : 105
RR : 20
T : 37ͦC
2. DS: Perfusi perifer Penurunan
- Klien mengatakan konsentrasi
tidak efektif
Dbadannya terasa Hemoglobin

38
lemah dan letih
DO :
1. Klien tampak lelah
2. Klien tampak lemas
3. Akral teraba dingin
4. Turgor kulit menurun
5. Warna kulit pucat
6. Conjungtiva anemis
Hematokrit : 29
Leukosit : 3,46
Trombosit : 8
- Hb : 9,7 g/dl
- TD : 130/81 mmHg
- HR : 105 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 37ͦC
- Tranfusi PRC 1 Unit dan
TC 10 U

3. Ds : Intoleransi Imobilitas
- Klien mengatakan aktivitas
bandannnya terasa
letih dan lemah
- Klien mengatakan
sulit melakukan
aktivitas dikarenakan
nyeri pada tulangnya
DO :
-Klien tampak lemah
-Klien tampak dibantu
aktivitasnya
-klien tampak pucat
- TD : 130/81 mmHg
- HR : 105 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 37ͦC

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedra fisiologis
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi Hb

39
3. Intoleransi Aktivitas b.d Imobilitas

D. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut    Setelah dilakukan Manajemen nyeri
asuhan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam a. Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri pada klien frekuensi, kualitas,
menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri c. Identifikasi respon nyeri
1. Nyeri berkurang nonverbal
dengan skala 2 d. Identifikasi faktor yang
2. Pasien tidak memperingan dan
mengeluh nyeri memperberat nyeri
3. Pasien tampak e. Identifikasi pengaruh
tenang nyeri terhadap kualitas
4. Tanda-tanda vital hidup pasien
dalam batas normal f. Kolaborasi pemberian
Kontrol Nyeri analgetik
1. Melaporkan bahwa Terapeutik
nyeri berkurang a. Berikan teknik non
dengan farmakologis untuk
menggunakan meredakan nyeri, teknik

40
manajemen nyeri tarik napas dalam dan
2. Mampu mengenali kompres hangat/ dingin
nyeri (skala, b. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi memperberat nyeri
dan tanda nyeri) ( misal: suhu ruangan,
Status Kenyamanan pencahayaan dan
1. Menyatakan rasa kebisingan)
nyaman setelah c. Fasilitasi istirahat tidur
nyeri berkurang
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan Manajemen sirkulasi
tidak efektif
tindakan intervensi a. Monitor TTV
b. Identifikasi faktor risiko
selama 3x24 jam maka gangguan sirkulasi
c. Monitor tanda-tanda
perfusi perifer pendarahan, bengkak,
panas atau kemerahan
meninigkat tidak terlihat d. Hindari penekanan atau
pemasangan tourniket
dengan kriteria hasil : pada area vedera
e. Kolaborasi pemberian
a. Warna kulit obat analgetik
tidak pucat f. Tranfusi darah
b. TTV dalam
batas normal
c. Hb dalam batas
normal
d. Turgor kulit
membaik
3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktivitas tindakan perawatan a. Monitor TTV
selama 3x24 jam b. Kolaborasi pemberian
Klien dapat melakukan Analgetik
aktivitas dengan kriteria c. Edukasi latihan fisik
hasil: d. Ajarkan latihan fisik
a. Klien e. Terapi aktivitas
mengatakan bisa Terapeutik:
melakukan a. Modifiksi lingkungan
aktivitas sehari (misal pencahayaan,
kebisingan, suhu,

41
seperti makan matras, dan tempat
dll tidur)

E. Catatan perkembangan
Tangg Diagnosa Implementasi Evaluasi
al
17/11/2 Nyeri Akut a. Mengidentifikasi S :
1 nyeri - klien
b. Identifikasi mengatakan
pengaruh nyeri nyeri
terhadap diseluh
kualitas hidup tulang dan
pasien sendi
c. memonitor TTV O:
d. mengajarkan - P : nyeri timbul
pasien tarik saat bergerak
nafas dalam - Q : nyeri
untuk tertusuk –
mengurangi tusuk
nyeri - R : nyeri
diseluh tulang
- S : skala nyeri
4
- T : waktu 1 jam
- klien tidak
dapat
melakukan

42
aktivitas
- TD : 130/81
mmHg
- HR : 105 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 37ͦC
- Tarik nafas
dalam diajarkan
A: Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
17/11/2 Perfusi perifer a. Memonitor TTV S:
b. Mengidentifikas
1 tidak efektif - Klien
i faktor risiko
gangguan mengatakan
sirkulasi
badannya
c. Memonitor
tanda-tanda terasa
pendarahan,
lemah dan
bengkak, panas
atau letih
kemerahan
O:
d. menghindari
penekanan - klien
atau
tampak letih
pemasangan
tourniket pada - TD : 130/81
area vedera
mmHg
e. Kolaborasi
pemberian obat - HR : 105 x/i
analgetik
- RR : 20 x/i
- T : 37ͦ C
- pendarahan
(-), bengkak
ada
- dihindari
penekannan
pemasanga

43
n tourniket
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
Keperawatan
- Transfusi
17/11/2 Intoleransi a. Memonitor S:
1 Aktivitas TTV - klien
b. Mengkolabora mengatakan
si pemberian tidak dapat
Analgetik melakukan
c. Mengdukasi aktivitas karena
latihan fisik nyeri yang
d. Mengajarkan dirasakan
latihan fisik O:
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
dibantu
melakukan
aktivitas
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

44
BAB IV
PEMBAHASAN

6.1 Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 17 November 2021 pukul 11.:00
WIB. Klien mengatakan nyeri pada tulang dan sendi-sendinya, PQRST:P:
Leukimia granulisitik Kronik, Q : Nyeri terasa tertusuk-tusuk, R : tidak ada
benjolan, S : Skala nyeri 4, T : Hilang timbul (1 jam). Klien mengatakakan Nyeri
semakin hebat saat bergerak, klien mengatakan nyerinya hilang timbul, dan
terasa tertusuk-tusuk da seluruh tulang dan sendirinya.
Berdasarkan analisa penulis bahwa Tanda LGK kini mempunyai ciri fisik
kulit pucat, BB turun drastis, anemia, tulang tersa nyeri, berkeringat dimalam
hari dan sering demam.
6.2 Diagnosa
Pada kasus kelolaan penulis, berdasarkan hasil pengkajian penulis
menemukan tiga masalah keperawatan yaitu nyeri akut, perifer tidak efektif dan
intoleransi aktivitas. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien
dan data observasi perawat serta hasil pemeriksaan penunjang.

45
a. Nyeri akut b.d Agencidera fisiologis Menurut SDKI (2018), batasan
karakteristik untuk menegakkan nyeri yaitu mengeluhkan nyeri, ekspresi
wajah nyeri, dilatasi pupil, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, laporan
tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas, mengekspresikan perilaku,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, putus asa, sikap melindungi area
nyeri, dan sikap tubuh melindung. Menurut analisa penulis pada kasus
kelolaan ditemukan beberapa batasan karakteristik tersebut yaitu berupa
mengeluhkan nyeri, ekspresi wajah, laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan
aktifitas, mengekspresikan perilaku dan perubahan posisi untuk menghindari
nyeri sehingga dapat diangkat diagnosa nyeri akut.
b. Perfusi perrifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin Menurut SDKI (2018), Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang
dapat mengganggu kesehatan ditandai dengan Tidak ada nadi, Perubahan
fungsi motorik, Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi, suhu), Indek ankle-brakhial, Perubahan tekanan
darah diekstremitas, Waktu pengisian kapiler > 3 detik, Klaudikasi, Warna
tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan, Kelambatan penyembuhan
luka perifer, Penurunan nadi, Edema, Nyeri ekstremitas, Bruit femoral,
Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit,
Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit,
Perestesia,Warna kulit pucat saat elevas Menurut analisa penulis, data yang
didapatkan dari pasien kelolaan sesuai dengan tanda gejala diatas, klien
mengalami Waktu pengisian kapiler > 3 detik, Kelambatan penyembuhan
luka perifer, Penurunan nadi, Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas,
rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu,data ini sesuai didapatkan
saatdilakukan pengkajianp ada pasien.
6.3 Intervensi
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien yang
perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil.
Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan
diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau
sesuai dengan prioritas masalah. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa

46
pertama yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T)
untuk mengetahui karakteristik nyeri, mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, posisikan klien semi
fowler, kolaborasikan pemberian analgetik, memonitor TTV (TD, N, RR, S) dan
melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dapat memberikan
kenyamanan pada pasien dan kompres dingin juga berfungsi untuk melancarkan
sirkulasi darah. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu Periksa
sirkulasi perifer, Identifikasi faktor resiko, Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas, Lakukan pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi, Lakukan pencegahan infeksi, Anjurkan
meminum obat pengontrol tekanan darah secara teratur, Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat.

6.4 Implementasi
Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada klien penulis melakukan
beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan
disesuai kan dengan kondisi serta kebutuhan klien. Asuhan keperawatan berupa
tindakan telah dilakukan kepada klien dengan diagnosa sebagai berikut:
a. Nyeri akutb.d Agen cidera fisik Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut.
Dimana implementasi yang dilakukan oleh penulis yaitu melakukan
pengkajian nyeri secara komprehesif untuk mengetahui karakteristik nyeri,
mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri untuk memberikan
kenyamanan, mengajarkan teknik nonfarmakologi atau kompres dingin untuk
mengurangi nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Dilakukan
pemberian terapi nafas dalam untuk mengurangi nyeri klien. Pada kasus
kelolaan terjadi penurunan tingkat nyeri dari skala 4 menjadi skala3
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin Implementasiyangdilakukan pada periksa sirkulasi perifer,
mengidentifikasi faktor resiko, memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas, melakukan pengukuran tekanan darah pada

47
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi, melakukan pencegahan infeksi,
menganjurkan melakukanp erawatan kulit yang tepat.
6.5 Evaluasi
Evaluasi yang diperoleh dari tanggal 17-20 November 2021:
a. Nyeri akut b.d Agen cidera fisik Berdasarkan kasus didapatkan evaluasi
setelah dilakukan tiga hari implementasi yaitu mengalami penurunan
intensitas skala nyeri pada hari pertama dari nyeri skala 4 ke nyeri skala 3.
Klien mengatakan lebih baik setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Menurut analisa peneliti, penurunan skala nyeri tersebut terjadi karena
implementasi dilakukan secara tiga berturut-turut dan didukung dengan
keluarga juga ikut melakukan manajemen nyeri pada klien. Membantu
menjaga keamanan lingkungan klien dan melakukan teknik relaksasi agar
klien merasa tenang dan nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. Evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu setelah dilakukan periksa
sirkulasi perifer, mengidentifikasi faktor resiko, memonitor panas,
kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, melakukan pengukuran
tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi, melakukan
pencegahan infeksi , menganjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.
Menurut analisa peneliti, dengan terus dilakukan pemeriksaan konsentrasi
perifer konsentrasi hemoglobin klien kembali meningkat.

48
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan didapatkan kesimpulan:
1. Pada pengkajian didapatkan tanda dan gejala utama yang muncul adalah
nyeri.
2. Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif dan
intoleransi aktivitas. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari
klien dan data observasi perawat serta hasil pemeriksaan penunjang.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada nyeri yaitu dengan pemberian
terapi rekaksasi, gangguan berkemih dengan melakukan komporess dingin,
ansietas dengan memberikan penkes dan terapi berzikir.
4. Implementasi keperawatan terhadap klien sesuaikan dengan intervensi yang
telah penulis rumuskan yang didaptkan dari teoritis. Semua intervensi
diimplementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
5. Evaluasi setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu, nyeri klien
berkurang menjadi skala3, setelah dilakukan compress dingin pada payudara
6.2 Saran

49
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan LGK,
diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada:
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil karya ilmiah ners ini dapat menambah wawasan
mahasiswa dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan medikal bedah pada klien dengan LGK.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta
masukan dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut asuhan keperawatan
pada pasien dengan LGK.
3. Bagi Pelayanan Keperawatan Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ners ini
akan memberikan manfaat bagi pelayanan keperawatan dengan memberikan
gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien LGK yang komprehensif serta memberikan pelayanan yang
lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan pada klien serta
melihatkan perkembangan klien yang lebih baik.
4. Bagi Pasien Dan Keluarga
Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan bagaimana
penanganan bagi klien dan keluarga baik dirumah sakit maupundirumah.

50
DAFTAR PUSTAKA

Fianza P.I (2017). Leukimia Limfoblastik Akut Dalam : Buku ajar penyakit dalam
jilid II. Edisi 5.Jakarta : Interne Publishing
Rofinda, Z. D. (2012). Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan
Andalas, 1(2), 68–74.
Supandiman, Iman. 2018. Penyakit Leukemia Limfoblastik Akut. Yogyakarta. Citra
Media
Suryani, dkk. 2013. Identifikasi Penyakit Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)
Menggunakan Fuzzy Rule Based System Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih.
Semarang : SEMANTIK 2013.
Suryani, dkk. 2014. Identifikasi Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)
Menggunakan ‘Rule Based System’ Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih
Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang : SEMANTIK 2014.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. DPP.
PPNI. JakartaSelatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. JakartaSelatan.

51

Anda mungkin juga menyukai