PENUGASAN KELOMPOK
PERTEMUAN KE IV
DOSEN FASILITATOR :
KELOMPOK 1 :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi makalah yang baik dan bermanfaat nantinya. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................4
4.1 KESIMPULAN........................................................................................................25
4.2 SARAN......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar kita semua dapat memahami
mengenai penyakit Leukemia dan mengetahui tatacara pelaksanaan penanganan
leukimia. Selain itu juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa,
Sistem Kardiovaskuler, Respirasi dam Hematologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan definisi penyakit leukimia
2. Menjekaskan etiologi penyakit leukimia
3. Menjelaskan manifestasi klinis penyakit leukimia
4. Menjelaskan patofisiologi penyakit leukimia
5. Menjelaskan komplikasi penyakit leukimia
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari penyakit leukemia
7. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit leukemia
8. Menjelaskan cara pencegahan penyakit leukemia
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan penyakit leukemia
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Leukimia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang
diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang ini dalam tubuh manusia
memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya
tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam
tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukimia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya.
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel
darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih
mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
Tubuh manusia akan memberikan tanda / signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan bereproduksi kembali. Pada kasus Leukimia, sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer
atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat
mengganggu fungsi normal sel lainnya. Seseorang dengan kondisi seperti ini akan
menunjukkan beberapa gejala seperti mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan
perdarahan.
Kanker adalah salah satu kenis penyakit degeneratif yang disebabkan adanya
pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga bisa
menyebabkan kematian (Irawan 2011).
6
abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan
anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi di limpa maka limpa akan
membesar, sehinggadapat terjadi hipersplenisme yang selanjutnya menyebabkan
makinmemburuknya anemia serta trombositopenia (Supandiman, 1997).
Terjadi peningkatan insiden leukimia pada orang-orang yang terkena radiasi sinar
rontgen (terkena radiasi ledakan bom aom, yang dapat terapiradiologis dan para dokter
ahli radiologis).Diduga peningkatan insiden ini karena akibat radiasi akan merendahkan
resistensi terhadap bahan penyebableukimia tersebut (Supandiman,1997). Selain faktor
diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab leukimia akut yaitu faktor
genetika,lingkungan dan sosial ekonomi, racun, status imunologi, serta kemungkinan
paparan virus keduanya. Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen
pengalkilasi,epindophy ilotoGin. Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu
dwonsindrom, bloom syndrom, fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia
pemicu leukimia yaitu benzen. Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok,
minum alkohol keduanya (Dipiro,et al 2005).
7
cytochemical sangat membantu untuk menentukan apakah leukimia akut adalah
keturunan myeloid atau limfoid.
Umum : Biasanya terjadi 1-3 bulan dengan gejala yang tidak jelas seperti
kelelahan,kurangnya toleransi latihan, nyeri dada dan perasaan yang tidak enak.
Gejala : Pasien melaporkan penurunan berat badan, malaise, kelelahan, dan palpitasidan
dyspnea saat beraktivitas gejala lain yang dapat muncul yaitu demam,menggigil, dan
kerasnya sugestif infeksi, memar p(erdarahan vagina yang berlebihan, epistaksis,
ekimosis dan petechiae) nyeri tulang,kejang,sakit kepala dan diplopia.
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait dengan
sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke
organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly,
hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke
sitopenia (Friehling et al,2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi,
manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi sumsum tulang yang akan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian (Friehling et al, 2015). Istilah HL-A
(Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO).
Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetik, sehingga adanya peranan
faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan. Prosesnya
meliputi : normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast (David, 2015).
8
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel
yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia
menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan elemen di
darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk menghilangkan sel
normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari
leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifestasi yaitu anemia
dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena produksi platelet
yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan
nyeri. Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan akhirnya fibrosis,
leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadinya peningkatan tekanan intra
kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala, latergi, papil edema, penurunan
kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2015).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA yang paling sering
muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%), manifestasi
perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%). Hepatosplenomegali
terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan keluhan. Pemeriksaan
laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan neutropenia yang
menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel tersebut. Dapat
juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2011).
9
2.5 Komplikasi Penyakit Leukemia
1. Kelelahan(fatigue)
Jika leukosit yang abnormal menekan se-sel darah merah, maka anemia dapat
terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari keadaan anemia tersebut. Proses terapi
leukimia juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan(bleeding)
Penurunan jumlah trombosit dalam darah(trombositopenia) pada keadaan
leukimia dapat menggangu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan
pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
3. Rasa sakit (pain)
Rasa sakit pada leukimia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini
disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
4. Pembesaran limpa(splenimegali)
Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan leukimia sebagian
berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan
beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan(excess clotting)
Beberapa pasien dengan kasus leukimia memproduksi trombosit secara
berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam
darah(trombositos) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan
stroke.
6. Infeksi
Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukimia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukimia juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
7. Kematian
10
2.6 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Leukemia
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah, demikian pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan
gejala yang terlihat dari darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang
berupa adanya pansitopenia, limositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton.
2. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem lain
terdesak
3. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak
B. Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakan suatu leukimia
meningeal. Kedaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk
pencegahannya adalah dengan pemberian metotreksat (MTX). (Ngastiyah, 1997).
Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
11
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5%
baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-
gajala yang tampak.
b. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke
sistem saraf pusat. Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remis
c. Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
2) Fase profilaksis
sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah
invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem
saraf pusat. Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan
dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah
sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
d. Pengobatan imunologik bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia
yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
12
e. Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar
gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
f. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain
itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel
darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-
80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu
1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan
pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan
pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon
terhadap pengobatan.
g. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi
trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi
infeksi.
2.8 Pencegahan Penyakit Leukemia
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena leukimia, diantaranya :
1. Berolahraga secara teratur
2. Menghentikan kebiasaan merokok
3. Menggunakan alat pelindung diri, terutama jika bekerja di lingkungan yang
rentan terpapar bahan kimia, seperti benzena
4. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin
5. Menjaga berat badan ideal
6. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
13
BAB III
B. Keluhan Utama
An. B mengatakan sesak napas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan
sendi.
14
D. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
-
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
F. Keadaan Umum
Kesadaran/GCS : Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 80/50 mmHg N : 80 x/menit
RR: 34 x/menit S : 38,6ºC
BB : 22 kg LILA :
d. Hidung
1) Ukuran dan bentuk hidung : Hidung mancung
2) Kesimetrisan : Hidung tampak simetris
15
3) Kebersihan : Hidung terlihat bersih dan tidak ada discharge
4) Palpasi sinus : Tidak ada nyeri tekan
5) Ketajaman penciuman : Penciuman baik dan normal
6) Alat bantu nafas : Menggunakan otot bantu napas
e. Mulut
1) Kesimetrisan : Mulut tampak simetris
2) Warna dan tekstur bibir : Warna sedikit pink pucat dan bibir
terlihat kering
3) Rongga mulut, lidah, dan bau : Mukosa mulut tampak bersih,
kondisi lidah bersih, dan tidak berbau
4) Gigi (karies) : Jumlah gigi lengkap, tidak terdapat karies
5) Tonsil : Tidak bengkak
6) Kualitas suara : Baik
7) Lesi dan massa : Tidak terdapat luka dan massa
8) Gigi palsu : Tidak terpasang gigi palsu
2. Leher :
1) Kesimetrisan : Leher tampak simetris
2) ROM leher : Normal, leher bisa bergerak dengan baik menoleh kanan
dan kiri
3) Palpasi trakea : Tidak teraba deviasi trakea
4) Palpasi kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan
tidak ada nyeri tekan
3. Dada :
a. Paru-paru
1) Inspeksi : Dada tampak simetris, tidak ada lesi, denyutan
pernapasan normal
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan edema
3) Perkusi : Tidak dilakukan pengkajian
4) Auskultasi : Napas vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi : Denyutan jantung normal, tidak ada edema
2) Palpasi : Tidak dilakukan pengkajian
3) Perkusi : Tidak dilakukan pengkajian
4) Auskultasi : Terdengar bunyi detak jantung normal (lub dup)
16
1) Kesimetrisan : Tangan terlihat simetris
2) CRT : > 3 detik
3) Warna kulit : Warna kulit merata dan tidak ada bercak (panu)
4) Kelembapan dan tekstur : Kulit terasa lembab, tekstur kulit halus
5) Lesi : Tidak ada
6) Edema : Tidak ada
6. Abdomen
a. Inspeksi :
1) Warna kulit : Merata
2) Pergerakan (pernafasan perut) : Normal
3) Lesi dan massa : Tidak terdapat lesi dan massa
4) Lokasi pembedahan : Tidak terdapat bekas lokasi pembedahan
b. Auskultasi : Bising usus normal
c. Perkusi : Tidak dilakukan pengkajian
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat massa
9. Kaki
1) Kesimetrisan : Bentuk kaki simetris
2) Warna kulit : Warna kulit merata
3) Kelembapan dan tekstur : Kulit teraba lembab, kulit telapak kaki
pecah-pecah
4) Lesi : Tidak ada
5) Edema : Tidak ada
6) Kemampuan berjalan : Tidak memakai alat bantu jalan
10. Punggung
1) Kelembapan kulit : Kulit teraba lembab
2) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
3) Lesi : Tidak terdapat lesi
17
H. Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Didapatkan hasil lab : Hb : 6,7gr/dl, leukosit : 70.500 ml³, trombosit : 44.000 ml.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas bd oksigen tidak dapat terdistribusi dengan baik
2. Hipertermi bd proses infeksi
3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksia, mual dan
muntah
J. Analisis Masalah
Limfosit imatur
berpoliferasi di sumsum
tulang belakang dan sel
perifer
Mengganggu
18
perkembangan sel
normal
Haemopoesis normal
terhambat
Penurunan produksi
eritrosit
Hemoglobin menurun
Pengangkatan O2 oleh
darah menurun
Oksigen tidak
terdistribusi dengan baik
Menghasilkan leukosit
yang imatur lebih banyak
Leukosit imatur
menyusup ke sumsum
tulang
19
Limfosit imatur
berpoliferasi di sumsum
tulang belakang dan sel
perifer
Mengganggu
perkembangan sel
normal
Haemopoesis normal
terhambat
Penurunan produksi
leukosit
Mempengaruhi sistem
retikulo endothelial
Gangguan pertahanan
tubuh
Infeksi
Peningkatan laju
metabolisme
Hipertermi
3. DS : Faktor eksternal (agent, Gangguan nutriri kurang
- Pasien obat-obatan, radiasi) dari kebutuhan tubuh
mengatakan
ia mual dan
muntah
DO : Menyebabkan sel
- BB turun tumbuh melebihi normal
- Pembesaran dan ganas
limfa
- Pembesaran
hati Sel muda yang
- Hb : 6,7 seharusnya membentuk
gr/dl limfosit berubah ganas
- Leukosit :
20
70.500 ml³ Muncul sel kanker
Menghasilkan leukosit
yang imatur lebih banyak
Leukosit imatur
menyusup ke sumsum
tulang
Limfosit imatur
berpoliferasi di sumsum
tulang belakang dan sel
perifer
Mengganggu
perkembangan sel
normal
Haemopoesis normal
terhambat
Penurunan produksi
eritrosit
Anemia
Diagnosis Keperawatan I
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan oksigen tidak terdistribusi dengan
baik
21
Tujuan : Pertukaran gas dapat terdistribusi dengan baik
Kriteria Hasil : RR 24x/menit, pasien tidak mengeluhkan sakit kepala, Hb normal,
SaO2 > 95%, Hasil AGD menunjukkan nilai normal PO2 80-100, PCO2 35-45, pH
7-7,5
INTERVENSI RASIONAL
Atur posisi klien semifowler Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya bernapas.
Berikan oksigen dan pantau efektifitasnya Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia
yang terjadi akibat penurunan ventilasi paru.
Tingkatkan pola pernapasan yang optimal Mengoptimalkan pertukaran gas alveoli
dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dengan pembuluh darah
dan karbondioksida dalam paru
Tingkatkan bedrest, batasi aktivitas dan bantu Menurunkan konsumsi oksigen selama
kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai periode penurunan pernapasan dan dapat
keadaan pasien. menurunkan beratnya gejala
Ajarkan breathing exercise Meredakan pola nafas yang tidak teratur
Berikan obat antiaritmia, jika perlu Memberikan perawatan dengan memberikan
bantuan farmakologi yang dapat menunjang
proses perawatan
Diagnosis Keperawatan II
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam suhu tubuh pasien kembali normal (36,6 C –
37,2 C).
22
Kriteria Hasil : Suhu Normal antara 36,6 C – 37,2 C, tanda-tanda infeksi
berkurang atau hilang, kulit berwarna normal, turgor lentur, membrane mukosa
lembab.
INTERVENSI RASIONAL
Monitor tanda-tanda vital, mengumpulkan Untuk menentukan tindakan dan mencegah
dan menganalisis dara kardiovaskular komplikasi pada pasien.
pernapasan dan suhu tubuh.
Kompres menggunakan waslab dingin( atau Konduksi suhu membantu menurunkan suhu
kantong es yang dibalut dengan kain) di tubuh yang memungkinkan pelepasan panas
aksila, kening, tengkuk, dan lipatan paha. secara konduksi dan evaporasi.
Anjurkan menggunakan pakaian yang Pakaian yang minimal akan membantu
berlebihan dan tutupi pasien d mengurangi pengupan tubuh.
engan selimut saja
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 L Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
per/hari, dengan tambahan cairan selama penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga
aktivitas yang berlebihan atau aktivitas perlu diimbangi dengan intake cairan yang
sedang dalam cuaca panas. banyak.
Pantau suhu dan warna kulit minimal setiap 2 Untuk mengetahui adanya perubahan yang
jam, sesuai dengan kebutuhan. terjadi pada pasien
Aktivitas kolaboratif: Memberikan perawatan dengan memberikan
Berikan obat antipiretik, jika perlu bantuan farmakologi yang dapat menunjang
proses perawatan
23
Kriteria Hasil : pasien menunjukkan nafsu makan meningkat, tidak adanya anoreksia,
berat badan klien dalam keadaan stabil atau naik.
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah Mengetahui faktor yang menyebaabkan mual
dan muntah.
Sajikan makanan dengan tampilan menarik Meningkatkan nafsu makan anak agar
yang berprotein/ kalori sangat tinggi yang kebutuhan nutrisi tercukupi atau terpenuhi
disajikan pada saat individu ingin makan dan mendukung proses metabolic pasien
yang berisiko tinggi terhadap malnutrisi
Berikan porsi makan porsi kecil tapi sering Untuk mengurangi perasaan tegang pada
(enak kali per hari ditambah dengaan lambung sehingga diberikan makanan sedikit
makanan kecil) tapi sering.
Pantau kebutuhan cairan dan elektrolit klien Mencegah terjadinya kekurangan cairan dan
elektrolit pada klien
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Bekerjasama dalam pemberian nutrisi pasien
memnutukan protein pasien yang mengalami agar adekuat dan tepat.
ketidakadekuatan asupan protein
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
24
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan
jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi.
Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling sering di
jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit primitive. Leukemia
granulostik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang
dewasa biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup
jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar
sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak,
merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini hamper brsifat fatal. Obat
yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.
Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom, bloom sydrom, fanconi
anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu benzen. Kebiasaan
hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol keduanya.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering bersama
dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Diagnose keperawatan yang dapat
ditemukan dari pasien dengan gangguan sel darah putih adalah gangguan pertukaran gas,
hipertermi dan resiko ketidak adekuatan nutrisi. Oleh karena itu sebagai seorang perawat
harus mampu memberikan asuhan keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke
keadaan yang lebih baik.
4.2 Saran
1. Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan pasien
dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan.
2. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena itu dibutuhkan perbaikan
makalah ini agar lebih baik dan lengkap.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Leukemia.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A.( 2002). Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI. Halaman : 416 – 418.
25
Rahmatillah, D. L. (2019). Edukasi dan Deteksi Dini Penyakit Leukemia Pada Masyarakat di
RPTRATunas Harapan Sunter Jakarta . Jurnal Berdikari , 44-47.
Rofinda, Z. D. (2012). Kelainan Hemostasis Pada Leukemia . Jurnal Kesehatan Andalas , 68-
74.
David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal, hlm.77–89
26