Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER”

Dosen Pengampu : Ismail Fahmi, M.Kep, Ners, Sp.Kep MB

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Resti azaizah syaputri PO71201190007


2. Muhammad ananda yaniko PO71201190008
3. Dina permatasari PO71201190009
4. Dini permatasari PO71201190010
5. Nadia savitri PO71201190011
6. Wiyne Emilia pransisca PO71201190012

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TK II

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita, sehingga kami tim penyusun berhasil menyelesaikan makalah
sederhana ini. Shalawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat nya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat membaca dan  mempelajari
tentang “Gangguan pembuluh Darah Perifer”. Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang
tak retak. Makalah yang kami susun ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, kami sebagai tim penyusun sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Jambi, Agustus 2020

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................1
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................1

Bab II Pembahasan......................................................................................................................2

A. Konsep penyakit..............................................................................................................2
1. Definisi......................................................................................................................2
2. Etiologi......................................................................................................................2
3. Patofisiologi..............................................................................................................2
4. Manifestasi klinis......................................................................................................3
5. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................4
B. Konsep keperawatan.......................................................................................................5
1. Pengkajian ................................................................................................................5
2. Diagnose....................................................................................................................7
3. Intervensi dan rasional..............................................................................................8

Bab III Penutup.........................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12

Daftar pustaka..........................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
System pedaran darah adalah kesatuan organ yang berperan dalam proses
transportasi yang terjadi dalam tubuh manusia tentunya apabila kita mendengar hal
tersebut secara otomatis pikiran kita akan langsung teringat pada darah pembuluh
darah jantung dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sistem peredaran darah
dimana darah bertindak sebagai penyalur zat-zat yang terkandung dalam darah
pembuluh darah sebagai media penyalur nya dan jantung bertindak sebagai mesin
yang membantu proses peredaran darah melalui pembuluh darah Namun apabila
terjadi ketidakseimbangan pada proses tersebut akan terjadi gangguan gangguan yang
dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terutama jika terjadi pada
pembuluh darah.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari gangguan pembuluh darah perifer?
2. Apa saja etiologi dari gangguan pembuluh darah perifer?
3. Bagaimana patofisiologi dari gangguan pembuluh darah perifer?
4. Apa saja manifestasi klinis dari gangguan pembuluh darah perifer?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gangguan pembuluh darah perifer?
6. Bagaimana pengkajian dari gangguan pembuluh darah perifer?
7. Apa saja diagnose gangguan pembuluh darah perifer?
8. Apa saja intervensi dan rasional gangguan pembuluh darah perifer?
C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan definisi dari gangguan pembuluh darah perifer?
2. Menjelaskan etiologi dari gangguan pembuluh darah perifer?
3. Menjelaskan patofisiologi dari gangguan pembuluh darah perifer?
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari gangguan pembuluh darah perifer?
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari gangguan pembuluh darah perifer?
6. Menjelaskan pengkajian dari gangguan pembuluh darah perifer?
7. Menjelaskan diagnose gangguan pembuluh darah perifer?
8. Menjelaskan intervensi dan rasional gangguan pembuluh darah perifer?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep penyakit
1. Definisi
Penyakit pembuluh darah perifer mempengaruhi sirkulasi darah ke bagian
tubuh yang ekstremitas. Penyakit vaskuler termasuk segala kondisi yang
mempengaruhi sistem peredaran darah. Ini mencangkup dari penyakit-penyakit
arteri-arteri, vena-vena dan pembuluh-pembuluh limfa sampai kekacauan-
kekacauan darah yang mempengaruhi sirkulasi. (Suzanne C Smeltzer,2001)
2. Etiologi
1) Gagal jantung
2) Infeksi
3) Perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfe
4) Proses penuaan (Suzanne C Smeltzer,2001)
3. Patofisiologi
Penurunan aliran darah melalui pembuluh darah perifer merupakan tanda pada
semua penyakit vaskular perifer. Efek fisiologis berubahnya aliran darah
tergantung pada besarnya kebutuhan jaringan yang melebihi suplai oksigen dan
nutrisi yang tersedia. Bila kebutuhan jaringan tinggi, maka bila terjadi sedikit
penurunan aliran darah dapat mengganggu pemeliharaan integritas jaringan
sehingga jaringan menjadi iskemia (kekurangan suplai darah), malnutrisi dan
kematian apabila kekurangan aliran darah tersebut tidak diperbaiki.
Gagal jantung aliran darah perifer yang tidak memadai terjadi bila kerja
pemompaan jantung tidak efisien. Gagal jantung kiri menyebabkan penimbunan
darah di paru dan penurunan aliran ke depan atau curah jantung. Gagal jantung
kanan menyebabkan kongesti Vena sistemik dan penurunan aliran darah.
Perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfa. Pembuluh darah yang utuh,
paten dan responsif diperlukan untuk menyalurkan Oksigen yang cukup ke
jaringan dan mengangkat sampah metabolism. Arteri dapat mengalami obstruksi
akibat plak aterosklerosis, trombus dan embolus. Arteri dapat rusak atau
mengalami obstruksi akibat trauma kimia atau mekanis, infeksi atau proses radang,
gangguan vasospastik dan malformasi kongenital. Oklusi Arteri yang mendadak

2
menyebabkan iskemia berat pada jaringan, sering irreversible dan berakhir dengan
kematian jaringan. Bila oklusi Arteri berlangsung secara bertahap, resiko kematian
jaringan mendadak lebih rendah karena sirkulasi kolateral mempunyai kesempatan
untuk berkembang.
Aliran darah vena menurun akibat trobut yang menyumbat Vena, katup Vena
yang inkompeten, atau oleh menurunnya efektivitas kerja pemompaan otot
disekitarnya. Penurunan aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekanan
Vena, diikuti peningkatan tekanan hidrostatik perifer, filtrasi bersih cairan keluar
dari kapiler ke rongga interstitial, dan selanjutnya terjadi edema. Jaringan edema
tidak mampu menerima nutrisi yang memadai dari darah dan sebagai
konsekuensinya jaringan tersebut lebih peka terhadap kematian dan infeksi.
Sumbatan pembuluh limfe juga dapat mengakibatkan edema. Pembuluh limfe
dapat mengalami penyumbatan oleh tumor atau kerusakan akibat trauma mekanis
atau proses radang.
Proses penuaan menghasilkan dinding Pembuluh darah yang mempengaruhi
transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan. Lapisan intima menebal sebagai akibat
proliferasi seluler dan Fibrosis. Serabut elastis Di lapisan media mengalami
klasifikasi, tipis dan terpotong dan kolagen tertimbun Di lapisan intima maupun
media. Perubahan tersebut mengakibatkan kekakuan Pembuluh darah, yang
meningkatkan tekanan perifer gangguan aliran darah, dan peningkatan kerja
ventrikel kiri.
4. Manifestasi klinis
1) Nyeri
Nyeri berat seperti kram pada ekstremitas disebabkan oleh
ketidakmampuan system arteri mencukupi kebutuan aliran darah kejaringan
saat menghadapi peningkatan kebutuhan akan nutrisi. Karena jaringan dipaksa
menyelesaikan siklus energy tanpa nutrisi, maka akan dihasilkan metabolit otot
dan asam laktat. Nyeri akan dirasakan ketika metabolit mengganggu ujung
syaraf jaringan sekitarnya.
2) Perubahan kulit
Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas yang
dingin dan pucat, kekurangan oksigen, sianosis.
3) Denyut nadi lemah
Penyakit arteri oklusif mengganggu aliran darah dan dapat menurunkan
atau menghilangkan denyutan nadi pada ekstremitas.
3
4) Edema
Penurunan aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekanan vena,
diikuti peningkatan tekanan hidrostatik perifer, filtrasi bersih cairan keluar dari
kapiler ke rongga intertisial, dan selanjutnya terjadi edema
5) Ganggren
Gangguan akan terjadi setelah iskemia berat yang lama dan
menunjukan adanya nekrosis jaringan.
5. Pemeriksaan penunjang
a. ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi
dalam kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm
atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia
kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan ECG mencakup perubahan
gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan hantaran atrioventrikularis dan
intraventrikel serta aritmia bersifat non spesifik untuk penyakit jantung koroner
aterosklerotik.
b. Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah
suatu faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian
juga peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan
adanaya risk factor lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
 Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
 Sel darah Putih (SDP) : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak
sehubungan dengan proses inflamasi.
 Kecepatan sedimentasi : apabila meningkat maka menunjukkan adanya
inflamasi.
 Kimia : mungkinnormal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis.
 Kolesterol atau trigeliserida serum : meningkat, menunjukkan
arteriosclerosis.
c. Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari
pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat
aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan dilihat juga seberapa
4
besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo yang dapat
memotret dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan tindakan yang akan
dilakukan akan tepat sasaran.
d. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan
biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
e. Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga
gagal jantung koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping
untuk mengetahui seberapa besar adanya pembesaran jantung, juga untuk
mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama paru.
Dengan adanya photo thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia
atau infeksi lain sehingga faktor penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani
dengan cepat.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan
daerah.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler
perifer, gejala yang mudah diamati adalah nyeri sperti krem yang hilang
saat istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor
penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah
kondisinya. Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi
pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit
hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan vaskuler.
d) Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

5
c. Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu,
tenggorokan dan gangguan menelan.
b) Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi
abdomen, tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
c) Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d) Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan
gangguan penglihatan.
e) Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan
menurun terutama pada daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma,
ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam, paralisis
wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi secara verbal, kehilangan
pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
d. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan
untuk mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh,
gambaran dari tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari
peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan kegagalan jantung
dalam berkontraksi.
a) Keluhan atau adanya nyeri
Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri
muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul
sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis.
Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira
lokasi yang mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi
kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan
mempertegas kondisi pasien.
6
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting
dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan
kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan
kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga
tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac
output. Oleh karena itu pengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat perlu
dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh.
c) Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem
hemodinamik tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka
sirkulasi juga akan berkurang, demikian juga cairan dan keseimbangan
cairan akan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d) Pemamtauan perubahan penampakan dan temperature kulit
 Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
 Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas
tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana
pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi.
 Sianosis
 Rambut hilang
 Kuku rapuh
 Kulit kering
 Atropi dan ulserasi
 Edema bilateral atau unilateral
2. Diagnosa
1) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen.
3) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4) Deficit pengetahuan mengenai aktifitas perawatan diri.

7
3. intervensi dan rasional
1) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : meningkatkan suplai darah arteri ke ekstremitas.
a. Kriteria hasil :
 Ekstremitas hangat pada perabaan
 Warna ekstremitas membaik
 Melakukan seri latihan Bueger Allen 6 kali, 4 kali secukupnya
b. Intervensi
 menurunkan ekstremitas dibawah jantung.
Rasional : ekstremitas bawah yang tergantung memperlancar suplai
darah arteri.
 mendorong latihan jalan sedang atau latihan eksterimas bertahap.
Rasional : latihan otot memperbaiki aliran darah dan pertumbuhan
sirkulasi kolateral
 mendorong latihan postural aktif (latihan bueger Allen).
Rasional : dengan latihan postural, pengisian akibat grafitasi terganggu
sehingga pembuluh darah menjadi kosong.

Tujuan : mengurangi kongesti vena.

a. Kriteria hasil
 Mengurangi edema ekstremitas
b. Intervensi :
 Meninggikan ekstremitas diatas jantung.
Rasional : peninggian ekstremitas melawan tarikan gravitasi,
meningkatkan aliran balek vena, dan mencegah statis vena.
 Dilarang berdiri diam atau duduk terlalu lama.
Rasional : berdiri diem atau beridir lama mengakibatkan statis vena.
 Mendorong pasien untuk berjalan-jalan
 Rasional : berjalan-jalan memperbaiki aliran balek vena dengan
mengaktifasi pompa otot.

Tujuan : memperbaiki vasodilatasi dan mencegah penekanan perifer.

a. Kriteria hasil
 Tidak merokok

8
 Menghindari menyilang kaki
 Melindungu ekstremitas dari pejanan dingin
b. Intervensi :
 Menjaga suhu hangat dan menghindari suhu dingin.
Rasional : kengahatan memperbaiki aliran arteri dengan mencegah efek
vasokontriksi akibat dingin.
 Melarang merokok.
Rasional : nikotin menyebabkan vasospasme yang menghambat
sirkulasi perifer.
 Memeberikan penyuluhan cara menghinddari emosi, penatalaksaan
stres.
Rasional : stress emosional menyebabkan vasokontriksi perifer dalam
menstimulasi system saraf sismpatis.
 Memdorong menghinddari memakai pakaian dan aksesoris yang
mengikat (misal, sabuk yang terlalu ketat)
 Mendorong untuk menghindari menyilang kaki
Rasional : menyilangkan kaki menyebabkan penekanan pembuluh
darah dengan gangguan sirkulasi statis vena
 Mendorong untuk menghindari obat vasodilator dan penyekap
adrenegik sesuai resep dengan pendekatan keperawatan yang sesuai.
Rasional : vasodilator melemaskan otot polos, bahan adrenergic
menyekat respon terhadap impuls saraf simpatis atau sirkulasi
ketokolamin.
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen
Tujuan : menghilangkan nyeri.
a. Kriteria hasil :
 Nyeri hilang atau berkurang
b. Intervensi :
 Memperbaiki sirkulasi.
Rasional : perbaikan sirkulasi perifer meningkatkan oksigen yang
disuplai ke otak dan megurangi akumulasi metabolit yang
menyebabkan spasme otot.

9
 Memberikan nalgetik sesuai dengan resep dengan pendekatan
keperawatan yang sesuai.
Rasional : analgetik mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien
berpartisispasi dalam aktifitas dan latihan memperbaiki sirkulasi.
3) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : pencapaian atau mempertahankan integritas jaringan.
a. Kriteria hasil :
 Menghindari trauma dan iritasi kulit
 Mengenakan sepatu pelindung
 Setia kepada aturan hygiene
 Makan diet seimbang yang mengandung cukup protein, vitamin B dan
vitamin C
b. Intervensi :
 Menginstruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
Rasional : jaringan dengan nutrisi buruk peka terhadap trauma dan
infeksi bakteri, penyembuhan luka melambat dan berhenti sehubungan
dengan perfusi jaringan yang buruk.
 Memdorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah
yang tertekan.
Rasional : sepatu dan bantalan pelindung mencegah cedera dan lepuh.
 Mendorong hygiene ketat mandi dengan sabun netral, mengoleskn
pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
Rasional : sabun netral dan pelembab mencegah kekeringan dan pecah-
pecah kulit.
 Diperingatkan untuk menghindari gosokn atau garukan kuat.
Rasional : menggaruk dan menggosok dapat menyebabkan abrasi kulit
dan invasi bakteri.
 Promosi nutrisi yang baik asupan vitanib B dan C yang adekuat dan
protein, mengontrol obesitas.
Rasional : nutrisi yang bagus akan berguna pada proses penyembuhan
dan mencegah kerusakan jaringan.
4) Deficit pengetahuan mengenai aktifitas perawatan diri.
Tujuan : patuh dalam menjalankan program perawatan diri.
a. Kriteria hasil :

10
 Melakukan perubahan posisi sesering yang dianjurkan
 Melakukan latihan postural sesuai yang dianjurkan
 Minum obat sesuai resep
 Melakukan upaya pencegahan trauma
 Melaksanakan program penatalaksaan stress
b. Intervensi :
 Mengikutsertakan keluarga atau orang terdekat dalam program
penyuluhan
Rasional : kepatuhan dalam program perawatan dalam meningkat
apabila pasien menerima dukungan dari keluarga dan kelompok
dukungan diri yang sesuai.
 Memberikan instruksi tertulis mengenai perawatan kaki, tungkai, dan
program perawatan.
Rasional : instruksi tertulis sebagai pengingat dan penguat informasi.
 Merujuk kekelompok bantuan diri sesuai keperluan, missal klinik
penghentian rokok, penatalaksaan stress, penatalaksaan berat badan,
dan program latihan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembuluh darah merupakan media penyalur zat-zat yang bermanfaat bagi
tubuh yang terkandung dalam darah ke seluruh bagian tubuh. Jenis pembuluh darah
ada tiga yaitu pembuluh nadi, vena dan kapiler.
Penyakit pembuluh darah perifer mempengaruhi sirkulasi darah ke bagian
tubuh yang ekstrimitas. Penyakit vaskular termasuk segala kondisi yang
mempengaruhi sistim peredaran darah . Ini mencakup dari penyakit-penyakit arteri-
arteri, vena-vena dan pembuluh-pembuluh limfa sampai ke kekacauan-kekacauan
darah yang mempengaruhi sirkulasi. (Suzanne C Smeltzer, 2001)

B. Saran
Setelah berpanjang lebar dalam pembahasan makalah ini, tentunya tak luput
dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penyampaian materi, penulisan serta
penyusunannya. Dari itu kami mohon maaf dan dengan tangan terbuka serta hati yang
lapang penulis mohon saran dan kritik dari para pembaca. Semoga kita semua dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
3. Prof.dr. Achmad Tjarta,Dkk.1999. Dasar Patologis Penyakit. Jakarta :EGC
4. Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
5. Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

13

Anda mungkin juga menyukai