KORONER
NAMA ANGGOTA :
LENI KOSAPLAWAN
LINDA RUMAPASSAL
ROSSA LUTURMAS
WELMINCI SABONU
JUSMIANTI
SEMESTER : III
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan Hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah ini kami ambil adalah “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER”
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran yang yang
membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikin akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
membantu semua pihak untuk mengetahui sistem metabolisme tubuh.
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan......................................................................................................1
3.1 Pengkajian...........................................................................................6
3.3 Implementasi.....................................................................................7
3.4 Implementasi....................................................................................8
3.5 Evaluasi.............................................................................................9
4.2 Saran...............................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu
penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada
tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab kematian pertama di negara
berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada
tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini
dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang
disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang
meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting
timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain
yang saling terkait (Anonimª, 2006).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP PENYAKIT JANTUNG KORONER KONSEP MEDIS
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner adalah istilah
umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan
jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14).
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak
pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.arteri
koroner merupakan arteri yang menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang
banyak.terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor genetik, usia dan
penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal 48)
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan
pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol
irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian. (Hermawatirisa,2014:hal2)
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan trigliserida
yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari
dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang
ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung
berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah
yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang 2 menyebabkan
pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada kecenderungan
penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya
pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “tren
penyakit”baru yang bersifat degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada
masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak
jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika
intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling
sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty, 2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel
lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera
pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam
lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty,
2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel
darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih
melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak
sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B,
dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang
mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah
putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro
sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial,
monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin,
yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot polos
yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas
lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri.
Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk
bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah
struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan
deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-
arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga
menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang
tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi
Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &
sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit 4 makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh
Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2011:hal 6).
4. Pusing
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Untuk
menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan
memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi
saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.
Hiperlipidemi, Hipertensi, Merokok, Diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik, Stress, Jenis
Kelamin, Obesitas dan Genetik.
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak
ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner,
ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat
melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard. 6 a. Terjadi
saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya berlangsung> 10 menit. b. Sudah parah dan
onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih
berat, berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya).
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot jantung
(Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang signifikan, Namun dua
pertiga dari orang dengan Angina Varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit
satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak
umum dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda mempunyai
risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai : penyakit arteri koroner yang
mendasari, merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain).
Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung
bisa terjadi.
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme hebat yang
berlangsung lama. Infark Miokard terbagi menjadi 2, yaitu :
Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:
1. Disfungsi ventricular
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST Infark miokard
Angina tak stabil.
6. Syok kardiogenik
8. Perikarditis
3.1 Pengkajian
Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi, sejak itu klien
atau jantung.
Kognitif :
atau cucunya.
Pemeriksaan fisik
Sistem integument
tipis dan bersih , tidak botak, hematom pada perut kuadran kanan
bawah..’\
Head to toe
1. Kepala
2. Muka
8. Thoraks
Paru
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi +/-, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan
simitris.
9. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan
ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan.perkusi dullness.
Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3
detik
10. Abdomen
Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan pada kuadran kanan
bawah, pembesaran hepar 2 jari lunak.
11. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu
12. Ekstrimitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 4/4, gerak yang tidak disadari
Laboratorium
Tanggal : 3-12-2005
Hasil:
Hb : 11,9 13 - 15
Hematokrit : 35 40 – 48
Leukosis : 6300
TRombosit : 255.000
Diff : -/-/2/73/24/1
AGD :
- PH : 7.492
- Po2 : 133,4
- PCo2 : 23,6
- HC03 : 17,9
- Sat O2 : 98,8
Na : 138
K : 5,3
Cl : 101
Ureum : 14
Creatinin : 210
SGOT : 111,3
SGPT : 360
Albumin : 3,8
Gula darah puasa : 97
Urinalisi
- Bakteri : +
- Protein : 2 – 4
Ck : 771
CKMB : 100
Radiologi
Tanggal : 3-12-2005
Hasil/kesan : CTR > 50 % ( kardiomegali )
ECG
Tanggal : 12-12-2005
Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3.
Tanggal : 5-12-2005
Hasil/kesan : Irama sinus, HR 110 x/mnt ireguler , axis, LAD
Echocardiographi
Tanggal : 7-12-2005
Kesimpulan : LVH, RVH, CAD pada anterior
I. Terapi
Obat-obatan:
1.Obat Oral
-Clotix 75 mg 1 x 1
-Aspilets (cardio aspion) 1 x 1
-Cedocard 5 mg 3 x 1
-Lipitor 40mg 1 x 1
-Xanax 0,25mg 2 x 1
-Ranitidin 150 mg 2 x 1
-Avelox 400mg 1 x 1
2.Obat Injeksi
- Dobutamin 5cc/i
-Lovenox 0.6ml/13 j(sc)
-Pchidine 25 g
Diet
Diet Jantung ( 1700 kal ), RG
Pengelompokan Data:
DS:
“dada saya nyeri”
“saya sesak”
“saya keringat dingin”
“saya pusing”
“saya batuk”
“saya lemas”
DO:
-Pasien tampak meringis dan memegang dada.
-RR:28 x /i
-TD:150mmhg
-Sputum
-Nadi:90 x/i
-berbaring ditempat tidur
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
DO:
-RR:28 x /i
-TD:150mmhg
“saya gelisah”
DO:
-RR:28 x/i
-os cemas
*Aktual
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada
arteri koronaria ditandai dengan dada nyeri,sesak,keringat dingin,tampak meringis dan memegang
dada,RR:28 x /I,TD:150mmhg.
2. Ganguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan hipoksia ditandai oleh sesak,tidak bebas
bergerak,gelisah,RR:28 x/I,berbaring ditempat tidur,os cemas.
*Potensial
3.3 Implementasi
Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria ditandai dengan dada nyeri,sesak,keringat dingin,tampak meringis dan
memegang dada,RR:28 x /I,TD:150mmhg.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada.
1.Berikan oksigen
4. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
7. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
8. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
DX 2: Ganguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan hipoksia ditandai oleh sesak,tidak bebas
bergerak,gelisah,RR:28 x/I,berbaring ditempat tidur,os cemas.
Kriteria hasil: Pada tanggal 23 januari 2012,keluhan sesak nafas ,batuk,gelisah hilang.
Rencana Tindakan :
1.Berikan oksigen
Rencana tindakan :
2.Catat frekuensi jantung,irama,dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktifitas.
3.4 Implementasi
Dx 1:
1.Memberikan oksigen
4. Menganjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
8. Mengukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
Dx 2:
1.Memberikan oksigen
DX 3 :
2.mencatat frekuensi jantung,irama,dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktifitas.
3.5 Evaluasi
Dx1:
Dx2:
Dx 3:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun saran yang dapat dilakukan dalam melaksanakan gawat darurat, terutama pada sistem
kardiovaskuler dengan gangguan arteri koroner, antara lain :
1. Perawat
1. Melakukan tindakan gawat darurat yang benar pada pasien gangguan sirkulasi koroner.
2. Pendokumentasian yang baik perlu dilakukan karena dapat dijadikan petunjuk dasar atas
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada klien.
3. Peningkatan kerja sama antara tim kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang baik.
2. Pasien
4. Berhenti merokok
DAFTAR PUSTAKA
Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Kandas media
(Imprint agromedia pustaka).
fakultas kedokteran.
Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan penyakit
jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu keperawatan