Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PJK PADA LANSIA

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik


Dosen pengampu : Bambang Soekotjo, SST.

Disusun oleh kelompok 2


Arinda Wijaya 181007
Asfary Zahidah Pangestuti 181008
Aurelia Rizky O 181009
Balkis Anisa Noer 181010
Bersa Aprilia Lestari 181011
Thauhid Aminulloh 181053

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr.SOEPRAOEN MALANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi


maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN PJK ( Penyakit Jantung Koroner ) pada Lansia
Makalah Asuhan Keperawatan PJK ( Penyakit Jantung Koroner )
pada Lansia ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Asuhan
Keperawatan PJK ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah Asuhan
Keperawatan PJK tentang Asuhan Keperawatan penyakit jantung coroner
Sebagai Individu. ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Malang, 05 November 2020

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 4
2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner.................................................. 4
2.2 Etiologi............................................................................................. 5
2.3 Patofisiologi...................................................................................... 7
2.4 Menifestasi Klinis............................................................................. 8
2.5 Komplikasi........................................................................................ 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................. 10
2.7 Penatalaksanaan............................................................................. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................... 14
3.1 Pengkajian....................................................................................... 14
3.2 Analisa Data..................................................................................... 17
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 18
3.4 Intervensi......................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP................................................................................ 22
4.1 Kesimpulan...................................................................................... 22
4.2 Saran............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan adalahsebuah proses yang pasti di alami semua
orang hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung
juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia
lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah
akibat dari sisa penyakit yang pernah di derita di usia muda,
penyakit karena akibat kebiasaan di masa lalu ( seperti : merokok,
minum alcohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang
mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila usia lanjut
semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang
multifactorial yang saling tumpeng tindih. Untuk itu kita harus
terlebih dahulu memahami mengenai konsep factor resiko dan
penyakit degenerative. Factor resiko adalah suatu kebiasaan,
kelainan dan factor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang
akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih
berpeluang menderita penyakit degenerative tertentu. Penyakit
degenerative adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab
dan selalu berhubungan engan satu factor resiko atau lebih, di
mana factor factor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan
penyakit degenerative itu. Penyakit degenaratif itu sendiri dapat
menjadi factor resiko untuk penyakit degenerative lain. Misalnya :
penyakit jantung, dan hipertensi merupakan factor resiko stroke.

1
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit
jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas, yaitu karena
adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang
satudengan penyakit yang lainnya.
Berdasarkan data yang di dapat dari penelitian di USA pada
tahun 2001, penyakit jantung yang sering ditemukan adalah
penyakit jantung coroner 13%, Infark Miokard akut 8%, Kelainan
Katup 4%, Gagal Jantung 2%, Penyakit Jantung Hipertensif dan
Hipertensi 1%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyakit jantung pada usia lanjut ?
2. Apa perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di
usia lanjut ?
3. Apa perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di
usia lanjut ?
4. Apa perubahan patologi anatomis yang terjadi pada
jantung di usia lanjut ?
5. Bagaimana tanda dan gejala penyakit di usia lanjut ?
6. Berapa jenis penyakit jantung pada usia lanjut ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi penyakit jantung pada usia
lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan anatomis yang terjadi pada
jantung di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada
jantung di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan patologi anatomi yang
terjadi pada jantung di usia lanjut

2
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung di
usia lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakit jantung pada usia lanjut

1.4 Manfaat Makalah


Sebagai sumber ilmu dalam menerapkan asuhan
keperawatan penyakit jantung pada lansia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan
arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan
dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di
sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen
yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen
(angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen
(miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,
1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai
dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah.
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra bertahap dan
tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang
mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses
pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.
(Medicastore.com,2008)

4
2.2 ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh
penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung
(pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh
berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran,
pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini
akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat
yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark
Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2. Kadar Kolesterol HDL rendah
3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4. Merokok
5. Diabetes Mellitus
6. Kegemukan
7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8. Kurang olah raga
9. Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun
(keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda
mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau
seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol
tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang
tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi
lemak dan kurangnya olah raga.

5
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung
koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan
diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam
menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung
koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh,
kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat
badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah
gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di
tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan
perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner,
maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral,
kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler,
1991).

6
2.3 PATOFISIOLOGI

7
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat,
atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher,
punggung, atau rahang)
2. Nyeri bag. dada
3. Sesak napas
4. Berdebar-debar
5. Denyut jantung lebih cepat
6. Pusing
7. Mual
8. Kelemahan yang luar biasa
9. Resiko dan insidensi
10. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang
paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di
USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko
dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan
bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan
dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh
individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka
kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,
1993).
11. Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner
dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan
diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam
menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler,
1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.

8
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung
koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh,
kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan
penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena
penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko
utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral,
kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler,
1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:
a) Berhenti merokok
b) Menurunkan tekanan darah
c) Mengurangi berat badan
d) Melakukan olah raga.

2.5 KOMPLIKASI
a. Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark
myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak
cukup.
b. Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
c. Gagal jantung kongestif
d. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
e. Diabetes.

9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan
derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk
memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita
dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan
jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda.
2. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen
ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita
sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya
jantung terlihat membesar.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor
resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum
berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis
akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa
ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi

10
berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk
adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai
tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang
menderita PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan
treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka
untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini
meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK
yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan
lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
5. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter
semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha,
lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah.
Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke
muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian
disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau
malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu
pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa
pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan
dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup
hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau
mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping
dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah

11
kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan,
dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner. (Carko, 2009)

2.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan
gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a. Perubahan gaya hidup :
1) Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan
sehat.
2) Berhenti merokok
3) Olah raga
4) Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
5) Kurangi stress
b. Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan
menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain
mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
1) Obat penurun kolesterol
2) Anti koagulan
3) Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam
arteri
4) Penyekat ACE
5) Penyekat BETA
6) Penyekat kalsium
7) Nitrogliserin
8) Nitrat
9) Obat Trombolitik
c. Prosedur khusus :
1) Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang

12
tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan
aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit
dada, dan mencegah serangan jantung.
2) Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass :
prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian
tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang
menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada
dan mencegah serangan jantung
3) Latihan / exercise
d. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko.
Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan
modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah
atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon
yang bisa dihubungi

1.1.2 Riwayat Keperawatan


1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan,
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari
pertama sakit.

2. Riwayat Keperawatan Dahulu


Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal
sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap
kanker atau tumor sebelumnya

1.1.3 Pemeriksaan Fisik


Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan
melihat adanya : massa tumor pada abdomen, kaji manifestasi
tumor wilm, kaji hasil pemeriksaan laboratorium.

a. Pola nutrisi dan metabolik


Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya

14
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan
seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena
adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.
BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi
urin : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria
,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot
dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
proses perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal
selama 1 minggu.
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal
karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise,
kelemahan otot dan kehilangan tonus.
e. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah,
edema, dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat
sembuh kembali seperti semula

f. Hubungan peran :

15
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit
yang kritis menyebabkan anak banyak diam.

16
1.2 ANALISA DATA

Data – data Masalah Keperawatan


Data subjektif :
Anak mengatakan nyeri di
daerah perutnya
Data objektif :
 Anak tampak memegang
daerah perutnya Nyeri akut

 Tekanan darah 140/110


mmHg
 Takikardi dan takipnea

Data subjektif :
Anak mengatakan tidak mau
makan
Data objektif : Kekurangan Nutrisi kurang dari

 Terjadi penurunan berat kebutuhan tubuh


badan
 Makanan tidak di habiskan

Data subjektif :
Anak mengatakan lemas dan
lelah
Data objektif :
 Terbaring lemas di tempat
Intoleransi aktivitas
tidur
 Anak kurang bersemangat
dalam beraktivitas
 Malaise

17
1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Kekurangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein
dan penurunan intake
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

18
1.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Nyeri Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan
berhubungan Pasien tidak mengalami 2. Lakukan tehnik pengurangan selanjutnya
dengan efek nyeri atau nyeri menurun nyeri non farmakologis 2. Sebagai analgesik tambahan
fisiologis dari sampai tingkat yang dapat 3. Berikan analgesik sesuai
neoplasia diterima anak. Dalam waktu ketentuan 3. Mengurangi rasa sakit
: .....x 24 jam 4. Berikan obat dengan jadwal 4. Untuk mencegah kambuhnya
Kriteria Hasil: preventif nyeri
- Secara subyektif 5. Hindari aspirin atau senyawanya 5. Karena aspirin meningkatkan
melaporkan nyeri kecenderungan pendarahan
berkurang / dapat
diadaptasikan, skala
nyeri berkurang
- Dapat mengidentifikasi
aktifitas yang
meningkatkan atau

19
menurunkan nyeri
- Klien tidak gelisah

Kekurangan Tujuan : 1. Catat intake dan output makanan 1. Monitoring asupan nutrisi bagi
Nutrisi kurang Dalam waktu …x 24 jam, secara akurat tubuh
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi tubuh 2. Kaji adanya tanda-tanda 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
tubuh dapat terpenuhi perubahan nutrisi : Anoreksi, secara berlahan
berhubungan Kriteria Hasil: Letargi, hipoproteinemia.
dengan Mendemontrasikan berat 3. Beri diet yang bergizi 3. Diare sebagai reaksi oedema
peningkatan badan stabil atau intestine dapat memperburuk
kebutuhan penambahan berat badan status nutrisi
metabolime, progresif kearah tujuan 4. Beri makanan dalam porsi kecil 4. Mencegah status nutrisi
kehilangan dengan normalisasi nilai tapi sering menjadi lebih buruk
protein dan laboratorium dan bebas dari 5. Beri suplemen vitamin dan besi 5. Membantu dalam proses
penurunan tanda malnutrisi sesuai instruksi metabolisme
intake.
Intoleransi Tujuan : 1. Pertahankan tirah baring bila 1. Mengurangi pengeluaran
aktivitas terjadi edema berat energi.
Setelah dilakukan
berhubungan 2. Seimbangkan istrahat dan

20
dengan perawatan selama …x 24 aktivitas bila ambulasi 2. Mengurangi kelelahan pada
`kelelahan jam, pasien dapat istirahat 3. Intrusikan pada anak untuk pasien
dengan adekuat istrahat bila anak merasa lelah 3. Untuk menghemat energy

Kriteria Hasil:

- Mampu melakukan
aktifitas sehari-hari.
- Mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial
yang saling tumpang tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab
dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor
resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.
Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular,
mewujudkan peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian

4.2 SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan
agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA.


http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-pada-
lansia_26.html. (Diakses: 6 November 2020)

Hariya Dika.2016. ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PENYAKIT JANTUNG


KORONER.
https://www.academia.edu/34722199/ASUHAN_KEPERAWATAN_LANSIA_DEN
GAN. (Diakses: 6 November 2020)

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.

Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai
penerbit buku kedokteran EGC.

Naga, Sholeh S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva
Press.

Savitri, Astrid. 2016. Waspadalah ! Masuk Usia 40 Ke Atas. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Pusdatin Kemenkes RI. 2014. Situasi Kesehatan Jantung. Dalam


http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/i nfodatin-
jantung.pdf (diakses tanggal 4 Maret 2018 pukul 10:30).

Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

23

Anda mungkin juga menyukai