Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa

(Depkes, 2010). Menurut Mehndiratta (dalam Dr. Sitti, 2017) Remaja

merupakan masa percepatan pertumbuhan kedua yang cepat setelah

anak-anak. Masa remaja atau adolenscence berasal dari bahasa latin

adolenscere yang berarti “tubuh” atau tumbuh menjadi dewasa.

Adolenscense mempunyai arti lebih luas mencangkup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik (Proverawati, 2017). Masa remaja atau

adolenscence artinya adalah berangsur-angsur menuju kematangan

secara fisik, akal, kejiwaan, dan sosial serta emosional (Ratna Dewi,

2012).

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologi, maupun intelektual

(Kemenkes, 2015). Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun (WHO,2019). Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 25

tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)

rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Berdasarkan

definisi tersebut dapat diartikan remaja adalah individu berusia 10-24

tahun, yang mengalami masa peralihan atau transisi dari anak-anak


menuju dewasa yang ditandai dengan adanya ciri-ciri seks sekunder

sampai kematangan seksual.

2.1.2 Dinamika Remaja

Remaja mengalami perubahan secara fisik, psikologi, dan sosial.

Menurut Ratna Dewi (2012), remaja dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Remaja Awal

a. Emosi tidak stabil: perasaan dan emosinya laksana hembusan badai

dan topan dalam kehidupan.

b. Sikap dan moral lebih menonjol: organ-organ seks sudah matang

sehingga mendorong remaja untuk mendekati lawan jenis, kadang

perilaku berlebihan dan kurang beretika.

c. Kemampuan mental dan kecerdasan/kemampuan berpikirnya mulai

sempurna.

d. Status yang tidak jelas: status remaja awal membingungkan

sehingga orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti-

ganti karena kadang-kadang masih khawatir memberi tanggung

jawab dengan alasan mereka masih kanak-kanak.

e. Masa kritis: kebimbangan remaja dalam menghadapi dan

memecahkan atau menghindari masalah menjadi indikasi krisisnya

masalah ini.

2. Remaja Akhir

a. Mulai stabil: dalam aspek-aspek fisik dan psikis, remaja

menunjukkan kestabilan emosi.


b. Lebih realistik: pada masa ini remaja mulai menilai dirinya apa

adanya, menghargai apa yang dimiliki keluarganya, orang-orang lain

seperti keadaan yang sebenernya.

c. Lebih matang menghadapi masalah: masalah yang dihadapi remaja

akhir relatif sama dengan remaja awal, tatapi kemampuan remaja

akhir yang telah lebih sempurna dan pandangan yang lebih realistis

yang menjadikan remaja akhir mampu memecahkan berbagai

masalah secara lebih matang dan realistis.

d. Lebih tenang perasaannnya: pada paruh akhir masa remaja akhir,

remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya

dibandingkan pada paruh awal masa remaja akhir.

2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja adalah menerima keadaan fisik dan

menggunakannya secara efektif. Menurut Yusuf (2017) tugas

perkembangan remaja, meliputi :

1. Hakikat Tugas Perkembangan

Tugas ini bertujuan agar remaja merasa bangga, atau bersikap

toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya

secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

2. Dasar Biologis

Siklus pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan

endokrin dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa.

Remaja adalah masa dimana seseorang harus belajar memahami fisiknya

(tinggi-pendeknya, gemuk-kurusnya, dan kuat-lemahnya).


3. Dasar Psikologis

Perubahan internal remaja tidak hanya paralel dengan perubahan

eksternal bentuk dan ukuran fisik, namun juga dengan perubahan sikap

dan interes, minat atau perhatiannya.

4. Dasar Budaya

Masyarakat sangat memperhatikan penampilan fisik dan

pemeliharaannya. Remaja pria dan wanita diajarkan unutk menampilkan

fisiknya yang menarik, dan dapat berkembang melebihi teman sebayanya.

2.1.4 Perkembangan Remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Yusuf (2017)

mengatakan bahwa perkembangan remaja menurut Yusuf (2017),

meliputi :

1. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu rentang kehidupan individu,

dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Bagian-bagian tubuh

tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara perposional

terlalu kecil, namun pada masa remaja proposionalnya menjadi besar. Hal

ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja juga

terjadi kematangan seksual, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan

sekunder. Kematangan seksual remaja perempuan secara sekunder

dapat dilihat dari bertumbuhnya rambut pada area pubis dan ketiak,

bertambah besarnya buah dada, bertambah besarnya panggul.


Kematangan seksual primer dapat dilihat dari terjadinya menstruasi

pertama (menarche).

2. Perkembangan Kognitif (Intelektual)

Ditinjau dari perkembangan kognitif, masa remaja sudah mencapai

tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis

tentang bergai gagasan yang abstrak. Berfikir operasi formal lebih bersifat

hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan

masalah daripada berpikir kongkret.

3. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkambangan

emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama otgan-organ seksual

memengaruhi berkembangan emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti cinta, rindu,

dan berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal,

perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang

sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya

bersifat negatif dan temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah

mampu mengendalikan emosinya.

4. Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan

untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai

individu yang unik, baik menyangukt sifat-sifat pribadi, minat, maupun

perasaannya. Pemahaman ini, mendorong remaja untuk menjalin


hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman

sebaya), baik menjalin hubungan persahabatan maupun percintaan.

2.1.5 Masa Pubertas

Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi

ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks

sekunder mulai muncul (Herri Zan Pieter, 2010). Puber adalah masa

dimana tubuh mulai berkembang dan bertumbuh, yang menandai adanya

masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pubertas pada

perempuan dapat ditandai dengan datangnya menstruasi untuk pertama

kalinya (menarche)(Ratna Dewi, 2012). Masa pubertas ditandai dengan

pertumbuhan badan yang cepat, menstruasi pertama (menarche),

perubahan psikis, dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder (Proverawati,

2017). Petunjuk pertama bahwa anak perempuan mengalami pubertas

yaitu datangnya menstruasi pertama kali (menarche) (BKKBN,2012).

2.2 Konsep Menarche

2.2.1 Definisi Menarche

Menarche diidentikkan sebagai waktu pertama kalinya seorang

perempuan mengalami menstruasi atau haid (Foezi, 2012). Menurut

Rahmatika (2015) menarche adalah menstruasi pertama yang terjadi

akibat dari proses sistem hormonal yang kompleks. Menarche

didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan

darah dari alat kelamin wanita (Ratna Dewi, 2012). Menarche merupakan

menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun
atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki

masa reproduksi (Proverawati, 2017). Berdasarkan pengertian tersebut

menarche yaitu keluarnya darah untuk pertama kali dari alat kelamin

wanita akibat sistem hormonal yang kompleks pada masa awal remaja

ditengah masa pubertas sebagai ciri kematangan organ-organ seksual

perempuan.

2.2.2 Klasifikasi Menrache

Klasifikasi menarche dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Menarche Dini (Prekoks)

Menarche prekoks merupakan kondisi apabila anak mengalami

kedewasaan seksual sangat dini. Menarche dini dipicu secara spontan

oleh otak karena pengaruh paparan zat kimia atau lingkungan

(Verawaty & Liswidyawati, 2012). Menarche dini terjadi pada usia

kurang dari 12 tahun (Goldman & Schafer, 2015).

2. Menarche Lambat (Tarda)

Menarche lambat atau tarda terjadi pada usia 14 sampai 16 tahun

(Goldman & Schafer, 2012). Menarche tarda adalah menarche yang

baru datang setelah umur 14 tahun yang disebabkan oleh faktor

keturunan, gangguan kesehatan, dan kurang gizi (Proverawati, 2017).

2.2.3 Perubahan Fisik saat Menarche

Perubahan fisik yang terjadi saat menarche menurut Verawaty dan

Liswidyawati (2012), yaitu:


1. Payudara akan tumbuh membesar. Pertumbuhan ini dimulai dengan

terbentuknya seperti gundukan yang lembut tepat di bawah areola

mame yang akan terasa sakit jika ditekan.

2. Adanya pertumbuhan rambut pubis yang dimulai di labia mayor dan

menyebar ke mons pubis.

3. Adanya pertumbuhan rambut di ketiak

4. Pelebaran panggul.

5. Struktur vulva menjadi lebis besar dan jelas.

6. Hormon estrogen membuat kulit menjadi semakin halus, dan lembut.

7. Adanya peningkatan sekresi kelenjar minyak dan keringat yang sering

menyebabkan jerawat dan bau badan.

2.2.4 Faktor-Faktor Pencetus Kejadian Menarche

Faktor-faktor pencetus kejadian menarche meliputi:

1. Genetik

Usia menarche ibu berpengaruh terhadap usia menarche anak nanti.

Penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2015) menunjukkan bahwa ada

hubungan usia menarche anak dengan usia menarche pada ibu.

Ketidakseimbangan hormon karena genetik juga menyebabkan menarche

Proverawati (2017).

2. Status Nutrisi dan Pola Makan

Menurut Goldman dan Schafer (2015) menyatakan seseorang

mengalami menarche dipengaruhi oleh nutrisi yaitu semakin baik status

nutrisi maka semakin cepat mengalami menarche. Pernyataan ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fildza (2014) bahwa anak
dengan status gizi gemuk beresiko mengalami menarche dini dan pola

makan yang buruk juga akan menyebabkan menarche dini.

3. Keterpaparan Media

Keterpaparan media dewasa mempengaruhi kejadian menarche dini.

Perempuan yang sering menonton televisi, membaca majalah,

mendengarkan radio lebih cepat mengalami menarche. Faktor pencetus

menarche lebih awal berasal dari rangsangan audio visual, baik berasal

dari percakapan maupun tontonan dari film-film atau internet berlabel

dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas. Rangsangan dari telinga

dan mata tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan genetal

untuk lebih cepat matang (Proverawati, 2017).

4. Aktivitas Fisik

Menurut Goldman dan Schafer (2015) aktivitas fisik seperti

olahraga akan mempengaruhi menarche dini. Penelitian yang dilakukan

oleh Natalia (2015) aktivitas olahraga ringan anak berpengaruh 0,8 kali

mengalami menarche dini, namun aktivitas olahraga yang berat akan

mengalami menarche lambat. Penelitian Fildza (2014) aktivitas olahraga

yang buruk akan berpengaruh tehadap percepatan mengalami

menstruasi.

5. Lingkungan

Lingkungan kota dan desa berpengaruh pada kejadian menarche

dini. Fasilitas di kota yang lengkap seperti sarana hiburan, bioskop, dan

pusat perbelanjaan yang mempengaruhi gaya hidup. Perbedaan usia


menarche di kota rata-rata terjadi pada usia 10 tahun dan di desa terjadi

pada usia 11 tahun.

2.2.5 Faktor Risiko Psikologi Menarche

Faktor risiko psikologi menarche yaitu sebagai berikut:

1. Dukungan Sosial

a. Keluarga

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan perhatian dan

informasi tentang menarche sehingga anak mampu mengatasi dan

menarima permasalahan yang dialami saat menstruasi (Mardilah, 2014).

Keluarga yang harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat

memperlambat terjadinya menarche dini, sedangkan anak yang tinggal

ditengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan

terjadinya menarche dini (Proverawati, 2017).

b. Dukungan Sekolah

Guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki wewenang terhadap

pelayanan bimbingan dan konseling pada siswinya terkait pengembangan

diri siswi yaitu kebutuhan, potensi, bakat yang dimiliki, minat, serta

kepribadian siswi. Dikungan sekolah menurunkan kecemasan siswi

menhadapi menarche. Guru melakukan bimbingan terkait menstruasi

bertujuan mengurangi kecemasan saat menghadapi menarche sehingga

meningkatkan kepercayaan diri sisiwi saat menarche (Rahayu, 2012).


c. Dukungan Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja

untuk mengenal lingkungannya. Anak-anak dan remaja mulai belajar

berinteraksi dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga (Santrock,

2012). Hal tersebut dilakukan supaya mendapatkan pengakuan dan

penerimaan dari teman sebaya sehingga tercipta rasa aman

(Sulistiyowati, 2014). Dukungan teman sebaya memberikan informasi

tentang menstruasi pertama kali dan bagaimana menjalani proses

menstruasi.

2. Kesiapan

Menurut BKKBN (2012) sebelum mengalami menstruasi pertama

kali, anak harus memiliki kesiapan yang baik. Kurangnya kesiapan

menghadapi masa pubertas akan menjadikan pengalaman traumatis.

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan

remaja yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche),

kesiapan sangat dibutuhkan untuk menghapadi perasaan seperti ini

(Proverawati, 2017).

3. Usia

Penelitian Marvan dan Veronica (2014) menunjukkan anak

menstruasi diusia 12 sampai 13 tahun menunjukkan respon malu,

bersemangat dan menunjukkan awal menuju dewasa. Anak yang

mengalami menstruasi lebih dari 13 tahun menunjukkan reaksi senang

dan sedih.
4. Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan oleh Sholilah (2013) menunjukkan

adanya perbedaan tingkat kecemasaan menghadapi menarche pada siswi

yang pengetahuannya baik dan pengetahuan kurang. Siswi yang memiliki

pengetahuan baik tentang menarche akan memahami perubahan-

perubahan fisiologis yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi

psikologis, sehingga anak dapat mengantisipasi dan mengatasi

kecemasan menarche yang dialami.

5. Penerimaan Diri

Menurut BKKBN (2012) hanya sebagian kecil individu mengalami

masa pubertas menerima kenyataan bahwa dirinya mengalami proses

pendewasaan sehingga mereka tidak puas dengan penampilan. Pada

penelitian yang dilakukan Puji Hastuti (2018) sebagian besar terjadi

penolakan diri pada remaja saat menghadapi menarche.

2.3 Konsep Kesiapan

2.3.1 Definisi Kesiapan (Readiness)

Kesiapan (readiness) menurut kamus psikologi adalah suatu titik

kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu.

Kesiapan merupakan suatu keadaan yang mendorong seseorang secara

keseluruhan untuk melakukan reaksi (pekerjaan) secara fisik, mental,

pengetahuan maupun dengan keterampilan. Kesiapan atau rediness

menurut Jamies Dreaver dalam (Slameto, 2010) kesiapan adalah

kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Menurut Slameto


(2015) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya

siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap

suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh

atau kecenderungan untuk memberi respon. Kesiapan ini dapat

membantu seseorang untuk memberikan respon pada dirinya dalam

mencapai tujuan tertentu.

Kesiapan bukanlah kata yang baku, tetapi kesiapan mempunyai

makna yang sama dengan kata siap. Arti kata siap adalah sudah sedia

atau sudah disediakan. Bisa juga dikatakan sesuatu yang direncanakan.

Kesiapan mental adalah segala sesuatu yang menyangkut batin dan

watak manusia atau bagian yang bukan jasmani dari seseorang yang

berada dalam kondisi siap atau yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian tersebut kesiapan adalah suatu titik kematangan

menyangkut batin dan watak manusia atau bagian yang bukan jasmani

dari seseorang untuk memberikan respon/jawaban pada dirinya untuk

mencapai tujuan tertentu.

2.3.2 Aspek – Aspek Kesiapan

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya

siap untuk memberi respon/jawaban didalam cara tertentu suatu situasi.

Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada

kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencangkup beberapa

aspek, yaitu :
1. Kondisi Fisik

Kondisi fisik (kondisi personal), yang dimaksud disini adalah remaja

harus dapat menerima perubahan-perubahan fisik yang dialami (Yulita

dan Juwita, 2018). Perubahan fisik yang terjadi berupa pertumbuhan

payudara, rambut daerah pubis dan aksila, bertambah besar panggul, kulit

halus, dan suara melengking tinggi.

2. Kondisi Mental

Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum mengalami menarche

karena perasaan cemas dan takut akan muncul dan pandangan-

pandangan ke arah yang lebih negatif (Anwar dan Febrianty, 2017).

3. Kondisi Emosional

Emosi merupakan kondisi perasaan yang kompleks yang muncul

karena perubahan fisik dan psikologis. Kondisi emosional yang muncul

saat mengalami menarche atau menstruasi antara lain mudah

tersinggung, mudah marah, nafsu makan meningkat, mood tidak stabil,

cemas, merasa sedih dan depresi, merasa tidak berguna atau bersalah,

merasa tertekan, sensitif, putus asa (Proverawati, 2017).

4. Keterampilan

Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk mengoprasikan

pekerjaan secara mudah dan cermat (Sri Widiastuti, 2010). Saat

mengalami menarche individu harus memiliki keterampilan seperti memilih

pembalut yang tepat, cara mengganti pembalut, dan perawatan personal

hygiene yang benar. Kurangnya personal hygiene beresiko untuk

terjadinya infeksi pada saluran kemih (ISK) (Proverawati, 2017).


5. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang menstruasi

sangat dibutuhkan oleh remaja putri, karena pengetahuan akan

mempengaruhi pandangan dan sikap terhadap datangnya menarche.

Kurangnya pengatahuan remaja tentang menarche dapat mengakibatkan

remaja sulit untuk menerima menarche (Indarsita, 2017).

2.3.3 Prinsip – Prinsip Kesiapan

Slameto (2010) menyebutkan beberapa prinsip dalam kesiapan atau

prinsip-prinsip readiness yaitu :

1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh

mempengaruhi).

2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dari pengalaman.

3. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kesiapan.

4. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dan masa perkembangan.

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan

Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang

sebelum melakukan sesuatu, dimana kesiapan ini dapat dipengaruhi oleh

dirinya sendiri atau oleh pihak luar. Menurut Slameto (2010) faktor yang

mempengaruhi kesiapan adalah :


1. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, saat mengalami

menarche terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan. Faktor

internal berupa : status menrache ibu (genetik).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang

yang meliputi : lingkungan sosial, nutrisi, keterpaparan media massa, dan

gaya hidup.

2.3.5 Pengukuran Kesiapan

Menurut Sugiyono (2019) skala likert adalah suatu skala psikometri

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata anatara lain :

1. Siap =4

2. Cukup Siap =3

3. Kurang Siap =2

4. Belum Siap =1

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jabawan

yang didapatkan dari kuesioner menurut Sugiyono (2019) :

f
P= x 100 %
n
Keterangan :

p = Presentase

f = Frekuensi dari setiap jawaban kuesioner

n = Jumlah skor ideal

100 = Bilangan tetap

Menurut Sugiyono (2019) hasil kesiapan tersebut dikategorikan

menjadi interval :

1. Siap : 76% - 100%

2. Cukup Siap : 51% - 75 %

3. Kurang Siap : 26% - 50 %

4. Belum Siap : ≤ 25%

2.4 Konsep Kesiapan Menghadapi Menarche

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Menghadapi

Menarche

Menurut Jayanti dan Sugi (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

kesiapan menghadapi menarche yaitu :

1. Usia

Menurut KBBI usia yaitu lamanya keberadaan seseorang yang

diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi kelompok, individu normal

yang memperlihatankan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik

sama. Semakin muda usia remaja maka semakin remaja tersebut belum

siap menerima menstruasi.


2. Sumber Informasi

Sumber informasi merupakan perantara dalam penyampaian pesan

(Notoatmodjo, 2010). Sumber informasi berasal dari keluarga, kelompok,

teman sebaya, dan lingkungan sekolah (Yusuf, 2010).

a. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

berkembangan anak. Orang tua secara lebih dini harus memberikan

penjelasan tentang menarche pada anak perempuannya, agar anak lebih

mengerti dan siap dalam menghapadi menarche (Aryanti, 2010).

b. Lingkungan Sekolah

Menurut Yusuf (2010) sekolah merupakan lembaga pendidikan

formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbangan,

pengajaran, dan pelatihan dalam rangka mambantu remaja mampu

mengembangkan potensinya berupa aspek moral, spiritual, intelektual,

dan emosional. Guru perlu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi

khususnya tentang menarche sebelum siswi mengalami menstruasi.

Peran sekolah sebagai pendidik memberikan informasi tentang menarche

sebagai persiapan menghadapi menarche (Anggraini, 2011).

c. Kelompok Sebaya

Menurut Santrock (2012) kelompok sebaya menjadi salah satu

sumber informasi diluar keluarga. Namun, apabila kelompok sebaya

memberikan informasi tidak benar maka persepsi remaja tentang

menarche akan menjadi negatif sehingga remaja menjadi malu

(Sulistionongsih, 2014).
3. Sikap

Menurut Azwar (2013), sikap merupakan semacam kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Widoyoko

(2012), mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespon secara

konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Hubungan sikap dengan kesiapan menghadapi menarche yaitu remaja

putri yang siap menghadapi menarche lebih banyak dijumpai pada remaja

putri yang bersikap positif.

2.4.2 Dampak Ketidaksiapan Menghadapi Menarche

Dampak apabila menghadapi menarche tidak disiapakan sejak dini

yaitu:

1. Perilaku Hygiene saat Menstruasi (Perawatan Diri)

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Silistioningsih (2014)

kesiapan menghadapi menarche perlu adanya kemampuan skill untuk

menghadapi menstruasi, seperti kemampuan dalam menjaga kebersihan

organ kewanitaan dan mengganti pembalut. Karena siswi yang tidak siap

menghadapi menarche memiliki perilaku vulva hygiene yang tidak baik

dan beresiko 4,079 kali berperilaku vulva hygiene tidak baik. Perlu adanya

kemampuan perawatan diri saat menstruasi (Proverawati, 2017).

2. Kecemasan

Penelitian yang dilakukan oleh Dewati (2014) menunjukkan lima dari

enam partisipan yang sudah menarche mengatakan belum siap ketika

menstruasi pertama datang dan mengalami khawatir, kaget, panik, takut,

dan badmood. Ketidaksiapan menghadapi menarche menyebabkan siswi


mengalami cemas saat menarche yang ditandai dengan bingung, tegang,

takut, kaget, deg-degan.

3. Munculnya Gejala-gelaja Patologis

Remaja yang tidak siap dengan datangnya menarche akan

mengakibatkan munculnya gelaja-gelaja patologis, seperti ketakutan,

konflik batin, gangguan lain berupa pusing, mual, gelisah, tidak nyaman

(Proverawati, 2017).
3.5 Kerangka Konseptual

Perkembangan: Remaja
a. Emosional Perempuan
b. Kognitif
c. Psikologi
Sekunder
d. Biologis
(Yusuf, 2017) Primer Menarche

Faktor pencetus kejadian Faktor risiko psikologis


Menarche : Menarche :
a. Genetik a. Dukungan sosial
b. Status Nutrisi/pola makan
b. Kesiapan
c. Keterpaparan media
d. Aktivitas fisik c. Penerimaan diri
e. Lingkungan d. Usia
(Filza 2014; Goldman & Schafer e. Pengetahuan
2015; Proverawati, 2017; (Proverawati, 2017;
Septiana, 2015) Santrock, 2012;
Sulistiyowati, 2014)

Faktor yang mempengaruhi


kesiapan Menarche :
a. Usia
b. Sumber Informasi Gambaran Tingkat Kesiapan
c. Sikap Remaja Putri saat Mengalami
(Jayanti & Sugi, 2012) Menarche :
1. Siap : 76% - 100%
2. Cukup Siap : 51% - 75 %
3. Kurang Siap : 26% - 50 %
Keterangan : 4. Belum Siap : ≤ 25%
(Sugiyono, 2019)
= Diteliti

= Tidak diteliti

= Berhubungan

= Berpengaruh[ CITATION Din17 \l 1057 ]

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual “Gambaran Tingkat Kesiapan


Remaja Putri saat Mengalami Menarche”
3.6 Deskripsi Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.1 menarche adalah

salah satu perkembang biologi secara primer yang dialami oleh remaja

perempuan. Faktor terjadinya menarche dipengaruhi oleh genetik, status

nutrisi/pola makan, keterpaparan media, aktivitas fisik, dan lingkungan.

Apabila remaja putri akan atau sudah mengalami menarche faktor

psikologis sangat mempengaruhi, terutama kesiapan. Faktor yang

mempengaruhi kesiapan menarche antara lain usia, sumber informasi,

sikap, dan pengetahuan. Tingkat keisiapan remaja putri saat mengalami

menarche dapat dikategorikan menjadi : Siap : 76% - 100%, Cukup

Siap : 51% - 75 %, Kurang Siap : 26% - 50 %, Belum Siap : ≤ 25%.

Anda mungkin juga menyukai