Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“ASTHEOKLEROSIS”

Dosen pengampu:
Ns. M. Nurman, M. Kep

Disusun
O
L
E
H
Kelompok 3:
1. Andes Fahreza 1914201042
2. Aulia Tasya Firdausi 1914201089
3. Dea Hestytriana 1914201091
4 Dika Yolanda 1914201048
5. Firdha Miftahul Jannah 1914201051
6. Mayang Marsely 1914201060

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada allah swt , tuhan yang maha esa karna atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Dengan
diberi judul “Astheoklerosi” kami berharap dengan makalah ini dapat memberi banyak
manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya. Makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat mengahrapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi perbaikan makalah ini .
Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima berbagai masukan yang dapat
membangun dan berguna bagi seluruhh pembaca. Akhir kata semoga makalah yang
membahas tentang“Astheoklerosi” ini dapat memberikan manfaat

Bangkinang, 15 desember 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................
Bab I Pendahuluan...................................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................
Bab II Tinjauan Teoritis..........................................................................................................
A.Konsep Dasar Medis.............................................................................................................
2.1 Definisi.................................................................................................................................
2.2 Etiologi.................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................................
2.4 Komplikasi............................................................................................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan...............................................................................................
2.5 Pengkajian.............................................................................................................................
2.6 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................
2.7 Intervensi Kepperawatan......................................................................................................
2.8 Implementasi Keperawatan..................................................................................................
2..9 Evaluasi................................................................................................................................
Bab III Penutup........................................................................................................................
Kesimpulan ................................................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ateroskorosis merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yyang disebabkan karena
penumpukkan simpanan lemak (plak) dan subtansi lainnya.diperkirakan bahwa
athherosklorosis berawal sebagai atheroma ,yaitu tumor jinak (nonkanker)sel sel otot
polos di dalm dinding pembuluh darah .sel sel ini bermigrasi dari lapisan ootot
embuluh darah ke posisi tepat di bawah lapisan endothel ,sel sel tersebut terus
membelah diri dan membesar .kemudian, kolesterol dan lemak yang menumpuk di sel
sel otot polos abnormal ini membentuk plak . plak terbentuk dari simpanan subtansi
lemak,kolesterol sisa metaboisme sel, kalsium dan fibrin. Substansi substansi ini
dapat bekembang pada arteri sedang atau aorta.kerusakan dinding pembuluh yangg
parahah akibat terkena plak ini menjadi keras dan kehilangan elastisitasnya. Keadaan
sseperti ini di sebebut “pengerasan arteri”.

1.2 tujuan penulisan


 tujuan umum
agar mahasiswa memahami secara konsep dasar teori mengenai ateroskleorosis
 tujuan khusus
agar mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap
klien dengan gangguan ateroskleorosis dan dapat menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS

2.1 Definisi

Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD


berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan
pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil
yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit,
kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di
dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar
dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah,
karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal
sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri umum, maka
bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh
yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses
berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang
silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan
rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak
segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital
lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju
ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang
menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
(www.sidenreng.com 16 mei 2009)
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun
sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak. Karena
timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang
tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu
2.2.Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri
sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan,
mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga
disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus
tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium,
sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam
ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih
mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan
menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran
darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:


 Tekanan darah tinggi
 Kadar kolesterol tinggi
 Perokok
 Diabetes (kencing manis)
 Kegemukan (obesitas)
 Malas berolah raga
 Usia lanjut

2.3 Patofisiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik
atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan
lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan
cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma. Arteri yang
terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh,
maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga
menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga
ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa
menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus).
Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan
terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama
pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri
koroner (arteri yang menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol
yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri
koroner dibandingkan arteri lainnya.

2.4 komplikasi
1. tromboemboli
2. angina pictoris
3. gagal jantung kongestif
4. infrak miokardium
B. KONSEP KEPERAWATAN
2.5 PENGKAJIAN
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang
mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit
atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan
aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain
dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya aterosklerosis.
d) Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan
dan gangguan menelan.
b) Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen, tidak
ada bising usus ( illeus paralitik ).
c) Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d) Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan penglihatan.
e) Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau kekaburan
pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun terutama pada
daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis,
tidak dapat menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi secara
verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
4. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda
vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi
perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a) Keluhan atau adanya nyeri:
Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri muncul, lokasi
dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat
diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang
terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami
penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan karena
adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan sirkulasi dalam sistem
sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka
denyut nadi akan menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun
karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap tanda-tanda
vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh.
c) Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik tubuh,
karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang,
demikian juga cairan dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan
hemodinamik tubuh
d) Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
· Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
· Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung dan
merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah tidak
mampu berkonstruksi.
· Sianosis
· Rambut hilang
· Kuku rapuh
· Kulit kering
· Atropi dan ulserasi
· Edema bilateral atau unilateral
5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam kondisi
istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar titik J,
bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari
adanya kelainan ECG mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan
hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non spesifik untuk
penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b) Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu faktor
penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga peningkatan
kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain
yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
o Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
o Sel darah Putih (SDP) : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak sehubungan
dengan proses inflamasi.
o Kecepatan sedimentasi : apabila meningkat maka menunjukkan adanya inflamasi.
o Kimia : mungkinnormal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis.
o Kolesterol atau trigeliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis.
c) Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari pemeriksaan ini
dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat aliran darah yang mengaliri
koroner dan jantung, dan dilihat juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran
tersebut. Dari hasil echo yang dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan
diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
d) Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi).
e) Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug gagal jantung
koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk mengetahui
seberapa besar adanya pembesaran jantung, juga untuk mengetahui dan
mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama paru. Dengan adanya photo
thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor
penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.
2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi

 Bila dilakukan pembedahan


a. Pra pembedahan
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
b. Post pembedahan
1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat
luka operasi.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi
(pembedahan)
3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

 Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup


Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber-
sumber informasi (Wilkinson, 2007)

2.7 INTERVENSI KEPERAWATAN


 Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
Tujuan NOC:
- Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
- Suhu ekstremitas hangat
- Tingkat sensasi normal
Intervensi NIC:
1. Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
2. Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran darah balik vena
3. Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya perubahan integritas kulit.
4. Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol berisi air
panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim dapat
5. Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya statis vena

b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen


ke jaringan
Tujuan NOC:
· Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah
nyeri
· Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
· Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
· Pasien dapat mempertahankan tingkat nyeri
Intervensi NIC:
1. Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
2. Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3. Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas yang
menyakitkan
4. Kolaborasi dalam pemberian analgesia
5. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan NOC:
- Kulit utuh, warna normal
- Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
Intervensi NIC:
1. Lakukan penilaian sirkulasi perifer yang komprehensif (misalnya cek nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu ekstremitas)
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
2. Pantau kulit dari adanya perubahan integritas kulit.
Rasional : pencegahan, meminimalkan cedera, atau rasa tidak nyaman pada pasien.
3). Hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang melibatkan ekstremitas
 Bila dilakukan pembedahan
a. Pra pembedahan
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
Tujuan NOC:
- Tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
- Tidak ada gangguan persepsi sensori
- Pasien dapat mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
Intervensi NIC:
1. Kaji tingkat ansietas yang terjadi
2. Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien dan
keluarga
3. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
4. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang.
5. Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
b. Post pembedahan
1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat luka
operasi.
Tujuan NOC:
· Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri
· Pasien mampu melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
· Pasien mampu menunjukkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
Intervensi NIC:
1. Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
2. Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3. Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas yang
menyakitkan
4. Kolaborasi dalam pemberian analgesia
2) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi
(pembedahan)
Tujuan NOC:
- Terbebas dari tanda atau gejalainfeksi
- Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur dan
pemantauan
Intervensi NIC:
1. Pantau tanda dan gejalan infeksi
2. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak terinfeksi
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang rawat luka dengan tekhnik sepsis dan
asepsis
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika

3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi


Tujuan NOC:
- Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
- Mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas kulit
Intervensi NIC:
1. Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit
2. Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih
3. Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin
4. Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit

 Bila dianjurkan memodifikasi gaya hidup


a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber- sumber
informasi (Wilkinson, 2007)
Tujuan NOC:
- Berpartisipasi dalam proses belajar
- Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan aturan terapeutik
- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi NIC:
1. Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu
Rasional : membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan
pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
2. Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan terutama selama
kegiatan berfikir
Rasional : stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir
3. Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual ( seperti hipertensi, kegemukan,
merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Rasional : meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan resiko kambuh.

2.8 IMPLEMENTASI
Menurut Patricia A. Pootter (2005), Implementasi meruppakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk tujuan asuhan keerawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat :
1. Memahai rencana keperawatan yang telah di tentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhakan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah dan
memodifikasi rencana lain keperawatan yang sudah ada, mengindetifikasi area dimana
bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkoomunikasikan intervensi
keperawatan.

2.9 EVALUASI
Bila mengenai jaringan perifer
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat
(teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
2) Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan
baik.
3) Risiko kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan
iritasi kulit.
Bila dilakukan pembedahan
a. Pra pembedahan :
Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.

b. Post pembedahan :
1) Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
2) Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
3) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit
terjaga.

Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup


Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran
modifikasi gaya hidup dengan baik.
.

:
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari beberapa pengertian atherosklorosis, kami mencoba menyimpulkan pengertian
yaitu atherosklorosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat didinding pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi
tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga substansi lain berupa
trombosit, makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stanley L; Vinay Kumar. 2003. Buku ajar Patologi II. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC. 290-297.
Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC

Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta :
EGCDAFTAR PUSTAKA

Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC


Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai