“ASTHEOKLEROSIS”
Dosen pengampu:
Ns. M. Nurman, M. Kep
Disusun
O
L
E
H
Kelompok 3:
1. Andes Fahreza 1914201042
2. Aulia Tasya Firdausi 1914201089
3. Dea Hestytriana 1914201091
4 Dika Yolanda 1914201048
5. Firdha Miftahul Jannah 1914201051
6. Mayang Marsely 1914201060
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada allah swt , tuhan yang maha esa karna atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Dengan
diberi judul “Astheoklerosi” kami berharap dengan makalah ini dapat memberi banyak
manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya. Makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat mengahrapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi perbaikan makalah ini .
Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima berbagai masukan yang dapat
membangun dan berguna bagi seluruhh pembaca. Akhir kata semoga makalah yang
membahas tentang“Astheoklerosi” ini dapat memberikan manfaat
Kata Pengantar.........................................................................................................................
Bab I Pendahuluan...................................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................
Bab II Tinjauan Teoritis..........................................................................................................
A.Konsep Dasar Medis.............................................................................................................
2.1 Definisi.................................................................................................................................
2.2 Etiologi.................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................................
2.4 Komplikasi............................................................................................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan...............................................................................................
2.5 Pengkajian.............................................................................................................................
2.6 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................
2.7 Intervensi Kepperawatan......................................................................................................
2.8 Implementasi Keperawatan..................................................................................................
2..9 Evaluasi................................................................................................................................
Bab III Penutup........................................................................................................................
Kesimpulan ................................................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.3 Patofisiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik
atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan
lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan
cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma. Arteri yang
terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh,
maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga
menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga
ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa
menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus).
Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan
terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama
pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri
koroner (arteri yang menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol
yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri
koroner dibandingkan arteri lainnya.
2.4 komplikasi
1. tromboemboli
2. angina pictoris
3. gagal jantung kongestif
4. infrak miokardium
B. KONSEP KEPERAWATAN
2.5 PENGKAJIAN
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang
mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit
atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan
aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain
dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya aterosklerosis.
d) Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan
dan gangguan menelan.
b) Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen, tidak
ada bising usus ( illeus paralitik ).
c) Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d) Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan penglihatan.
e) Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau kekaburan
pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun terutama pada
daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis,
tidak dapat menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi secara
verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
4. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda
vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi
perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a) Keluhan atau adanya nyeri:
Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri muncul, lokasi
dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat
diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang
terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami
penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan karena
adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan sirkulasi dalam sistem
sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka
denyut nadi akan menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun
karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap tanda-tanda
vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh.
c) Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik tubuh,
karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang,
demikian juga cairan dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan
hemodinamik tubuh
d) Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
· Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
· Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung dan
merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah tidak
mampu berkonstruksi.
· Sianosis
· Rambut hilang
· Kuku rapuh
· Kulit kering
· Atropi dan ulserasi
· Edema bilateral atau unilateral
5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam kondisi
istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar titik J,
bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari
adanya kelainan ECG mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan
hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non spesifik untuk
penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b) Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu faktor
penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga peningkatan
kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain
yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
o Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
o Sel darah Putih (SDP) : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak sehubungan
dengan proses inflamasi.
o Kecepatan sedimentasi : apabila meningkat maka menunjukkan adanya inflamasi.
o Kimia : mungkinnormal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis.
o Kolesterol atau trigeliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis.
c) Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari pemeriksaan ini
dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat aliran darah yang mengaliri
koroner dan jantung, dan dilihat juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran
tersebut. Dari hasil echo yang dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan
diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
d) Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi).
e) Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug gagal jantung
koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk mengetahui
seberapa besar adanya pembesaran jantung, juga untuk mengetahui dan
mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama paru. Dengan adanya photo
thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor
penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.
2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
2.8 IMPLEMENTASI
Menurut Patricia A. Pootter (2005), Implementasi meruppakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk tujuan asuhan keerawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat :
1. Memahai rencana keperawatan yang telah di tentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhakan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah dan
memodifikasi rencana lain keperawatan yang sudah ada, mengindetifikasi area dimana
bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkoomunikasikan intervensi
keperawatan.
2.9 EVALUASI
Bila mengenai jaringan perifer
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat
(teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
2) Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan
baik.
3) Risiko kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan
iritasi kulit.
Bila dilakukan pembedahan
a. Pra pembedahan :
Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.
b. Post pembedahan :
1) Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
2) Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
3) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit
terjaga.
:
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa pengertian atherosklorosis, kami mencoba menyimpulkan pengertian
yaitu atherosklorosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat didinding pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi
tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga substansi lain berupa
trombosit, makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stanley L; Vinay Kumar. 2003. Buku ajar Patologi II. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC. 290-297.
Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta :
EGCDAFTAR PUSTAKA
Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC