OLEH:
KADEK DWI IRMAYANTI
1902621036
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Arteriosklerosis atau “pengerasan arteri”,adalah suatu proses dimana serabut otot dan
lapisan endotel arteri kecil dan arteriola mengalami. Arterioskleriosis dapat terjadi
dibagian mana saja ditubuh kita, tapi paling sering dijumpai di area yang memisah
atau bercabang pada pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan proses yang
berbeda. yang menyerang intima arteri besar dan medium. Perubahan tersebut
meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan
fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau
plak. Karena aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita
menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh
yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah
suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase
tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak
terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala
klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak
berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung,
ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis
terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke.
Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa
terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun
sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak.
Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena
alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.
2. Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam
arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah
percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada
dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma
terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan
endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian
darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi
lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan
memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas
dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
3. Faktor Risiko
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:
1. kadar kolesterol darah - ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang
disebut kolesterol jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut
kolesterol baik).
2. Tekanan darah tinggi - tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di
atas 140/90 mmHg selama periode waktu.
3. Merokok - ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah,
meningkatkan kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah - merokok
juga tidak memungkinkan oksigen yang cukup untuk mencapai jaringan
tubuh.
4. Resistensi insulin - Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan
darah gula ke dalam sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan benar.
5. Diabetes - ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi karena
tubuh tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan
benar.
6. Kegemukan atau obesitas - kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra
dari otot, tulang, lemak, dan / atau air - obesitas adalah memiliki jumlah
tinggi lemak tubuh ekstra.
7. Kurangnya aktivitas fisik - kurangnya aktivitas dapat memperburuk faktor
risiko lain untuk aterosklerosis.
8. Umur - sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya
hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun
di arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun
menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah
usia 45, sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55.
9. Riwayat keluarga penyakit jantung dini - risiko aterosklerosis meningkat jika
ayah atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum
usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan
penyakit jantung sebelum usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat
keluarga penyakit jantung dini faktor risiko, itu tidak berarti bahwa Anda
akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda memiliki satu atau
keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan / atau mengambil obat-
obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali dapat mengurangi
pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari berkembang, bahkan
pada orang dewasa yang lebih tua.
4. Patofisiologi
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi
tersering aterosklerosis. Dari lesi aterosklerosis terbentuknya trombus pada
permukaan plak. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan
terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler disebelah distal plak
yang pecah.
5. Manifestasi Klinik
Bila sebuah plak pecah dan bermigrasi melalui arteri ke bagian lain. Plak yang
beredar ini disebut emboli atau embolus,yang terdiri tidak hanya lemak tapi juga sel-
sel mati, gumpalan darah dan jaringan berserat berserabut. Emboli dapat
menyebabkan kerusakan karena menghalangi aliran darah ke tempat tujuan, sehingga
jaringan kekurangan oksigen mati.
a. Tromboemboli
b. Penyakit jantung koroner
c. Keruskan organ (ginjal, otak, hati, dan usus)
d. Serangan jantung
e. Stroke
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Penatalaksanaan Medis
Sebelum terjadinya komplikasi,terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan
dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk arteriosklerosis. Denyut nadi berkurang
pada daerah yang terserang arteriosklerosis. Penanganan yang dapat dilakukan antara
lain:
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam
darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan
untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat
jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
10. Pencegahan
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
luka operasi
Defisit pengetahuan prosedur tindakan
yang komplek
-nyeri akut
-resiko infeksi Ansietas
-kerusakan
integritas kulit
B. Konsep keperawatan gerontik
1. Pengertian dan tujuan keperawatan gerontik
i. Pengertian
Gerontik berasal dari bahasa Yunani yaitu “geron” yang memiliki arti
orang tua atau usia tua. Gerontik didefinisikan sebagai spesialisasi
keperawatan tentang praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang
dewasa yang lebih tua. Keperawatan gerontik memiliki tujuan yaitu untuk
memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, dan
membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai (Mauk,
2014)
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
a. Perubahan Fisik
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
(2) Mata:
pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil: kesamaan,
dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau
ada serumen jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya
pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah, kesulitan mengunyah dan
menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi
apakah perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare,
dan inkontinensia alvi.
warna dan bau urine, distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan
buang air kecil), frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks,
adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
b. Perubahan psikologis
daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah.
c. Perubahan sosial ekonomi
data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia,
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal,
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi,
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.
d. Perubahan spiritual
data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Tabel 1 iIndex Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia dengan skor yang
diperoleh.
b. Pengkajian status kognitif
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi
intelektual lansia.
Tabel 2. Penilaian SPMSQ
RENCANA TINDAKAN
b) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan respon lansia
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: seperti
membaca majalah, menonton acara televisie. Stimulus dari pengalaman
masa lalu yang menghasilkan proses persepsi lansia yang mal adaptif atau
destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian/
c) Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana ke depan. Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu,
tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata. d) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu per satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok. Tahap Terapi Aktivitas Kelompok
1) Pre kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa
yang menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok (biaya dan
keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).
2) Fase awal Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi,
yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
3) Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system sosial masing –
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontak dengan anggota.
4) Konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. 5) Fase
kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
nengatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistik, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah
yang kreatif.
6) Fase terminasi Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau
sukses.
Latihan Kognitif
a. Latihan kemampuan sosial meliputi; melontarkan pertanyaan,
memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri
atau orang lain
b. Aversion therapy: terapi ini menolong menurunkan frekuensi perilaku
yang tidak diinginkan tetapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan
stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku
maladaptif dilakukan klien.
c. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis
tentang definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap
perilaku jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang
diinginkan dan konsekuensi negatif untuk perilaku yang tidak diinginkan.
EVALUASI KEPERAWATAN GERONTIK
1. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven &
Hirnle, 2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan
fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan
tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku
lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat melakukan tindakan pada
lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan keperawatan yang
diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia setelah semua tindakan
keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Hasil evaluasi yang menentukan apakah
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi, adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP (Subjektive-ObjektiveAssesment-Planning)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
lansia setelah tindakan diberikan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisis.
Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg menjadi 52
kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan
C. ASUHAN KEPERAWATAN ARTERIOSKLEROSIS
I. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :Frekuensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda : Kenaikan TD, Nadi
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan. Tanda :Letupan suasana hat, gelisah,
penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun)
Riowayat penggunaan diuretik. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya
edema, glikosuria.
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). Tanda: Status
mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: Distress
pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
1 Resiko penurunan perfusi Setelah diberikan perawatan NIC Label: Cardiac pump NIC Label: Cardiac pump
jaringan jantung selama …x 24 jam perfusi monitoring monitoring
berhubungan dengan jaringan jantung klien 1. Evaluasi adanya nyeri 1. Mengetahui adanya nyeri
penurunan sirkulasi kembali baik dengan kriteria dada (intensitas, lokasi, dada
darah ke jantung hasil : durasi ) 2. Mengetahui status
(koroner) NOC Label: Cardiac pump 2. Monitor status kardiovaskuler
effectiveness kardiovaskuler 3. Mengetahui napas yang
1. Tekanan systole dan 3. Monitor status abnormal
diastole dalam rentang pernafasan yang 4. Mengetahui pada
yang diharapkan menandakan gagal abdomen sebagai indikasi
2. CVP dalam batas normal jantung penurunan perfusi
3. Nadi perifer kuat dan 4. Monitor adanya 5. Mengetahu tekanan darah
simetris perubahan tekanan darah 6. Mengetahui toleransi
4. Tidak ada odema perifer 5. Monitor toleransi aktivitas pasien normal
yang asites aktivias pasien atau abnormal
5. Denyut jantung 6. Monitor adanya 7. Melihat tanda atau gejala
,AGD,ejeksi fraksi dalam dyspneu,fatigue,tekipneu gangguan pernafasan
batas normal dan ortopneu 8. Mengetahui status hidrasi
6. Bunyi jantung abnormal 7. Monitor status hidrasi 9. Mengetahui vital sign
tidak ada (kelembaban membrane pasien
7. Nyeri dada tidak ada mukosa ,nadi adekuat, 10. Mengkolaborasikan
8. Kelelahan yang ekstrrim tekanan darah ortostatik) terapi cairan dengan
tidak ada 8. Monitor vital sign sesuai tenaga kesehatan lain
indikasi penyakit 11. Megetahui status
9. Kolaborasi dengan nutrisi
dokter untuk pemberian
terapi cairan sesuai
program
10. Monitor status nutrisi
3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Pain NIC Label: Pain
keperawatan selama ... x ... Management Management
jam diharapkan nyeri teratasi 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk memahami nyeri
dengan kriteria hasil: komprehensif erhadap pasien secara keseluruhan
NOC Label: Pain Level nyeri sehingga mampu memberi
1. Pasien mengatakan nyeri 2. Kaji respon nonverbal intervensi yang tepat
berkurang terhadap nyeri 2. Mengetahui adanya nyeri
2. Skala nyeri turun 3. Kaji adanya ketegangan yang tidak diverbalisasi
3. Tidak ada ekspresi nyeri otot akibat nyeri oleh pasien
4. Berikan pasien posisi 3. Nyeri dapat meningkatkan
NOC Label: Pain Control yang nyaman tonus otot sehingga terjadi
1. Pasien dapat melaporkan 5. Ajarkan pasien teknik ketegangan
nyeri nonfarmakologi dalam 4. Posisi yang tepat dapat
2. Pasien dapat melakukan mengatasi dan meningkatkan rasa nyaman
teknik nonfarmakologi mengontrol nyeri yang dapat mengurangi
dalam mengontrol nyeri (distraksi/relaksasi) sensasi nyeri
3. Pasien melaporkan nyeri 6. Laukan tindakan 5. Teknik nonfarmakologi
terkontrol kolaborasi pemberian dapat digunakan untuk
obat analgetik yang telah mengurangi nyeri sebelum
diresepkan sesuai dan pascaoperasi
instruksi dokter 6. Analgetik dapat
menurunkan nyeri dengan
mensupresi pusat nyeri
4 Hambatan Mobilitas NOC Label:Body NIC Label : Exercise NIC Label : Exercise
Fisik berhubungan positioning : Mobility
Therapy : Joint Mobility Therapy : Joint Mobility
dengan penurunan masa Setelah diberikan intervensi
1. Menentukanketerbatasa 1. Untuk memudahkan
otot, kekuatan otor dan keperawatan selama … x 24
ngerakan sendikliendan memberikan terapi yang
sendi ditandai dengan jam diharapkan klien
efekpada fungsinya. tepat bagi klien
keterbatasan pergerakan bermobilisasi dengan atau
2. Menentukan 2. Untuk mempersiapkan
otot dan sendi. tanpa bantuan orang lain kesiapanklienuntuk kliensebelum memulai
dengan kriteria hasil : terlibat dalam latihan
kegiatanatau 3. Untuk menambah
1. Klien dapat berpindah
protokollatihan pengetahuan klien dan
dari satu sisi ke sisi yang
3. Menjelaskanalasan keluarga tentang manfaat
lain ketika sedang
untukjenis latihandan latihan
berbaring
protokolkepada 4. Untuk mempercepat
2. Klien dapat berpindah
klien/keluarga klien. proses penyembuhan
dari keadaan berbaring
4. Berkolaborasi klien
menjadi duduk ataupun
denganterapi
sebaliknya
fisikdalam
3. Dapat menggerakan otot
mengembangkandan
4. Dapat menggerakan sendi
melaksanakanprogram
latihan pada klien.
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Skin NIC Label: Skin
integritas kulit dan pemberian asuhan Surveillance Surveillance
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 1. Inspeksi kulit dan 1. Untuk mengetahui
imobilisasi fisik. jam diharapkan klien tidak membrane mukosa dari perubahan yang terjadi
mengalami kerusakan kemerahan, edema atau pada kulit dan membrane
integritas kulit dengan kriteria drainase mukosa.
hasil: 2. Observasi ekstremitas 2. Untuk mengetahui tanda-
NOC Label: tissue seperti warna, hangat, tanda peradangan dan
integrity: skin and mucous bengkak, nadi, tekstur, infeksi.
membrane edema, atau lesi. 3. Untuk mencegah
8 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Teaching : NIC Label : Teaching :
berhubungan dengan keperawatan selama 1x30 Disease Proces Disease Process
kurang informasi menit pasien mengetahui a. Berikan penilaian a. Tingkat pengetahuan
mengenai sumber- tentang proses penyakit tentang tingkat pasien akan
sumber informasi dengan kriteria hasil: pengetahuan pasien mempengaruhi
NOC Label: Knowledge : tentang proses perilaku sehat pasien
Disease Process penyakit yang b. Meningkatkan
a. Pasien dan keluarga spesifik pengetahuan pasien
familiar dengan nama b. Jelaskan mengenai penyakit
penyakit patofisiologi dari yang dialaminya
b. Pasien dan keluarga penyakit dan c. Mengajarkan pasien
mampu bagaiman hal ini untuk mengenal tanda
mendeskripsikan berhubungan dengan dan gejala yang
proses penyakit anatomi dan fisiologi mungkin terjadi
c. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda d. Meningkatkan
mampu dan gejala yang pengetahuan pasien
mendeskripsikan biasa muncul pada mengenai penyakit
faktor penyebab penyakit yang dialaminya
d. Pasien dan keluarga d. Gambarkan proses e. Mengetahui penyebab
mampu penyakit penyakit sehingga
mendeskripsikan e. Identifikasi pengobatan yang
faktor resiko kemungkinan diberikan dapat tepat
e. Pasien dan keluarga penyebab dengan sasaran
mampu cara yang tepat f. Agar pasien
mendeskripsikan efek f. Sediakan informasi mengetahui kondisi
penyakit tentang kondisi penyakit yang sedang
f. Pasien dan keluarga pasien dialaminya
mampu g. Sediakan bagi g. Agar keluarga
mendeskripsikan keluarga informasi mengetahui kemajuan
tanda dan gejala tentang kemajuan pengobatan yang
g. Pasien dan keluarga pasien dijalani pasien
mampu h. Diskusikan h. Perubahan gaya hidup
mendeskripsikan perubahan gaya dapat membantu
perjalanan penyakit hidup yang mungkin mempercepat proses
h. Pasien dan keluarga diperlukan untuk penyembuhan
mampu mencegah i. Pilihan terapi yang
mendeskripsikan komplikasi di masa tepat akan
tindakan untuk yang akan datang mempercepat proses
menurunkan dan atau proses penyembuhan pasien
progresifitas penyakit. pengontrolan j. Meningkatkan
penyakit pengetahuan pasien
i. Diskusikan pilihan dan keluarga
terapi mengenai intervensi
j. Gambarkan rasional yang diberikan
rekomendasi sehingga mampu
manajemen terapi menjalani intervensi
dengan disiplin
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Mauk. (2010). Gerontological nursing competencies for care. Sudbury: Janes and
Barlett Publisher.
Muttaqin, Arief. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika