Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI TERTAWA
PADA LANSIA DI PSTW WANA SRAYA

OLEH :
Kelompok VI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2020

SAP Terapi Tertawa 0


SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI TERTAWA PADA LANSIA DI PSTW WANA SRAYA

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan


Hari/Tanggal : Selasa, 21 Januari 2020
Waktu : 45 menit
Tempat Pelaksanaan : PSTW Wana Sraya
Sasaran : Seluruh lansia di Wisma I, II, III dan IV yang bersedia hadir
Topik Kegiatan : Insomnia
Sub Topik : 1. Pengertian Insomnia
2. Penyebab Insomnia
3. Tanda dan Gejala Insomnia
4. Pencegahan Insomnia
5. Pengertian Terapi Tertawa
6. Indikasi Terapi Tertawa
7. Langkah-langkah Terapi Tertawa

A. LATAR BELAKANG

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Pada proses ini, tahap
yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia) dimana pada diri manusia secara
alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Kondisi tersebut cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara fisik maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu
lanjut usia (Sarwono, 2010).

Terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal pada lansia. Perubahan ini tidak
bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan terjadi terus menerus seiring usia. Perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan. Perawat harus mengetahui
proses perubahan normal tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan tepat dan
membantu adaptasi lansia terhadap perubahan, salah satunya adalah perubahan
neurologis. Akibat penurunan jumlah neuron fungsi neurotransmitter juga berkurang.
Lansia sering mengeluh kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan

SAP Terapi Tertawa 1


untuk tidur kembali tidur setelah terbangun di malam hari, terjaga terlalu cepat, dan tidur
siang yang berlebihan. Masalah ini diakibatkan oleh perubahan terkait usia dalam siklus
tidur-terjaga (Riana, 2019).

Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan
dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang di inginkan. Gangguan tidur pada lansia jika tidak segera
ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis. Secara
fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan
kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa dan disorientasi (Asmadi, 2018).
Kebanyakan lansia beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor
seperti kesepian/stress akibat kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-
obatan, dan penyakit yang dialami.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 lansia di PSTW. Wana Sraya Denpasar


didapatkan hasil bahwa 5 orang diantaranya mengeluh susah untuk memulai tidur tanpa
alasan yang jelas. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa sebagian besar lansia
mengaku tidak tahu bagaimana cara mengurangi keluhan sulit tidur (insomnia) yang
dialaminya. Adanya hal tersebut menjadikan kelompok kami untuk mengangkat topik
insomnia sebagai permasalahan lansia yang patut untuk segera ditangani.

Perawat dalam mengatasi permasalahan lansia memiliki beberapa intervensi salah


satunya berupa sosiodrama. Sosiodrama merupakan salah satu tehnik bimbingan
kelompok pada lansia yang berupa role playing atau tehnik bermain peran guna
membantu mengatasi masalah yang ada (Astika, 2017). Sosiodrama dapat menjadi teknik
yang tepat untuk dilakukan dalam mempromosikan intervensi guna meningkatkan
kualitas tidur.

Salah satu intervensi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi gangguan tidur pada
lansia dapat berupa terapi tertawa. Terapi tertawa ialah suatu tindakan yang
memanfaatkan tawa atau humor dalam pelaksanaannya yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi rileks. Terapi tertawa diketahui efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur lansia. Hal ini dikarenakan terapi tertawa dapat menstimulus hormone
endorphin yang dapat menimbulkan sensasi menyenangkan dan rileks yang mana sensasi
tersebut dapat meningkatkan kualitas tidur lansia hingga ke tahap IV yaitu tahap REM

SAP Terapi Tertawa 2


sehingga lansia dapat tertidur pulas (Astika, 2017). Berdasarkan hal tersebut maka
kelompok kami sepakat untuk menggunakan intervensi terapi tertawa dalam sosiodrama
sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan serta upaya lansia dalam mengatasi
insomnia.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit pengetahuan lansia di PSTW Wana
Seraya Provinsi Bali terhadap insomnia dan cara penanganannya meningkat.

2. Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
a) Mengetahui pengertian insomnia
b) Mengetahui penyebab insomnia
c) Mengetahui tanda gejala insomnia
d) Mengetahui cara mencegah insomnia
e) Mengetahui pengertian terapi tertawa
f) Mengetahui indikasi terapi tertawa
g) Mendemontrasikan langkah-langkah terapi tertawa

C. PESERTA PENYULUHAN
Seluruh lansia yang berada di wisma I, II, III dan IV PSTW Wana Sraya Denpasar yang
bersedia hadir dan kooperatif (memiliki kesadaran komposmentis, masih mampu
bergerak secara mandiri, tidak mengalami gangguan mental organic dan mengalami
gangguan tidur).

D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara sekaligus penyaji pada penyuluhan ini adalah anggota kelompok VI yang
merupakan mahasiswa semester satu profesi Ners di Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

E. PENGORGANISASIAN
a. Moderator/Narator : Ayu Puspadewi
b. Observer : Dek Arie Octarini
c. Artis : Ghora Palguna sebagai Kakek G
Indrayasa sebagai anak Kakek G atau Bapak I
Dewi Diah sebagai istri Bapak I atau Ibu D
Surya Adi sebagai bapak kepala lingkungan atau Tuan S

SAP Terapi Tertawa 3


Teni Lastari sebagai perawat dan instructor terapi
Ima sebagai perawat dan instructor terapi

F. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian Insomnia
2. Penyebab Insomnia
3. Tanda dan Gejala Insomnia
4. Pencegahan Insomnia
5. Pengertian Terapi Tertawa
6. Indikasi Terapi Tertawa
7. Langkah-langkah Terapi Tertawa

G. METODE PELAKSANAAN
1. Sandiwara
2. Diskusi
3. Demonstrasi

H. STRATEGI PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. 5 menit Pembukaan :
- Moderator mengawali - Peserta membalas salam
kegiatan dengan - Peserta mendengarkan
mengucapkan salam moderator
perkenalan - Peserta bersedia mengikuti
- Moderator melakukan kegiatan
eksplorasi perasaan untuk
menjalin bina hubungan
saling percaya
- Moderator
memperkenalkan diri
- Moderator menjelaskan
tujuan kegiatan
- Moderator menjelaskan
mekanisme kegiatan
- Moderator melakukan
kontrak waktu dan

SAP Terapi Tertawa 4


kesediaan peserta

2. 30 menit Penyampaian Materi


(20 menit - Moderator - Sasaran memperhatikan
sandiwar memperkenalkan anggota penjelasan dan mencermati
a, 10 beserta perannya. sandiwara.
- Moderator
menit
mempersilahkan anggota
demonstr
untuk memulai sandiwara
asi)
- Narator mulai
menggambarkan kondisi
sandiwara
- Pemain peran berperan
sesuai dengan scenario
yang dibuat
- Pemain peran secara
komunikatif mengajak
peserta untuk mampu
memahami isi informasi
kesehatan terkait insomnia
dan terapi tertawa

Demonstrasi
- Pemain peran melakukan
demonstrasi secara
- Sasaran mengikuti demontrasi
interaktif untuk mencapai
dengan baik
tujuan kegiatan yang
- Sasaran bertepuk tangan
diharapkan
- Pemain peran mengajak
peserta untuk
mengapresiasi proses yang
sudah dilakukan dengan
bertepuk tangan

SAP Terapi Tertawa 5


3. 5 menit Evaluasi
- Moderator mengevaluasi - Peserta menjawab pertanyaan
respon subjektif peserta moderator
terkait informasi yang - Peserta memperhatikan
telah disampaikan saat moderator
drama dilaksanakan
- Moderator mengevaluasi
perasaan peserta
- Moderator memaparkan
evaluasi proses kegiatan
yang sudah berjalan

4. 5 menit Terminasi
- Moderator memberikan - Peserta mendengarkan penyaji
pujian atas partisipasi - Peserta membalas terimakasih
peserta dari penyaji
- Observer mengevaluasi
- Peserta membalas salam
respon objektif peserta
- Moderator memberikan
pujian dan mengucapkan
terimakasih
- Moderator menyampaikan
salam penutup

I. MEDIA DAN ALAT


1. Properti Sandiwara
2. Speaker musik
3. Pengeras Suara

J. SETTING TEMPAT

1 2

SAP Terapi Tertawa 6 4


Keterangan gambar:
1. Moderator/Narator
2. Artis
3. Peserta
4. Observer

K. KRITERIA EVALUASI
 Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan melakukan
kontrak sebelumnya dengan keluarga satu hari sebelum kegiatan. Sarana prasarana
seperti speaker, pengeras suara dan materi penyuluhan disiapkan paling lambat
dua hari sebelum pelaksanaan.

 Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung tepat waktu
 2/3 total lansia di PSTW hadir saat penyuluhan
 Seluruh sasaran antusias selama kegiatan berlangsung
 Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat kegiatan sebelum acara selesai.
 Sasaran mengikuti terapi tertawa dengan baik

 Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu:

 Menyatakan pemahaman akan informasi kesehatan yang diberikan terkait


terapi tertawa dan insomnia
L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Materi
Skenario

SAP Terapi Tertawa 7


Lampiran Materi

MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN INSOMNIA
Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya, salah satunya lansia,
mengalami sulit tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk
melakukannya. Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan
seseorang secara keseluruhan. Tidur yang tidak cukup dapat menimbulkan gangguan fisik
dan mental pada lansia (Astika, 2017).
2. PENYEBAB INSOMNIA
Riana (2019) menyatakan bahwa terdapat beberapa penyebab insomnia diantaranya:

SAP Terapi Tertawa 8


a. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi kopi atau teh yang berlebihan dan
dikonsumsi mendekati jam tidur
b. Stres yang berkepanjangan dan ditangani dengan benar dapat menyebabkan alam pikir
terganggu sehingga insomnia
c. Adanya kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti kamar bersuara bising,
lampu yang terlalu terang, serta suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas, sehingga
dapat mengganggu tidur.
d. Usia diatas 60 tahun dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya insomnia. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan fungsi neurotransmitter yang dapat secara tidak langsung
rentan mengganggu tahapan tidur lansia.
3. TANDA DAN GEJALA INSOMNIA
Gejala insomnia cukup beragam, dan dapat berlangsung dalam hitungan bulan bahkan
tahun. Pada umumnya, penderita insomnia mengalami sulit tidur atau sering terbangun di
malam hari, bangun terlalu dini di pagi hari, dan tidur yang terasa tidak nyenyak atau
tidak cukup. Sejumlah gejala tersebut dapat memicu gejala lain, seperti mengantuk atau
lelah di siang hari, mudah marah dan depresi, serta sulit fokus dalam beraktivitas.
Insomnia dapat berlangsung singkat (akut), atau terjadi dalam jangka panjang (kronis).
Insomnia akut berlangsung satu malam hingga beberapa minggu. Sedangkan insomnia
kronis terjadi sedikitnya 3 malam dalam sepekan, dan berlangsung dalam hitungan bulan
(Astika, 2017).

4. PENCEGAHAN INSOMNIA
Astika (2017) menyebutkan bahwa terdapat langkah-langkah yang bisa diterapkan untuk
mencegah insomnia diantaranya:
a. Hindari banyak makan dan minum sebelum tidur.
b. Hindari atau batasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
c. Usahakan aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang.
d. Jaga konsistensi jam tidur, usahakan selama 8 jam, secara tertur tiap hari
e. Jaga kenyamanan kamar tidur, dan usahakan hanya masuk ke dalamnya bila ingin tidur.
f. Periksa obat-obatan yang dikonsumsi, apakah kandungannya menyebabkan sulit tidur.
5. PENGERTIAN TERAPI TERTAWA

SAP Terapi Tertawa 9


6. TUJUAN TERAPI TERTAWA (FOKUS DI PENURUN STRES DAN MENCEGAH
GANGGUAN TIDUR)
7. LANGKAH-LANGKAH TERAPI TERTAWA

DAFTAR PUSTAKA
Astika, K. (2017). Efektivitas Terapi Tertawa tehadap Insomnia dan Tekanan Darah pada
Lansia. Diakses pada tanggal 15 Januari 2020 melalui http://jnk.phb.ac.id/
Asmadi, L. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Riana,D. (2019). Gambaran Insomnia pada Lansia. Diakses pada tanggal 15 Januari 2020
melalui digilib.unila.ac.id
Sarwono, J. (2010). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penebar Swadaya.

SKENARIO

Pada pagi hari yang cerah, Bapak I dan Ibu D tengah bercengkrama di teras rumah, kemudian
muncul Kakek G yang baru bangun namun sudah marah-marah karena mengeluh tidak bisa
tidur. Ibu D yang saat itu terkejut melihat wajah Kakek G yang semrawut langsung bertanya
keadaan Kakek G. Kakek G mengaku bahwa sudah 2 hari ini ia tidak bisa tidur nyenyak. Ibu
D bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi lalu Kakek G menduga bahwa sepertinya ia
diguna-guna oleh tetangganya yang mengirimkan Kakek G nasi kotak dua hari yang lalu.
Kakek G mengatakan bahwa setelah makan nasi tersebut ia tidak bisa tidur. Ibu D yang panik
langsung membuatkan kopi dan menyuruh Kakek S meminumnya agar Kakek S merasa lebih
tenang. Sembari dipijat, tiba-tiba Bapak S yang merupakan kepala lingkungan datang ke
rumah Kakek G untuk menyapanya. Melihat wajah Kakek G yang semrawut, Bapak S pun
bertanya kondisi Kakek G. Setelah mendengar cerita dari Ibu D, Bapak S mengatakan bahwa
tidak baik untuk mengambil kesimpulan sendiri dan menyarankan Bapak I untuk membawa
Kakek G ke dukun banjar sebelah saja agar bisa diketahui dan dibuktikan siapa dalang
pengguna-guna tersebut. Melihat banyak kerumunan di rumah Kakek G, Perawat T dan I
yang sedang melakukan survei turut penasaran lalu menghampiri mereka. Setelah menyapa
dan bertanya mengapa ramai sekali di rumah Kakek G, Bapak S pun menjelaskan apa yang
terjadi kepada kedua perawat. Perawat T yang mendengar hal tersebut terkejut dan akhirnya
berpendapat bahwa kemungkinan Kakek G menderita insomnia. Mendengar kata “insomnia”,
Ibu D, Bapak I dan Bapak S pun bertanya apa itu insomnia karena tidak pernah mendengar
hal tersebut. Akhirnya perawat T dan perawat I kompak menjelaskan hal-hal terkait insomnia
terkait penjelasannya, faktor risikonya (seperti kopi dan usia tua) gejalanya dan cara
menanganinya. Berdasarkan hasil penyuluhan ditemukan bahwa kebiasaan Kakek G yang
minum kopi tiap pagi dan sore hari adalah penyebab Kakek G mengalami susah tidur. Setelah
mendapat penyuluhan, keluarga Bapak I-pun mengaku lega dan senang karena sudah
mengetahui kondisi Kakek G. Untuk meningkatkan upaya perawatan kedua perawat
menawarkan aktivitas terapi tertawa yang mudah dan simple untuk dilakukan guna
meningkatkan kualitas tidur Kakek G. Setelah bertanya dan mendapatkan kebersediaan
keluarga Bapak I untuk melakukan terapi tersebut (Keluarga Bapak I terlihat antusias),
perawat juga bertanya ke peserta sosiodrama terkait keikutsertaan mereka untuk mengikuti
terapi. Setelah semua setuju, akhirnya terapi diadakan (diiringi music). Sesudah senam

SAP Terapi Tertawa 10


perawat menginstruksikan peserta untuk bertepuk tangan dan mengembalikan acara ke
moderator.

Naskah Dialog:
Pada pagi hari yang cerah, Bapak I dan Ibu D tengah bercengkrama di teras rumah, kemudian
muncul Kakek G yang baru bangun namun sudah marah-marah karena mengeluh tidak bisa
tidur.
Kakek G (tiba-tiba marah-marah dan ngomel sendiri)
Aduhhh.. adi setate kena tidur setiap peteng sing luwung, ape je mekade ne tidur e
tusing luwung sesai, sube 2 wai kene tidur sing nyak luwung tidur e, inguh dewek
e dadi nak tua buka kene...
Ibu D (kemudian datang Bapak S dan Ibu D menghampiri kakek)
Aduh pa kenape ne bape adi nguyut semengan, ade ape ne ..
Kakek G Ne bape sing ngidang tidur uli sube 2 wai luh, ape je mekade ne, ape krane bape
ngajeng nasi ne bange ajak i wayan bape tusing nyidang tidur nah, inguh bape
kene puk.. (sambil memperlihatkan wajah yang semrawut)
Ibu D Ngudiang bape sing ngidang tidur, ape kenehin bape?
nah de nake nguyut ne jani gaenange je bape kopi agelas gede pang tenangan dik
bape..
Kakek G Tusing luh, tusing je ade ngenehin ape..
Kemudian si kakek meminum kopi yang dibuatkan oleh ibu D dan segera
menghabiskannya
Bapak S (Bapak S yang merupakan kepala lingkungan yang sedang lewat di depan rumah
mereka kemudian datang karena mendengar mereka sedang ribut)

Pa kenape to adi nguyut..


Kakek G Ne bape sube tusing ngidang tidur 2 wai ape je mekade, dibi yang bange nasi
kotak ajak i wayan, ape krane nasi to ne nah, bise gen nasi to misi cetik nyen
nawang ye bise ngeleak..
Bapak I (mendengar cerita si kakek, Bapak I marah dan tidak terima)
Yang sing trime bape rage ne leakine kene, jani rage lakar ngalih i wayan ke umah
ne..
Ibu D Pak tahan malu pak.. sing dadi emosi, nyen nawang tusing ulian keto ..
Bapak I Buk, irage hidup di desa buk, pasti jeg ade gen anak iri jak irage, hidup di desa
yen sing iriang timpal bise gen amah leak, yang sing trime bapak yang e
gaenange sakit..
Bapak S Weh, tusing dadi ngelah pikiran jelek ajak pisage, apang irage nawang ulian ape i
pekak tusing ngidang tidur, lan jani ajak e ke balian dauh tukad e nto, apang rage
nwang nyen jeleme ane sebenarne sube ngaenang i bape tusing ngidang sirep
sabilang peteng...

SAP Terapi Tertawa 11


Ibu D Nah mai nake amen keto engalin mejalan kemu..
Kemudian datanglah perawat I dan Perawat T yang sedang melakukan survey dan kemudian
menyapa mereka karena melihat kerumunan yang ramai tersebut...
Perawat Swastiastu bapak ibu... wenten napi niki ramai-ramai nggih?
I
Bapak I Puniki bu, tiang sareng sinamian jagi ke balian sane dauh tukad ento lakar
nakonang nyen sane sube ngaenang pekak e inguh sabilang peteng tusing ngidang
tidur..
Perawat Mangkin dumun, coba tiang jagi metaken sama kakeknya..
T Napi keluhanne kek mangkin?
Kakek G Niki bu, tiang tusing ngidang tidur sube 2 wai care kene, jelek nika asane sesai bu
care kene..
Perawat Nggih, dari keluhan bapak nika, nika mawasta gejala “insomnia” wastane nika
I pak...
Bapak I Insomnia? Napi adane keto bu...
Perawat Nggih bu pak, mangkin tiang jagi menjelaskan napi nika insomnia
T (kemudian perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian,
penyebab, tanda gejala, komplikasi serta penanganan insomnia yang bisa
dilakukan)

Insomnia nika artine suatu keadaan gangguan tidur sane ngranayang penderita
sulit tidur ..
Kakek G Oh.. insomnia to adane sulit tidur..
Ibu D Napi punika sane ngeranayang sulit tidur nika bu?
(bertanya dengan wajah kebingungan)
Perawat Sulit tidur nika mekade krane masalah usia, gangguan kesehatan, stress, depresi,
I minum kopi juga bisa menjadi penyebab insomnia.
Ibu D Nggih niki tiang sesai ngaenang i bape kopi agelas gede bu, ternyata kopi nika
bisa ngaenang insomnia atau sulit tidur nggih bu ?
Perawat Nggih salah satu penyebab insomnia nika bisa karena minum kopi yang memicu
T sulit tidur dan umur kakek yang sudah lansia nika menjadi salah satu
penyebabnya. Mangkin sebaiknya ibu mengurangi memberikan kakek minum
kopi yang terlalu banyak, dan untuk kakek tolong dikurangi minum kopinya
nggih biar tidur nya bisa nyenyak setiap hari...
Ibu D, Nggih bu..
Kakek G
Bapak S Mangkin napi nika ciri-ciri ne yen irage kena insomnia bu?
Perawat Ciri-ciri iraga kena insomnia punika akan merasa cemas, khawatir, merasa
T mengantuk di siang hari, sering terbangun di malam hari, merasa gelisah setelah
bangun tidur dan merasa tidak nyaman setelah bangun tidur..

SAP Terapi Tertawa 12


Bapak S Oh.. pantes bape tiange niki ngoraang jelek tidur ne tur inguh mare bangun tidur
ne tusing luwung..
Perawat Nggih ibu-ibu dan bapak – bapak sami punika sampun wastane tanda gejala
I insomnia..
Ibu D Amen terus-terusan mertua yang e sulit tidur bise nggih kena penyakit bu?
Perawat Insomnia punika ngeranayang irage sulit konsentrasi, cemas, khawatir dan
T gelisah, jika insomnia nika tidak ditangani segera dan dibiarkan terus menerus
dapat menyebabkan penyakit seperti: tekanan darah tinggi, stroke, dan diabetes..
Bapak S Wih, bahaya masi insomnia punika nggih bu, kaden tiang niki pekak e amah leak..
Mangkin tiang lega sampun uning adane insomnia, tur uning ciri-ciri sareng
penyebabne..
Ibu D To sube pak, makane de sesai melihang leak, leak nengil kena fitnah nake..
Mangkin yen sube bahaya napi wenten carane apang tusing sesai keweh tidur?
Perawat Nggih, wenten nika adane terapi tertawa, terapi tertawa niki sangat mudah dan
T praktis dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur kakek, bapak lan ibu,
mangkin tiang jagi ngajahin bapak sareng ibu-ibu sinamian, punapi bapak ibu
kayun nggih nyarengin yoga niki?
Ibu D, (Kemudian mereka menyatakan setuju dan antusias untuk melakukan yoga
Bapak I, tertawa)
Bapak S
dan
Kakek G
Bapak I Nggih dados..
Perawat (Kemudian perawat mengajarkan mereka melakukan yoga tertawa sambil
T&I mengajak peserta sosio drama ikut melakukan yoga tertawa, perawat memberikan
contoh terlebih dahulu sebelum diikuti oleh para peserta)

Mari bapak-bapak dan ibu-ibu silahkan diikuti gerakannya bersama nggih...

SAP Terapi Tertawa 13

Anda mungkin juga menyukai