PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau
atau ilusi berputar yang dirasakan adalah diri sendiri. Hal tersebut
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
merupakan vertigo subjektif. Sebaliknya, jika yangbeputar adalah
al., 2013 dalam jurnal Triyanti,dkk 2018). Pasien yang mengalami vertigo
tahun 2010 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan
keluhan nomor tiga paling sering dikeluhan oleh penderita yang datang
2
Poltekkes Kemenkes Palembang
Satu-Satunya terapi untuk Penderita Vertigo adalah terapi
praktik mandiri dokter yang akan diteliti yaitu memberikan obat untuk
Triyanti, 2018).
Brandt Daroff yang merupakan bentuk terapi fisik atau senam fisik
dari terapi fisik lainnya atau dari terapi Farmakologi yaitu dapat
Brandt Daroff dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan pasien tidak
3
Poltekkes Kemenkes Palembang
Latihan ini mudah diajarkan pada pasien VPPJ dan mudah pula
dilakukan di rumah. Selain itu, latihan ini tidak memerlukan waktu lama
Brandt Daroff ini telah sering diajarkan pada pasien VPPJ.(Rully, 2016).
pengaruh latihan brandt daroff dan modifikasi manuver epley pad vertigo
perbedaan bermakna pada nilai SSS Pada Latihan BD dan Latihan MME
4
Poltekkes Kemenkes Palembang
perbedaan bermakna (p>0,05) dari nilai SSS dan posturografi antara
B. Rumusan Masalah
dilakukan pada penelitian ini adalah brandt daroff. Salah satu terapi non
5
Poltekkes Kemenkes Palembang
C. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
2019.
b. Tujuan Khusus
terhadap vertigo.
D. Ruang lingkup
6
Poltekkes Kemenkes Palembang
E. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
b. Praktis
F. Keaslian Skripsi
7
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. VERTIGO
1. Definisi
yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng tak stabil
bergantian.
8
Poltekkes Kemenkes Palembang
muntah, atau gangguan melangkah. (Li JC, Epley JM.2009, dalam
a. Etiologi
3) Ototoksik.
9
Poltekkes Kemenkes Palembang
b. Gejala
1) Pusing.
2) rasa terayun.
3) Mual.
4) Keringat dingin.
5) Muntah.
7) Nistagmus.
c. Patofisiologi
kanalis semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus
satu sama lain. Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian
yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat
arah kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal
10
Poltekkes Kemenkes Palembang
kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris dalam kanalis
ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
kejadian tersebut :
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
11
Poltekkes Kemenkes Palembang
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang -
lagi timbulgejala.
4. Teori otonomik
berperan.
5. Teori Sinap
12
Poltekkes Kemenkes Palembang
meneangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
d. Pengobatan
Sudah banyak penderita yang sembuh dengan cara ini. Terapi seperti
13
Poltekkes Kemenkes Palembang
bertanya-tanya mengapa ada orang yang sampai perlu membutuhkan
Mereka dapat menangani berbagai macam orang dari mulai bayi kecil
14
Poltekkes Kemenkes Palembang
b. Klasifikasi Vertigo
15
Poltekkes Kemenkes Palembang
A. Vertigo fisiologik
lain:
vegetatif.
B. Vertigo periferal
16
Poltekkes Kemenkes Palembang
Terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
mabuk, otot terasa sakit, mual dan muntah-muntah, memori dan daya pikir
telinga bagian dalam. vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya
17
Poltekkes Kemenkes Palembang
bulan. tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging
Saat ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir kalsium di dalam kanalis
b. Penyakit Menier
supresan vestibluer.
18
Poltekkes Kemenkes Palembang
c. Neuritis vestibularis
Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien
kompensasi sentral.
C. Vertigo sentral
dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara
19
Poltekkes Kemenkes Palembang
kesadaran terganggu, tidak mampu berkata-kata, hilangnya koordinasi,
fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan
adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu
20
Poltekkes Kemenkes Palembang
kali disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang berpusat di
vertigo antara lain: Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area
21
Poltekkes Kemenkes Palembang
22
Poltekkes Kemenkes Palembang
A. Kerangka Teori
EFFECTOR
CONTROL PROCESS
Stimulus Fokal 1. Pasien duduk tegak ditepi tempat Latihan BD berperan meningkatkan efek
Latihan terapeutik
tidur dengan tungkai tergantung. adaptasi dan habituasi sistem vestibular,
berupa adaptasi
Gangguan vestibular 2. Tutup kedua mata. dan pengulangan yang lebih sering pada
3. Baringkan tubuh dengan cepat ke vestibular subtitusi dan
latihan BD berpengaruh dalam proses
salah satu sisi tubuh, tahan selama 30 habituasi gejala
Stimulus Kontekstual adaptasi pada tingkat integrasi sensorik.
detik. menggunakan gerakan
Integrasi sensorik juga bekerja dalam
Vertigo, Gangguan 4. Duduk tegak kembali selama 30 detik kepala (brandt daroff
5. Baringkan tubuh dengan cara yang penataan kembali ketidakseimbangan
keseimbangan, Risiko jatuh exercise). Latihan akan
sama ke sisi yang lain, tahan selama input antara sistem organ vestibular dan
memperbaiki :
Stimulus Residual 30 detik. persepsi sensorik lainnya. Mendorong
Keseimbangan dan
6. Duduk tegak kembali, otokonia untuk kembali ke utrikulus
7. Latihan ini dilakukan berulang (3 x risiko jatuh
Vertigo berulang melalui ujung non ampulatory kanal
sehari)dan masing-masing dikerjakan
dengan bantuan gravitasi
10 menit lamanya (Sjahrir H, 2008).
sumber prieharti , mumpuni (2016); Hamlin, 2009; Eriawan 2013; Barbara C.Long, 2010; Widyastuti,
Hastuti, dkk. 2015; Widayarti, 2011).
23
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Penelitian Terkait
.
daroff dan modidikasi manuver epley pada vertigo posisi paroxymal jinak
nilai SSS dan postural gravi antara latihan BD dan MME kesimpulannya
terdapat perbaikan bermakna nilai SSS yang lebih cepat pada kelompok
24
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB III
A. Kerangka Konsep
Faktor-Faktor :
Terapi Latihan Brandt
Jenis Kelamin Daroff
Usia
Kebiasaan Olahraga
Riwayat Penyakit
25
Poltekkes Kemenkes Palembang
Definisi operasional
Variabel
dependen mengalami vertigo
Vertigo ringan dan yang Lembar Panduan(SOP) Nilai Mengalami rasio
sebelum mengalami vertigo Observasi terapi fisik vertigo ringan
perlakuan berat (Lampiran) Latihan dan yang
responden diukur Brandt Daroff mengalami
dengan terapi (lampiran vertigo berat
latihan fisik brandt
daroff sebelum
perlakuan
dilakukan terapi
latihan brandt
daroff
Variabel
dependen
Vertigo Nilai mengalami Lembar Panduan(SOP) Mengalami rasio
setelah vertigo ringan dan Observasi terapi fisik vertigo ringan
perlakuan yang mengalami (Lampiran) Latihan dan yang
vertigo berat yang Brandt Daroff mengalami
diukur dengan (lampiran vertigo bera
latihan brandt dalam dilakukan
daroff setelah terapi latihan
perlakuan setelah brandt
dilakukan terapi
26
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Hipotesis
27
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB IV
METODE PENELITIAN
yang digunakan adalah pre-test and post test Group, di dalam desain
2016).
pemberian terapi fisik latihan brandt daroff setelah itu diberi post-
test. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
O1 X O2
28
Poltekkes Kemenkes Palembang
Keterangan :
tubuh.
1. Populasi
2. Sampel
29
Poltekkes Kemenkes Palembang
dilakukan dengan jenis Consecutive Sampling mengambil
a. Kriteria Inklusi
berikut ini :
penelitian berlangsung.
concent,
b. Kriteria Eksklusi
Nursalam, 2016) :
30
Poltekkes Kemenkes Palembang
𝑁.𝑧 2 .𝑝.𝑞
Rumus :n=
𝑑 2 (𝑁−1)+𝑧 2 .𝑝.𝑞
Keterangan :
q = 1-p (100%-p)
𝑁.𝑧 2 .𝑝.𝑞
n=
𝑑 2 (𝑁−1)+𝑧 2 .𝑝.𝑞
n=29,042496
1,175744
n=25
Palembang.
31
Poltekkes Kemenkes Palembang
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Khodijah Palembang.
Alat ukur atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
daroff.
32
Poltekkes Kemenkes Palembang
F. Prosedur penelitian
1. Tahap Persiapan
Palembang.
2. Tahap Pelaksanaan
observasi.
observasi.
33
Poltekkes Kemenkes Palembang
d. Lalu setelah itu melakukan terapi fisik latihan brandt daroff
dianalisis.
G. Manajemen Data
1. Editing
34
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Koding
pemasukan data.
3. Entry Data
4. Cleaning Data
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
35
Poltekkes Kemenkes Palembang
bertujuan untuk menggambarkan karakteristik variabel yang
2. Analisis Bivariat
I. Etika Peneliti
36
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Anonymity (Kerahasiaan Identitas)
disebarluaskan.
37
Poltekkes Kemenkes Palembang