BAB I
PENDAHULUAN
karena termasuk penyakit yang mematikan. Hipertensi adalah penyakit yang dapat
menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4
orang dewasa menderita penyakit ini. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
Kasus hipertensi terus meningkat salah satunya disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat. Gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak,
asin, dan malas berolahraga ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi.
Selain itu masih banyak lagi yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi seperti
Riskesdas tahun 2013 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013)
2
bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun
seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat
keluarga akan mempunyai resiko yang lebih besar untuk megalami hipertensi (Arifin,
dkk, 2016). Menurut penelitian Marys (2016) bahwa ada hubungan antara genetik
Status dietadalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
(2013) bahwa ada hubungan antara status diet dengan kejadian hipertensi dikarenakan
jika pola makan teratur dan benar maka jantung akan bekerja dengan normal.
serta meningkatkan resiko terjadinya hipertensi akibat faktor lain. Menurut penelitian
Arifin, dkk (2015). Menurut penelitian Rahayu (2012) bahwa ada hubungan antara
berlebih didalam jaringan tubuh. Yang mana jaringan lemak tidak aktif akan
Stres suatu keadaan non spesifik yang dialami penderita akibat tuntutan
emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasi
dengan efektif (Artiyaningrum, 2015). Menurut penelitian Silvia (2016) bahwa ada
hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi dikarenakan stres akan membuat
seseorang memiliki kecepatan denyut jantung yang tinggi dan akan meningkatkan
mencatat pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan
menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% daro total penduduk dunia,
dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar
(Triyanto, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 didapatkan bahwa
kesehatan atau yang sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum
bahwa hipertensi termasuk dalam 10 penyakit terbesar di kota Palembang pada tahun
(2014) dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 4.522 orang, pada tahun (2015)
jumlah penderita hipertensi sebanyak 6.892 orang, dan sedangkan pada tahun (2016)
4
Palembang, 2017).
tahun (2014) hipertensi menduduki urutan ke dua dengan laki-laki 1.154 dan
menduduki urutan ke dua dengan laki-laki 1.489 dan perempuan 2.472, dan
sedangkan pada tahun (2016) yaitu laki-laki 1.118 dan perempuan 1.722 (Puskesmas
Palembang tahun 2017 didapatkan hasil bahwa ke seluruh pasien tersebut mengalami
hipertensi pada usia lanjut, banyak yang berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan
rendah, aktifitas ringan, memiliki faktor genetik dari keluarga, pola makan tidak
terjaga dengan baik, sebagaian banyak yang merokok, dan mengkonsumi kopi setiap
hari.
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan bagi
sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
7
hipertensi.
adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Juli -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa
cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
(Padila, 2012).
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
9
9
2.1.2 Etiologi
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
1) Genetik
tidak.
3) Diet
4) Berat Badan/Obesitas
25% lebih berat di atas berat badan ideal juga sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
10
Dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat
Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara
1) Coarctationaorta
besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi
beberapa bulan.
4) Gangguan Endokrin
berolahraga).
sementara waktu. Jika stres telah berlaku, maka tekanan darah biasanya
kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
Sumber: Wijaya & Putri, 2013
Tabel 2.2
Klasifikasi Menurut European Society of Cardiology
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 190 < 90
Sumber: Wijaya & Putri, 2013
13
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang
a. Sakit kepala.
e. Telinga berdenging.
dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Padila, 2013).
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun, akibatnya
retensi natrium dan air dalam ginjal. Respons tersebut meningkatkan volume cairan
2014).
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan
perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus
renal. Namun demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai
b. Pemeriksaan retina.
dan jantung.
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara
a. Pengobatan Nonfarmakologik
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
2) Menghentikan Merokok
3) Menghindari Alkohol
secara aman. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau
72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan.
Kurangi asupan garam sampai kurang dari 100 mmol perhari atau kurang dari
2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram NaCl. Penderita hipertensi
b. Pengobatan Farmakologik
1) Diuretik
klien dengan hipertensi ringan atau klien yang baru. Banyak obat
2) Simpatolitik
beta.
3) Penghambat Adrenergik-Alfa
arteri (arteriosklerosis).
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke dapat terjadi
terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang mengalami
maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai
d. Ensefalopati
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan
sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian. Wanita dengan
PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir
rendah akibat perfusi plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat
mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu (Casey &
Benson, 2012):
2.2.1 Usia
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Umur
berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua seseorang maka
darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita
hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah
didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur
biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik
meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun.
Peningkatan risiko yang berkaitan dengan faktor usia ini sebagian besar menjelaskan
vascular resistance (hambatan aliran darah dalam pembuluh darah perifer) dalam
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda.
Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga
hipertensi ketika mereka sudah berumur diatas umur 50 tahun. Sangatlah penting bagi
kita untuk menjaga kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan,
wanita, khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah usia 55 tahun,
23
wanita memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu
penyebab terjadinya pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin.
2.2.3 Pendidikan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
minum alkohol, dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun
bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan
kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis
pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau
pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan
Dibandingkan dengan mereka yang aktif secara fisik, orang yang sering duduk
secara signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung. Seperti
otot yang lain, jantung akan semakin kuat dengan olahraga. Jantung yang kuat akan
trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi bagian dari sirkulasi darah dalam
yang baik untuk di lakukan. Pola aktivitas yang sehat dan makanan yang sehat
merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya
dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali kita lengah menjaga diri
dengan tidak mengikuti pola aktivitas yang sehat, dipastikan kita akan mudah terkena
hipertensi sering disebut dengan penyakit keturunan. Jika dari orang tua kita memiliki
riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki keturunan hipertensi (Silvia,
2016).
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu
sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai
sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala
Status diet adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
kesembuhan penyakit. Program diet khusus penderita darah tinggi yaitu program diet
DASH (Dietary Approach for Stop Hypertension), yang dikembangkan oleh dokter
pola makan penduduk mediterania. Prinsip utamanya adalah, menu makanan dengan
gizi seimbang yang terdiri atas buah-buahan, sayur-sayuran, produk susu rendah
Diet DASH bisa dilakukan secara bertahap selama beberapa hari atau
2015):
a. Tingkatkan porsi sayuran pada menu makan siang, kemudian menu makan
malam di hari berikutnya, tingkatkan pula konsumsi buah untuk satu menu
c. Batasi konsumsi daging sapi sampai 6 ons perhari, atau 3 ons untuk sekali
d. Buatlah menu makan vegetarian atau tanpa daging dua kali atau lebih saat
f. Gunakan buah dan makanan lain yang rendah lemak jenuh, lemak trans,
kolesterol, natrium, gula, dan kalori, misalnya kacang atau biji-bijian tanpa
garam, yoghurt tanpa lemak, atau beku; popcorn tanpa garam atau tanpa
2.2.7 Ras
populasi lain, dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif. Mereka memiliki
peluang hampir dua kali lebih besar untuk mengalami stroke yang fatal, satu setengah
kali lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung, dan empat kali lebih mungkin
merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Afrika-Amerika (Casey &
Benson, 2012).
2.2.8 Obesitas
serta meningkatkan resiko terjadinya hipertensi akibat faktor lain. Makin besar massa
tubuh, akan meningkat volume darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
yang lebih besar yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Selain itu,
kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Arifin, dkk,
2016).
Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu
yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang kurus,
orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat
badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan
28
olahraga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-
dinyatakan bila berat badan lebih dari 20% berat badan ideal (Casey & Benson,
2012).
jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan
darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling
2014).
Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan carbon
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan
sekecil apapun, walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari atau orang yang menghisap
rokok walau tidak rutin sekalipun, hanya sekedar menghisap dan cara menghisap
29
rokok cuma dengan mengembuskan asap walau tidak diisap ke dalam paru-paru.
Sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak perokok tapi menghirup asap rokok
dari orang yang sedang merokok yang berada dalam satu ruangan (Silvia, 2016).
tekanan darah karena mengandung Polifenol, Niacin, dan Kafein. Kafein memiliki
efek merangsang sistem saraf pusat (SSP). Kafein dapat merangsang pusat vasomotor
Orang yang tidak mengkonsumsi kopi memiliki tekanan darah yang lebih rendah
dibandingkan orang yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari, dan orang yang
mengkonsumsi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah tinggi (Rustam, 2016).
2.2.11 Stres
Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntunan
beban atasnya (stresor psikososial) yang berefek pada sistem kardiovaskuler. Stres
tekanan darah naik dan meningkatkan kekentalan darah (Arifin, dkk, 2016).
lebih kuat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stres jelas memainkan
30
peranan dalam hipertensi. Bila level stres menurun tekanan darah juga menurun
episode stres sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau
meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan
yaitu jenis kelamin (0,129) OR = 1,993, genetik (0,004) OR = 1,24, merokok (0,016)
OR = 3,150, dan stres (0,018) OR = 2,000. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, genetik, merokok, dan stres dengan
terkendali yaitu umur (p value = 0,022), status pasangan (p value = 0,001, konsumsi
garam (p value = 0,001), konsumsi kopi (p value = 0,033, stres (p value = 0,001), dan
31
konsumsi obat antihipertensi (p value = 0,001). Faktor yang tidak berhubungan yaitu
penelitian didapatkan bahwa ada hubungan umur (p value = 0,000) dan obesitas (p
value = 0,000). Sedangkan yang tidak ada hubungan jenis kelamin (p value = 0,902),
Tahun 2012. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan umur, pekerjaan, IMT,
kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah (p < 0,05). Sedangkan
jenis kelamin dan pendidikan tidak berhubungan secara statistik dengan tekanan
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi:
1. Genetik
2. Jenis kelamin dan usia
3. Diet
4. Berat badan/obesitas
5. Gaya hidup merokok dan
konsumsi alkohol
FaktorPemungkin:
1. Ketersediaan sumber daya
Kesehatan
2. Keterjangkauan sumber daya
kesehatan
3. Prioritas dan komitmen Kejadian Hipertensi
masyarakat/pemerintah terhadap
kesehatan
4. Keterampilan yang berkaitan
dengan kesehatan
Faktor Penguat:
1. Keluarga
2. Teman sebaya
3. Guru
4. Petugas kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN
(Setiadi, 2013). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-Sectional.
secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang
2017.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang ada di Puskesmas
3.3.2 Sampel
atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
a. Kriteria Inklusi:
b. Kriteria Eksklusi:
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Setiadi, 2013).
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen
yang terdiri daripendidikan, genetik, status diet, obesitas, dan stres. Sedangkan
variabel dependen yang terdiri dari kejadian hipertensi. Sehingga kerangka konsep
Bagan 2.1
Kerangka Konsep
Pendidikan
Genetik
Kejadian
Status Diet Hipertensi
Obesitas
Stres
36
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1. Pendidikan Pengetahuan erat Wawancara Kuesioner Jumlah total Ordinal
kaitannya dengan skor jawaban
pendidikan dikategorikan:
dimana seseorang 1. Rendah:
pendidikan golongan
tinggi, maka tidak
semakin luas sekolah,
pengetahuannya SD, SMP
2. Tinggi:
golongan
SMA, dan
perguruan
tinggi
(Regen, 2015)
2. Genetik Seseorang yang Wawancara Kuesioner Jumlah total Ordinal
mempunyai skor jawaban
riwayat hipertensi dikategorikan:
pada keluarga 1. Tidak: tidak
akan mempunyai ada
resiko yang lebih keturunan
besar untuk 2. Ya: ada
mengalami keturunan
hipertensi (Silvia, 2016)
3. Status Diet Suatu cara atau Wawancaca Kuesioner Jumlah total Ordinal
usaha dalam skor jawaban
pengaturan dikategorikan:
jumlah dan jenis 1. Kurang:
makanan dengan jika nilai
maksud tertentu mean di
seperti bawah
mempertahankan (31,57)
kesehatan atau 2. Baik: jika
membantu nilai mean
kesembuhan di atas
penyakit (31,57)
(Subkhi, 2016)
37
3.6 Hipotesis
a. Ha :
b. Ho :
sebagai berikut:
penelitian.
f. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas kepada responden serta
i. Jika ada pernyataan yang sulit dipahami, maka peneliti akan menjelaskan
(Notoatmodjo, 2012):
a. Editing
atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
b. Coding
huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian data ini
Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau
setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukkan untuk
koreksi.
Analisa data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang
sangat menentukan ketepatan dan dari hasil penelitian (Yusuf, AM, 2014). Analisa
a. Analisa Univariat
Analisa data yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-
tiap variabel, dari variabel dependen yaitu kejadian hipertensi dan variabel
b. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu:
pendidikan, genetik, status diet, obesitas, dan stres dengan menggunakan uji
statistik, yaitu :
2) Apabila P value > α 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel
berbentuk pertanyaan, dan telah dilakukan uji validitas dan realibilitas oleh peneliti
pendidikan, genetik, status diet, obesitas, dan stres yang terdiri dari 20 pertanyaan dan
pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung dalam penelitian
agar tidak terjadi pelanggaran hak-hak manusia yang menjadi subjek penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
pengolahan data. Lembaran ini disertai dengan judul penelitian, bila subjek
menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
45
BAB IV
Puskesmas Plaju terletak sangat strategis ditepi jalan raya utama di Jalan D.I.
Panjaitan No. 40 Kelurahan Plaju Ulu Kecamatan Plaju Palembang. Puskesmas Plaju
perbatasan wilayah kerja karena dilalui kendaraan umum maupun pribadi, baik dari
kalangan ekonomi yang kurang mampu sampai menengah ke atas. Dengan luas tanah
Puskesmas Plaju didirikan pada tahun 1957, dimulai dari pusat pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta pengobatan umum. Letak gedung pelayanan disekitar
pasar Plaju. Pada tahun 1969 pelayanan dipindahkan oleh pemerintah kota Palembang
ketempat saat ini berada, sebelumnya tempat ini merupakan wakaf dari salah satu
45
46
dan prasarana kesehatan. Pada tahun 2000 gedung Puskesmas Plaju direhab total,
kemudian direhab total kembali pada tahun 2014 menjadi bangunan 2 tingkat
sehingga tampak seperti penampilan saat ini. Jika dihitung dari awal didirikan
untuk kecamatan Plaju dengan luas wilayah kerja 126,5 Km². Untuk memperluas
meliputi 7 kelurahan.
yaitu:
g. Kelurahan Komperta
Geografi wilayah kerja Puskesmas Plaju terdiri dari daerah daratan dan
Visi
Misi
Motto
Tata Nilai
P : Pelayanan Prima
L : Loyalitas
A : Akuntabel
J : Jujur
U : Unggul
1) Penyakit Dalam
b. Pengobatan Umum
c. Pengobatan Gigi
e. Laboratorium Klinik
1) Pelayanan KB
2) Pelayanan ANC
49
3) Pelayanan IVA
1) Gizi
2) Imunisasi
3) Kesehatan Lingkungan
k. EKG
l. USG
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
variabel kejadian hipertensi dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu ringan dan berat.
Tabel 4.2.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Usia Jumlah (n) Persentase (%)
1. Ringan 18 34,0
2. Berat 35 66,0
Total 53 100
Sumber:Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
50
4.2.2 Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
Tabel 4.2.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
1. Rendah 15 28,3
2. Tinggi 38 71,7
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
4.2.3 Genetik
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
variabel genetik dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu tidak dan ya. Hasil analisis dapat
Tabel 4.2.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Genetik di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Genetik Jumlah (n) Persentase (%)
1. Tidak 20 37,7
2. Ya 33 62,3
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
variabel status diet dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu kurang baik dan baik. Hasil
Tabel 4.2.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Diet di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Status Diet Jumlah (n) Persentase (%)
1. Kurang Baik 28 52,8
2. Baik 25 47,2
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
kurang baik yaitu sebesar 28 responden (52,8%) sedangkan responden dengan status
4.2.5 Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
variabel obesitas dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu tidak obesitas dan obesitas.
Tabel 4.2.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Obesitas di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Obesitas Jumlah (n) Persentase (%)
1. Tidak Obesitas 26 49,1
2. Obesitas 27 50,9
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
4.2.6 Stres
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
variabel stres dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu tidak stres dan stres. Hasil analisis
Tabel 4.2.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stres di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
No. Stres Jumlah (n) Persentase (%)
1. Tidak Stres 25 47,2
2. Stres 28 52,8
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
53
sebesar 28 responden (52,8%) sedangkan responden dengan tidak stres yaitu sebesar
25 responden (47,2%).
Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu:
genetik, status diet, obesitas, dan stres dengan menggunakan uji statistic Chi-Square
dengan batas kemaknaan α 0,05. Keputusan hasil statistic diperleh dengan cara
membanding pvalue dengan α keputusannya hasil uji statistik, yaitu: apabila p value
< α 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
apabila p value > α 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
Tabel 4.3.1
Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
Penyakit Hipertensi Jumlah (n)
No. Pendidikan p value OR
Ringan % Berat % n %
1. Rendah 7 46,7 8 53,3 15 100
2. Tinggi 11 28,9 27 71,1 38 100 0,220 2.148
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan
= 0,05 diperoleh nilai p value = 0,220 yang berarta tidak ada hubungan antara
Dari hasil data tersebut didapat Odds Ratio (OR) = 2,148 yang menunjukkan
bahwa pendidikan tinggi berisiko 2,148 kali lebih besar mengalami hipertensi berat
Tabel 4.3.2
Hubungan Genetik dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
Penyakit Hipertensi Jumlah (n)
No. Genetik p value OR
Ringan % Berat % n %
1. Tidak 11 55,0 9 45,0 20 100
2. Ya 7 21,2 26 78,8 33 100 0,012 4,540
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan = 0,05
diperoleh nilai p value = 0,012 yang berarti ada hubungan antara genetik dengan
Dari hasil data tersebut didapat Odds Ratio (OR) = 4,540 yang menunjukkan
bahwa genetik 4,540 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan
Tabel 4.3.3
Hubungan Status Diet dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
Penyakit Hipertensi Jumlah (n)
No. Pola Makan p value OR
Ringan % Berat % n %
1. Kurang Baik 15 53,6 13 46,4 28 100 0,001 8,462
2. Baik 3 12,0 22 88,0 25 100
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
berat. Sedangkan dari 25 responden yang pola makannya baik sebanyak 22 responden
(88,0%) mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat
kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada hubungan
antara status diet dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Plaju Palembang tahun
2017.
Dari hasil data tersebut didapat Odds Ratio (OR) = 8,462 yang menunjukkan
bahwa status diet kurang baik 8,462 kali lebih besar mengalami hipertensi berat
Tabel 4.3.4
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
Penyakit Hipertensi Jumlah (n)
No. Obesitas p value OR
Ringan % Berat % n %
1. Tidak Obesitas 13 50,0 13 50,0 26 100
2. Obesitas 5 18,5 22 81,5 27 100 0,016 4,400
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan = 0,05
diperoleh nilai p value = 0,016 yang berarti ada hubungan antara obesitas dengan
Dari hasil data tersebut didapat Odds Ratio (OR) = 4,400 yang menunjukkan
bahwa yang obesitas 4,400 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan
Tabel 4.3.5
Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2017
Penyakit Hipertensi Jumlah (n)
No. Stres p value OR
Ringan % Berat % n %
1. Tidak Stres 13 52,0 12 48,0 25 100
2. Stres 5 17,9 23 82,1 28 100 0,009 4,983
Total 53 100
Sumber: Hasil Penelitian di Puskesmas Plaju, 2017
hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan = 0,05 diperoleh
nilai p value = 0,009 yang berarti ada hubungan antara stres dengan penyakit
Dari hasil data tersebut didapat Odds Ratio (OR) = 4,983 yang menunjukkan
bahwa yang stres 4,983 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan
4.4 Pembahasan
alat pengukur tekanan darah (spigmomanometer dan stetoskop) yang dilakukan oleh
58
Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredarah darah. Setiap kali otot jantung
berkontraksi, darah ditekan melawan dinding pembuluh darah dan dihitung sebagai
tekanan darah sistolik (angka bagian atas). Ketika jantung rileks di antara denyutan,
tekanan pada dinding pembuluh dihitung sebagai tekanan darah diastolik (angka
dapat di ukur dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja. Tekanan darah
sering berubah-ubah bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal. Hal ini
dipengaruhi oleh usia, stres, etnis, jenis kelamin, merokok, aktifitas fisik.
59
4.4.1.2 Pendidikan
minum alkohol, dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun
bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun
seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat
4.4.1.3 Genetik
hipertensi sering disebut dengan penyakit keturunan. Jika dari orang tua kita memiliki
60
riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki keturunan hipertensi (Silvia,
2016).
hipertensi pada saat memasuki usia produktif karena faktor degenerative. Dan
seseorang yang memiliki keturunan hipertensi maka sangat beresiko untuk terkena
diet kurang baik sebanyak 28 responden (52,8%), sedangkan yang status diet baik
Status diet yang baik adalah mengurangi asupan garam dan lemak tinggi. Diet
rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan
Menurut asumsi peneliti modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting
pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi ialah untuk
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
4.4.1.5 Obesitas
responden (49,1%).
Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu
yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang kurus,
orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat
badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan
olahraga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-
lemak berlebih didalam jaringan tubuh. Jaringan lemak tidak aktif akan meyebabkan
beban kerja jantung meningkat. Obesitas dinyatakan bila berat badan lebih dari 20%
4.4.1.6 Stres
(47,2%).
Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stres
hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi
yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
Menurut asumsi peneliti stres suatu keadaan yang dialami penderita akibat
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan kemampuan untuk
mengatasi dengan efektif. Apabila stres ini berlangsung lama dapat mengakibatkan
(53,3%) mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat
kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,220 yang berarti ada hubungan
2017. Odds Ratio (OR) = 2,148 yang menunjukkan bahwa pendidikan tinggi berisiko
2,148 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan dengan pendidikan
rendah.
minum alkohol, dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun
63
bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun
Tahun 2012. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan umur, pekerjaan, IMT,
kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah (p < 0,05). Sedangkan
jenis kelamin dan pendidikan tidak berhubungan secara statistik dengan tekanan
seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat
(45,0%) mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat
kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,012 yang berarti ada hubungan
64
2017. Odds Ratio (OR) = 4,540 yang menunjukkan bahwa yang memiliki genetik
4,540 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan dengan yang tidak
memiliki genetik.
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu
sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai
sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala
data secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square (α) = 0,05.
1,24, merokok (0,016) OR = 3,150, dan stres (0,018) OR = 2,000. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, genetik,
merokok, dan stres dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Prabumulih Barat tahun
2016.
hipertensi pada saat memasuki usia produktif karena faktor degenerative. Dan
65
seseorang yang memiliki keturunan hipertensi maka sangat beresiko untuk terkena
berat. Sedangkan dari 25 responden yang pola makannya baik sebanyak 22 responden
(88,0%) mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat
kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada hubungan
antara status diet dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Plaju Palembang tahun
2017. Odds Ratio (OR) = 8,462 yang menunjukkan bahwa yang status diet kurang
baik 8,462 kali lebih besar mengalami hipertensi berat dibandingkan dengan yang
Status Diet adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
kesembuhan penyakit. Program diet khusus penderita darah tinggi yaitu program diet
DASH (Dietary Approach for Stop Hypertension), yang dikembangkan oleh dokter
terkendali yaitu umur (p value = 0,022), status pasangan (p value = 0,001, konsumsi
garam (p value = 0,001), konsumsi kopi (p value = 0,033, stres (p value = 0,001), dan
Menurut asumsi peneliti modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting
pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi ialah untuk
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengalami penyakit hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan
= 0,05 diperoleh nilai p value = 0,016 yang berarti ada hubungan antara obesitas
dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Plaju Palembang tahun 2017. Odds Ratio
(OR) = 4,400 yang menunjukkan bahwa yang obesitas 4,400 kali lebih besar
serta meningkatkan resiko terjadinya hipertensi akibat faktor lain. Makin besar massa
tubuh, akan meningkat volume darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
yang lebih besar yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Selain itu,
kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Arifin, dkk,
2016).
penelitian didapatkan bahwa ada hubungan umur (p value = 0,000) dan obesitas (p
value = 0,000). Sedangkan yang tidak ada hubungan jenis kelamin (p value = 0,902),
lemak berlebih didalam jaringan tubuh. Jaringan lemak tidak aktif akan meyebabkan
beban kerja jantung meningkat. Obesitas dinyatakan bila berat badan lebih dari 20%
hipertensi berat. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan = 0,05 diperoleh
nilai p value = 0,009 yang berarti ada hubungan antara stres dengan penyakit
hipertensi di Puskesmas Plaju Palembang tahun 2017. Odds Ratio (OR) = 4,983 yang
68
menunjukkan bahwa yang stres 4,400 kali lebih besar mengalami hipertensi berat
hipertensi. Stres akan meningkat resistensi pembuluh darah perifer dan keluaran
jantung. Stres dapat memicu pengeluaran hormon kortisol dan epinefrin yang
denyut jantung. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai
terkendali yaitu umur (p value = 0,022), status pasangan (p value = 0,001, konsumsi
garam (p value = 0,001), konsumsi kopi (p value = 0,033, stres (p value = 0,001), dan
konsumsi obat antihipertensi (p value = 0,001). Faktor yang tidak berhubungan yaitu
Menurut asumsi peneliti stres suatu keadaan yang dialami penderita akibat
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan kemampuan untuk
mengatasi dengan efektif. Apabila stres ini berlangsung lama dapat mengakibatkan
keterbatasan yang saya alami.Jumlah sampel dalam penelitian ini memenuhi sampel
kebenaran informasi tergantung dari kesungguhan dan kejujuran responden pada saat
kuesioner kepada respondenn hal ini dikarenakan kebanyakan responden tidak lancar
BAB V
5.1 Kesimpulan
Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2017 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
responden (62,3%), responden yang status diet kurang baik yaitu sebesar 28
70
71
5.2 Saran
tentang pelayanan keperawatan setiap 1 tahun sekali agar perawat lebih berkualitas
penyakit hipertensi.
yang lebih bervariasi dan menggunakan metode lainnya, sehingga penelitian tentang