Anda di halaman 1dari 20

Konsep Teori Dan Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Gangguan Alam Perasaan


Keputusasaan

Oleh
1. GUSTI AYU RATNA DEWI NIM 18.321.2866

2. NI KADEK YULI DAMAYANTI NIM 18.321.2884

KELAS : A12 B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Konsep Teori dan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Alam Perasaan Keputusasaan”
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa dalam menempuh pendidikan Program Studi S1 Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali pada Semester Ganjil
tahun 2020, yang diampu oleh Ibu Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti,
S.Kep.,M.Fis
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentunya tidak luput dari
bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep., Ketua Program
Studi S1 Keperawatan, Stikes Wira Medika PPNI Bali;
2. Dosen pengampu Ibu Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep.,M.Fis
yang telah membimbing dalam proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya
penulis berikutnya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 25 Februari 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................I

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apa Yang Dimaksud dengan Keputusasaan ?.........................................3


2.2 Apa Saja Penyebab dari Keputusasaan ?.................................................3
2.3 Apa Saja Tanda dan Gejala Pada Pasien dengan Keputusasaan ?...........4
2.4 Bagaimana Penanganan Medis dan Keperawatan pada
Pasien dengan Keputusasaan ?.................................................................7
2.5 Asuhan Keperawatan pada klien dengan Alam
Perasaan Keputusasaan............................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................16


3.2 Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

1.5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan
bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa
tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan
cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak
berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi
tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya
kontrol dan sumber yang tersedia.
Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan
keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat
juga harus menngunakan resiko bunuh diri.
Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini
muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih
sering dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan. Keputusasaan sering
terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam
pikiran , perasaan maupun perilaku.
Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak
mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putus
asa akan segala kemampuannya, dan kebanyakan ungkapan klien mengarah
ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa.
Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin
yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman
keputusasaan ini dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila
mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah
dan pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam kegelapan. Barangkali

1
dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-masing dari kita
menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada
waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keputusasaan ?
2. Apa saja penyebab dari keputusasaan ?
3. Apa saja tanda dan gejala pada pasien dengan keputusasaan ?
4. Bagaimana penanganan medis dan keperawatan pada pasien dengan
keputusasaan ?
5. Asuhan keperawatan pada klien dengan alam perasaan keputusasaan

1.3 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan konsep keputusasaan.
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada
pasien dengan keputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien
dengan konsep keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
konsep keputusasaan.
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami tentang apa yang dimaksud
dengan keputusasaan, penyebab dari keputusasaan, tanda dan gejala pada
pasien dengan keputusasaan, bagaimana penanganan medis dan
keperawatan pada pasien dengan keputusasaan serta dapat memahami
asuhan keperawatan pada klien dengan alam perasaan keputusasaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keputusasaan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa
bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain
mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan
solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan
kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati ,
kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )
Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan
bahwa keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan
dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya
alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul
atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan
energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan . (carpenito, 563).

2.2 Penyebab Keputusasaan


Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
1. Faktor kehilangan.
2. Kegagalan yang terus menerus .
3. Faktor Lingkungan.
4. Orang terdekat ( keluarga ).
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam
jiwa).

3
6. Adanya tekanan hidup.
7. Kurangnya iman.

2.3 Tanda dan gejala keputusasaan


Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa
hampa (“saya tidak dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali.
4. Menunjukkan kesedihan.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murung atau blue mood.
9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu).
10. Menurun atau tidak adanya selera makan.
11. Peningkatan waktu tidur.
12. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang
bermakna.

Sedangkan menurut, Keliat, Dkk (2006) adalah:


1. Mayor ( harus ada).
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang
mendalam, berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi
yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang
kesedihan.
1) Fisiologis :
1. Respon terhadap stimulus melambat.
2. Tidak ada energi .

4
3. Tidur bertambah.
2) Emosional :
1. Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan.
2. Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan.
3. Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup.
4. Hampa dan letih.
5. Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa tidak berdaya,
tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
1. Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan.
2. Penurunan verbalisasi.
3. Penurunan afek.
4. Kurangnya ambisi, inisiatif, serta minat.
5. Ketidakmampuan mencapai sesuatu.
6. Hubungan interpersonal yang terganggu.
7. Proses pikir yang lambat.
8. Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
1. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan.
2. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini.
3. Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir.
4. Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ).
5. Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap.
6. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan
yang ditetapkan.

5
7. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan.
8. Tidak dapat mengenali sumber harapan.
9. Adanya pikiran untuk membunuh diri.

2. Minor ( mungkin ada ):


1. Fisiologis
1) Anoreksia.
2) BB menurun.
2. Emosional
1) Individu merasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain.
2) Merasa berada diujung tanduk.
3) Tegang.
4) Muak ( merasa ia tidak bisa).
5) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia
jalani.
6) Rapuh.
3. Individu memperlihatkan
1. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari
pembicara.
2. Penurunan motivasi.
3. Keluh kesah.
4. Kemunduran.
5. Sikap pasrah.
6. Depresi.
4. Kognitif
Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima:
1. Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu , masa sekarang ,
masa datang.
2. Bingung.
3. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.

6
4. Distorsi proses pikir dan asosiasi.
5. Penilaian yang tidak logis.
Pohon masalah

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga diri rendah


(Keliat, 2005)

1.4 Penanganan medis dan keperawatan


1.4.1 Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
1.4.2 Psikoterapi
Adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman
diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara
lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya.
1.4.3 Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak

7
menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi
psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.
1.4.4 Terapi Psikoreligius.
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita
gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum
komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik.
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
1.4.5 Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan
di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa.
Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain;
terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan
kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum
penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si
penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.

2.5 Konsep Teori Asuhan keperawatan pada klien dengan alam perasaan
keputusasaan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.

8
2) Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati
klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
1. Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan.
2. Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu
masalah.
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses
3) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon
keputusasaan adalah:
1. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di
dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan.
2. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola
hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan
mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
4. Struktur Kepribadian.
5. Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadap stress yang dihadapi.

9
4) Faktor presipitasi.
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
keputusasaan adalah:
1. Faktor kehilangan.
2. Kegagalan yang terus menerus.
3. Faktor Lingkungan.
4. Orang terdekat ( keluarga ).
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat
mengancam jiwa).
6. Adanya tekanan hidup.
7. Kurangnya iman.
5) Respon Emosional
1. Mayor (harus ada):
1) Individu yang putus asa sering sekali kesulitan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan.
2) Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan.
3) Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup.
4) Hampa dan letih.
5) Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa.
6) Tidak berdaya, tidak mampu dan terperangkap.
2. Minor (mungkin ada):
1) Individu marasa  putus asa terhadap diri sendiri dan orang
lain.
2) Merasa berada diujung tanduk.
3) Tegang.
4) Muak ( merasa ia tidak bisa).
5) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang
ia jalani.
6) Rapuh

10
6) Respon Kognitif
1. Mayor ( harus ada):
1) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan.
2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang
bukan masalah yang dihadapi saat ini.
3) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir.
4) Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ).
5) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap.
6) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan
tujuan yang ditetapkan.
7) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta
membuat keputusan.
8) Tidak dapat mengenali sumber harapan.
9) Adanya pikiran untuk membunuh diri.
2. Minor (mungkin ada):
1) Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang
diterima.
2) Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa
sekarang, masa datang.
3) Bingung.
4) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.
5) Distorsi proses pikir dan asosiasi.
6) Penilaian yang tidak logis.

2. Diagnosa keperawatan
“Keputusasaan”
Keputusasaan, factor yang berhubungan dengan penurunan kondisi
fisik , prognosi yang buruk

11
3. Tujuan Umum :
Klien menunjukan keputusasaan akan berkurang yang ditandai
dengan konsisten dalam membuat keputusan, adanyan harapan
keseimbangan mood, status gizi akan adekuat (asupan makanan dan
minuman ),dan tidur yang adekuat.

Tujuan Khusus :
Klien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal masalah keputusasaannya .
c. Berpartisipasi dalam aktivitas.
d. Menggunakan keluarga sebagai system pendukung.

4. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Bina hubungan saling percaya
1. Ucapkan salam.
2. Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
3. Jelaskan tujuan pertemuan.
4. Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
5. Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya..
2) Klien mengenal masalah keputusasaannya.
1. Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan sedih/
kesendirian/ keputusasaannya.
2. Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap
kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi
klien.
3. Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung
putus asa : pembicaraan abnormal/ negative, menghindari
interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam aktivitas.

12
4. Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk
mengatasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang
digunakan.
5. Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama
ini digunakan oleh klien.
6. Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
7. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap
alternative.
8. Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa
adalah factor risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) :
tanyakan tentang rencana, metode dan cara bunuh diri.
3) Klien berpartisipasi dalam aktivitas.
1. Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda
menelepon RS setiap hari untuk menanyakan keadaanmu ?”
2. Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan
rasa putus asa.
3. Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang
mendukung pikiran dan perasaan yang positif.
4. Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha
klien dalam mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
4) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Ucapkan salam.
2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang
disukai.
3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai,
hubungan dengan klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Buat kontrak pertemuan.

13
2. Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi
putus asa klien.
3. Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk
membantu klien mengatasi masalah dan bagaimana hasilnya.
4. Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi
masalahnya.
5. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :
1) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
2) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek
samping, akibat bila tidak patuh minum obat.
3) Cara keluarga merawat klien
4) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi
klien (Puskesmas, RS).

5. Implementasi
Implementasi dalam asuhan keperawatan merupakan melakukan
dan mendukumentasikan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Pada saat menghadapi
pasien dengan gangguan jiwa perawat harus lebih sigap, guna
kelancaran implementasi yang diberikan. Kelancaran dalam
memberikan suatu pelayanan asuhan keperawatan berasal dari perawat
yang memberikan tindakan.
Dengan kata lain pasien dengan gangguan jiwa juga harus
memiliki kualitas pelayanan dengan kategori baik. Dalam melakukan
tindakan sesuai dengan rencana keperawatan maka diperlukan jumlah
tenaga keperawatan yang cukup dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik.

6. Evaluasi
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktivitas yang disengaja dimana klien,

14
keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya yang
menentukan, kemajuan klien terhadap outcome (hasil) yang dicapai
(Wilkinson, 2007).
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi, sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak, dalam melakukan evaluasi
keperawatan perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil, pada tahap evaluasi ini terdapat dua kegiatan yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses
keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut
evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
7.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa
bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain
mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan
solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan
kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati ,
kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kami diharapkan dapat makin memperbanyak
pengetahuan dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada
pasien dengan keputusasaan dan, diharapkan berperan serta dalam
peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah
bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan
keputusasaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.

Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y.,
dkk. (2006). Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
Jakarta: FIK UI dan WHO

Nursalam. (2008). Proses dan dukumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Rabitual. A., Thamrin.,Lukman. D. (2012). Evaluasi pelayanan yang diberikan


oleh perawat pada ruang kelas III RSUD Dokter Soedarso. Jurnal tesis
PMIS-UNTAN-IAIN. 1-10

Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Wibawa, Samodra., (1994). Evaluasi kebijakan public. Jakarta: Raja grafindo


persada

17

Anda mungkin juga menyukai