Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Pengetahuan Komplementer Herbal Rebusan Daun Seledri Pada

Pasien Hipertensi Di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten


Tabanan

1. Kenapa mengambil judul ini? Apa fenomenanya?


Hipertensi (Kenapa meneliti Penyakit tidak menular kenapa tidak
penyakit menular?, kenapa dengan hipertensi, kan masih ada penyakit
tidak menular lainnya selain hipertensi?)

Penyakit Tidak Menular merupakan penyebab kematian didunia sebesar 71 %


(World Health Organization, 2018). Penyakit Tidak Menular adalah penyakit
yang membunuh sekitar 36 juta jiwa per tahun, dari 80 % kematian ini terjadi
di Negara yang berpenghasilan menengah dan berpenghasilan rendah (Rencana
Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2017). Penyakit Tidak
Menular atau sering disebut dengan PTM adalah penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari satu individu ke individu lainnya (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Di Indonesia sendiri, persentase kematian yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular terus meningkat. Persentase terkait penyakit tidak
menular di Indonesia 2019 sebesar 69,91 % (Kementerian Kesehatan R1,
2019). Jadi alasan saya memilih Penyakit Tidak Menular dari pada Penyakit
Menular itu karena berdasarkan data bahwa persentase dari Penyakit Tidak
Menular lebih besar dari Penyakit Menular.

Prevalensi dari penyakit tidak menular 2018 mengalami kenaikan jika


dibandingkan dengan prevalensi penyakit tidak menular 2013, dimana
prevalensi penyakit kanker naik dari 1,4 % menjadi 1,8 %, penyakit ginjal
kronik naik dari 2 % menjadi 3,8 %, penyakit diabetes melitus naik dari 6,9 %
menjadi 8,5 %, penyakit stroke naik dari 7 % menjadi 10,3 %, dan penyakit
hipertensi naik dari 25,8 % menjadi 34, 1 % (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Alasan saya memilih hipertensi dibandingkan dengan penyakit tidak menular
lainnya juga berdasarkan data bahwa prevalensi hipertensi lebih besar dan
kenaikannya juga paling tinggi diantara penyakit tidak menular lainnya,

1
Prevalensi hipertensi di dunia sebesar 22 % dari total penduduk yang ada di
dunia, dimana prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27 % berada pada wilayah
Afrika, kedua berada pada wilayah Mediterania Timur sebesar 26 %, ketiga
berada pada wilayah Asia Tenggara sebesar 25 %, keempat berada pada
wilayah Eropa sebesar 23 %, kelima berada pada wilayah Pasifik Barat, dan
yang terakhir berada pada wilayah Amerika sebesar 18 % (WHO, 2019).

Berdasarkan data statistik menyebutkan bahwa terdapat 24,7 % penduduk Asia


Tenggara dan 23,3 % dari penduduk Indonesia yang berusia 18 tahun keatas
menderita hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali 2020 terkait


jumlah penderita hipertensi pada usia >15 Tahun, dimana wilayah yang paling
tinggi jumlah penderita hipertensi yaitu yang pertama di Kota Denpasar dengan
jumlah hipertensi sebanyak 175.821 orang, yang kedua di Kabupaten Buleleng
dengan jumlah hipertensi sebanyak 122.524 orang dan yang ketiga di
Kabupaten Tabanan dengan jumlah hipertensi sebanyak 101.984 ribu orang.

2. Kenapa pengetahuan?
Menurut Notoatmodjo, 2014 pengetahuan dapat mempengaruhi terbentuknya
perilaku seseorang. termasuk perilaku dalam memanfaatkan seledri sebagai
terapi untuk mengatasi hipertensi. Pengetahuan juga dapat menjadikan
seseorang memiliki kesadaran sehingga seseorang tersebut akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Apabila seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik maka cenderung seseorang tersebut akan berperilaku
yang baik juga, begitupun sebaliknya.
Pengetahuan yang kurang mengenai manajemen hipertensi dapat
mempengaruhi perilaku individu itu sendiri, termasuk perilaku yang dapat
menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah dan dapat menimbulkan
komplikasi (Efendi & Larasati, 2017).
Oleh karena itu saya tertarik meneliti tentang pengetahuan dikarenakan
pengetahuan sangat berhubungan dengan perubahan perilaku.

2
Hal ini sejalan dengan judul penelitian yang saya ambil terkait gambaran
pengetahuan komplementer herbal rebusan daun seledri pada penderita
hipertensi, dimana nanti apabila penelitian saya mengenai gambaran
pengetahuan itu hasil pengetahuan masyarakatnya kurang baik maka sesuai
data bahwa tingginya penderita hipertensi di wilayah itu disebabkan karena
pengetahuannya yang kurang terkait hipertensi.

3. Kenapa daun seledri? Kenapa tidak herbal yang lainnya?


Memang banyak jenis tanaman yang berkhasiat sebagai antihipertensi. Salah
satu penelitian menyebutkan ada beberapa jenis tanaman yang berkhasiat
sebagai antihipertensi diantaranya belimbing wuluh, belimbing manis, teh
hijau, bawang putih, melon, mentimun, daun salam dan seledri (Vera Yulia &
Susi Yanti, 2020).
Kenapa saya memilih seledri dari banyaknya jenis tanaman yang berkhasiat
sebagai antiipertensi dikarenakan
Ada penelitian yang dilakukan oleh Fitriani, Nur Azizah Dwi (2020) terkait
Perbandingan Efektivitas Rebusan Daun Salam dan Rebusan Daun Seledri
Terhadap Penurunan Tekanan Darah, didapatkan hasil pada kelompok rebusan
daun salam terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 16, 18 mmHg
dan terdapat penurunan tekanan darah diastoliknya sebesar 9,37 mmHg.
Sedangkan pada kelompok rebusan daun seledri terdapat penurunan tekanan
darah sistolik sebesar 17,45 mmHg dan terdapat penurunan tekanan darah
diastoliknya sebesar 10,28 mmHg. Dilihat dari besarnya tingkat penurunan
tekanan darah menunjukkan bahwa rebusan daun seledri lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan rebusan daun salam, ini
terjadi karena perbedaan kandungan zat dari daun salam dan daun seledri.
Kemudian ada penelitian yang dilakukan oleh Wiji dkk (2021) terkait
Efektivitas Pemberian Jus Mentimun dan Rebusan Daun Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi, didapatkan hasil bahwa saat
menggunakan jus mentimun tekanan darah sebelum diberikan intervensi
sebesar 160/90 mmHg, dan sesudah diberikan intervensi tekanan darah sebesar
140/90 mmHg. Sedangkan saat menggunakan rebusan seledri tekanan darah

3
sebelum diberikan intervensi sebesar 160/100 mmHg dan setelah diberikan
intervensi tekanan darah sebesar 120/70 mmHg. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pemberian rebusan seledri lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian jus mentimun.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih dkk (2021) terkait
Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi
dimana hasil penelitiannya Rata – rata tekanan darah sistolik pada penderita
hipertensi sebelum diberi intervensi rebusan seledri 155,00 mmHg sedangkan
rata – rata tekanan darah diastoliknya 94,38 mmHg. Rata – rata tekanan darah
sistolik pada penderita hipertensi setelah diberi intervensi rebusan seledri
135,00 mmHg sedangkan rata – rata tekanan diastoliknya 85,00 mmHg.
Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pemberian
rebusan seledri dimana penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20,000 mmHg
dan diastolik sebesar 9,375 mmHg.
Jadi dari hasil penelitian tersebut bahwa daun seledri lebih efektif sebagai
antihipertensi dibandingkan dengan herbal lainnya. Disamping itu juga, supaya
sejalan dengan tempat penelitian saya nanti. Dimana ditempat penelitian nanti,
tanaman seledri mudah didapatkan karena masyarakat disana pekerjaannya
sebagai petani sayur khususnya seledri yang sudah pasti mempunyai lahan
untuk berkebun.

4. Kenapa penting dilakukan penelitian?


Alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, karena peneliti ingin
menjawab secara keseluruhan mengenai rumusan masalah dari penelitian ini
yang disajikan dalam BAB I, dimana pembahasannya nanti akan disajikan pada
BAB IV setelah melalui proses Analisa data, sehingga peneliti dapat
mengetahui secara keseluruhan mengenai hasil dari penelitian ini.
Untuk menambah pengetahuan penderita hipertensi terkait pentingnya
manajemen pengendalian hipertensi yang dimana nantinya dapat menurunkan
risiko komplikasi akibat tekanan darah yang tidak terkontrol.

4
5. Kenapa di Candikuning?
Walaupun daerah Wilayah Kabupaten Tabanan terkait jumlah penderita
hipertensi tertinggi berada pada nomor tiga di Provinsi Bali 2020, namun ada
beberapa alasan tempat penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Tabanan,
tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan yaitu Dilihat dari
salah satu wilayah yang berada Kabupaten Tabanan yaitu Desa Candikuning
merupakan tempat yang spesifikasinya mengacu ke topik judul saya terkait
seledri, dimana ditempat ini kondisi suhu udaranya sangat dingin sehingga
tempat ini selalu berkabut dan di daerah ini dominan penduduknya mempunyai
lahan pertanian, khususnya lahan perkebunan sayur seledri. Sehingga
pengaruhnya terhadap sektor pertanian seperti tanaman sayur sangat subur
disini. Namun dari banyaknya lahan yang dipergunakan untuk perkebunan
sayur, masyarakat hanya berfokus untuk menjual hasil dari lahan
perkebunannya. Mereka tidak memanfaatkan hasil kebun mereka sendiri
seperti seledri untuk mengatasi masalah kesehatannya bagi penderita
hipertensi. sehingga kasus hipertensi masih tinggi.
Oleh karena itu saya meneliti ditempat Desa Candikuning.

6. Apa yang membedakan dengan penelitian sebelumnya?


Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astini (2021) di Desa Sai
dimana populasi penderita hipertensi sebanyak 65 orang, dengan jumlah
sampel sebanyak 56 orang. Untuk penelitian saya yang rencana akan dilakukan
di Desa Candikuning itu dimana populasinya berjumlah 1.864 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 187 orang. Dari populasi sudah terlihat bahwa
populasi penderita Hipertensi di Desa Candikuning lebih banyak dari pada di
Desa Sai.
Lalu pada karakteristik sampelnya pada penelitian sebelumnya menggunakan
usia minimal sama dengan atau diatas 35 tahun keatas, untuk penelitian saya
yang rencana akan dilakukan itu menggunakan karakteristik usia dari 18-54
tahun.
Kemudian dari segi tempat penelitiannya yang kurang sejalan dengan judul
penelitiannya dimana tempat penelitian yang digunakan pada peneliti

5
sebelumnya itu latar belakang tempatnya tidak ada budi daya seledri atau lahan
yang digunakan untuk tanaman seledri karena lahan disana hanya
dipergunakan untuk kebun kopi dan ubi, sedangkan direncana penelitian saya
untuk tempat penelitian sudah sejalan dengan judul penelitiannya, yang dimana
memang sudah jelas di Desa Candikuning banyak penduduk yang mempunyai
lahan untuk berkebun khusunya seledri.

7. Kenapa penelitian Kuantitatif?


Karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan
komplementer herbal rebusan daun seledri pada pasien hipertensi.
Dan tujuan dari penelitian tersebut hanya bisa didapatkan melalui penelitian
kuantitatif, karena data kuantitatif bisa diuji secara statistik untuk melihat
gambaran pengetahuan komplementer herbal rebusan daun seledri pada pasien
hipertensi.
Dengan penelitian kuantitatif, masalah kompleks (fenomena) yang terjadi bisa
dilihat dan dipahami secara lebih sederhana
Hasil dari penelitian kuantitatif dapat digeneralisasikan (Generalisasi adalah
proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu
kejadian, hal, fakta dan sebagainya)
Data yang jelas dan terukur lebih kuat untuk menjadi landasan kebijakan
tempat penelitian selanjutnya

8. Kenapa teknik simple random sampling?


Jadi saya menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Populasi penderita hipertensi berjumlah 1.864 orang


Apabila populasi berjumlah 1000 an maka penggunaan sampelnya sebesar
10%-20% dari populasi.

6
Disini saya menggunakan 10% dari populasi sehingga sampel saya berjumlah
187 orang. (Nursalam 2017)

9. Kenapa usia 18-54?


Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 terkait prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur (sama dengan atau diatas)
≥ 18 tahun menurut karakteristik, dimana disebutkan ada 7 kelompok umur
diantaranya kelompok umur 18-24, 25-34, 35-44, 45-54, 55-64, 65-74, 75
keatas. Jadi disini saya menggunakan 4 kelompok umur dari 1-4 yaitu 18-54
tahun. Karakteristik kelompok umur yang paling tinggi terkait hipertensi yaitu
pertama dari karakteristik kelompok umur 25-34 tahun dengan jumlah
sebanyak 152.373 orang, kedua dari karakteristik kelompok umur 35-44 tahun
dengan jumlah sebanyak 144.578 orang, ketiga dari karakteristik umur 45-54
tahun dengan jumlah sebanyak 118.927 orang, keempat dari karakteristik umur
18-24 tahun dengan jumlah sebanyak 106.849, kelima dari karakteristik umur
55-64 tahun dengan jumlah sebanyak 79.427, keenam dari karakteristik umur
65-74 tahun dengan jumlah sebanyak 38.335, dan yang ketujuh dari kelompok
umur 75 keatas dengan jumlah 17.712.
Jadi disini saya menggunakan 4 kelompok umur dari kelompok umur 1-4 yaitu
umur 18-54 tahun karena jumlah hipertensinya diatas 100 ribu, disamping itu
juga supaya memudahkan saya dalam pengumpulan data dengan kuesioner
yang disebar dalam google form melalui group whatsap. Karena 3 kelompok
umur yang tidak dipakai yaitu umur 55-75 tahun keatas, biasanya sudah
mengalami kesulitan dalam penggunaan handphone, maupun dalam membaca
dan mengetik.

10. Mengapa menggunakan pendekatan subyek crosssectional?


Sesuai dengan pengertian dari pendekatan crossectional yaitu melakukan
pengamatan atau pengukuran secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam
satu kali waktu. Tiap subjek hanya diobservasi satu kali (Nursalam, 2017).
Artinya, penelitian ini akan dilakukan hanya 1x, responden hanya bisa
mengisi kuesioner penelitian ini hanya 1x saja

7
11. Mengapa melakukan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya?
Karena peneliti ingin menjadikan perbandingan dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, yang akan dijadikan acuan dalam Menyusun proposal
penelitian ini, serta perbandingan tersebut akan disajikan didalam
pembahasan dari penelitian ini yaitu pada BAB IV

12. Kenapa penelitian ini menggunakan skala ordinal?


Karena penelitian ini untuk mengukur secara bertingkat tentang pengetahuan
komplementer herbal rebusan daun seledri menggunakan alat ukur kuesioner
dengan kategori tingkat pengetahuan yaitu baik, cukup, dan kurang.

13. Teknik Pengumpulan Data?


Proses Administratif pengurusan surat perijinan
Proses teknis (alur)

14. Jenis data yang dikumpulkan:


Data primer: didapatkan lngsung dari responden/tempat penelitian melalui
pengisian kuesioner
Data sekunder: catatan atau dokumentasi secara langsung atau didapat dari
internet.

15. Instrumen pengumpulan data?


Kuesioner pengetahuan komplementer herbal rebusan daun seledri yang
berjumlah 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar atau salah.
Cara menghitung

Keterangan:
P = presentase jawaban benar

= jumlah jawaban benar

8
= jumlah pertanyaan

Kategori:
Pengetahuan baik 76-100% skor (16-20)
Pengetahuan cukup 56-75% skor (12-15)
Pengetahuan kurang <56% skor (≤11)

16. Uji Validitas?


Suatu indikator dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dan jika r hitung <
r tabel maka tidak valid. Nilai r tabel didapatkan dari nilai df (degree of
freedom) yang dihitung menggunakan rumus n-2, untuk n sebagai jumlah
sampel. Untuk r tabel dengan df 28 adalah 0,3061 dan r hitung dapat dilihat
dari hasil pengolahan data di komputer. Hasil uji validitas kuesioner
pengetahuan menunjukkan kuesioner valid 100% dengan rentang r hitung tiap
pertanyaan yaitu 0,309-0,631

17. Uji Reliabilitas?


Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha program melalui
program komputer. Uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya pada setiap item kuisioner dinyatakan valid. Intrumen dapat
digunakan dalam suatu penelitian jika memiliki nilai reliabilitas di atas 0,80
bahkan jika digunakan untuk uji diagnostik nilai reliabilitas sebaiknya di atas
0,90. Nilai reliabilitas yang didapatkan berdasarkan uji kuesioner
pengetahuan yaitu 0,817.

18. Analisi Data?


Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat yaitu analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini yaitu
mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti yaitu pengetahuan
komplementer herbal rebusan daun seledri pada pasien hipertensi. Analisis
data yang dilakukan menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral.
Pada data kategorik yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi adalah

9
jenis kelamin dan pengetahuan komplementer herbal rebusan daun seledri
pada pasien hipertensi. Data numerik yaitu usia yang akan disajikan dalam
tendensi sentral (mean, median, modus). Pada penelitian ini, analisis distribusi
frekuensi dan tendensi sentral akan disajikan dalam bentuk tabel.

Jurnal:
1. Astini, Ni Wayan (2021) Gambaran Pengetahuan Komplementer Herbal
Rebusan Daun Seledri Pada Pasien Hipertensi Di Desa Sai Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun 2021. Diploma thesis, Jurusan
Keperawatan 2021

10

Anda mungkin juga menyukai