Anda di halaman 1dari 40

LITERATURE REVIEW: GAMBARAN

SKRINING DAN DIAGNOSIS GESTASIONAL


DIABETES MELLITUS

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sarjana Keperawatan

YOSINTA TANDIAYU
NH0116193

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
I. JUDUL PENELITIAN.................................................................................
II. RUANG LINGKUP PENELITIAN.............................................................
III. PENDAHULUAN.......................................................................................
1. Latar Belakang.....................................................................................
2. Rumusan Masalah...............................................................................
3. Tujuan Penelitian.................................................................................
4. Manfaat Penelitian...............................................................................
VI. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
A. Tinjauan Umum Tentang Skrining dan Diagnosis GDM .........................
B. Tinjauan Umum Tentang Gestasional DM................................................
C. Kerangka Teori…………………………………………………………..
V. METODE PENELITIAN...............................................................................
1. Desain Penelitian.................................................................................
2. Tahapan Literatur Review...................................................................
3. Tempat dan waktu penelitian...............................................................
4. Alat dan proses Pengumpulan Data.....................................................
5. Pengolahan data...................................................................................
6. Etika Penelitian....................................................................................
VI. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN.............................................
1. Personalia Penelitian…………………………………………………
2. Jadwal Penelitian……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN

2
USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN
Gambaran Skrining Dan Diagnosis Gestasional Diabetes Mellitus

II. RUANG LINGKUP PENELITIAN


KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan
toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat
kehamilan sedang berlangsung (Rahayu & Rodian, 2016). Pada
kehamilan yang sehat, sekresi insulin pula meningkat sebagai respons
terhadap resistensi insulin perifer untuk mempertahankan
normoglikemia puasa. Kehamilan yang diperumit oleh DMG ditandai
oleh resistensi insulin perifer yang lebih jelas dan ketidakmampuan sel
beta pankreas untuk lebih meningkatkan sekresi insulin, yang
mengakibatkan puasa dan hiperglikemia pasca-prandial (James-Allan et
al., 2020).
Gestasional diabetes mempengaruhi sekitar 3% sampai 6% dari
semua wanita hamil. Biasanya di mulai pada bulan kelima dan keenam
kehamilan (minggu 24 dan 28) dan biasanya menghilang tak lama
setelah melahirkan. Diabetes mellitus dapat merusakan kesehatan janin
atau ibu, dan sekitar 20-50% dari wanita penderita diabetes mellitus
gestasional bertahan hidup. (Mariany, 2017).
Efek merugikan yang dapat ditimbulkan oleh DMG kebanyakan
berhubungan dengan makrosomia yang disebabkan oleh
hiperinsulinemia fetus sebagai respon terhadap kadar glukosa tinggi
yang muncul dari kondisi hiperglikemia pada ibu. Pada diabetes pre-

3
gestasional, dimana diabetes akan muncul sebelum kehamilan, juga
terdapat risiko cacat janin karena efek teratogenik dari glukosa dan atau
hubungannya dengan abnormalitas metabolik pada masa penting
pembentukan organ (organogenesis) pada awal kehamilan (Ketut Surya
Negara, 2015).
Menurut laporan Federasi Diabetes Internasional, prevalensi
global GDM pada 2017 telah mencapai 14,0%, mempengaruhi hampir
21,3 juta (Xie et al., 2020). Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) di
dunia dari tahun ke tahun terus meningkat, data terakhir dari World
Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun 2000 sebanyak
150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini akan menjadi
dua kali lipat pada tahun 2025 (Rahmawati, Natosba & Jaji, 2016).
Angka kejadian Gestasional diabetes mellitus di Eropa utara berkisar
dari 0,6% di Belanda hingga 3,6% di Denmark. Hal ini lebih tinggi di
Italia 6,3% dan di Amerika serikat 7% dari semua komplikasi
kehamilan berupa GDM (Ketut Surya Negara, 2015).
Sedangkan, negara berkembang seperti Indonesia merupakan
daerah yang paling banyak terkena pada abad 21. Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4 terbanyak di dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di Indonesia
terdapat 8,4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami
peningkatan menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030. Pada diabetes
mellitus gestasional itu sendiri sekitar 1,9% sampai 3,6% dan sekitar
40% sampai 60% wanita yang pernah mengalami diabetes mellitus
gestasional (Mariany, 2017).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2009 mengenai surveilans rutin penyakit tidak menular
rawat inap yang dilaporkan dari rumah sakit diperoleh jumlah kasus
diabetes melitus gestasional sebanyak 283 kasus dimana prevalensinya
sebesar 0,1% (Zainuddin, 2017).

4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bartha et Laporan
kasus ini menyajikan DM dalam kehamilan yang alpada 3986 wanita
hamil mendapatkan 30% kasus DM baru teridentifikasi pada saat
persalinan. Diabetes gestasional didiagnosis pada awal kehamilan,
sedangkan mellitus pada kehamilan dapat terjadi karena perubahan
sekitar 65% nya didiagnosis saat usia kehamilan 6 dan 13 minggu.
Skrining yang dilakukan bermaksud untuk mengidentifikasi wanita
yang tidak diketahui memiliki pre-eksisting DM dan yang memiliki
konsentrasi glukosa darah yang meningkat yang nantinya akan
merugikan terhadap perkembangan fetus sebelum terdeteksi. Skrining
penting dilakukan karena pada kelompok wanita dengan onset yang
lebih awal, memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi
dan pre-eklampsia dibandingkan dengan yang lateonset DM gestasional
(B. Pudjo Herwindo et al., 2017).
Wanita dengan DM Gestasional hampir tidak pernah memberikan
keluhan. tetapi jika bayi lahir dengan ibu yang mengalami DM
Gestasional akan mengakibatkan bayi atau janin tersebut mengalami :
makrosemia (bayi lahir terlalu besar), kematian janin, trasfiksia
neonatal, penyakit membrana hialin, kelainan bawaan, hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperbilirubinemia, polisitemia dan
trombosis vena renalis (Rahmawati et al., 2016).
Terdapat laporan kasus seorang wanita 36 tahun dengan
persalinan anak pertama yang dikonsultasikan dengan peningkatan gula
darah sesudah persalinan. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
tidak didapatkan riwayat DM pada pasien dan keluarga. Anamnesis,
observasi dan hasil pemeriksaan laboratorium mengindikasikan potensi
DM yang dimulai sebelum kehamilan namun tidak dikonfirmasi
melalui skrining pemeriksaan gula darah pada kehamilan. Bayi yang
dilahirkan mempunyai berat badan normal namun sempat mengalami
hipoglikemia (B. Pudjo Herwindo et al., 2017).

5
Tetapi banyak ibu hamil yang tidak memperhatikan akan hal itu.
Pada DM Gestasional, ketidaktahuan ibu hamil bahwa dirinya
menderita DM Gestasional terjadi karena tidak dilakukannya skrining
selama antenatal care, pemeriksaan hanya terfokus ke beberapa
penyakit tertentu seperti hipertensi dan anemia dan Hal ini juga
disebabkan karena beberapa faktor lain seperti kurangnya pengetahuan
tentang GDM, perilaku, kebiasaan makan, dan keterpaparan terhadap
sumber informasi.
Dampak yang ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak dilakukan
skrining selama antenatal care akan mengakibatkan terjadinya
keterlambatan diagnosis, sementara penderita Gestasional DM berisiko
tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya preklamsia,
eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga kematian
ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut
terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang
pada masa yang akan datang. skrining sangat diperlukan untuk
menjaring DM Gestasional dan untuk menentukan diagnosis dengan
tepat sehingga dapat menentukan intervensi yang cenderung
mengurangi kejadian makrosomia serta membantu untuk meningkatan
kesejahteraan ibu baik selama kehamilan ataupun sesudah masa
kehamilan.
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi
glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan. Mayoritas
penderita DMG mengalami disfungsi sel β akibat resistensi insulin
kronik sebelum kehamilan, biasanya karena obesitas. Gangguan post-
reseptor pensinyalan insulin diduga sebagai penyebab DMG. Skrining
dan diagnosis DMG dilakukan pada usia kehamilan 24- 28 minggu
dengan metode one-step atau two-steps strategy. Penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan DMG penting untuk mengurangi komplikasi
maternal dan janin (Kurniawan, 2016).

6
Berdasarkan data pada latar belakang dari uraian tersebut belum
ada ulasan lebih lanjut yang membahas terkait Gambaran Skrining dan
Diagnosis Gestasional Diabetes Mellitus (DM)”. Serta kurangnya
penegakan diagnosis dan skrining DMG yang dapat mengakibatkam
terjadinya komplikasi pada maternal dan janin sehingga perlunya
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penegakan diagnosis serta
skrining yang maksimal pada ibu hamil. maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian menggunakan metode literature review dengan
judul “ Gambaran Skrining dan Diagnosis Gestasional Diabetes
Mellitus (DM)”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data pada latar belakang, maka peneliti ingin
mengetahui “Bagaimana Gambaran skrining dan diagnosis Gestasional
Diabetes Mellitus”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memaparkan gambaran pentingnya skrining secara dini pada
pasien Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran skrining Gestasional Diabetes
Mellitus (GDM)
b. Untuk mengetahui gambaran diagnosis Gestasional Diabetes
Mellitus (GDM)

7
D. MANFAAT
1. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan konsep tentang gambaran skirining dan diagnosis
Gestasional Diabetes Mellitus (GDM).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi institusi Program Studi Srata Satu Stikes Nani
Hasanuddin Makassar mengenai skirining dan diagnosis
Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) dan dapat menjadi
bahan penunjang bagi penelitian selanjutnya.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambanh
informasi kepada para wanita khususnya manfaat skrining
dan diagnosis Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) dan
dapat mengurangi resiko terjadinya GDM.

c. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti untuk
menganalisis tentang bagaimana gambaran skrining dan
diagnosis Gestasional Diabetes Mellitus (GDM, serta menjadi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan.

8
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum Tentang Skrining dan Diagnosis DMG
Metode yang digunakan untuk skrining DM Gestasional haruslah ideal,
mudah, murah, dan dengan tingkat sensitifitas dan reproduktifitas yang
tinggi. Skrining bersifat umum untuk semua wanita hamil dan harus selektif
dengan sasaran wanita hamil yang memiliki banyak faktor resiko diabetes.
Skrining dilakukan pada awal kehamilan, khususnya saat ada faktor resiko
atau antara minggu ke 24-28 kehamilan saat resistensi insulin terbesar, dan
mulai melakukan terapi menunjukkan optimasi hasil yang bermanfaat bagi
ibu dan janinnya. (Ardian, 2016).
Skrining untuk mengetahui adanya DM Gestasional ada beberapa cara,
tetapi yang sering digunakan yaitu skrining. Menurut O’Sullivan Mahan
skrining untuk DM Gestasional dapat dilakukan dengan Tes Tantangan
Glukosa (TTG) dan bila didapatkan hasil yang positif maka dilanjutkan
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), sedangkan menurut WHO
1980 skrining DM Gestasional hanya dilakukan dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral. a. O’Sullivan Mahan 1) Tes Tantangan Glukosa (TTG)
(Ardian, 2016).
Menurut Ketut Surya Negara (2015) Wanita dengan karakteristik
klinis: Obesitas, Gejala klinis (+), poliuria, polydipsia, Riwayat DM
Gestasional, Glukosuria, Riwayat keluarga DM, Riwayat makrosomia,
Polihidramnion, Riwayat stillbirth, Riwayat Kandidiasis vaginalis berulang.
Metode Skrining ada 2 yaitu :
a. Skrining Universal
Skrining Universal mendeteksi kasus DM Gestasional lebih banyak
dan memperbaiki prognosa ibu dan janin.
b. Skrining Selektif
Riwayat DM gestasional atau intolerasni glukosa, Riwayat keluarga
dengan diabetes, Riwayat makrosomia (>4000 g), Riwayat stillbirth,

9
Riwayat neonatus dengan hipoglikemia, hipokalsemia atau
hiperbilirubinemia, Ibu usia tua, Obesitas, Polihidramnion, Curiga
Makrosomia, Riwayat obstetri buruk, PCOS, Ras – Indians.

Skrining dapat dilakukan pada 24-28 minggu, Dapat pula dilakukan


pada kunjungan antenatal pertama untuk mendeteksi Overt DM ( Diabetes
sebelum hamil). Pemeriksaan HbA1c untuk skrining Overt DM.

a. HbA1c ≥ 5.9% - Resiko tinggi DM gestasional, lakukan pemeriksaan


ulang
b. HbA1c ≥ 6.5% – DM tipe 2

Menurut Kurniawan (2016) Faktor risiko DMG antara lain:


glukosuria, umur di atas 30 tahun, obesitas, riwayat keluarga menderita
diabetes, riwayat DMG atau intoleransi glukosa sebelumnya, riwayat
memiliki anak makrosomia. American Diabetic Association (ADA) 2015
merekomendasikan:

1. Tes deteksi DM tipe 2 yang tidak terdiagnosis pada kunjungan


prenatal pertama
2. Tes skrining dan diagnosis DMG pada wanita hamil 24-28 minggu
yang sebelumnya diketahui tidak menderita diabetes
3. Skrining ibu penderita DMG 6-12 minggu post-partum dengan tes
toleransi glukosa oral
4. Wanita dengan riwayat DMG harus menjalani skrining sekurang-
kurangnya setiap 3 tahun, seumur hidupnya untuk deteksi diabetes
atau pra-diabetes
5. Wanita dengan riwayat DMG dan menderita pra-diabetes harus
mendapat intervensi gaya hidup ataupun metformin untuk mencegah
diabetes.

10
Diagnosis DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua strategi
berikut :

1. “One-step” 75 gram TTGO


Strategi One-Step Tes toleransi glukosa oral dengan 75 gram
glukosa. Pengukuran glukosa plasma dilakukan saat pasien dalam
keadaan puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah tes toleransi glukosa. Tes
dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang
sebelumnya belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Tes toleransi
glukosa oral harus dilakukan pada pagi hari setelah puasa semalaman
setidaknya selama 8 jam. Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil
kadar glukosa plasma nilainya memenuhi setidaknya satu kriteria di
bawah ini:
Tabel 2.1
Hasil Kadar Glukosa Plasma

Puasa 92 mg/dl (5,1 mmol/L)


1 jam 180 mg/dl (10 mmol/L)
153 /dl (8,5
2 jam
mmol/L)

2. “Two-step”approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa)


diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100
gram glukosa jika skrining awal memberikan hasil positif
a. Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa),
kadar glukosa plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa,
dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu yang
belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar glukosa
plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8
mmol/L), dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan
100 gram glukosa.

11
b. Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa
dilakukan pada pasien dalam keadaan puasa. Diagnosis DMG
ditegakkan apabila setidaknya dua dari empat hasil pengukuran
glukosa plasma memenuhi kriteria berikut:

Tabel 2.2
Hasil Pengukuran Glukosa Plasma

Compenter/coustan NDDG
Puasa 95 mg/dL (5,3 mmol/L) >105 mg/dL (5,8 mmol/L)
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6 mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L >165 mg/dL (9,2 mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L) >145 mg/dL (8 mmol/L)
NDDG, National Diabetes Data Group

One-step strategy digunakan untuk mengantisipasi


meningkatnya insidens DMG (dari 5-6% menuju 15-20%) karena
hanya diperlukan satu hasil abnormal untuk diagnosis. Kekurangan
strategi ini adalah kemungkinan over diagnosis sehingga
meningkatkan biaya medikasi.
Two-steps strategy lebih umum digunakan di Amerika Serikat.
Hal ini karena kurangnya percobaan klinis yang mendukung
keefektifan dan keuntungan one-step strategy dan potensi konsekuensi
negatif akibat risiko over sensitif berupa peningkatan intervensi
ataupun biaya medis selama kehamilan. Two-steps strategy juga
mudah karena hanya diberi pembebanan 50 gram glukosa tanpa harus
puasa pada tahap awal skrining.

12
B. Tinjauan Umum Tentang Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)
1. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya (Haskas, 2017).
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi
glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan. DMG
merupakan keadaan pada wanita yang sebelumnya belum pernah
didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan kadar glukosa tinggi
selama kehamilan (Kurniawan, 2016).
Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari glukosa
yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan.
Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
yang terjadi atau diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita mendapat insulin atau diet saja. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin
(Zainuddin, 2017).
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28
pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan
termasuk salah satu faktor resiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini
adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali
normal setelah melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila
gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali
normal dalam 6 minggu setelah persalinan (Zainuddin, 2017).

13
2. KLASIFIKASI
Menurut Ketut Surya Negara (2015) DMG terbagi atas dua yaitu :
a. Overt Diabetes (sebelum hamil)
1) Gula Darah Puasa ≥ 126mg/dL (Kunjungan antenatal
pertama)
2) Gula Darah Acak ≥ 200mg/dL
3) HbA1c ≥ 6.5%
b. Diabetes Gestasional
1) Gula Darah Puasa ≥ 92mg/dL
2) TTGO 75 g(24-28minggu)
3) 1-jam ≥ 180mg/dL ? 2-jam ≥ 153mg/dL
4) Memiliki salah satu nilai di atas

3. ETIOLOGI
Menurut Zainuddin (2017) Pada saat seorang wanita hamil,
perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya membuat kerja insulin
menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan
glukosa oleh sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa
dalam darah meningkat dan penyebab lainnya adalah :
a. Pola Makan
Apabila tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang
cukup akan mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti
jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh jumlahnya berlebih.
Konsumsi makanan yang berlebihan menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat.
b. Faktor Keturunan dan Genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak.
Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang
tuanya menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini dapat sampai
ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Secara klinis,

14
penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang
disertai defek fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut
hal itu didominasi defek fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria
yaitu karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya
dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS)
di dalam penkreas.
c. Stress dan merokok
Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan
meningkat hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam
darah. Sedangkan merokok dapat memperberat gangguan
sirkulasi darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki,
sehingga denga merokok dapat mempercepat proses pembentukan
gangren
d. Obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai
penyebab, obesitas menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi
insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin hipertropi yang
pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin
menjadi berkurang produksinya. Sebagai akibat pengguna insulin
sebagai terapi diabetes melitus belebihan menyebabkan
penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.
e. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas sehingga
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas
menyebaban pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh, termasuk hormon insulin.

15
f. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi
glukosa dalam darah meningkat. Jika jumlah insulin yang
diproduksi tidak disekresikan oleh sel-sel beta (yang mengsekresi
insulin dalam darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam
tubuh, glukosa darah tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat
diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini menyebabkan kadar
glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas kesanggupan ginjal
untuk menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu tinggi),
glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria
(glukosa dalam urin = kencing manis).
g. Kerusakan sel pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan displidemia dapat meningkatkan
risiko terkena diabetes melitus.

4. Faktor resiko
Menurut Kehler et al., (2016) Faktor resiko Gestasional DM, yaitu :
a. Diagnosis GDM sebelumnya
b. Prediabetes
c. Anggota populasi berisiko tinggi (Aborigin, Hispanik, Asia
Selatan, Asia, Afrika)
d. Usia ≥ 35 tahun BMI ≥ 30 kg / m
e. Sindrom ovarium polikistik, acanthosis nigricans
f. Penggunaan kortikosteroid Sejarah bayi makrosomik
g. Makrosomia atau polihidramnion janin saat ini

16
Semua wanita hamil seharusnya ditawarkan skrining antara 24 hingga
28 minggu kehamilan. Jika ada risiko tinggi GDM berdasarkan
beberapa faktor risiko, skrining atau tes harus ditawarkan selama
paruh pertama kehamilan dan diulangi pada usia kehamilan 24 hingga
28 minggu jika awalnya normal. Jika skrining tidak terjawab atau ada
kecurigaan klinis GDM onset kemudian, skrining atau tes diagnostik
harus dilakukan.

5. PATOFISIOLOGI
Menurut Zainuddin (2017) Pada Kehamilan terjadi resitensi
insulin fisiologis akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan
(human placental lactogen (HPL), progesterone, kortisol, dan
prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan.
Tidak berbeda pada patofisiologi DM tipe 2, pada DMG juga terjadi
gangguan sekresi sel beta pankreas, kegagalan sel beta ini dipikirkan
karena beberapa hal diantaranya 1) autoimun, 2) kelainan genetik dan
3) resistensi insulin kronik. Selain perubahan-perubahan fisiologi
tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin
menjadi tidak optimal terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam
plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga terlibat, terjadi komposisi sumber energi abnormal
dapat menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia
sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik seperti ;
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya .
Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan
hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi
tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20

17
minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar glukosa
di dalam darah kemungkinan akan lebih rendah dibanding biasanya.
Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami
mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu
yang lama, misalnya sepanjang malam.
Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang
dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk melewati membran sel.
Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus
mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal
tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan penurunan kemampuan tubulus renalis
proksimal/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.
Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan
cara Insufisiensi akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik
dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan
akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal
pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan.
Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL (Human
Placenta Lactogen) akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin
sehingga muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada
umur kehamilan sekitar 26 sampai 28 minggu. Waktu tersebut
merupakan saat yang tepat melakukan penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada
kehamilan. Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat.
Kematian pembuluh darah ke uterus dan plasenta sehingga
meningkatkan insufisiensi uteroplasma, yang mengakibatkan IUGR
dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan
hipertensi dan preeklamsi.

18
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin
melalui plasenta. Janin memang tidak menderita diabetes, tetapi harus
meningkatkan produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang
ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa, terjadilah
pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar
(makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan
jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel bayi. Kondisi ini
menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin
dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-
kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian
hari.

6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Zainuddin (2017) Tanda dan gejala dari diabetes
melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus
pada umumnya, yaitu :
a. Poliuria (banyak kencing)
b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c. Pusing, mual dan muntah
d. Obesitas
e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus
vulva Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
f. Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)
g. Gula darah 2 jam > 200mg/dL
h. Gula darah sewaktu > 200 mg/dL
i. Gula darah puasa > 126 mg/dL

7. KOMPLIKAS PADA ANAK


Risiko anak-anak dalam 20 tahun pertama kehidupan mereka
untuk kelebihan berat badan / obesitas, gangguan toleransi glukosa /

19
diabetes, sindrom metabolik dan tekanan darah tinggi (efek
epigenetik) meningkat setelah paparan intrauterin dengan peningkatan
kadar glukosa. Intervensi selama kehamilan untuk menurunkan kadar
glukosa tinggi harus diikuti oleh perubahan gaya hidup keluarga
postnatal (menyusui, nutrisi yang tepat dan dorongan awal aktivitas
fisik) sebagai tindakan pencegahan terhadap perkembangan jangka
panjang dari obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja nanti
(Kleinwechter et al., 2014).

8. PENANGANAN
a. Penanganan medis
Menurut Zainuddin (2017) Pentalaksanaan Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG) sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh
spesialis penyaakit dalam, spesialis obsetrik ginekologi, ahli gizi
dan spesialis anak. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu daan janin.
Penatalaksanaan harus dimulai dengan terapi nutrisi medik yang
diatur oleh ahli gizi. Secara umum, pada trimester pertama tidak
diperlukan penambahan asupan kalori. Sedangkan ibu hamil
dengan berat badan normal secara umum memerlukan tambahan
300 kcal pada trimester kedua dan ketiga. Sesuai dengan
pengelolaan medis diabetes melitus pada umumnya pengelolaan
diabetes melitus gestasional juga didasari atas pengelolaan gizi/diet
dan pengendalian berat badan ibu .1,12 1. Kontrol secara ketat gula
darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian
janin mendadak.
1) Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan
melalui drips.

20
2) indari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3) Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga
perlu diberikan infus glukosa.
4) Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan
diberikan 30 kkal/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang
obesitas dengan IMT >30kg/m2 maka pembatasan kalori perlu
dilakukan yaitu 25kkal/kgBB
5) Aktivitas fisik sedang pada ibu hamil tanpa kontraindikasi
medis dan obsetrik.
6) Asupan karbohidrat sebaiknya terbagi sepanjang hari untuk
mencegah ketonemia yang berdampak pada perkembangan
kognitif bayi.
7) Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-
100)- 10% BB.
8) Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang
diperhitungkan dari:
a) Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
b) Kalori kegiatan jasmani 10-30%
c) Kalori untuk kehamilan 300 kalor
d) Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada


kasus diabetes melitus umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-
500 kalori per hari untuk tumbuh kembang. Pengelolaan DM dalam
kehamilan bertujuan untuk :

1) Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl


2) Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
3) Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4) Mencegah episode hipoglikemia − Mencegah ketonuria /
ketoasidosis deiabetik
21
5) Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal
janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui
selesai.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada


trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu.
Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB
normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). Pada
diabetes melitus gestasional, insulin yang digunakan adalah insulin
dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali
sehari. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam diabetes melitus
gestasional karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat
diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI, kecuali pada daerah
terpencil dengan keterbatasan fasilitas dan belum ada insulin

Diabetes Mellitus Gestasional


(DMG)

GDP ≤ 130 mg/dl GDP ≥ 130 mg/dL

Perencanaan makanan 1 minggu

GDP < 105 dan GD 2 jam GDP > 105 dan GD 2 jam

setelah makan < 130 setelah makan >130

lanjutkan perencanaan

22
Perencanaan makanan + Insulin

b. Pengelolaan Obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu
dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri,
denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan
kardiotokografi (jika memungkinkan). Pemantauan ibu dan janin
dilakukan dengan cara :
pengukuran tinggi fundus uteri
1) NST – USG serial
2) Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta
(FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin.
3) Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36
minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT)
dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan
secara seksio sesarea
4) Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan
pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan
biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
5) Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan
khusus.
6) Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan
amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan
janin paru (bila usia kehamilan < 38 mg)
7) Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia,
kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan
monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu.
Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

23
8) Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi
dinamik janin-plasenta (FDJP).

9. PENATALAKSANAAN
a. Penapisan
Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada
perempuan hamil sebaiknya dilakukan pada saat kali pertama
pasien memeriksa kehamilannya. Faktor risiko antara lain berat
badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada
kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria
(glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2
Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risko tinggi untuk
timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus segara mungkin
dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya
DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien
tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko
untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya
melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24- 28
minggu.
b. Pengelolaan
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk:
1) Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
2) Mempertahankan kadar glukosa darah jam pp < 120 mg/dl
3) Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4) Mencegah episode hipoglikemia
5) Mencegah ketonuria/ketoasidosis diabetic
6) Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan
normal Dianjurkan
Dianjurkan pemantauan gula darah yang teratur minimal 2
kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat
24
pemeriksaan sendiri dirumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan
maka kontrol semakin sering.
Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Pada wanita DMG harus dilakukan pengamatan gula darah
preprandial dan postprandial. Fourth International Workshop
Conference on Gestational Diabetes Melitus menganjurkan untuk
mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3
mmol/l) sebelum makan dan 120 mg/l-140 mg/dl).
Pengaturan pola makan bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi glukosa serum maternal, dengan cara membatasi
asupan karbohidrat hingga 40%-50% dari seluruh kalori, protein
20%, lemak 30%-40% (saturated kurang dari 10%), makan tinggi
serat. Kenaikan berat badan selama kehamilan (weight gain)
diusahakan hanyaa sekitar 11-12,5 kg saja. Program pengaturan
gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan Diabetes Amerika
(American Diabetes Association) adalah pemberian kalori dan gizi
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan
mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan oleh
bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua
kehamilan adalah 30 kkal/kg BB normal.
Bila Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) lebih dari 30
kg/m2, maka dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30-33%
(sekitar 25 kkal/kgBB). Diet ini untuk mencegah ketonemia.
Olahraga teratur untuk memperbaiki kontrol kadar gula darah pada
perempuan hamil dengan diabetes melitus gestasional juga
dianjurkan walaupun pengaruhnya terhadap hasil perinatal belum
jelas.

25
c. Pemberian Insulin
Perempuan yang memiliki gejala morbiditas janin
(berdasarkan pemeriksaan glukosa atau adanya janin yang besar)
atau perempuan yang mempunyai konsentrasi gula darah yang
tinggi harus dirawat lebih seksama dan biasanya diberi insulin.
Terapi insulin dapat menurunkan kejadian makrosimia janin dan
morbilitas perinatal.
Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian
insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah
pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar
glikemi dibawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik,
ketimbang dilakukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula
darah praprandial kurang dari 105 mg/dl, tetapi keadaan janin tidak
diperhatikan. Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara
pemberian insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah
praprandial kurang lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l). Oleh karena itu,
dalam merancang penatalaksanaan pemberian insulin harus
dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula darah,
konsentrasi target glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin.
Sebagai alternative pemberian obat antidiabetik seperti
metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk mengendalikan
gula darah.
d. Penatalaksanaan antepartum
Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG
bertujuan Untuk :
1) Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam
upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan
sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin akibat
persalinan.

26
2) Memantau pertumbuhan janin sacara berkala dan terus-menerus
(misalnya dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat ditentukan saat dan
cara persalinan yang tepat.
3) Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin
(misalnya dengan amniosintesis) apabila ada rencana terminasi
(seksio sesarea) pada kehamilan 39 minggu.
4) Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur
kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan
terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya tidak terkontrol,
yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita
hipertensi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstrest
test, profil biofisik, atau modifikasi pemeriksaan profil biofisik
seperti nonstres test dan indeks cairan amnion.
e. Cara dan waktu perasalinan
Perempuan hamil dengan diabetes mellitus gestasional bukan
merupakan indikasi SC. Penanganan ersalinan tetap harus
berdasarkan kepada indikasi ibu dan janin, sama halnya dengan
pengelolaan perempuan hamil tanpa diabetes. Pada perempuan hamil
diabetes melitus gestasional dengan makrosomial, komplikasi utama
yang mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran
seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri fleksus brachialis.
Bayi yang dilahirkan juga beresiko mengalami hipoglikemia dan
kelainan metabolik lainnya. Pengambilan keputusan untuk
melakukan persalinan lebih awal (pada kehamilan 38 minggu)
dengan cara induksi persalinan atau seksio secaria dilakukan atas
pertimbangan resiko terjadinya kematian perinatal atau morbiditas
perinatal yang berhubungan dengan makrosomia, distosia bahu,
gawat janin dan terjadinya sindroma dan distress respirasi.

27
Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada
kehamilan 38 minggu dengan cara induksi persalinan yang
mendapatkan pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya
menurunkan berat badan janin di atas 4000 gram atau diatas persentil
ke 90. Pada perempuan hamil dengan DMG yang mendapatkan
pengobatan insulin, tidak ada manfaatnya menunda persalinan sampai
melampaui umur kehamilan 38-39 minggu karena persalinan yang
dilakukan pada kehamilan 38-39 minggu, bisa menurunkan
kemungkinan terjadinya makrosomia. Bila berat janin diduga lebih
dari 4500 gram, persalinan dianjurkan dengan cara SC.
f. Pasca Persalinan
Karena sudah tidak ada resisitensi terhadap insulin lagi, maka
pada periode pasca persalinan perempuan dengan diabetes gestasional
jarang memerlukan insulin. Pasien dengan diabetes terkontrol dengan
diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar glukosanya.
Namun bila pada waktu kehamilan diberi pengobatan insulin, sebelum
meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa 2 jam
pascaprandial.
Karena risiko terjadi DM tipe II di kemudian hari meningkat,
maka minggu pasca persalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes
dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2
jam setelah pemberian 75 gram glukosa pada glucose tolerance test
(kadar kurang dari 140 mg/dl berarti normal, kadar antara 140-200
mg/dl, berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200
berarti diabetes melitus). Bila tes ini menunjukan kadar yang normal,
maka kadar glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun.
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya pada
pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu
kehamilan. Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus

28
gestasional harus diberi konseling agar menyusui anaknya karena
pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula darah.
Harus direncanakan pengunaan kontrasepsi karena sekali
perempuan hamil menderita diabetes, maka dia berisiko terkena hal
yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada pembatasan
pemakaian kontrasepsi hormonal pada pasien dengan riwayat DMG.
Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berolahraga secara teratur agar risiko
terjadinya diabetes menjadi menurun.

10. KOMPLIKASI PADA IBU & BAYI


Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita
diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi
besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia
(kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubin
berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan kematian janin.
Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka
kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan
multiparitas (jumlah kehamilan > 4). Makrosomia memiliki risiko
kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin
dapat tersangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar.
Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi
dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar
gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi
hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin
berlebihan).
Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes
gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan
peningkatan risiko operasi caesar. Pengaruh diabetes melitus terhadap
kehamilan :

29
1) Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a) Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik menjadi
manifes (diabetic)
b) DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan.
2) Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya: a.
Abortus dan partus premature
a) Hidronion
b) Pre-eklamsi
c) Kesalahan letak jantung
d) Insufisiensi plasenta.
3) Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a) Gangguan kontraksi otot rahim partus lama/terlantar
b) Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi
c) Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahir mati
d) Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot
Rahim
e) Post partum mudah terjadi infeksi. f. Bayi mengalami
hypoglikemi
f) post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4) Pengaruh DM terhadap kala nifas
a) Mudah terjadi infeksi post partum
b) Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar
5) Pengaruh DM terhadap bayi
a) Abortus, premature < usia kandungan 36 minggu
b) Janin besar (makrosomia)
c) Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

30
11. PENCEGAHAN
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah,
tetapi faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti
kurang berolahraga serta asupan nutrisi yang berlebihan dan
kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki. Tidak diragukan
bahwa nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya
diabetes tipe 2 khususnya diabetes melitus pada kehamilan ini. Berikut
adalah beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mencegah
agar tidak terkena diabetes mellitus :
a. Pada bayi, pemberian ASI (air susu ibu) dapat mencegah resiko
diabetes melitus tipe 1 dan 2 minimal sampai umur 4 bulan .
b. Pengaturan pola makan atau diet yang sehat untuk menjaga berat
tubuh yang stabil.
c. Membatasi jumlah lemak jenuh dan lemak trans di dalam pola
makan.
d. Konsumsi sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energi.
Pilihlah karbohidrat yang kompleks dan serat.
e. Hindari merokok dan pengaruh asapnya.
f. Meningkatkan aktivitas tubuh dan berolahraga yang cukup

31
C. Kerangka teori

Ibu Hamil

Obsiatas, riwayat diabetes mellitus gestasional sebelumnya, glukosaria,


riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, riwayat melahirkan
dengan cacat bawaan atau bayi >4000 gram dan riwayat preekalamsia

Skrining

Periksa glukosa darah sewaktu atau glukosa


darah puasa di kunjungan antenatal pertama

Apakah GDS >200 mg/dL (disertai gejala klasik


hiperglikemia) atau GDP > 126 mg/dL atau kadar gula
setelah 2 jam TTG0 >200 MG/dL atau HbA1C >6,5% ?

Tes toleransi glukosa oral


Ya (TTG0) di usia kehamilan Tidak
24-28 minggu
Diabetes Mellitus

GDP > 92 mg/dl, ATAU kadar gula darah


Gestasional Diabetes Mellitus setelah 1 jam > 180 mg/dl, ATAU kadar
(GDM) gula darah setelah 2 jam > 153 mg/dl?

32
V. METODE PENELITIAN
A. Rencana desain penelitian
Metode penelitian penelitian yang digunakan adalah Systematic
literature review (SLR) juga disebut Tinjauan pustaka sistematis,
metode LR yang mengidetifikasi, menilai dan menginterpretasi
seluruh temuan pada satu topic penelitian.
Tujuan dari metode adalah untuk membantu peneliti lebih
memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subjek topic
yang dicari serta memahami kenapa dan bagaimana hasil dari
penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian
baru yang akan dilakukan (Okoli, 2015). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran skrining dan diagnosis gestasional
diabetes mellitus.

B. Tahapan Literature Review


Menurut Okoli (2015) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan sehingga hasil dari studi literature tersebut dapat diakui
kredibilitasnya. Berikut beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam
SLR :
1. Pencarian data
Dalam penelitian ini data yang digunakan mencakup kata kunci
screening and diagnostic gestasional diabestes mellitus pada
sumber penyedia jurnal penelitian terkait yakni Pubmed, Google
scholar, Research Gate, Free Full PDF, dan Garuda yang diakses
secara bebas.
2. Screening
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal
kesehatan dengan kata kunci screening and diagnostic gestasional
diabestes mellitus, serta rentang waktu tahun terbit mulai dari

33
tahun 2015-2020. Data didapatkan dari laman jurnal internasional
yakni Pubmed, Google scholar, Research Gate, Free Full PDF, dan
Garuda.
3. Penilaian Kualitas
Dalam penelitian kualitas pada metode SLR yang dimaksud adalah
kriteria eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang
sudah didapat untuk dianalisa lebih lanjut. Pada peelitian ini
kriteria eksklusi yang digunakan yakni hasil analisa data
selanjutnya akan diketahui gambaran skrining dan diagnosis
gestasional diabetes mellitus.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 12 Juni tahun 2020

D. Alat dan Proses pengumpulan Data


Alat yang digunakan dalam pengumpulan data saat melakukan
studyliteratur adalah artikel penelitian. Pencarian literature dilakukan
dengan mengidentifikasi semua jenis artikel internasional maupun
nasional mengenai gambaran skrining dan diagnosis gestasional
diabetes mellitus. Database yang di gunakan adalah Pubmed, Google
scholar, Research gate, Free full PDF dan Garuda.
Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literature
merupakan penggabungan kata kunci seperti berikut : Screening and
Diagnostic Gestasional Diabetes Mellitus. Hasil pencarian ini dibatasi
tahun 2015 sampai tahun 2020 serta secara manual memilih artikel
yang relevan atau sesuai dengan pertanyaan penelitian.

34
Algoritma Pencarian Literatur
Pencarian Literatur :
Pubmed : 7.104
Freefull PDF : 1.280
Google Scholar : 19.200
Research gate : 85
Garuda :4

Total Artikel diidentifikasi:


(n=27.673)
Eksekusi artikel yang <
5 tahun terakhir (tahun
2015-tahun 2020),
(n=9.567)
Artikel diidentifikasi : (n=18.106)

Artikel Ganda : (n=12)

Hasil disaring : (n=18.094)


Artikel tidak relevan dan
tidak sesuai kriteria:
(n=18.064)
Artikel full text yang layak:
(n=30)
Eksekusi yang tidak menjawab
pertanyaan penelitian : (n=)

Artikel yang diinklusi:(n=)

E. Pengolahan Data dan Analisa Data


Pada literatur review berisi pencarian literature dengan
penelitian yang bersumber dari PubMed, Freefull PDF, Research
Gate, Google Scholar dan garuda. Pada PubMed sebanyak 7.104
Artikel, Freefull PDF sebanyak 1.280 artikel, Google scholar
sebanyak 19.200 artikel, Research Gate sebanyak 85 artikel, dan
Garuda sebanyak 4 artikel. Sehingga total artikel yang teridentifikasi

35
sebanyak 27.673 artikel. Lalu peneliti melakukan penghapusan dari
literatur-literatur tahunnya dibawah tahun 2015 sebanyak 9.567
artikel, didapatkan hasil yang diidentifikasi sebanyak 18.106 artikel.
Kemudian peneliti kembali menghapus literature yang memiliki
kesamaan (yang benar-benar sama dimulai dari judul, abstrak, isi, dll).
Hal ini dikarenakan ada beberapa peneliti melakukan publish jurnal di
berbagai tempat yang berbeda, namun penelitian yg diterbitkan sama
sebanyak 12 artikel.
Setelah menghapus literature yang sama, maka terkumpul artikel
yang tidak memiliki kesamaan satu dengan yang lainnya sebanyak
18.094 artikel. Kemudian, buang artikel yang tidak relevan dan tidak
sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti dalam melakukan
review sebanyak 18.064 artikel. Setelah itu terciptalah kandidat abstrak.
yang berisikan review full text dimana hal tersebut diinginkan oleh
peneliti sebanyak 30 artikel. Selanjutnya artikel yang terkumpul
dilakukan kembali penghapusan bagi literature yang tidak menjawab
pertanyaan penelitian pada topic yang telah ditentukan oleh peneliti
sebanyak ….. artikel. Kemudian penelitian-penelitian yang diinginkan
agar dijadikan penelitian telah terkumpulkan sebanyak …. artikel.

F. Etika penelitian
Ada beberapa katagori pelanggaran etik dalam menulis naskah
ilmiah yang dapat didiskusikan antara lain :
1. Fabrication, adalah mencatat dan mempresentasikan dalam
berbagai format sesuatu data yang fiktif.
2. Falsifications, adalah, memanipulasi data atas prosedur
penelitian /percobaan utuk mengahasilkan keluaran yang
diharapkan atau menghindari hasil yang tidak dipahami.
3. Plagiarism, menggunakan kata/kata-kata gagasan, data atau hasil
penelitian orang lain tanpa penghargaan kepada pemiliknya.

36
Pencurian data atau gagasan lebih serius lagi karena hal ini tidak
mungkin dilakukan tanpa disadari.
4. Redundant (respetitive), adalah pegulangan penerbitan sebagian
atau semua yang sudah dipublikasikan sebelumnya, kecuali ada
penelitian lanjutan dan ditemukan informasi baru.
5. Dubplicate publication, adalah publikasi satu artikel atau yang
identik atau overlap secara subtansial, tanpa ada ucapan terima
kasih, dapat diklasifikan sebagai self plagiarism.
6. Redundant dan duplication ini dapat cenderung untuk mengubah
data yang ada sebagai bukti ilmiah. Apabila data dikutip dua kali
misalnya, keluaran pada meta analisis yang dilakukan akan invalid.
7. Conlict of interest, pejabat resmi suatu institusi (Universitas)
kadang-kadang menghadapi hal yang tidak menyenangkan ini
tetapi sukar dihindari. Konflik ini timbul bukan saja soal uang,
publik, agama, tetapi dapat juga berkembang dengan posisi
/jabatan/ supervise.

37
VI. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Personalia Penelitian
1. Peneliti : Yosinta Tandiayu
2. Pembimbing I : Dr. Yusran Haskas,SKM.,S.Kep., Ns.,M.Kes
3. Pembimbing II: Hasriana,S.Kep.,Ns.,M.Kes
B. Jadwal Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni

1. Pengusulan judul

2. Pembuatan
Proposal

3. Konsultasi
proposal

4. Ujian proposal

5. Perbaikan proposal

DAFTAR PUSTAKA
38
Ardian, N. (2016). Pola Pengobatan Diabetes Mellitus Gestasional di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2006-Maret
2011. In Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B, H. P., Nurshanty, A., & Sasiarini, L. (2017). Keterlambatan Diagnosis Diabetes
Mellitus pada Kehamilan. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(3), 281–285.
Haskas, Y. (2017). Determinan Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus Di
Wilayah Kota Makassar. Global Health Science (GHS), 2(2), 138–144.
https://doi.org/10.33846/ghs.v2i2.85
James-Allan, L. B., Rosario, F. J., Barner, K., Lai, A., Guanzon, D., McIntyre, H.
D., Lappas, M., Powell, T. L., Salomon, C., & Jansson, T. (2020). Regulation
of glucose homeostasis by small extracellular vesicles in normal pregnancy
and in gestational diabetes. FASEB Journal, February, 1–16.
https://doi.org/10.1096/fj.201902522RR
Kehler, S., MacDonald, T., & Meuser, A. (2016). Tinjauan Literatur Mellitus
Diabetes Gestasional: Ulasan Untuk Bidan Penulis. Association Ontario
Midwives, 12(2), 1–31.
Ketut Surya Negara, D. (2015). Skrining Diabetes melitus gestasional (. Divisi
Kedokteran Fetomaternal, Obstetri Dan Ginekologi FK UNUD.
Kleinwechter, H., Schäfer-Graf, Bührer, C., Hoesli, I., Kainer, F., Kautzky-Willer,
A., Pawlowsk, B., Schunck, K., Somville, T., & Sorger, M. (2014).
Diagnosis , Terapi , dan Perawatan Lanjutan Gestational Diabetes Mellitus
( GDM ) Pedoman Praktik Asosiasi Diabetes Jerman ( DDG ) 1 dan Asosiasi
Jerman untuk Ginekologi dan Kebidanan ( DGGG ) 2. German Diabetes
Associaton: Pedoman Praktik Klinis, 395–405.
Kurniawan, L. B. (2016). Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium
Diabetes Melitus Gestasional. Departemen Ilmu Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar RSPTN Universitas
Hasanuddin-RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 43(11), 811–813.
Mariany, Y. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Diabetes Melitus
Gestasional Di Poli Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota. Zona
Kesehatan, 11(3), 63–69.
Okoli, C. (2015). A guide to conducting a standalone systematic literature review.
Communications of the Association for Information Systems, 37(1), 879–910.
https://doi.org/10.17705/1cais.03743
Rahayu, A., & Rodian. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap
Kelahiran Bayi Makrosomia. Majority, 5(4), 17–22.

39
Rahmawati, F., Natosba, J., & Jaji, J. (2016). Skrining Diabetes Mellitus
Gestasional dan Faktor Risiko yang Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, 3(2), 33–43.
Xie, W., Dai, P., Qin, Y., Wu, M., Yang, B., & Yu, X. (2020). Effectiveness of
telemedicine for pregnant women with gestational diabetes mellitus: an
updated meta-analysis of 32 randomized controlled trials with trial sequential
analysis. BMC Pregnancy and Childbirth, 20(1), 198.
https://doi.org/10.1186/s12884-020-02892-1
Zainuddin, A. I. (2017). Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Gestasional Di
Rsia Siti Khadijah Makassar Periode 2016-Juni 2017. In Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
\

40

Anda mungkin juga menyukai