KOGNITIF DEMENSIA
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 3
1. MUHAMMAD HARIST
2. NAZELLA ANAIYA
3. NURAINI
4. NURUL MAULIA
5. PUTRI BALQIS
6. RAHMAYANTI
7. REZA WIRA FONNA
8. SRI NADIA
9. SRI RIZKI ANANDA
10. TEUKU FATAHILAH
11. TRI AMALIA
12. ULLIA MAGHFIRAH
13. UMMI HAVILDA
14. WARDIA AULA
15. WILDA THUSYIFA
16. ZURATUN REIHANA
Kelas : 4 B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas keperawatan
geontrik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “ASUHAN KEPERAWTAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF
DEMENSIA” Ucapan terima kasih kami haturkankepada rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu, terutama pertolongan dari Allah,sehingga makalah kami ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun,agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya
hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Definisi ................................................................................................................... 3
B. Penyebab ................................................................................................................. 3
C. Patofisiologi ............................................................................................................ 4
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 4
E. Klasifikasi ............................................................................................................... 5
F. Pencegahan ............................................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 6
H. Komplikasi .............................................................................................................. 7
I. Asuhan Keperawatan Lansia .................................................................................. 7
1. Pengkajian ........................................................................................................ 7
2. Data Fokus ....................................................................................................... 18
3. Analisa Data ..................................................................................................... 19
4. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 22
5. Intervensi keperawatan .................................................................................... 25
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 31
B. Saran ....................................................................................................................... 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup yang
meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah
7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun 2013 populasi
lansia sebesar 8,1% dari total populasi.
Dan di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun
2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan
lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami
lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak,
termasuk, beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan
dan demensia.
Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka
kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7
juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease
International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peingkatan populasi
lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan
prevalensi demensia setiap 20 tahun.
Deklarasi Kyoto menyatakan tingkat prevalensi dan insidensi demensia di
Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang (Alzheimer’s
Disease International, 2006). Data demensia di Indonesia pada lanjut usia (lansia)
yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia (Tempo, 2011).
Demensia terjadi karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif
merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan
kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan
(Santoso&Ismail, 2009). Demensia juga berdampak pada pengiriman dan penerimaan
1
2
pesan. Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan
pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat
kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu
membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan; sering
terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah
penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu
donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing-masing obat tersebut memiliki efek
samping (Dewanto; Suwono; Riyanto;Turana, 2009). Terapi non farmakologis antara
lain: terapi teka teki silang; brain gym; p`uzzle; dan lain-lain. Terapi non farmakologis
ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Demensia pada lansia?
2. Bagaimana Asuhuh keperawatan lansia dengan Kognitif Demensia?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar Demensia pada Lansia.
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia dengan Kognitif Demensia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan
sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi,
belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
Demensia ialah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual &
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia adalah mewujudkan ketika keadaan ketika seseorang mengalami
menurunnya daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata menganggu aktivitas
sehari-hari (Nugroho, 2008).
Demensia merujuk pada sindrom klinis yang mempunyai gangguan memori
selain kemampuan mental lain seperti berfikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa
dan praksis. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas
kerja dan sosial secara bermakna (Sudoyo, 2010).
B. Penyebab
3
4
B. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,
serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak
langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme
iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron
menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan
tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien
dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala
klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda
dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
5
D. Klasifikasi
Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat
klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III).
1. Menurut Umur:
a. Demensia senilis (>65th)
b. Demensia prasenilis (<65th).
2. Menurut perjalanan penyakit.
a. Reversibel.
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural
c. hematoma, Defisiensi vitamin B.
d. Hipotiroidism, intoksikasi Pb
3. Menurut kerusakan struktur otak
a. Tipe Alzheimer.
b. Tipe non-Alzheimer
c. Demensia vaskular.
d. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia).
e. Demensia Lobus frontal-temporal.
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS.
g. Morbus Parkinson.
h. Morbus Huntington.
i. Morbus Pick.
j. Morbus Jakob-Creutzfeldt.
k. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
6
E. Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif, seperti
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi.
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati
demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil ,
Rivastigmine , Galantamine , Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat
-obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena
stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Latihan fisik yang sesuai
b. Terapi rekreasional dan aktifitas
7
H. Komplikasi
Komplikasi Demensia menurut Kushariyadi (2010) :
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari;
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium:
a. Kejang
b. Kontraktur sendi
c. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
d. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
e. Menggunakan peralatan.
b. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup Meninggal
Nama : - Tahun meninggal : -
Umur : -
Pekerjaan : - Penyebab meninggal : -
8
Status kesehatan : -
Anak
Hidup Meninggal
Lak –laki : 3 (Tiga) Laki-laki : -
Penyebab Meninggal : -
Perempuan : 2 (Dua) Perempuan : -
Penyebab Meninggal : -
c. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Saat ini klien tidak bekerja.
Pekerjaan sebelumnya : Sebelumnya klien bekerja sebagai wirausaha
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Klien tidak
mempunyai pendapatan karena klien tinggal di panti sosial, kebutuhan
sehari-hari klien di tanggung oleh pihak panti sosial.
d. Lingkungan Hidup
Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan memiliki rumah sendiri, klien
tinggal dirumah dengan suami dan 5 anaknya. Klien merupakan orang
yang terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi baik dikeluarganya
maupun dengan lingkungannya. Sekarang klien tinggal dipanti sosial.
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien juga tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan.
i. Riwayat Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga : klien tidak mengetahui keluarga memiliki
riwayat penyakit atau tidak.
Genogram : -
j. Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : klien tidak mempunyai
diet khusus. klien makan hanya 3 x dengan 1 porsi.
Riwayat peningkatan/penurunan berat badan : selama dipanti klien
tidak tahu berat badannya naik atau turun karena tidak pernah
menimbang berat badan namun diperkirakan 50 kg.
Pola komsumsi makanan (frejuensi) :
Frekuensi makan: klien makan hanya 3 x dengan 1 porsi.
Nafsu makanan : apabila klien tidak nafsu makan klien hanya
menghabiskan setengah porsi.
10
2. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan tidur : Klien sulit tidur pada siang hari karena tidak nyaman
dengan kamar yang berisik.
Lama tidur : Klien tidur siang selama 1 – 2 jam.
Insomnia : -
Berpakaian / berhias
Menyisir rambut : 2x sehari
Kebersihan rambut : bersih,pendek, berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan, dan sedikit bau.
Menggunakan bedak : -
l. Pengkajian fisik
a) Keadaan umum : Keadaan umum klien baik
b) Tanda-tanda vital
c) Umum
Ya Tidak
11
1 Kelelahan √
2 Demam √
3 Keringat malam √
4 Kesulitan makan √
5 Sering pilek, infeksi √
6 Kemampuan √
untuk melakukan ADL
1 Sakit kepala √
2 Kejang √
3 Sinkope/serangan jantung √
4 Paralisis √
5 Tremor √
6 Cedera kepala √
1 Nyeri/ketidaknyamanan √
2 Palpitasi √
3 Sesak napas √
4 Dipsnea pada aktivitas √
5 Varises √
1 Disfagia √
2 Nyeri ulu hati √
3 Mual/muntah √
4 Hematemesis √
5 Perubahan nafsu makan √
6 Diare √
7 Konstipasi BAB 2x/hari
8 Melena √
1 Perubahan pigmen √
2 Jaringan parut √
3 Keadaan kuku √
4 Keadaan rambut √
5 Luka √
6 Diafores √
1 Nyeri persendian √
2 Kekakuan √
3 Pembekakan sendi √
4 Deformitas √
5 Kram √
6 Kelemahan otot √
7 Masalah cara berjalan √
8 Nyeri punggung √
9 Kekakuan otot √
j) Sistem Penglihatan
Penglihatan : Simetris, pupil anisookor, konjungtiva ananemis,
sclera anikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata.
Pendengaran : Sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran,
tidak ada cairan.
6 Gangguan kognitif,disorientasik √
7 Kelemahan anggota gerak bawah √
8 Abnormalitas dari keseimbangan √
dan cara berjalan
9 Masalah pada kaki √
10 Hipotensi postural √
11 Perubahan skeletal dan √
neuromuscural
12 Penyakit akut dan kronik berat √
13 Difisit sensori √
14 Kecemasan berhubungan dengan √
jatuh sebelumya
Situasi Ya Tidak
harapan-harapan klien :
o. Psikososial
Identifikasi Aspek Kongnitif Dan Fungsi Mental Dengan Menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
TOTAL NILAI : 18
2. Data Fokus
No Data Subjektif Data Objektif
ANALISIS DATA - Klien tampak mudah
1. - Klien mengatakan
lupa
sudah tua dan sudah
- Klien tampak sering
tidak menginat umur,
mengulang pertanyaan
tempat, tanggal lahir,
- Klien tidak mengenal
alamat rumah, jam
waktu, tempat dan orang
berapa, hari apa,
(disorientasi waktu)
sedang apa, sedang
- Score MMSE : 18
dimana, suka mondar-
- Perubahn respons
mandir, kadang
terhadap stimulus normal
melamun
seperti lupa, bingung
- Klien mengatakan
- Antroponmetri : TB : ±
makanan habis 1 porsi
149 cm, BB : ± 50 Kg
setiap makan,kadang
IMT : 22,5 (18,5-24,9)
½ porsi
BB : 41,65 (41,65-56, 35).
- Klien mengatakan
- Biochemical Data : tidak
terkadang sulit tidur
ada
pada malam hari dan
- Clinical Sign
siang hari tidur ± 1-
a) Rambut : bersih, pendek,
2 jam/hari kamar
berwarna sebagian putih,
bau dan tidak
tidak rontok, tidak ada
nyaman.dan sering
benjolan, sedikit bau.
kebangunan pada
b) Mata : simentris, pupil
malam hari dan
isokor, konjungtiva
tidak bisa tidur lagi
ananemis, adanya kantong
- Klien mengatakan
mata
mandi 2 kali sehari
c) Mukosa muulut lembab,
tidak menggunakan
turgo kulit tidak elastis
shampo karena
d) Abdomen : lunak,
sering lupa.
terdengar bising usus,
hepar tidak ada distensi
abdomen
18
3. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan Etiologi
Ds : Perubahan Pola Fikir Kehilangan memori
- Klien mengatakan sudah ingatan
tua dan
sudah tidak mengingat
identitas
sendiri, hari apa, tanggal
berapa,
sedang apa.
19
Do :
- Terlihat sering lupa
- Sering mengulang
pertanyaan
- Tidak mengenal waktu,
tempat dan sekitarnya
- Score MMSE 18
- Perubahan yang terjadi
lupa dan bingung.
Do :
- Klien tanmpak
menghabiskan 1 porsi
makananya
- Klien tampak mengunyah
makanan sangat lambat
- TB 149 cm BB : 50 kg
- IMT : 22,5 (18,5 – 24,9)
- BBI : 41,65 (41,65 –
56,35)
- Hasil LAB tidak ada
- Rambut : Bersih, tidak
ada rontok
- Mata : simetris, pupil
isokar
- Mukosa mulut lembab,
20
Do :
- Klien tampak tertidur di
siang hari 1-2 jam/hari
- Klien tampak setelah
bangun tidur selalu
melamun dan menyendiri
Ds : Kurang perawatan diri Penurunan kognitif
- Klien mengatakan mandi
2x sehari namun terkadang
tidak menggunakan sabun,
rambut dicuci 2x sehari
tidak pernah menggunakan
sampo karena sering lupa.
Tidak pernah menggosok
gigi.
Do :
- Klien terlihat rapih dan
bersih namun badan masih
tercium bau karena mandi
21
terkadang tidak
menggunakan sabun.
- Kuku klien tidak panjang,
mukur bersih, tidak ada
sariawan
- Klien tercium tangan bau
amis setiap makan tidak
pernah mencuci tangan, cuci
tangan tidak pernah
menggunakan sabun
- Kamar terlihat kotor lantai
terlihat ada kerak dan bau.
4. Diagnosa Keperawatan
Do:
-Terlihat sering mudah lupa,
-Sering mengulang pertanyaan,
-Tidak mengenal waktu,tempat dan orang
yang ada di dekatnya(disorientasi waktu),
score MMSE :18 perubahan respons terhadap
stimulasi normal seperti lupa dan binggung.
22
Do:
Antropometri :TB 149cm,BB 5- Kg IMT :
22,5(18,5-24,9), BBI :41,65(41,65-56-
35)kg.Biochemical data :
Tidak ada hasil LAB
Clinical Sign:
-Rambut :bersih,pendek berwarna putih,tidak
ada rontok,tidak ada benjolan,sedikit bau,
Mata : simesti,pupil isokorkonjungtiva an-
ikterik,terlihat cekung dan adanya kantung
mata,terlihat mukosa mulut lembab,turgor
kulit tidak elatis,
Abdomen : lunak,tidak ada distensi hepar
tidak teraba,
-Dietrory history : tidak ada pantangan
makanan.
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan 03 mei 06 mei 2017
perubahan lingkungan ditandai dengan: 2017
Ds:
Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari
dan siang hari tidur hanya 1-2 jam /hari
karena kamar berisik dan menganggu
kenyamanan .
Do:
23
Do:
Klien terlihat rapid an bersih namun badan
masih tercium bau karena mandi terkadang
tidak menggunakan sabun.
Kuku klien tidak panjang,mulut bersih,tidak
ada sariawan.Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah mencuci
tangan,cuci tangan pernah menggunakan
sabun.Kamar terlihat kotor lantai terlihat ada
kerak ada bau.
5. Intervensi Keperawatan
Do :
a) Terlihat
sering mudah
lupa
b) Sering
mengulang
pertanyaan
c) Tidak
mengenal
waktu,
tempat, dan
orang yang
ada di
dekatnya
(disorientasi
waktu)
25
d) Score
MMSE : 18
e) Perubahan
respons
terhadap
simulasi
normal,
seperti :
disorientasi
spasial,
bingung.
2. Resiko perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
nutrisi: kurang tindakan keperawatan makanan adanya alergi atau
dari kepada Ny. C selama 2. Monitor adanya tidak
kebutuhantubuh 3x24 jam diharapkan penurunan BB 2. Untuk mengetahui
berhubungan kebutuhan nutrisi 3. Monitor adanya adanya penurunan
dengan intake terpenuhi tanda-tanda BB atau tidak
yang tidak kekurangan nutrisi 3. Untuk melihat
adekuat ditandai Dengan kriteria hasil : 4. Monitor intake keadaan klien
dengan: 1. BB klien tetap nutrisi klien 4. Untuk mengetahui
dalam batas 5. Beri informasi perkembangan nafsu
Ds : normal pada klien makan klien
Klien mengatakan 2. Nafsu makan pentingnya nutrisi 5. Agar klien
makan kadang klien bertambah 6. Anjurkan pada mengetahui
habis 1 porsi, jika klien untuk pentingnya nutrisi
tidak nafsu makan memenuhi untuk tubuh
hanya kebutuhan nutrisi 6. Agar asupan nutrisi
menghabiskan ½ dengan klien terpenuhi
porsi setiap menghabiskan
makan. makan porsinya
Do :
- Antropomerti :
TB : ± 149cm,
26
lunak, tidak
ada distensi,
hepar tidak
teraba
- Dietary
history :
tidak ada
pantangan
makanan.
3. perubahan pola setelah dilakukan 1. kaji pola tidur 1. Untuk mengetahui
tidur berhubungan tindakan keperawatan 2. Observasi tanda-tanda adanya perubahan
dengan perubahan kepada Ny. C selama vital/ hari pola tidur pada klien
lingkungan 3x24 jam diharapakan 3. Jelaskan pentingnya 2. Untuk memonitor
ditandai dengan : masalah pola tidur tidur yang adekuat tanda-tanda vital
Ds : teratasi dengan kriteria 4. Ciptakan linggkungan klien/ harinya
klien mengatakan hasil: yang nyaman 3. Agar klien
sulit tidur pada 1. Jumlah jam 5. Buat jadwal tidur mengetahui
malam hari dan tidur dalam secara teratur. pentingnya tidur
siang hari tidur batas normal yang adekuat
hanya 2. Pola tidur dan 4. Untuk meningkatkan
± 1−2 jam/¿hari kualitas tidur pola tidur klien.
karena kamar dalam batas
berisik dan normal.
mengganggu
kenyamanan
Do:
- Klien
tampak
tertidur di
sinag hari
± 1−2 jam/hari
- Klien
tampak
setelah
28
bangun
tidur
selalu
melamun/
menyendir
i.
4. kurang perawatan setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan 1. Untuk mengetahui
diri berhubungan tindakan keperawatan klien untuk perawatan kemampuan klien
dengan penurunan Ny. C selama 3xd24 diri yang mandiri melakukan
kognitif. Ditandai jam diharapkan 2. Berikut informasi pearwatan diri secara
dengan: kebutuhan perawatan kepada klien mandiri
Ds : diri terpenuhi. Dengan pentingnya perawatan 2. Agar klien
klien mengatakan kriteria hasil : diri mengetahui
mandi 2x sehari - Mampu 3. Bantu klien membuat pentingnya
namun terkadang melakukan lingkungan yang perawatan diri
tidak aktivitas nyaman 3. Agar klien nyaman
menggunakan perawtan diri dengan lingkungan
sabun, rambut di sesuai denagn yang bersih.
keramas 2x sehari tingkat
tidak kemampuan
menggunakan
shampoo karena
sering lupa
Do :
- Klien terlihat
rapih dan
bersih namun
badan masih
tercium bau
karena mandi
terkadang
tidak
menggunakan
sabun.
29
- Kuku
klienterlihat
tidak panjang,
mulut bersih
tidak ada
sariawan.
- Klien tercium
tangan bau
amis setiap
makan tidak
pernah
mencuci
tangan, cuci
tangan tidak
pernah
menggunakan
sabun.
- Kamar terlihat
kotor lantai
terlihat ada
kerak dan bau
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Proses menua tidak
dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan menyebabkan
terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70
tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-
30
kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Gejala klinis
demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga tidak
menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Hal yang dapat kita lakukan
untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga
ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat profesional harus
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses
pemecahan masalah yang mengarah perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pengkajian langkah pertama pada proses keperawatan, meliputi
pengumpulan data, analisa data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Hasil
analisa data pada klien ditemukan diagnosa keperawatan utama yaitu : Perubahan
proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingat, Resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan, dan
Kurang perawatan diri berhubungan dengan perubahan kognitif. Pada Intervensi
keperawatan untuk mengatasi diagnosa gangguan kognitif (kerusakan memori) ,
peneliti harus melakukan terapi : Memori Training (Pelatihan Memori) dan
Stimulasi Kognitif (Cognitive Stimulator).
B. Saran
1. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi dan
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional berwawasan global.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Kognitif Dimensia.
3. Tim Perawat dan Klinik di Pantai Sosial
Di harapkan dapat membuat strategi dalam memberikan pemenuhan kebutuhan
pada lansia dengan demensia untuk melatih memori serta mengkaji lebih lanjut
pada lansia dengan demensia terutama pada diagnostiknya, dan memperhatikan
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, serta melengkapi
dokumentasi.
4. Untuk Penulis
31
Boedhi - Darmajo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Bulechek, G Dkk. (2013). Nursing Intervensinya Classification (NIC) 6th Ed. Missouri:
Elsevier Mosby.
Kushariyadi. (2010). Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Selemba Medika.
Nugroho, H. Wahjudi. (2008). Keperawatan Geontrik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nugroho, H. Wahjudi. (2009). Keperawatan Geontrik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. Setiyo jadi, B. Dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.
32