Sumsum Tulang
Kelompok 2
Cut Faranita
Putri Balqis
Ummi Havilda
Definisi
Transplantasi sumsum tulang adalah suatu cara
pengobatan canggih yang bertujuan mengganti sel
induk multipotensial seseorang dengan sel induk
sumsum tulang donor dengan jalan transfuse ke dalam
pembuluh darah. Sel-sel sumsum tulang donor yang
dimasukan ke dalam aliran darah resepien kemudian
akan mecari jalan sendiri menuju sumsum tulang di
mana sel-sel donor tersebut akan membela diri
membentuk populasi sumsum tulang yang baru yang
dapat memnggantikan sumsum tulang yang lama
Etiologi
Hal inidisebabkan antaralain :
1. Faktor didapat :
Virus
Bahan kimia
Antibiotic
Infeksi
Radiasi
Lanjutan
2. Faktor genetik atau herediter
Ganguan Imunodefisiensi yang merupakan
kelompok gangguan dengan cacat sistem imun
humoral, seluler, dan atau fagosit yang
menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya dengan
kematian premature dalam usia beberapa tahun
pertama.
Kelainan bawaan seperti anemia fanconi, talasemia,
sel sabit dan penykit ganguan sistem imun lainnya.
Klasifikasi
Autotransplantasi
Isotransplantasi atau transplantasi isolog atau
syngene
Alotransplantasi
Xenotransplantasi
Patofisiologi
Virus, antibiotik – menginfeksi sel-sel imun – imuno defisiensi –
respon imun berkurang – transplantasi sum-sum tulang – Timbul
reaksi penolakan oleh sumsum tulang donor(GVHD) yang
diakibatkan oleh sel limposit T donor yang disensitisasi oleh antigen
resipien – menyerang sel-sel resipien – timbul : Infeksi terhadap
Mikroorganisme(Rx. Inaflamasi, penurunan suhu tubuh, pemberian
sitostatik dosis tinggi), GVHD( kerusakan system imun, perubahan
sirkulasi pada kulit(ruam makulopapuler) dan sal. Cerna(nyaeri perut,
mual dan muntah) akibat medikasi). Defesiensi berbagai komponen
darah (menurunnya leokosit, sel polimoenuklear, trombosit dan Hb) –
ketida mampuan mengabsorbsi nutrisi – penurunan produksi sel-sel
darah (ditandai : Anemia, Pucat, Lemah, Akral biasa teraba dingin ).
Manifestasi Klinis
Demam dan infeksi akibat sel darah putih yang baik yang berguna
sebagai pertahan tubuh berkurang.
Nyeri pada tulang
Pembesaran kelenjar getah bening d ketiak dan leher.
Trombositopenia yang menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit.
Anoreksia, kurangnya nafsu makan.
Mual dan mutah
Konstipasi atau diare
Tampak bintik-bintik merah, mimisan, sianosis pada beberapa bagian
tubuh serta gusi berdarah.
Sesak napas yang diakibatkan oleh suplai O2 menurun.
Lemah, pucat, mudah lelah serta denyut jantung meningkat
Penatalaksanaan
1. Pengelolahan Umum
Resepien harus di iosolasi, agar kulit dan mukosa
yang mengalami kerusakan tidak terinvasi oleh
mikroorganisme.
Pencegahan infeksi
Istirahat unutk mencegah perdarahan
Pemilihaaan donor dengan HLA histokompatibilitas
yang cocok.
Lanjutan
1. Pengelolahan khusus
Pemberian imunosupresi yaitu Obat jenis ALG (anti-
limphocyte globulin) antara lain :
- Azatiopirin
- Siklosporin
- Kortikesteroid
Transfusi darah
Makanan yang efektif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Dignostik :
Biopsi sumsum tulang
Gambaran darah tepi yang menunjukan
pansitopenia dan limpositosis relative.
Biopsy kulit
Komplikasi
Infeksi
Gagal jantung
Perdarahan
Prestesia
Kejang
Pansitopenia
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas/istirahat
Integritas Ego
Eliminasi
Makanan/Cairan
Higiene
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Keamanan
Penyuluhan/Pembelajaran
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi infeksi b.d menurunnya daya tahan
tubuh
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan yang tidak
terkendali
Intervensi Keperawatan
Dx : Resiko infeksi b.d menurunnya daya tahan tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, klien akan
terbebas dari gejala infeksi.
Kriteria Hasil:
Faktor resiko akan hilang ditunjukkan dengan status imun pasien
Pasien menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan
indikator berikut ini (antara 1-3: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,).
Mengindikasi status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan
imum dalam batas normal.
Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
Leukosit 4000 - 11.000/L, Neutrofil : 150-300/L
Lanjutan
Intervensi Keperawatan :
Pantau tanda / gejala infeksi (misalnya suhu tubuh,
denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi,
penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan
malaise, nilai leukosit).
Rasional : memberikan dasar untuk mengkaji perubahan jika
terjadi kemungkinan infeksi
Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
(misalnya: usia lanjut, tanggap imun rendah, malnutrisi).
Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya
Lanjutan
Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi baik pada pasien maupun keluarga.
Rasional : higiene pribadi dapat melindungi tubuh untuk meminimalkan pajanan
pada organisme infektif.
Berikan terapi antibiotik bila diperlukan sesuai dengan instruksi dokter.
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.
Rasional : ruangan yang terisolasi dapat meminimalkan terpaparnya pasien dari
sumber infeksi.
Lindungi pasien dari kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat
yang sama untuk setiap pasien infeksi dan memisahkan pasien infeksi dalam
kamar yang berbeda.
Rasional : kontaminasi silang dapat memperbesar resiko infeksi pada klien.
TERIMA KASIH