Anda di halaman 1dari 41

LEPROSIS


Ns.Lisnawati
By rahayu,S.Kep
Definisi
Lepra, kusta,
morbus hansen

Penyakit menular yang sifatnya kronis pada manusia. Ia menyerang saraf-saraf di


kulit. Ia dapat diobati tanpa menimbulkan kecacatan sesudahnya jika ditemukan
sedini mungkin. Bila dibiarkan tanpa diobati dapat menimbulkan cacat jasmani yang
berat. (Ross, 1898)

Penyakit infeksi kronik, penyebabnya Mycobacterium leprae yang menginfeksi saraf


tepi , lalu kulit, dan mukosa traktus respiratori bagian atas , kemudian dapat
menyerang organ lain kecuali sistem saraf pusat (Kosasih, 1999)

Penyakit pada saraf perifer tetapi dapat menyerang kulit dan kadang-kadang
jaringan lain seperti mata, mukosa saluran respirasi bagian atas, tulang, dan testis.
Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu inkubasinya
bertahun-tahun (Brown, 2002)
Etiologi
Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh Dr.
Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 .
Myco. Leprae adalah bakteri tahan asam,
Dibawah mikroskop electron, bakteri ini
terlihat memiliki bermacam-macam bentuk.
Yang paling umum adalah berbentuk seperti
filament kurva dengan panjang 3-10 um dan
terdiri dari susunan yang tidak teratur berupa
batang. Bentuk batang yang pendek dapat
juga terlihat menyerupai bola. Beberapa
kelompok basil ini dapat pula terlihat memiliki
membrane (Manson, 1983
Patofisiologi
Cara penularannya belum diketahui secara pasti,
diduga lewat udara atau kontak langsung yang
cukup lama dengan penderita. Tergantung
dari keganasan kuman dan imunitas
Faktor-faktor risiko:
usia

Jenis kelamin

Ras

Kesadaran sosial

lingkungan
1. Kehilangan sebagain/seluruh
rasa di kulit cz saraf
sensoriknya rusak (jd klien
kulit tidak menyadari kalau
terluka)
2. Kulit kering dan aliran darah
terganggu, tidak berkerigat cz
saraf otonomnya rusak
Mycobact Pernafasan
erium /kontak 1. Kehilangan sebagain/seluruh rasa
leprae langsung di kulit cz saraf sendoriknya rusak
(jd klien tidak menyadari kalau
terluka)
2. Kulit kering dan aliran darah
Ket: penyakit lepra adalah terganggu, tidak berkerigat cz
penyakit imunologik. Daya Batang saraf otonomnya rusak
tahan tubuh tinggi saraf 3. Terjadi kelemahan otot (otot
memperkecil kemungkinan yang lemah jika dipaksakan
terinfeksi. dipakai akan menmabah kerukan,
jika tdk dpk mjd kontratur
GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIS, DAN
IMUNOLOGIK
SIFAT LL BL BB (MID TT BT I
(LEPROM (BORDERL BORDERLI (TUBERKU (BORDERL (INDETER
ATOSA) INE NE) LOID) INE MINATE
LEPROME TUBERKU
TOUS) LOID)
LESI
bentuk Makula, Makula, Plakat, Makula Makula Hanya
infiltrat plakat, dome- saja, dibatasi makula
difus, papul shaped makula infiltrat,
papul (kubah), dibatasi infiltrat
nodus punched- infiltrat saja
out
jumlah Tak Sukar Dapat Satu atau Beberapa Satu atau
terhitung, dihitung, dihitung, beberapa atau satu beberapa
praktis tak masih ada kulit sehat dengan
ada kulit kulit sehat jelas ada satelit
sehat
lanjutan
distribusi simetris Hampir asimetris asimetris asimetris variasi
simetris

permukaa Halus Halus Agak Kering Kering Halus agak


n berkilat berkilat kasar, bersisik bersisik berkilat
agak
berkilat

batas Tak jelas Agak jelas Agak jelas jelas jelas Jelas tau
tdk jelas

Anestesia Tak ada Tak jelas Lebih jelas jelas jelas Tak ada
sampai sampai
tak jelas tak jelas
lanjutan
BTA

Lesi kulit Banyak banyak Agak negatif Negatif negatif


(ada banyak atau
globus) positif 1

Sekret Banyak negatif negatif


hidung (ada
globus)

Tes negatif negatif negatif Positif Positif Poditif


lepromin kuat (3+) lemah lemah
atau
negatif
Tanda-tanda kerusakan saraf
1. Fasialis : lagoftalmus
2. ulnaris : anestesia pada ujung jari pada
bagian anterior kelingking dan jari manis,
clawing kelingking dan jari manis, atrofi
hipotenar dan otot interoseus dorsalis
pertama.
3. Medianus: anestesia pada ujung jari bagian
anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah,
tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari,
telunjuk dan jari tengah, ibu jari kontraktur
lanjutan
4. radialis: anestesia dorsum manus, tangan
gantung (wirst drop) tak mampu ekstensi jari-
jari atau pergelangan tangan
5. N. poplitea lateralis: kaki gantung (foot drop)
6. N. Tibialis posterior : anestesia telapak kaki,
claw toes
*apabila lebih dari satu saraf terkena, maka
tinggal gabungkan saja gejalanya.
Kerusakan mata
1. primer: alopesia
bulu mata,
mendesak jaringan
mata
2. Sekunder: karena
rusaknya N. fasialis
yang membuat
paralisisN
orbikularis
palpebrarum
lama-kelamaan
terjadi kebutaan
• B

Borderline tuberculoid leprosy lepromatous leprosy borderline lepromatous leprosy

Tuberculoid leprosy indeterminate leprosy


Asuhan keperawatan pada anak
Lepra
Pengkajian

biodata
Riwayat
integumen penyakit
sekarang

Riwayat
Muskuloskeleta
kesehatan
l
terdahulu

Riwayat
Persarafan kesehatan
keluarga

Sistem Riwayat
pernafasan psikososial
Pola aktivitas
sehari-hari
Diagnosa keperawatan


Resiko kekurangan volume
cairan bd hipertermi atau
muntahan

Perubahan nutrisi kurang dari
Anak-anak kebutuhan bd nausea (muntah)

Gangguan intergritas kulit bd
adanya lesi pada kulit

Nyeri bd pembesaran saraf tepi
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi atau muntahan

5. pertahankan
3. berikan dan catat asupan dan
4. berikan anak
2. nilai tanda pantau haluaran cairan
makanan seperti
vital, turgor kulit, pemberian (urin, feses, dan
1. timbang berat biasa selama
membrane cairan infuse muntahan)
badan setiap hari makanan
mukosa, status sesuai program untuk
tersebut dapat
kesadaran untuk mengatasi mengevaluasi
ditoleransi
dehidrasi keefektifan
intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea (muntah)

Anjurkan makan & minum sedikit tapi sering

Anjurkan makan selagi hangat Beri makanan yang menarik dan tidak bertentangan dengan diit yang dianjurkan

Amati dan catat respons amak terhadap pemberian makanan untuk menilai toleransi anak terhadap makanan/susu

Ciptakan lingkungan yang optimal seperti menjaga kebersihan kamar


Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan
adanya lesi pada kulit
Luka dibersihkan dengan sabun pada waktu direndam

Luka dibalut agar bersih

Bila ada bau, anak harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan

Bagian luka diistirahatkan dari tekanan

Bila bengkak, panas, bau bawa ke puskesmas


Nyeri berhubungan dengan pembesaran saraf tepi

intervensi

Lakukan strategi non fakmakologi untuk mengurangi nyeri anak


Ajari anak untuk menggunakan
strategi non farmakologik Libatkan orang tua untuk
tertentu sebelum terjadinya membantu anak menggunakan
Bicara hal yang positif
Distraksi Relaksasi nyeri atau sebelum
pada diri
nyeri
Stimulasi Kutaneus strategi selama terjadi nyeri
bertambah parah
ASUHAN KEPERAWATAN
INDIVIDU DAN DEWASA
Pengkajian
Data Subyetif
• Timbul bercak atau benjolan dengan rasa
tebal/mati rasa, kadang mengeluh nyeri pada
lengan / tungkai, sendi-sendi, demam, pilek, dan
mata procos.

Data Obyektif
• Bercak/plak hipopigmentasi/ eritematosa, papul
atau nodul
• Anestesi pada lesi
• Pembesaran saraf tepi

Data Penunjang
• BTA pada sediaan apus irisan kulit positif
• Test lepronim positif atau negatif
Pemeriksaan fisik secara khusus
Kulit
Perubahan yang tampak (perubahan warna):
bercak-bercak dikulit sedikit lebih pucat
dibandingkan dengan kulit ormal,
kebanyakan bercak-bercak yang lebih lama
berwarna agak gelap dengan bagian
tengahnya kelihatan agak normal, Kulit juga
akan mengalami hilang rasa, kemerahan
terdapat dipinggiran bercak atau menutupi
seluruh bercak,

Saraf
Bentuknya, besarnya, dan susunannya (lunak
atau keras)
Tangan dan Kaki
• Hilang rasa, kulit kering,
kerusakan kulit, kelemahan atau
kelumpuhan otot, dan cacat

Mata dan kelopak mata


• Rasa nyeri, perubahan pada
penglihatan, hilang rasa,
ketidakmampuan untuk
menutup mata, kemerahan,
perubahan pada kornea
 
Diagnosa
1. Hipertermia b.d peningkatan
metabolisme penyakit
2. Kerusakan integritas kulit b.d
trauma: kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit
3. Gangguan citra tubuh, perubahan
penampilan peran b.d krisis
situasi: kecacatan, kejadian
traumatik
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
pembesaran saraf tepi.
Continue….
5. Resiko tinggi cedera b.d hipo/anaestesia
6. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan primer
tidak adekuat: kerusakan perlindungan kulit,
jaringan traumatik
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d
hipertermia
8. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1.Hipertermi b.d Kriteria Mandiri:


peningkatan evaluasi: 1. Pantau suhu pasien (derajat 1. Suhu 38,9-41,1C

metabolisme Suhu dalam dan pola), perhatikan menunjukkan proses penyakit

penyakit dalam batas menggigil dan diaphoresis infeksius akut

normal dan tidak 2. Pantau suhu lingkungan, 2. Suhu ruangan/jumlah selimut

mengalami batasi/tambahkan linen harus diubah untuk

komplikasi yang tempat tidur sesuai indikasi mempertahankan suhu

berhubungan 3. Berikan kompres mandi mendekati normal

hangat, hindari penggunaan 3. Dapat membantu mengurangi


alkohol demam. Alkohol dapat

Kolaborasi: mengeringkan kulit

Berikan antipiretik Di gunakan untuk mengurangi

(aspirin, asetaminofen demam dengan aksi sentralnya


pada hipotalamus
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawata
n

2. Kerusakan Kriteria Mandiri:


1. Memberikan informasi dasar
integritas Evaluasi: 1. Kaji dan catat ukuran luka,
tentang kebutuhan dan
kulit b.d menunjukk perhatikan jaringan
kemungkinan petunjuk
trauma: an nekrotik, dan kondisi
terhadap jenis Lepra
kerusakan regenerasi sekitar luka
2. Menurunkan resiko infeksi
permukaan jaringan 2. Berikan perawatan luka
3. Memerlukan perawatan
kulit karena yang tepat dan tindakan
khusus untuk
destruksi kontrol infeksi
mempertahankan kelenturan
lapisan 3. Cuci sisi dengan sabun
kulit ringan, minyaki dengan
krim beberapa waktu
dalam sehari
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Pengkajian mempertimbangkan
dan menggunakan teori
Anderson, yaitu:
• Penduduk: bertempat tinggal
atau berlokasi dalam suatu
komunitas dengan etnis atau
suku apa
• Lingkungan: bagaimana
lingkungan tempat tinggal,
bagaimana sumber air dan
makanan, bagaimana system
pembuangan limbah, kondisi
perumahan yang padat
penduduk atau tidak
Continue….
• Pendidikan: apakah pendidikan
merata atau tidak (tK, SD, SMP,
SMA, Sarjana)
• Ekonomi: bagaimana
perekonomian di lingkungan
tempat tinggal, apakah hidup
berkecukupan atau dibawah garis
kemiskinan
• Kesehatan: angka atau jumlah
penderita Lepra pada masyarakat
atau komunitas berapa banyak
Diagnosa Keperawatan komunitas

1. Risiko timbulnya penyakit


menular penyakit Lepra b.d
kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam tentang
penyakit Lepra
2. Risiko meningkatnya penyakit
Lepra b.d prilaku penderita
Lepra yang kurang konsisten
menjalani pengobatan
Rencana Keperawatan Komunitas

1. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit


Lepra (pengobatan, penularan, dan
pencegahan)
2. Diskusikan dengan warga masyarakat
tentang masalah penularan penyakit
Lepra
3. Diskusikan Program pemberantasan
penyakit Lepra secara efektif
4. Sosialisasikan kepada masyarakat
tentang pengobatan MDT (Multidrugs
Therapy)
5. Diskusikan dengan masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang positif

Strategi
Pengendalian &
Penyebaran
Penyakit lepra
Berhubungan
Dengan Rantai
Infeksi
Mata rantai penularan penyakit kusta

Pengobatan
Imunisasi m. leprae MDT
Tuan rumah yang
masih kekebalannya
diteliti kurang

Sumber penularan
penyakit: manusia

Cara masuk :
saluran nafas

Cara keluar :
saluran nafas
Cara penularan
pertama saluran
nafas (droplet)

Isolasi tidak dianjurkan


Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyebaran
Patogenesis kuman penyakit kusta

Cara penularan : kontak langsung dan inhalasi

Keadaan sosial ekonomi dan lingkungan

Varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan

Perubahan-perubahan imunitas

Kemungkinan adanya reservoir di luar tubuh manusia


Pencegahan

sekund
primer tersier
er
Partisipasi masyarakat
Penemuan penderita baru Sosial ekonomi

1. Anggota keluarga rutin 1. Menempatkan pekerjaan


memeriksakan diri yang sesuai pasien
2. Tidak menjauhi 2. Membantu mencari
3. Pemeriksaan murid di lapangan kerja
sekolah 3. Pekerjaan tangan
4. Pemuka agama sebagai 4. Membeli hasil karya
orang yang dipercaya pasien
5. Pengawasan dalam 5. Membantu memasarkan
minum obat dan 6. Tetap memperkerjakan
pemeriksaan rutin bagi
pasien
Prinsip umum
penyuluhan di
masyarakat
tentang lepra

suppo curabl
rt e

No need Early
to be fear sign
Pengobatan pada pasien lepra
Multy-drug therapy (MDT) adalah obat yang paling aman
dan efektif
Untuk melaksanakan program MDT diperlukan
persyaratan sebagai berikut:
• Dokter puskesmas bersedia mengawasi pengobatan
• Pasien bersedia makan obat kombinasi secara teratur
• Keadaan geografis dan tranportasi memungkinkannn
pasien berkunjung secara teratur ke puskesmas
• Adanya fasilitas laboratorium yang memadai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai