Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Demensia


D
1
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 3
Nama :
1) Cici Indrayani
2) Hanifah Hasnah
3) Megawati
4) Melisa anggaraini
5) Nurul hasanah
6) Syafira hanifah
7) Syaiful rahman
8) Uyun syahdani
9) Yuni efrija
10) Krisnawati
11) Novia adelina
Dosen Pengampuh : Ns.Lili Suryani Tumanggor, M.Kep

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan


Institute Kesehatan Deli Husada Deli Tua
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas segala Rahmat
dan Karunia Nya saya bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini. Makalah
kami ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
DEMENSIA”, yang merupakan salah satu persyaratan bagi kami dalam
menyelasaikan tugas-tugas sebagai seorang mahasiswa SI keperawatan.
Penyajian materi dalam makalah ini, kami tampilkan dalam bentuk yang
mudah dipahami. Berdasarkan penyusunan seperti ini, kami berharap dapat
memahami konsep perawatan ini dengan mudah serta mengenal aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun demikian kami menyadari keterbatasan kami dalam penyususnan
makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,
terutama dosen keperawatan demi penyempurnaan makalah pada edisi-edisi
beriukutnya.
Akhir kata, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati.

2
DAFTAR IS1
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
Bab II. Pembahasan
2.1 Definisi demensia....................................................................................3
2.2 Penyebab demensia................................................................................5
2.3 Patofisiologi demensia............................................................................6
2.4 Manifestasi klinis demensia....................................................................7
2.5 Klasifikasi demensia...............................................................................8
2.6 pencegahan demensia..............................................................................8
2.7 Penatalaksanaan demensia......................................................................9
2.8 Komplikasi demensia..............................................................................9
2.9 Konsep asuhan keperawatan demensia...................................................10
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................22
Daftar Pustaka...................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup yang
meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah
7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun 2013 populasi
lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun 2014 mencapai 18
juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035
serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita. Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan
yang diawali dengan kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan
tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah
kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan
keseimbangan, kebingungan mendadak, termasuk, beberapa penyakit sepeti
hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan dan demensia.
Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka
kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7
juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease
International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peingkatan
populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi
peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun). Data demensia di Indonesia
pada lanjut usia (lansia) yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi
lansia (Tempo, 2011). Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia
berumur 85 tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65 tahun ke atas
angka lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen dari
populasi penduduk (Tempo, 2011).
Gangguan kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena
kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan
kognitif antara lain delirium dan demensia (Azizah, 2011) Demensia terjadi
karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan proses

4
mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang
meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan (Santoso&Ismail,
2009). Demensia juga berdampak padapengiriman dan penerimaan pesan.
Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan
pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat
kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu
membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan;
sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah penurunan
fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif farmakologis
dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu donezepil,
galatamine, rivastigmine, tetapi masing-masing obat tersebut memiliki efek
samping (Dewanto; Suwono; Riyanto; Turana, 2009). Terapi non farmakologis
antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; p`uzzle; dan lain-lain. Terapi non
farmakologis ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2009).

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan demensia

1.3 Tujuan
Tujuan umum untuk mengetahui proses pengkajian, Analisa data,
penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, mendokumentasi dan
evaluasi terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan demensia

1.4. Manfaat
Manfaat Teoritis dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu
terutama pada bagian ilmu gerontologi dan keperawatan gerontik,
sehingga para tenaga kesehatan dapat mengetahui proses perawatan lansia
dengan demesia secara benar.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,
orientasi,persepsiperhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi(Corwin, 2009).Dimensia alzheimer adalah penyakit deganeratif otak
yang progresif, yang mematikan sel otak sehigga mengakibatkan menurunya daya
ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku. Dimensia alzheimer
merupakan penyakit neurodegeneratif progresif dengan gambaran klinis dan
patologi yang khas, berfariasi dalam awitan, umur, berbagai gambar gangguan
kognitif, dan kecepatan pemburukannya. Penyakit alzheimer ditemukan
olehseorang dokter ahli saraf dari jerman yang bernama Dr. Alois Alzheimer pada
tahun 1906 penyakit ini 60% menyebabkan kepikunan atau dimensia dan
diperkirakan akan meningkat terus, bahkan diramalkan pertumbuhannya akan
lebih cepat dari padakecepatan pertambahan jumlah penduduk usia diatas 65
tahun.

2.2 Penyebab demensia


Menurut Nugraho (2009) penyebab demensia yaitu:
1) Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim, atau pada metabolisme.
2) Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino –
serebelar.a). Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert dan b) Khores
Hungtington.

6
3) Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantranya :a). Penyakit cerrebro kardioavaskuler dan b) penyakit
Alzheimer.

2.3 Patofisiologi Demensia


Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri.Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,
serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak
langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui
mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah
neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.Di
samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi
saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran),
persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung
lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena
manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu
keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

2.4 Manifestasi klinis demensia


Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien
dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.Gejala
klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda
dan gejala demensia adalah:
1) Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2) Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.

7
3) Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4) Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
5) Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
6) Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

2.5 Klasifikasi Demensia


Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat
klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III).
1) Menurut Umur:
a.Demensia senilis (>65th)
b.Demensia prasenilis (<65th).
2) Menurut perjalanan penyakit
a.Reversibel.
b.Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural)
c.hematoma, Defisiensi vitamin B.
d.Hipotiroidism, intoksikasi Pb
3) Menurut kerusakan struktur otak
a.Tipe Alzheimer.
b.Tipe non-Alzheimer.
c.Demensia vaskular.
d.Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia.
e.Demensia Lobus frontal-temporal.
f.Demensia terkait dengan HIV-AIDS.
g.Morbus Parkinson.
h.Morbus Huntington.

8
i.Morbus Pick
.j.Morbus Jakob-Creutzfeldt.
k.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

2.6. Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak,seperti :
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif,
seperti Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama
.4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.7. Penatalaksanaan Demensia


Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1) Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati
demensia alzheimer digunakan obat -obatan antikoliesterase seperti Donepezil ,
Rivastigmine , Galantamine ,Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan
obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk
melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.

9
2) Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
3) Terapi SimtomatikPada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi :
a. Latihan fisik yang sesuai
b. Terapi rekreasional dan aktifitas.

2.8. Komplikasi demensia


menurut Kushariyadi (2010) komplikasi demensia yaitu:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari;
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia.
2) Thromboemboli, infarkmiokardium:
a) Kejang
b) Kontraktur sendi
c) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
d) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitandan
e) menggunakan peralatan.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1) Data subyektif
Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi, dan tidak
mampu mengenali orang, tempat danwaktu.
2) Data Obyektif
Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek
yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya , Pasien sering
mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya.
Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-

10
kata yang lebihsederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat.
2.Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran
composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari linai E : 5 V:4 M:
6,tekanan darah sistolik/ diastolik 120/80 mmHg. BB: kg, TB :cm. postur
tulang belakang lansia: membungkuk, BB : 45 Kg, tinggi badan: 146 cm.
2) Identitas Indentias klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
3) Riwayat Psikososial konsep diri
a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena
proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaianantara satu
peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak
tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dankemampuan
yang ada.
e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa
harga dirinya rendah karena kegagalannya.
4) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat
beratseperti delusi dan halusinasi. Keadaanini menimbulkan kesepian, isolasi
sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
5) Riwayat Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak
atau kurangmampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
6) Status mental

11
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c) Aktivitas motorik, perubahan motorik dapat di manifestasikan adanya
peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis,
steriotipi.
d) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi.Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek
adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancaraSikap klien terhadap pemeriksa kurawng
kooperatif, kontak mata kurang.
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu
obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera
yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan.
Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak
sesuai dengan penilaianyang umum diterima.Penilaian realitas secara
pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan
orang, benda atau kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi
dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali,clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu,
tempat dan orang.
c) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa tahun
yang lalu).

12
d) Tingkat konsentrasi Klien tidak mampuberkonsentrasi
e) Kemampuan penilaian Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah .Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar
di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya
sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga
bisa terjadi penurunan berat badan.
c) EliminasiKlien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih
sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat
terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d) Mekanisme koping Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia
akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping mekanisme
yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan
menutup diri.
B. Pengkajian heat to toe
1) Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe, kerontokan rambut
serta kebersihan secara umum.
2) Mata : adanya perubahan penglihatan
3) Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau lessi, tidak
ada masa, Nyeri pad sinus
4) Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka pada mulut,
perubahan suara, karies.
5) Telinga :penurunan pendengaran,TelingaPerubahan pendengaran, Rabas,
Tinitus, Vertigo Sensitivitas pendengaran, Alat-alat protesa, Riwayat infeki.
6) Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior danposterior, ada
tidaknya deviasi, adatidaknya bendungan vena padadinding dada.

13
7) Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus: kali/
menit Genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan, tidak ada
hemoroid
8) Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan kekuatan penuh,
tidak menggunakan alat bantu saat jalan, tidak mengalami nyeri
sendi.Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak kering,
seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor berwarna hitan karena
bekas luka, sering menggaruk badan

C. Pengkajian psikogerontik
1) Pengkajian status fungsional
Tabel 1
Indeks barthel
No Jenis Aktivitas Kemampuan Skor
1. Makan/Minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain untuk 1
memotong makanan
Tergantung penuh pada pertolongan 0
orang lain

2. Pindah dari kursi roda ke Mandiri 3


tempat tidur/ sebaliknya Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0

3. Kebersihan diri : cuci Mandiri 1


muka, menyisir, dll Perlu pertolongan 0
4. Keluar/ masuk kamar Mandiri 2
mandi
Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
5. mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0

6. Berjalan (jalan darat) Mandiri 3


Dibantu satu orang/ walker 2
Dibantu kursi roda 1

14
Tidak mampu 0

7. Naik turun tangga Mandiri 2


Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0

8. Berpakaian / bersepatu Mandiri 2


Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0

9. Mengontrol BAB Kontinen teratur 2


Kadang-kadang inkonten 1
inkonten 0

10. Mengontrol BAK Kontinen teratur 2


Kadang-kadang inkonten 1
inkonten 0

Jumlah 20
Keterangan:
1. Skor 20 = lansia mandiri
2. 12-19 = ketergantungan ringan
3. 9-11 = ketergantungan sedang
4. 5-8 = ketergantungan berat
5. 0-4 = ketergantungan total

Table 2
Status Kognitif
Shoert Portable Mental Status Questsionneaire(SPMSQ)
No Pertanyaan Jawaban Benar Salah
1. Tangggal berapa hari ini?

15
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon
anda,dimana alamat anda (jika
tidak memiliki nomor telepon)
5. Kapan anda lahir?
6. Berapa umur anda?
7. Siapa presiden Indonesia
sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Angka 20 dikurangi 3=? Dan
seterusnya dikurangi 3
jumlah

Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat

Tabel 3
Mini Mental Status Exam (MMSE)

No Tes Penilaian Skor Skor


maksimal lansia

16
1. Orientasi Tanyakan pada lansia tentang : 5
1. tahun
2. hari
3.tanggal
4.bulan
5. tahun

Tanyakan tentang tempat (dimana 5


kita sekarang)
1. nama tempat
2. kelurahan
3. kecamatan
4. kabupaten
5. provinsi

2. Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama 3


benda meja, kursi,lemari (tiap benda
disebutkan dalam satu detik
kemudian memintabpasien
mengingat dan mengulang kembali
tiga objek yang disebutkan
pemeriksa)
3. Perhatian dan Menghitung mundur mulai dari 5
perhiitungan amgka 100 dikurangi 7 , berhenti
setelah jawaban kelima
1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4.79-7 = 42
5. 42-7 = 65
4. Mengingat Pasien diminta kembali mengulang 3 3
kembali nama tadi yang disebutkan pada
point sebelumnya meja, kursi, lemari
5. Bahasa Resonden menyebutkan tiga benda 2
yang ditunjuk pemeriksa
6. Pengulangan Responden mengulang kata-kata 1
yang diucapkan pemeriksa
7. Pengertian verbal Pemeriksa meminta pasien 3
melakukan tiga perintah
1. ambil kertas dengan tangan kanan
2. lipat kertas menjadi 2 bagian
3. letakkan kertas dilantai
8. Perintah tertulis Pemeriksa menulis satu kata “tutup 1

17
mata” minta responden melakukan
perintah yang ditulis pemeriksa
9. Menulis kalimat Pemeriksa meminta pasien menulis 1
satu kalimat yang bermakna
(subjek+predikat+objek+keterangan)
10. Menggambar Pasien diminta menirukan gambar 1
kontruksi
TOTAL

Keterangan:
1. Total skor 24-30 = kognitif normal
2. Total skor 17-23 = gangguan kognitif ringan
3. Tital skor 0-16 = gangguan kognitif berat

D. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia oleh PPNI (2016)
masalah keperawatan pada klien demensia adalah sebagai berikut:
1. Gangguan memori b.d proses penuaan, efek agen farmakologis,
ketidakadekuatan stimulasi intelektual ditandai dengan melaporkan pernah
mengalami pengalaman lupa, tidakmampu mempelajariketrampilan baru,
tidak mempu mengingat informasi faktual, tidak mampu mengingat
perilaku tertentu yang pernah dilakukan, tidak mampu mengingat
peristiwa, tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari
sebelumnya, merasa mudah lupa
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan demensia,
hambatan kognitif, keterampilan motorik halus/ kasar
3. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/
psikotik, penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu
mandi atau mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri berkurang.
4. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 tahun pada dewasa dan ≤2 tahun pada anak,
riwayat jatuh, perubahan fungsi kognitif, demensia.

18
E. Intervensi Keperawatan
N Diagnose keperawatan NOC NIC
o
1. Gangguan memori b.d Setelah dilakukan tindakan  Stimulasi ingatan dengan
proses penuaan, efek agen keperawatan selama ... x pertemuan cara mengulangi pemikiran
farmakologis,ketidakadek klien menunjukkan kemampuannya klien yang terakhir
uatan stimulasi intelektual untuk mengingat sesuatu dengan diekspresikan dengan cara
ditandai dengan kriteria : yang tepat
melaporkan pernah  Skor MMSE klien bertambah  Kenangkan kembali
mengalami pengalaman ≥2 poin mengenai pengalaman klien
lupa (demensia)  Klien mampu mengingat yang disenangi klien
perilaku tertentu yang baru  Beri latihan orientasi
saja dilakukan misalnya misalnya klien berlatih
mengingat gerakan yang mengenai informasi pribadi
dicontohkan, mengingat kata dan tanggal
benda yang disebutkan  Berikan kesempatan untuk
perawat; mengingat nama berkonsentrasi misalnya
praktikan, mengingat bulan bermain kartu, menirukan
dan tahun serta tanggal hari gerakan yaitu brain gym
ini
2. Pemeliharaan kesehatan Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan dengan klien
tidak efektif berhubungan keperawatan selama ... x pertemuan akibat dari kamar yang kotor
dengan demensia, klien menunjukkan kemampuannya (yang akan memperburuk
hambatan kognitif, untuk memelihara kesehatannya keadaan gatal di kulitnya)
keterampilan motorik dengan kriteria :  Motivasi klien untuk berlatih
halus/ kasar  Kamar klien bersih senam dengan berdiri agar
 Tidak ada plastik yang tubuh lebih bugar
berserakan di kamar  Diskusikan dnegan klien
mengenai kebiasaan, budaya,
herediter,asupan makanan,
peningkatan berat badan serta
olahraga
3. Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan  Observasi kebersihan kuku,
demensia, kelemahan, keperawatan selama ... x 24 jam pakaian, kulit klienb.
gangguan psikologis/ perawatan diri klien terpenuhi  Berikan lingkungan yang
psikotik, penurunan dengan kriteria : terapeutik dengan
motivasi atau minat  Kebersihan tubuh klien dapat memastikan lingkungan yang
ditandai dengan tidak dipertahankan dengan aman, santai, tertutup
mampu mandi atau bantuan keluarga  Edukasi keluarga untuk
mengenakan pakaian/  Memasukkan makanan memberikan bantuan dalam
makan/ ke toilet/ berhias dengan sendok melakukan kegiatan
secara mandiri, minat  Klien dapat masuk dan keluar perawatan diri klien
melakukan perawatan diri dari kamar mandi
berkurang
4. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 Setelah dilakukan tindakan  Gunakan simbol daripada
tahun pada dewasa dan ≤2 keperawatan selama ... x 24 jam hanya tanda-tanda tertulis

19
tahun pada anak, riwayat risiko jatuh klien tidak terjadi dengan untuk membantu klien
jatuh, perubahan fungsi kriteria : menemukan kamar mandi,
kognitif, demensia  Laporan dari keluarga klien ruangan atau area lain untuk
bahwa selama perawatan menghindari tersesat dan
klien tidak terjatuh terjatuh
 Edukasi kepada klien atau
keluarga untuk melakukan
pembatasan area dengan
menggunakan alat pelindung
misalnya deteksi gerakan,
alarm, pagar, pintu, terali sisi
tempat tidur,
F. Implementasi keperawatan
Menurut Kholifah (2016) tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan produktif.
G. Evaluasi keperawatan
Kholifah (2016) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan gerontik adalah
penilaian keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk
memenuhi kebutuhan lansia. evaluasi keperawatan antara lain:Mengkaji ulang
tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,Mengumpulkan data yang
Mengukur pencapaian tujuan, Mencatat keputusan atau hasil pencapaian
tujuan,Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatanbila perlu
BAB IV
KESIMPULAN
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, penderita demensia sering kali
menunjukkan beberapa gangguan dan tingkah laku harian yang mengganggu
maupun tidak menganggu , Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa ,melainkan kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan kondisi tertentu sehingga terjaid perubahan kepribadian dan tingkah
laku. Demensia adalah salah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati

20
secara abnormal. Hanya satu terminology yang digunakan untuk menerangkan
penyakit otak degenerative yang progresif. Daya ingat, emosi ,tingkah laku
terjejas bila mengalami demensia.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/14152316/Asuhan_Keperawatan_Gerontik_Pada_Lans
ia_Dengan_Demensia
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1366/4/4.%20Chapter%202.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai