Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENYAKIT DEMENSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi Fisiologi

Dosen Pengampu :

Rani Safitri.,SST.,M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 11

1. Rena Fidia Sari (226064)


2. Yusnita Nasriyah (226053)
3. Shendy Nadira D.D.P (226033)
4. Tea Puri Laurent (226055)
5. Sintia Nur Anggraini (226089)

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR SOEPRAOEN


KESDAM V/BRW

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kami kepada Allah SWT. Karena
tanpa ridho Nya kita tidak dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Persiapan
Untuk Kehidupan Keluarga Sehat,Pencatatan Dan Pelaporan,Identifikasi Ibu
Hamil,Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal ini dengan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Rani Safitri.,SST.,M.Kes selaku


dosen mata kuliah Konsep Dasar Manusia yang membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah mendukung kami sehingga kami menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Malang, Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat .......................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 5
2.1 Pengertian Demensia..................................................................... 5
2.2 Etiologi Demensia .......................................................................... 6
2.3 Klasifikasi Demensia ...................................................................... 7
2.4 Tanda Dan Gejala Demensia ....................................................... 11
2.5 Diagnosis Demensia .................................................................... 13
2.6 Pengobatan Demensia................................................................. 14
2.7 Pencegahan Demensia ................................................................ 15
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................... 17
3.1 Saran ........................................................................................... 17
3.2 Kesimpulan .................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demensia adalah sindrom yang diakibatkan penyakit atau gangguan otak
yang dapat bersifat kronik maupun progresif dan dapat memperlambat fungsi
kognetif seseorang (kemampuan berfikir) termasuk daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tanggap, berhitung, kemampuan belajar, bahasa, daya nilai dan
dapat mempengaruhi aktifitas sehari hari (Dewi, 2018).
Perubahan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness), mudah
lupa adalah gangguan kognitif yang paling ringan, 39% gangguan ini
diperkirakan dikeluhkan oleh lanjut usia berusia 50-59 tahun, meningkat
menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang
masih bisa berfungsi normal mulai meskipun sulit mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari, tidak jarang ditemukan pada orang setengah umur. Jika
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari
seluruh penduduk,.. maka 3% keluhan mudah lupa tersebut di derita oleh
populasi di Indonesia. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif
Ringan (Mild Cognitive Impairment) sampai ke Demensia sebagai bentuk klinis
yang paling berat. Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan
progresif yang dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas
harian seseorang (Susanti, 2019)
Data dari World Health Organization (WHO) dan Alzheimer’s Disease
International Organization terdapat total jumlah orang dengan demensia di
seluruh dunia pada tahun 2015 yaitu 47,5 juta dan berjumlah 22 juta jiwa yang
kebanyakan terdapat di Asia. Sedangkan di negara maju seperti Amerika
Serikat saat ini terdapat lebih dari 4 juta jiwa usia lanjut penderita Demensia.
Jumlah ini akan terus meningkat hampir 4 kali pada tahun 2050. Total kasus
demensia baru setiap tahun di seluruh dunia berkisar 7,7 juta, artinya setiap 4
detik terdapat 1 kasus demensia diperkirakan akan terus naik jadi 75.6 juta
pada tahun 2030 dan 135,5 juta pada tahun 2050 (WHO, 2015)
Menurut Alzaimer’s Disease International (ADI) Report pada tahun 2016,
jumlah penderita demensia di Indonesia sebanyak 1.2 juta jiwa dan Indonesia
masuk dalam sepuluh negara dengan demensia tertinggi di dunia dan Asia
Tenggara pada tahun 2015 (Martina, 2019)

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Demensia?
2. Bagaimana Etiologi Dari Demensia?
3. Bagaimana Klasifikasi Demensia?
4. Apa Tanda Dan Gejala Demensia?
5. Bagaimana Diagnosis Demensia?
6. Bagaimana Pengobatan Demensia?
7. Bagaimana Pencegahan Demensia?
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui Dan Memahami Pengertian Dari Demensia
2. Dapat Mengetahui Dan Memahami Etiologi Dari Demensia
3. Dapat Mengetahui Dan Memahami Klasifikasi Demensia
4. Dapat Mengetahui Dan Memahami Tanda Dan Gejala Demensia
5. Dapat Mengetahui Dan Memahami Diagnosis Demensia
6. Dapat Mengetahui Dan Memahami Pengobatan Demensia
7. Dapat Mengetahui Dan Memahami Pencegahan Demensia
1.4 Manfaat
E. . Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk
mengetahui dan menjelaskan konsep berduka dan kehilangan
2. Bagi Pihak Lain
Diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk mempelajari konsep berduka
dan kehilangan dan dijadikan referensi untuk makalah selanjutnya

4
BAB 2

ISI

2.1 Definisi Demensia

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional,


biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses
serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit 5eversible5s
yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia
terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana 5evers saraf tidak lagi bisa
membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada
daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan
perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian
(Pieter and Janiwarti, 2011).

Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual


yang menghalangi hubungan 5evers dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan
bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang,
demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacammacam kelainan otak.
Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25-35% karena
strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati
meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri,
2014).

Menurut Pieter et al (2011). Demensia adalah kelainan mental yang


cukup serius karena seluruh kepribadian seseorang tersebut mengalami
gangguan kepribadian. Penderita demensia walaupun yang hanya mengenai
alam pikirnya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi
intelektual yang progresif dan ireversibel (Nugroho, 2008). Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat
dan daya 5ever, dan penurunan dalam kemampuan tersebut menimbulkan
gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari (Azizah, 2011). Kata
demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori,
kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan 5evers.

Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit,


seperti penyakit Alzheimer atau pun serangkaian stroke.Faktor-faktor yang

5
dapat mempengaruhi terjadinya demensia yaitu lansia yang berusia di atas 65
tahun, keturunan, riwayat keluarga mempunyai peran 40%, trauma kepala,
kurang 6eversible, hipertensi sistolik, lingkungan (keracunan aluminium),
depresi, gangguan imunitas, stroke, diabetes melitus, penyakit 6eversibl
stadium lanjut, infeksi otak.

2.2 Etiologi Demensia

Etiologi dementia meliputi proses degeneratif, seperti penyakit Alzheimer,


gangguan vaskular, seperti infark, dan gangguan psikiatri dan neurologis, seperti
hidrosefalus. Selain itu, etiologi dementia dapat juga berhubungan dengan
neoplasma, gangguan metabolik dan endokrin, trauma, inflamasi, serta zat
toksik. Faktor risiko dementia antara lain usia lanjut, faktor gaya hidup, dan
beberapa penyakit yang mendasari telah teridentifikasi.

1. Proses Degeneratif
Proses degeneratif yang bisa menyebabkan dementia
meliputi penyakit Alzheimer, penyakit badan Lewy, Parkinson, atrofi lobus
frontotemporal, penyakit Huntington's,
degenerasi spinocerebellar, dan supranuclear palsy progresif.
2. Gangguan Vaskular
Gangguan vaskular pada otak yang dapat menyebabkan
dementia, meliputi infark (tunggal atau multipel), perdarahan,
hipoperfusi, vaskulitis, dan penyakit Binswanger (dementia vaskular
subkortikal).
3. Gangguan Psikiatri dan Neurologis
Gangguan psikiatri dan neurologis yang bisa menyebabkan
dementia, misalnya delirium, depresi, sindrom amnestik, dan
hidrosefalus dengan tekanan intrakranial normal (normal pressure
hydrocephalus/NPH).

4. Neoplasma/Keganasan
Berbagai neoplasma atau keganasan pada otak dapat
menyebabkan dementia.

5. Gangguan Metabolik, Endokrin, dan Nutrisi

6
Berbagai gangguan metabolik, endokrin, dan nutrisi dapat
menyebabkan dementia, misalnya defisiensi vitamin B6 atau B12,
hipopituitarisme, hipotiroidisme, hipertiroidisme, penyakit Cushing,
uremia, dan penyakit Wilson.

6. Trauma
Trauma pada otak berhubungan dengan akumulasi β-amiloid dan
protein tau dalam jangka panjang, sehingga juga dapat menyebabkan
dementia.

7. Infeksi

Berbagai infeksi yang melibatkan otak, misalnya neurosifilis,


meningitis tuberkulosis, dan penyakit Lyme, dan penyakit Creutzfeldt-
Jakob, dapat menyebabkan dementia sebagai gejala sisa.

8. Inflamasi
Inflamasi, misalnya pada penyakit demielinisasi, lupus
eritematosa, sarkoidosis, dan sindrom Sjogren dapat menyebabkan
dementia.
9. Zat toksik
Zat toksik, seperti alkohol, logam berat (arsenik, merkuri, timbal),
sianida, dan karbon monoksida juga dapat menyebabkan dementia
Iatrogenik.Dementia juga dapat disebabkan oleh iatrogenik. Terdapat
laporan bahwa dementia berhubungan dengan penggunaan obat
antihistamin, misalnya diphenhydramine, dan antikolinergik,
misalnya atropin.[4,6]

Dari etiologi yang telah disebutkan di atas, penyakit Alzheimer merupakan


penyebab utama, yaitu 50–70% kasus. Etiologi tersering berikutnya adalah
gangguan vaskular (5–20%), penyakit badan Lewy (5%), dan atrofi lobus
frontotemporal (5%). Diperkirakan, 10–20% dementia disebabkan oleh etiologi
yang reversibel.

2.3 Klasifikasi Demensia

Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi pula resiko beberapa penyakit
Salah satu contohnya adalah demensia .Penyakit yang umumnya menyerang

7
orang yang berusia 65 tahun keatas ini membuat sel sel di otak menjadi rusak
bahkan mati. Namun tahukah anda jika demensia terbagi dari banyak jenis .

Demensia sebenarnya bukan penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang


memengaruhi kemampuan otak dalam mengingat, berbicara, dan
bersosialisasi. Orang dengan kondisi ini membutuhkan bantuan orang lain,
karena kebanyakan dari mereka kesulitan untuk melakukan aktifitas seharian,
bahkan dalam merawat kebersihan diri.Menurut Nasional institut of Aging,
demensia tidak terdiri dari satu tipe saja. Ada banyak tipe dari demensia dan
setiap jenis ya menunjukan gejala dan pengobatan yang berbeda.

1.Penyakit Alzheimer

Penyakit alzheimer berbeda dengan demensia. Alasannya, karena


demensia memanyungi berbagai penyakit yang menyerang otak, salah
satu ya penyakit alzheimer. Itu artinya, penyakit alzheimer merupakan
penyakit demensia yang umum.

Penyakit alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan degenerasi otak


secara progresif. Penyebab pasti dari klasifikasi demensia yang paling
umum ini sepenuhnya dipahami. Akan tetapi, ilmuan berpendapat penyakit
ini kemungkinan berkaitan dengan masalah protein di otak yang gagal
berfungsi dengan baik. Akibatnya, kerja sel sel otak menjadi terganggu dan
melepaskan racun yang bisa merusak bahkan mematikan sel sel itu sendiri.
Kerusakan paling sering terjadi diarea hipokampus, yakni bagian otak yang
mengontrol memori. Itulah sebabnya, sering lupa atau hilang ingatan
menjadi gejala penyakit alzheimer yang paling khas. Selain kesulitan untuk
mengingat, ada gejala penyakit alzheimer lainnya yang menyertai, seperti:

 Sering mengulang pertanyaan, lupa dengan obrolan, lupa dengan


janji, mudah tersesat dijalan yang biasanya dilalui, atau
sembarangan meletakkan barang yang baru saja digunakan
 Sulit berfikir karena tidak bisa fokus dengan suatu hal. Kondisi ini
kadang menyulitkan seorang untuk membuat keputusan dan
menilai sesuatu.
 Kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai urutan, sehingga
membuat mereka terlambat melakukan aktifitas harian.

8
 Lebih sensitif, suasana mudah berubah, mengalami delusi, dan
depresi.

Penyakit alzheimer biasanya diobati dengan obat donepezil (Aricep),


galantenine( Razadyne), rivastigmine(Exolon), dan obat jenis menantine
(Namenda).

2.Demensia Lewy Body

Klasifikasi demensia selanjutnya adalah demensia Lewy body. Tipe


demensia ini cukup umum setelah penyakit 9lzheimer. Demensia Lewy
body terjadi akibat adanya endapan protein yang disebut Lewy body yang
berkembang di sel syaraf pada bagian otak yang terlibat dalam pemikiran,
memori dan 9lzheim 9lzheim(gerakan tubuh). Penyakit ini berkaitan
dengan dengan penyakit Parkinson, yang menyebabkan otot tubuh
menjadi kaku, gerakan tubuh melambat, dan Tremor. Gejala penyakit
Parkinson ini sekilas mirip dengan demensia Lewy body, namun ada gejala
lain yang menyertai, seperti:

 Mengalami halusinasi, baik merasakan adanya suara,


penampakan, penciuman, atau sentuhan yang sebenarnya tidak
ada.
 Mengalami kesulitan untuk tidur namun mengantuk atau tidur siang
lebih lama.
 Mengalami depresi dan kehilangan motifasi.
 Sering mengalami gangguan pencernaan atau kepala pusing.

Orang yang didiagnosis jenis penyakit demensia ini juga diberikan obat
yang sama dengan pengobatan pasien penyakit 9lzheimer. Akan tetapi,
obat biasanya dilengkapi dengan obat obatan untuk penyakit Parkinson.

3.Demensia Vaskular

Klasifikasi demensia ini rentan menyerang orang yang memiliki


hipertensi, diabetes, kolestrol tinggi,dan punya kebiasaan merokok. Ini
karena demensia vaskuler adalah gangguan fungsi otak akibat
terhambatnya aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak.
Penyebab utama dari demensia jenis ini adalah penyakit stroke yang
memblokir arteri otak dan rusak atau penyempitan pembuluh darah di otak.

9
Orang yang mengalami demensia veskuler biasanya akan mengalami
gejala meliputi.

 Sulit konsentrasi, membaca situasi ,membuat rencana, dan


menyampaikan rencana tersebut kepada orang lain.
 Mudah lupa dengan nama, tempat, atau langkah langkah dalam
mengerjakan sesuatu.
 Mudah gelisah sensitif .
 Kehilangan motivasi dan mengalami depresi .
 Sering ingin buang air kecil atau tidak mampu mengontrol buang air
kecil.

Pengobatan untuk jenis demensia ini berfokus dalam mengelola kondolidi


kesehatan yang menjadi penyebab dasar. Sebagai contoh pasien akan
diminta untuk minum obat diabetes obat pengencer darah obat penurun
kolestrol dan berhenti merokok. Perawatan juga dilengkapi dengan
penerapan gaya hidup untuk mengontrol gula darah,dan kadar kolestrol
dalam tingkat normal.

4. Demensia frontotemporal

Selain penyakit alzheimer ,klasifikasi demensia juga terbagi


menjadi demensia frontotemporal. Jadi demensia ini menandakan adanya
gangguan fungsi otak, khususnya otak area depan dan sampin. Daripada
tipe lain, demensia frontotemporal biasanya mulai menunjukan gejala lebih
awal, yakni usia 45-65. Gejala yang paling menonjol dari demensia
frontotemporal adalah perubahan dalam perilaku. Orang yang
mengidapnya lebih sering melakukan gerakan tubuh berulang atau
memasukan benda yang bukan makan kemulut. Mereka juga tidak
merasakan empati dan kehilangan minat pada hal hal yang sebelumnya
mereka sukai. Gejala lain yang umumnya menyertai pasien demensia jenis
ini adalah:

 Kesulitan untuk memahami bahasa, baik lisan maupun tulisan.


Begitu juga ketika mereka berbicara, sering kali ada kata kata yang
salah dalam penyusunan kalimat.
 Gerakan tubuh menjadi terganggu karena merasakan kekakuan
atau kejang otot , kesulitan menelan, dan Tremor.

10
Pengobatan untuk tipe demensia ini antara lain adalah obat anti depresi,
obat anti psikotik , dan terapi wicara untuk membantu pasien
berkomunikasi lebih baik.

5.Mixet demensia

Klasifikasi demensia yang terakhir adalah mixet demensia, yaitu


demensia kombinasi dari dua atau lebih jenis demensia. Sebagai contoh,
kombinasi antara penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa demensia campuran cukup umum terjadi
pada lanjut usia. Studi otopsi yang mengamati otak orang yang menderita
demensia menunjukan bahwa kebanyakan orang yang berusia 80 dan
lebih tua mungkin menderita demensia campuran. Umumnya hal ini yang
disebabkan oleh kombinasi perubahan otak yang terkait dengan penyakit
vaskular atau kondisi neurodegeneratif lainnya. Pada orang demensia
campuran, berbagi gejala bisa dialami. Akan tetapi, mungkin akan terlihat
gejala mana yang paling dominan jika diamati secara hati hati. Dari
pengamatan gejala dan pemeriksaan lebih lanjut, dokter dapat
menentukan pengobatan mana yang paling tepat.

2.4 Tanda Dan Gejala Demensia

Tanda Tanda Awal Terkena Demensia

Biasanya , mereka yang terdiagnosis mengalami demensia akan mengalami


dua atau lebih gejala ini dan akan mengganggu kehidupan sehari hari
mereka. Berikut 10 tanda awal demensi:

1.Hilangnya ingatan

Kehilangan ingatan atau memori adalah gejala umum demensia. Gejala


demensia ini biasanya penderita mengami kesulitan untuk mengingat
informasi yang baru saja mereka pelajari , seperti tanggal atau peristiwa
informasi baru.

2.kesulitan memecahkan masalah

Penderita demensia mungkin kesulitan mengikuti rencana , seperti mengikuti


resep saat memasak , atau petunjuk arah saat mengemudi. Selain itu

11
penderita juga akan sulit dalam melakukan pemecahan masalah, seperti
saat menjumlahkan angka untuk membayar belanjaan di pasar.

3.Kesulitan melakukan tugas tugas biasa

Penderita demensia mungkin mengalami kesulitan untuk menyelesaikan


tugas yang rutin mereka lakukan. Misalnya ketika mengubah pengaturan di
televisi, mengoperasikan komputer, membuat secangkir teh , atau pergi ke
tempat yang sudah di kenal. Kesulitan dengan tugas tugas harian ini ,
biasanya tanda awal demensia yang bisa terjadi dirumah atau dikantor

4.Bingung atau lupa tentang waktu atau tempat

Biasanya para penderita demensia sulit menilai berlalunya waktu. Mereka


mungkin juga lupa dimana mereka berada kapan saja.

5.Sulit memahami informasi visual

Informasi visual dapat menjadi tantangan bagi penderita demensia . Seperti


sulit untuk membaca , menilai jarak, atau mencari perbedaan antara warna.

6.kesulitan berbicara atau menulis

Penderita demensia biasanya akan terasa sulit untuk terlibat dalam


percakapan. Biasanya ini dikarenakan lupa apa yang mereka katakan atau
apa yang orang lain katakan. Mereka juga sering mendapati ejaan, tanda
baca, dan tata bahasa yang semakin buruk memiliki tulisan tangan yang
menjadi lebih sulit untuk dibaca.

7.Salah menaruh barang

Penderita dem nsia mungkit tidak mengingat dimana mereka meninggalkan


benda sehari hari, seperti remot tivi, dokumen penting, uang tunai, atau kunci
mereka.

8.penilaian atau pengambilan keputusan yang buruk

Mereka sulit untuk memahami apa yang adil dan masuk akal. Kejadian Yang
biasa dilakukan seperti contoh membayar terlalu banyak untuk barang
barang atau menjadi yakin dengan mudah untuk membeli barang barang
yang tidak mereka butuhkan.

9.Berhenti bersosialisasi

12
Penderita demensia mungkin menjadi tidak tertarik untuk bersosialisasi
dengan orang lain , baik dalam kehidupan rumah tangga atau ditempat kerja
dan akan menjadi pendiam serta tidak berbicara dengan orang lain.

10.Perubahan kepribadian atau suasana hati

Penderita demensia mungkin mengalami perubahan suasana hati atau


prubahan kepribadian. Misalnya mereka mungkin jadi mudah tersinggung ,
depresi takut, atau cemas.

2.5 Diagnosis Demensia


1. Anamnesis
 Riwayat kesehatan
Ditanyakan faktor resiko demensia vaskular seperti hipertensi,
Diabetes melitus dan hiperlipidemia. Juga riwayat stroke atau adanya
infeksi SSP.
 Riwayat obat-obatan dan alkohol
Adakah penderita peminum alkohol yang kronik atau pengkonsumsi
obat-obatan yang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan
antidepresan golongan trisiklik.
 Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit
serebrovaskular.
2. Pemeriksaan fisik
Pada demensia, daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut
terlibat secara difus maka hemiparesis atau monoparesis dan diplegia dapat
melengkapkan sindrom demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks
piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik yang
mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal dapat
membangkitkan refleks-refleks. Refleks tersebut merupakan petanda
keadaan regresi atau kemunduran kualitas fungsi
a. Refleks memegang (grasp reflex). Jari telunjuk dan tengah si pemeriksa
diletakkan pada telapak tangan si penderita. Refleks memegang adalah
positif apabila jari si pemeriksa dipegang oleh tangan penderita
b. Refleks glabela. Orang dengan demensia akan memejamkan matanya
tiap kali glabelanya diketuk. Pada orang sehat, pemejaman mata pada

13
ketukan berkali-kali pada glabela hanya timbul dua tiga kali saja dan
selanjutnya tidak akan memejam lagi
c. Refleks palmomental. Goresan pada kulit tenar membangkitkan kontraksi
otot mentalis ipsilateral pada penderita dengan demensia 11
d. Refleks korneomandibular. Goresan kornea pada pasien dengan
demensia membangkitkan pemejaman mata ipsilateral yang disertai oleh
gerakan mandibula ke sisi kontralateral
e. Snout reflex. Pada penderita dengan demensia setiap kali bibir atas atau
bawah diketuk m. orbikularis oris berkontraksi
f. Refleks menetek (suck reflex). Refleks menetek adalah positif apabila bibir
penderita dicucurkan secara reflektorik seolah-olah mau menetek jika
bibirnya tersentuh oleh sesuatu misalnya sebatang pensil
g. Refleks kaki tonik. Pada demensia, penggoresan pada telapak kaki
membangkitkan kontraksi tonik dari kaki berikut jari-jarinya.
3. Pemeriksaan MMSE
Alat skrining kognitif yang biasa digunakan adalah pemeriksaan status
mental mini atau Mini-Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya
ingat, kemampuan bahasa dan berhitung. Defisit lokal ditemukan pada
demensia vaskular sedangkan defisit global pada penyakit Alzheimer.
2.6 Pengobatan Demensia
Menurut Paskalis (2016), demensia Alzheimer tidak dapat disembuhkan.
Obatobatan yang sudah sering dipakai hanya digunakan sebagai
penghambat perkembangan demensia tersebut dan biasanya memberikan
rasa tenang ke penderita demensia sehingga mencegah perubahan emosi
dan perilaku sehariharinya. Demensia memiliki dua jenis terapi, yaitu terapi
farmakologi dan terapi non-farmakologi. Terapi farmakologi dibagi menjadi
tiga target domain yaitu perilaku, kejiwaan, dan fungsi kognitif. Sedangkan
terapi non-farmakologi digunakan untuk melatih fungsi kognitif yang belum
rusak secara keseluruhan sehingga dapat memperlambat dan mencegah
perkembangan demensia. Terapi non-farmakologi biasanya melibatkan
senam otak, terapi relaksasi, dan latihan fisik yang menyehatkan otak

1. Terapi Farmakologi

14
Paskalis (2016) menuliskan bahwa terapi farmakologi adalah
jenis terapi yang menggunakan obat-obatan untuk menghambat
atau memperlambat gejala penyakitnya. Obat-obatan ini berbeda-
beda keefektifan-nya, tergantung orang yang mengkonsumsinya.
Jenis obat-obatan yang biasanya digunakan untuk demensia karena
Alzheimer adalah galantamine, donepezil, rivastigmine, dan
memantine. Obat-obatan tersebut sudah sering digunakan untuk
meredakan gejala demensia dengan meningkatkan kadar dan
aktivitas kimia di otak.

2. Terapi Non-farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan jenis terapi yang tidak
menggunakan obat-obatan dan dianggap sebagai alternatif terapi.
Terapi jenis ini sering digunakan sebagai peningkatan fungsi kognitif
yang belum rusak secara keseluruhan. Selain itu terapi ini juga
digunakan untuk peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan,
serta peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Kegiatan yang biasanya dilakukan adalah jenis kegiatan-
kegiatan yang kreatif antara lain seperti seenam otak, olahraga
ringan, dan melakukan kegiatan sehari-hari yang konsisten namun
dibantu sampai penderita demensia dapat melakukannya sendiri.
Sedangkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, penderita
demensia dapat dibantu dengan pendekatan halus terhadap
penderita, berempati, serta memberikan lingkungan yang aman dan
nyaman.

2.7 Pencegahan Demensia

Dr Willy (2019) menjelaskan bahwa belum ada cara pasti dalam


pencegahan terjadinya demensia. Tetapi ada banyak cara yang dapat
mengurangkan resiko demensia seperti:

1. Berolahraga secara teratur.


2. Tidak/berhenti merokok.
3. Tidur yang teratur.

15
4. Menerapkan pola makan sehat, misalnya dengan mengonsumsi makanan
tinggi serat namun rendah lemak. Mengonsumsi vitamin yang ditujukan
untuk kesehatan otak.
5. Menjaga berat badan yang ideal.
6. Melatih otak secara teratur, contohnya adalah rajin membaca dan bermain
teka-teki silang.
7. Kurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demensia merupakan salah satu gejala sekaligus penyakit pada beberapa


penyakit contohnya alzheimer. Demensia dapat dicegah dengan pola hidup sehat.
Demensia merupakan salah satu penyakit yang masih banyak dialami mispersepsi
oleh masyarakat Indonesia. Demensia masih dianggap sebagai suatu penyakit
yang wajar muncul apabila seseorang sudah mencapai uumur lanjut usia atau
biasa disebut “pikun”. Penulis sudah menyebarkan kuesioner dan mendapatkan
124 responden yang mayoritasnya berusia 46 – 55 tahun dan sebanyak 102
responden tersebut atau sebanyak 82,2% masih menganggap bahwa demensia
adalah penyakit yang wajar muncul saat menginjak usia lanjut. Padahal di
Indonesia sendiri masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan mengenai
penderita penyakit demensia. Dari tahun 2016 yang memiliki penderita sebanyak
kurang lebih 1,2 juta penderita dan akan diprediksi terus meningkat hingga 2 juta
penderita di tahun 2020.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca maupun


penulis dan juga bermanfaat bagi masyarakat. Saran dan kritik yang membangun
sangat diperlukan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Eka Risti, Sandy Kurniajati JURNAL STIKES RS Baptis Kediri 7 (1), 2014

Mardjono, M., Sidharta, P. (2006). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat.


Jakarta. Hal 211-14.

E. L. Cunningham, B. McGuiness, B. Herron, A. P. Passmore. Dementia,


Ulster Med J, 2015, 84(2) 79-87.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926

R. Tampi. Assessment of Dementia. Best Practice BMJ. 2018.


https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/242

F.M. Elahi, B.L. Miller, A clinicopathological approach to the diagnosis of


dementia, Neurol, 2017, 13.
Martina S, dkk. Reminiscence Membantu Mencegah Kejadian Demensia
Pada Lansia

Cunningham, E. L., McGuiness, B., Herron, B., & Passmore, A. P. (2015).


Dementia. 84(02), hal. 79-87.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/pdf/umj0084- 0079.pdf

Nawangsasi, D. N. (2015). PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP


TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO
PANDAK BANTUL. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t53521.pdf

Nisa, K. M. & Lisiswanti, R. (2016). Faktor Risiko Demensia Alzheimer.


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/890

Indiyart R. Diagnosis dan Pengobatan Terkini Demensia Vaskular.


J.Kedokteran Trisakti.Jakarta. 2004.Vol.23.No.1.ppt:28-33

18

Anda mungkin juga menyukai