Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

DOSEN PEMBIMBING

Ns.Debby Sinthania M.Kep

DISUSUN OLEH

Hasivatul Zahara (19334036)

Irvan Ferdian (19334040)

Khairani Aulia Rahmi (19334045)

Mega Delima Simare mare (19334051)

Merlin Olivia Renata (19334055)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TINGKAT III.B

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Demensia" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Keperawatan Gerontik. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang demensia pada lansia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Debby Sinthania selaku dosen keperawatan
gerontik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pariaman, 20 Agustus 2021

Kelompok 3

DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. KONSEP DASAR PENYAKIT.......................................................................................................5
1. Definisi Demensia...........................................................................................................................5
2. Epidemiologi/Insiden Kasus............................................................................................................6
3. Penyebab Demensia pada Usia Lanjut (Boedhi-Darmojo, 2009).....................................................6
4. Patofisiologi Terkait dengan Proses Penuaan..................................................................................7
5. Klasifikasi Demensia.......................................................................................................................8
6. Demensia berdasakan Etiologi yang mendasari :...........................................................................10
7. Manifestasi Klinis Demensia.........................................................................................................11
8. Komplikasi Demensia....................................................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................................................17
1. Pengkajian.....................................................................................................................................17
2. Diagnosa keperawatan...................................................................................................................18
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................18
1. Kesimpulan....................................................................................................................................18
2. Saran dan kritik..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia adalah
keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (Ferry
dan Makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S.R, 2014). Namun,
menurut WHO, batasan lansia dibagi atas: usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun (Notoadmodjo, 2011).

Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali paling
awal mengalami penurunan. Kerusakan kognitif pada lansia yang berupa penurunan daya ingat
biasa disebut dengan demensia. Demensia merupakan suatu sindrom yang biasanya bersifat
kronis atau progresif dimana ada kerusakan fungsi kognitif yaitu kemampuan untuk memproses
pikiran di luar apa yang mungkin diharapkan dari penuaan normal. Hal ini mempengaruhi
ingatan, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan penilaian.
Namun tidak mempengaruhi status kesadaran.

Gangguan dalam fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului oleh pe
nurunan kontrol emosi, perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2016). Demensia adalah salah satu
penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di antara orang dengan lanjut usia di seluruh
dunia. Hal ini luar biasa tidak hanya untuk orang-orang yang mengalami demensia, tetapi juga
untuk pengasuh dan keluarga mereka. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia
mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan untuk diagnosis dan perawatan. Dampak demensia
pada pengasuh, keluarga dan masyarakat dapat bersifat fisik, psikologis, sosial dan ekonomi
(WHO, 2016)

Menurut Alzheimer’s Disease International (2013) penderita demensia membutuhkan


perawatan khusus sehingga perlu menjadi prioritas kesehatan publik, dan perencanaan yang
memadai perlu diimplementasikan agar penderita demensia dapat hidup dengan baik. Sebagai
pusat daya berpikir otak juga memerlukan perawatan yaitu dengan melakukan gerakan
sederhana yang diikuti oleh berbagai macam komponen fungsi otak seperti penglihatan,
imajinasi, pendengaran dan emosi. Berbagai program aktivitas fisik telah dikembangkan untuk
menghilangkan gejala demensia. Aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk pasien dengan
demensia termasuk latihan aerobik, otot-otot latihan penguatan, hidroterapi, latihan yang
melibatkan musik , dan di antaranya adalah senam otak sangat disarankan karena senam otak
memiliki banyak kelebihan seperti mengurangi tingkat atrofi pada pasien dengan demensia
(Honea, 2014).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Demensia

Istilah demensia pertama kali digunakan oleh Phillipe Pinel (1745- 1826) dalam bukunya
“TREATISE ON INSANITY” dengan kata ‘Demence”.
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009).

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara


perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian (Medicastore.com ).
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive)
ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi
perubahan kepribadian dan tingkah laku (Kusumawati, 2007).

2. Epidemiologi/ Insiden Kasus

Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami demensia dan hal ini
tidak bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan status ekonomi. Hasil penelitian di seluruh
dunia menunjukkan bahwa demensia terjadi sekitar 8 % pada warga di atas usia 65 tahun dan
meningkat sangat pesat menjadi 25 % pada usia di atas 80 tahun dan hampir 40 % pada usia di
atas 90 tahun.

4
3. Penyebab Demensia pada Usia Lanjut (Boedhi-Darmojo, 2009)

Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui, karena dengan
pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari yang normal.
Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa dihentikan yaitu :
- Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
- Infeksi susunan saraf pusat
- Gangguan metabolik :

a) Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme, Hipotiroid,


Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b) Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis, gangguan
keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo dan hipernatremia,
hiperkalemia.
c) Remote efek dari kanker atau limfoma.

- Gangguan nutrisi :

a) Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)


b) Kekurangan Niasin (pellagra)
c) Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff)
d) Intoksikasi vitamin A, vitamin D, Penyakit Paget

- Gangguan vaskuler

a) Demensia multi infark


b) Sumbatan arteri carotis
c) Stroke
d) Hipertensi
e) Arthritis Kranial

- Lesi desak ruang


- Hirdosefalus bertekanan normal
- Depresi (pseudo-demensia depresif)

5
Penyakit degeneratif progresif :
a. Tanpa gejala neurologik penting lain :
• Penyakit Alzheimer
• Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen :
• Penyakit Parkinson
• Penyakit Huntington
• Kelumpuhan supranuklear progresif
• Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat

4. Patofisiologi Terkait dengan Proses Penuaan

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan


menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan
vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme
iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar
neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal
ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami
gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan
konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

6
5. Klasifikasi Demensia

Demensia dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu :


1) Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
a. Demensia Kortikal, Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti daya
ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah
Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff,
ensefalopati Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt-Jakob.
b. Demensia Subkortikal, Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak didapatkan gangguan
daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah
penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis,
hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac, AIDS, gagal hepar, ginjal,
nafas, dll.

2) Demensia Reversibel dan Non reversibel


a. Demensia Reversibel, Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang
termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah keadaan/penyakit yang muncul
dari proses inflamasi (ensefalopati SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol,
bahan kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin
B1, B12, dll).
b. Demensia Non Reversibel, Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan
demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, Creutzfelt-Jakob, serta
vaskular.

7
3) Demensia Pre Senilis dan Senilis
a. Demensia Pre Senilis, Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih
muda (onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis
yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat,
penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi,
penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik (keracunan),
anoksia).
b. Demensia Senilis, Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi
akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi
mental.

6. Demensia berdasakan Etiologi yang mendasari :

a. Demensia pada Penyakit Alzheimer, Merupakan penyebab demensia yang paling sering
ditemukan pada sekitar 50 % kasus demensia. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit
degeneratif primer pada otak tanpa penyebab yang pasti. Dapat terjadi pada umur kurang dari 65
tahun (onset dini) dengan perkembangan gejala yang cepat dan progresif, atau pada umur di atas
65 tahun (onset lambat) dengan perjalanan penyakit yang lebih lambat. Pada penyakit ini terjadi
deposit protein abnormal yang menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan jumlah neuron
hippokampus yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmiter juga
ditemukan lebih rendah dari normal.
Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:
- Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi baru yang didapat
sebelumnya.
- Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun fungsi sensorisnya masih
baik.
- Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan mengutarakan kata – kata
yang akan diucapkan.
- Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik
masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi tak tahu apa yang harus
dilakukannya).
b. Demensia Vaskular, Merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada hampir 40 %
kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan kardiovaskuler seperti hipertensi,
kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes, dll. Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya

8
dengan perubahan kesadaran. Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering
pada umur 60-70 tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya
ingat, defisit intelektual, adanya tanda gangguan neurologis fokal, aphasia, disarthria, disphagia,
sakit kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian, tetapi daya tilik diri dan daya nilai
masih baik.
c. Demensia pada penyakit lain, Adalah demensia yang terjadi akibat penyakit lain selain
Alzheimer dan vaskuler yaitu :
- Demensia pada penyakit Pick
- Demensia pada penyakit Huntington
- Demensia pada penyakit Creutzfelt-Jakob
- Demensia pada penyakit Parkinson
- Demensia pada penyakit HIV-AIDS
- Demensia pada alkoholisme.

7. Manifestasi Klinis Demensia

Pada awal perjalanan penyakit, pasien mengalami pegal-pegal, cenderung mengalami


kegagalan dalam melakukan tugas tertentu yang kompleks dan memerlukan pemecahan
masalah. Beberapa hal yang sering ditemui pada demensia adalah :
a. Kemunduran intelektual yang disertai dengan gangguan :
1) Memori (daya ingat)
2) Orientasi : Gangguan orientasi orang, tempat dan waktu tetapi kesadarannya tidak mengalami
gangguan.
3) Bahasa : Aphasia, stereotipik, sirkumstansial, gangguan penamaan objek.
4) Daya pikir dan daya nilai : Daya pikir lebih lambat, aliran ide dan konsentrasi berkurang,
sudut pandang yang jelek dan kurang, pikiran paranoid, delusi, dll.
5) Kapasitas belajar komprehensif : Gangguan otak dalam memproses informasi yang masuk.
6) Kemampuan dalam perhitungan.

b. Perubahan emosional
Emosi sering gampang terstimulasi serta tidak dapat mengontrol tawa dan tangis.
c. Kemunduran kepribadian
1) Sering egois
2) Kurang bisa mengerti perasaan orang lain, kurang perhatian, introvert.
3) Kemunduran kebiasaan pribadi, makan, toilet, kebersihan, dll.
9
d. Perubahan-perubahan pada sistem tubuh :
1) Kardiovaskuler
Cardiac output menurun, kemampuan respon terhadap stress berkurang, tekanan darah
meningkat, denyut jantung setelah pemulihan melambat, cepat pegal bila aktivitas meningkat.
2) Respirasi
Volume residu paru meningkat, kapasitas vital paru menurun, kapasitas difusi dan pertukaran
gas menurun, efektivitas batuk menurun, pada aktivitas berat cepat lelah dan sesak, oksigenasi
berkurang sehingga luka susah sembuh, susah mengeluarkan sekret batuk.
3) Integumen (kulit)
Perlindungan terhadap trauma dan suhu yang ekstrem menurun, perlindungan oleh kelenjar
minyak alami dan berkeringat menurun, kulit tipis kering, dan keriput, sering memar, kebiruan
dan cepat terbakar sinar matahari, intoleransi terhadap panas, struktur tulang kelihatan pada kulit
yang tipis.
4) Reproduksi
Pada wanita terjadi penyempitan, penurunan elastisitas dan sekresi pada dinding vagina,
sehingga menimbulkan hubungan seksual yang sakit, perdarahan, gatal, iritasi dan lambat
orgasme. Pada laki –laki terjadi penurunan ukuran penis dan testes dan respon seksual yang
melambat.
5) Genito-urinaria
Kapasitas buli menurun, menurunnya sensasi untuk bak sehingga sering retensi dan kesulitan
bak. Pada laki-laki terjadi BPH, dan pada wanita terjadi relaksasi otot perineum dan
inkontinensia urine.
6) Gastrointestinal
Salivasi berkurang, susah menelan makanan, mengeluh mulut kering, pengosongan esofagus dan
lambung yang melambat sehingga sering terjadi gejala penuh, sakit ulu hati, mobilisasi usus
berkurang sehingga sering konstipasi, bersendawa, perut tidak nyaman.
7) Muskuloskeletal
Hilangnya densitas tulang, kekuatan dan ukuran otot, degenerasi tulang rawan sendi, sehingga
terjadi penurunan tinggi badan, kyphosis, fraktur, sakit pada punggung, merasa hilang tenaga,
flexibilitas dan ketahanan sendi menurun dan sering sakit sendi.
8) Saraf
Berkurangnya kecepatan konduksi saraf sehingga terjadi konfusi disertai dengan keluhan fisik
dan kehilangan respon lingkungan. Sirkulasi serebral menurun sehingga terjadi penurunan reaksi
dan respon, belajar perlu waktu yang lama, sering bingung, sering lupa dan jatuh.

10
e. Sistem indera :
1) Penglihatan : Kemampuan untuk fokus pada objek yang dekat berkurang, tidak toleransi
terhadap sinar, kesulitan mangatur intensitas cahaya masuk mata, dan penurunan kemampuan
membedakan warna.
2) Pendengaran : Menurunnya kemampuan mendengarkan suara frekuensi tinggi.
3) Rasa dan bau : Penurunan kemampuan mengecap dan membau sehingga dapat menggunakan
gula dan garam berlebih pada makanannya.
f. Halusinasi dan delusi
g. Tanda dan Gejala lainnya :
1) Psikiatrik
Gangguan cemas, depresi, perubahan kepribadian sehingga sering menangis atau tertawa
patologis, emosi ekstrim tanpa provokasi.
2) Neurologis
Apraxia dan agnosia, kejang, sakit kepala, pusing, kelemahan, sering pingsan, gangguan tidur,
disartria, disfagia.
3) Reaksi katastropi
Agitasi yang muncul sekunder akibat kesadaran subjektif terhadap defisit intelektual yang
dialami pada keadaan yang penuh stres.
4) Sundown syndrome
Mengantuk, konfusi, ataksia, jatuh. Sindrome ini bisa muncul saat stimulus eksternal berkurang
atau karena pengaruh obat benzodiazepine.

8. Komplikasi Demensia

a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :


- Ulkus Dekubitus
- Infeksi saluran kencing
- Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan peralatan
g. Kehilangan kemampuan berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang

11
9. Pemeriksaan Portabel Demensia
Untuk keperluan penapisan, pemeriksaan psikometrik sederhana misalnya dengan
menggunakan pemeriksaan mini status mental (Mini mental State Examination/MMSE) akan
membantu menentukan gangguan kognitif yang harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lain.

10. Pemeriksaan diagnostic (Medicastore, http:/www.medicastore.com)


Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya
penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan pemeriksaan kimia
darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor,
hidrosefalus atau stroke.

Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap,
maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti
hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang.
Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari
amiloid (sejenis protein abnormal). Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis
penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang
merupakan pemerisaan skening otak khusus.

11. Penatalaksanaan (Boedhi-Darmojo, 2009)


Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demensia biasanya tidak mungkin,
dengan penatalaksaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup sehari-hari dari penderita.
Prinsip utama penatalaksanaan penderita demensia adalah sebagai berikut
a. Optimalkan fungsi dari penderita
- Obati penyakit yang mendasarinya (hipertensi, penyakit parkinson)
- Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP
- Akses keadaan lingkungan, kalau perlu buat perubahan
- Upayakan aktivitas mental dan fisik
- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu memori bila
memungkinkan
- Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat
- Tekankan perbaikan gizi
12
b. Kenali dan obati komplikasi
- Mengembara dan berbagai perilaku merusak
- Gangguan perilaku lain
- Depresi
- Agitasi atau agresivitas
- Inkontinensia
c. Upayakan perumatan berkesinambungan
- Re-akses keadaan kognitif dan fisik
- Pengobatan gangguan medik
d. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarganya
- Berbagai hal tentang penyakitnya
- Kemungkinan gangguan/kelainan yang bisa terjadi
- Prognosis
e. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya
- Berbagai pelayanan kesehatan masyarakat
- Nasihat hukum dan/keuangan
f. Upayakan nasihat keluarga untuk :
- Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
- Penanganan rasa marah atau rasa bersalah
- Pengambilan keputusan
- Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
g. Peran keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang
mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap
awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat
catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam
menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia. Keluarga tidak
berarti harus membantu semua kebutuhan harian lansia, sehingga lansia cenderung diam dan
bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu
lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya lansia tanpa
demensia dapat mengurangi depresi yang dialami lansia penderita demensia.

13
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap
hari selama hampir 24 jam mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan
mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk
mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita
demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang
terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul
akibat demensia. Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan
stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat lansia dengan demensia.
Pada suatu waktu lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan
panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan.
Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa
mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya.
Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan lansia, tunjukkan sikap dewasa dan
menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur
kembali. Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa
mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai
pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang
panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang
sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama
disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang
tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh lansia, memberikan
pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari lansia kabur adalah hal yang
dapat dilakukan keluarga yang merawat lansia dengan demensia di rumahnya. (Kusumawati,
2007, http:/www.berita iptek online.com).

12. Prognosis (Medicastore, http:/www.medicastore.com )


Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda. Pada sebagian besar demensia
stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita menjadi lebih
menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-
ubah dan senang berjalan-jalan (berkelana). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti
suatu percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara.
14
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2) Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
b. Data obyektif :
1) Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek yang
sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2) Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan
kata-kata yang tepat.

2. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia progresif.
b. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan defisit sensori dan motorik
c. Syndrome defisit perawatan diri berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif dan
perilaku disfungsi.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perawatan anggota keluarga yang mengalami
disfungsi.
e. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan kerusakan kognitif & perilaku disfungsi.
f. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan gangguan pendengaran
g. Konfusi kronis berhubungan dengan degenerasi progresif korteks serebri sekunder akibat
demensia,

15
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
DEMENSIA

Tn.A umur 85th di bawa oleh keluarganya ke psikogeriatrik ia dirawat karena adanya
gangguan kognitif, gejala yang muncul mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi,
keluarga mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu. Tn A sudah menduda
selama beberapa tahun dan memiliki 2 orang anak perempuan yang masing-masing sudah
mempunyai keluarga tetapi anaknya masih mengunjungi Tn A selama di rawat di
psikogeriatrik 1 minggu 1 kali .
Hasil pemeriksaan di dapatkan TD:130/90 mmHg, S : 37oC, N : 80x/menit, RR : 22x/menit

16
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn A
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SD
Agama : islam
Suku bangsa : indonesia
Status perkawinan : duda
Alamat : ds. Ngudi, Peterongan, Jombang
Tanggal MRS :12 januari 2014
Orang terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny S
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat :ds. Ngudi, Peterongan, Jombang

2. RIWAYAT KELUARGA
ISTRI
Nama : ny D
Umur 80
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : ds. Ngudi, Peterongan, Jombang
Status kesehatan : meninggal
Penyebab kematian : Hipertensi

3. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal : rumah sendiri
Jumlah penghuni rumah : 4 orang
Kondisi rumah : Bersih

4. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan yang lalu : tidak ada

Keluhan utama : Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang


baru saja terjadi.

Penyakit yang diderita : tidak ada

5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 37x/menit
RR : 22x/menit

17
Kepala
- Inspeksi : tidak ada benjolan,
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Rambut
- Inspeksi :beruban, bersih
- Palpasi :rambut kasar

Mata
- Inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda , sklera tidak ikterus,penglihatan
pandangan kabur.

Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada sekret .
- Palpasi :tidak ada nyeri tekan

Mulut
- Inspeksi : simetris ,mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.

Leher

- Inspeksi :simetris
- Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada bendungan vena
jugularis

Dada
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan ,tidak ada tarikan intercostae
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada suara tambahan ( wheezing, ronchi )

Abdomen
- Inspeksi :simetris
- Palpasi : tidak ada pembesaran hepar , tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal

Genetalia dan anus

- Inspeksi : bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid, tidak ada benjolan
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas

- Inspeksi : simetris, tidak odem


18
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

B. ANALISA DATA
Analisa data Masalah Etiologi
DS : Perubahan proses degenerasi
- Keluarga Pasien mengatakan pikir neuronal dan
mudah lupa akan peristiwa yang demensia progresif
baru saja
Terjadi
- Keluarga Pasien mengatakan tidak
mampu mengenali orang, tempat dan
waktu
DO :
- Pasien kehilangan kemampuannya
untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan
kehilangan suasana
kekeluargaannya
- Pasien sering mengulang-ngulang
cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit

19
20
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia


progresif ditandai dengan :

DS :

- Keluarga Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
- Keluarga Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu

DO :
- Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek yang
sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya
- Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
2. Deficit perawatan diri sehubungan dengan menurunnya kemampuan merawat diri.

21
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
12-01- Perubahan Tujuan : Setelah 1. Kurangi Stimuli yang
2014 proses pikir diber1i. askep 2×24 konfusi sederhana
berhubunga jam diharapkan lingkungan. dan terbatas
n dengan pasien mampu - Dekati pasien akan
degenerasi memelihara fungsi memfasilitasi
dengan cara
neuronal kognitif yang interpretasi
dan optimal menyenangkan dan
demensia kriteria hasil : mengurangi
progresif - Mempertahankan dan kalem. distorsi
fungsi ingatan yang - Cobalah agar input;
optimal. perilaku
- Memperlihatkan mudah ditebak yang dapat
penurunan dalam dalam sikap dan ditebak
prilaku yang kurang
bingung. percakapa perawat. mengancam
- Menunjukkan - Jaga lingkungan disbanding
perilaku
respons yang sesuai tetap sederhana dan yang tidak
untuk stimuli visual menyenagkan. dapat
ditebak; alat
dan auditori. - Pertahankan jadwal bantu
- Menunjukkan sehari-hari yang ingatan akan
membantu
orientasi optimal teratur. pasien untuk
terhadap waktu, tempat - Alat bantu mengingat.
dan orang. mengingat sesuai Isyarat
yang diperlukan. lingkungan
akan
meningkatka
2. Tingkatkan n orientasi
isyarat terhadap
lingkungan waktu,
- Perkenalkan diri tempat dan
perawat ketika orang dan
individu
berinteraksi dengan akan mengisi
kesenjangan
pasien.
ingatan dan
- Panggil pasien berfungsi
sebagai
dengan menyebutkan
pengingat.
namanya.
- Berikan isyarat
lingkungan untuk
22
orientasi waktu,
tempat dan orang.

23
E. IMPLEMENTASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Keterangan


12-01- Perubahan proses11. Mengurangi konfusi lingkungan. Pasien kooperatif
2014 pikir - Mendekati pasien dengan cara
berhubungan menyenangkan dan kalem.
dengan - Mencoba agar mudah ditebak
degenerasi dalam sikap dan percakapa perawat.
neuronal dan - Menjaga lingkungan tetap
demensia sederhana dan menyenagkan.
progresif - Mempertahankan jadwal sehari-hari
yang teratur.
- Memberikan alat bantu mengingat Pasien kooperatif
sesuai yang diperlukan.

2. Meningkatkan isyarat lingkungan


- Memperkenalkan diri perawat
ketika berinteraksi dengan pasien.
- Memanggil pasien dengan
menyebutkan namanya.
- Memberikan isyarat lingkungan
untuk orientasi waktu, tempat dan
orang.

F. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Keterangan
12-01- Perubahan S:
2014 proses pikir - Keluarga Pasien
Berhubungan mengatakan mudah lupa
akan peristiwa

2323
dengan yang baru saja terjadi
- Keluarga Pasien
degenerasi
mengatakan tidak mampu
neuronal dan
mengenali orang, tempat
demensia
dan waktu
progresif
O:
- Pasien kehilangan
kemampuannya untuk
mengenali wajah, tempat
dan objek yang sudah
dikenalnya dan kehilangan
suasana kekeluargaannya
- Pasien sering
mengulang- ngulang
cerita yang sama karena
lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
A : Masalah belum
teratasi

P : pasien kunjungan ulang

1
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian (Medicastore.com ).
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari.

Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami demensia dan hal ini tidak
bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan status ekonomi. Hasil penelitian di seluruh dunia
menunjukkan bahwa demensia terjadi sekitar 8 % pada warga di atas usia 65 tahun dan
meningkat sangat pesat menjadi 25 % pada usia di atas 80 tahun dan hampir 40 % pada usia di
atas 90 tahun.

2. Saran dan kritik

Penulis selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan menambah variabel lain
yang berhubungan dengan kejadian demensia seperti dukungan keluarga, stress, kebiasan
merokok, genetik, perubahan fisiologi dll

2
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Medicastore, 2008, Demensia, (Online), available : http:/www.medicastore.com, (2009,


Agust,24).

Kusumawati, 2007, Mengenal Demensia Pada Lanjut Usia, (Online), available :


http:/www.berita iptek online.com, (2009, Agust, 24).

Maslim Rusdi, 2001, Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta

Pujiastuti Sri Suruni, 2003, Fisioterapi Pada Lansia, EGC, Jakarta

Setiati Siti dkk, Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, FKUI, Jakarta

https://id.scribd.com/doc/310839470/Askep-Lansia-Dengan-Demensia

Anda mungkin juga menyukai