Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

Asuhan Keperawatan Dimensia Pada Lansia

Dosen Pengampu: Ns. Windy Freska. M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok 7

Kelas A3 2020

1. Annisa Raudhatul Laili 2011313025


2. Chairunnisa Az Zahra 2011312040
3. Fikratul Afdila 2011311009
4. Rahmadoni Saputra 2011311012
5. Reni Wahyuni 2011311033
6. Meisi Rahmahiga 2011313007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan
pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki.Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah
yang sederhana ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para
pembaca Aamiin.

Padang, 29 Maret
2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Definisi Demensia...................................................................................................6
B. Stadium Demensia.................................................................................................6
C. Etiologi Demensia...................................................................................................8
D. Patofisiologi Demensia...........................................................................................8
E. Faktor Predisposisi Demensia.................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang Demensia......................................................................10
G. Penatalaksanaan Terapi Demensia.......................................................................10
H. Prognosis Demensia.............................................................................................11
I. Subtipe Demensia................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................14
Asuhan keperawatan demensia pada lansia....................................................................14
A. Pengkajian............................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................17
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................18
D. Evaluasi................................................................................................................28
E. IMPLEMENTASI.....................................................................................................28
BAB III...............................................................................................................................29
PENUTUP..........................................................................................................................29
A. Kesimpulan...........................................................................................................29
B. Saran....................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi
mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.
Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2014). Kriteria demensia yaitu
kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup berat,
sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (Santoso&Ismail,
2013).
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan
fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik.
Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang
mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi
intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun
hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan
kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan
bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti
mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua
atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa
menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana,
2015).

4
Menurut Alzheimer’s Disease International (2015), demensia
merupakan suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif
yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Demensia sendiri dapat memunculkan gejala-gejala neuropsikiatrik
sehingga dapat menyebabkan penderita kesulitan untuk mengatur pola
tidur, sehingga penderita mengalami gangguan pola tidurnya. Lebih dari
80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu
fungsi mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik tersebut
menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan anxietas
maupun demensia. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit
fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur.
Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak
diperbaiki. Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan
lansia untuk mengatasi kehidupan sehari-hari seperti, toileting, mandi,
makan, dan gangguan pola tidur (Hutapea, 2014). Demensia juga
berdampak pada pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan
memori, risiko jatuh, defisit perawatan diri, gangguan pola tidur.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang di maksud dengan demensia?
b. Apa saja manifestasi klinis dari demensia?
c. Apa tanda dan gejala seorang lansia terkena demensia?
d. Bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada lansia
dengan demensia?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui maksud dari demensia.
b. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demensia.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada lansia dengan demensia.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan
demensia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Demensia

Demensia adalah sindrom, di mana ada penurunan fungsi kognitif


(yaitu kemampuan untuk memproses pikiran) melampaui apa yang dapat
diharapkan dari penuaan normal. (WHO, 2016).

B. Stadium Demensia

a. Stadium awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai
usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh
para profesional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang
demensia. Karena proses penyakit berjalan sangat lambat, sulit sekali
untuk menentukan kapan proses ini dimulai. Klien menunjukan gejala
sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam berbahasa
2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3) Disorientasi waktu dan tempak
4) Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal
5) Kesulitan membuat keputusan
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi

6
7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas.

b. Stadium menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan menunjukkan gejala sebagai berikut:
1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama
orang.
2) Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah.
3) Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun berbelanja.
4) Sangat bergantung pada orang lain.
5) Semakin sulit berbicara.
6) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi, dan
berpakaian).
7) Senang mengembara/”ngeluyur” tanpa tujuan. Ngeluyur ini bisa
berupa:
a) Checking = berulang kali mencari pemberi asuhan
b) Trailing = terus membuntuti pemberi asuhan
c) Pottering = terus berkeliling rumah
d) Terjadi perubahan perilaku.
8) Adanya gangguan kepribadian.
9) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat
dirumah sendiri).
10) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi.

c. Stadium lanjut
Pada stadium ini, terjadi:
1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total
2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3) Sukar memahami dan menilai peristiwa
4) Tidak mampu menemukan jalan disekitar rumah sendiri

7
5) Kesulitan berjalan
6) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
7) Menunjukkan perilaku tidak wajar di masyarakat
8) Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur.

C. Etiologi Demensia

Ada beberapa penyebab terjadinya demensia (pikun) antara lain


(Singhealth, 2014):
a. Penyakit degenerative
1) Penyakit Alzheimer
2) Demensia tubuh Lewy
3) Demensia Fronto-temporal
b. Penyakit serebrovaskular
c. Trauma
d. Penyakit menular
e. Hidrosefalus tekanan normal
f. Tumor otak
g. Depresi
h. Gangguan autoimun
i. Kecanduan alcohol
j. Gangguan metabolisme
k. Ketidakseimbangan elektrolit
l. Masalah tiroid
m. Kekurangan Vitamin B12

D. Patofisiologi Demensia

Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah
neurotransmitter peptida, oleh karena somastostatin menurun pada otak
penyakit alzheimer. Faktor tambahan lain yang masih dalam penyelidikan
adalah neurotoksisitas dari alumunium. Crapper (1979) menyatakan bahwa

8
ada kegagalan dalam sistem transpor membran pada klien dengan penyakit
alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara alumunium dan kromatin
yang menyebabkan perubahan patologis dalam sintesis protein dan
perubahan neurofibrilar .

E. Faktor Predisposisi Demensia

Faktor predisposisi dan risiko penyakit ini adalah:


a. Lanjut usia (usia di atas 65 tahun)
b. Genetik/keturunan, riwayat keluarga mempunyai peran 40%, mutasi
kromosom 1, 14, 19, dan 21.
c. Trauma kepala
d. Kurang pendidikan
e. Hipertensi sistolik

9
f. Sindrom Down
g. Lingkungan, keracunan aluminium
h. Depresi
i. Gangguan imunitas
j. Stroke
k. Diabetes mellitus
l. Penyakit parkinson stadium lanjut.
m. Infeksi otak

F. Pemeriksaan Penunjang Demensia

a. Pemeriksaan skrining neuropsikologis/kognitif MMSE (Mini Mental


State Examination), skrining 7 menit. Tes ini yang paling sering
dipakai.
b. Diagnostik fisik:
1) CT scan
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3) Positron Emission Tomography (PET)
4) Single Photo Emission Computed Tomography (SPECT)
5) Pemeriksaan neurologis lengkap
6) Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi.

c. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram), walaupun tidak member


gambaran spesifik demensia Alzheimer
d. Pemeriksaan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder)
e. Pemeriksaan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of
Neurological
and Communicative Disorder and Alzheimer Disease and Related
Disorder
Association).

10
G. Penatalaksanaan Terapi Demensia

a. Terapi farmakologi untuk klien demensia:


1) Anti-oksidan: vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,
margarin,
kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan risiko
alzheimer. Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (mis.,
sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli).
2) Obat anti-inflamasi
3) Obat penghambat asetilkolin esterase (mis., Exelon).
b. Terapi non farmakologis meliputi:
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
2) Program harian untuk klien
3) Istirahat yng cukup
4) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas
5) Validasi/rehabilitasi/reminiscence
6) Terapi music
7) Terapi rekreasi
8) Brain movement and exercise (gerak dan latihan otak)
9) Aroma terapi (terapi wangi-wangian)

H. Prognosis Demensia

Semua jenis demensia bersifat progresif. Ini berarti bahwa struktur dan
kimia otak menjadi semakin rusak dari waktu ke waktu. kemampuan
seseorang untuk mengingat, memahami, berkomunikasi dan alasan secara
bertahap menurun. Seberapa cepat kemajuan demensia tergantung pada
individu. Setiap orang adalah unik dan mengalami demensia dengan cara
mereka sendiri. (Alzheimer's Society, 2017)
Cara orang mengalami demensia tergantung pada banyak faktor,
termasuk menyiapkan fisik, ketahanan emosional dan dukungan yang

11
tersedia bagi mereka. Melihat demensia sebagai serangkaian tahapan dapat
menjadi cara yang berguna untuk memahami penyakit, tetapi penting
untuk menyadari bahwa ini hanya menyediakan panduan kasar untuk
kemajuan kondisi. (Alzheimer's Society, 2017).

I. Subtipe Demensia

1) Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer (PA) masih merupakan penyakit
neurodegenerative yang tersering ditemukan (60-80%). Karateristik
klinik berupa berupa penurunan progresif memori episodik dan fungsi
kortikal lain. Gangguan motorik tidak ditemukan kecuali pada tahap
akhir penyakit. Gangguan perilaku dan ketergantungan dalam aktivitas
hidup keseharian menyusun gangguan memori episodik mendukung
diagnosis penyakit ini. Penyakit ini mengenai terutama
lansia (>65 tahun) walaupun dapat ditemukan pada usia yang lebih
muda.
2) Demensia Vaskuler
Vascular Cognitive Impairment (VCI) merupakan terminologi
yang memuat defisit kognisi yang luas mulai dari gangguan kognisi
ringan sampai demensia yang dihubungkan dengan faktor risiko
vaskuler. Penuntun praktik klinik ini hanya fokus pada demensia
vaskuler (DV). DV adalah penyakit heterogen dengan patologi
vaskuler yang luas termasuk infark tunggal strategi, demensia multi-
infark, lesi kortikal iskemik, stroke perdarahan, gangguan hipoperfusi,
gangguan hipoksik dan demensia tipe campuran (PA dan stroke / lesi
askuler). Faktor risiko mayor kardiovaskuler berhubungan dengan
kejadian ateroskerosis dan DV.
3) Demensia Lewy Body Dan Demensia Penyakit Parkinson
Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering
ditemukan. Sekitar 15-25% dari kasus otopsi demensia menemui
criteria demensia ini. Gejala inti demensia ini berupa demensia dengan

12
fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) dan terjadi pada
awal perjalanan penyakit orang dengan Parkinsonism. Gejala yang
mendukung diagnosis berupa kejadian jatuh berulang dan sinkope,
sensitif terhadap neuroleptik, delusi dan atau halusinasi modalitas lain
yang sistematik.
4) Demensia Frontotemporal
Demensia Frontotemporal (DFT) adalah jenis tersering dari
Demensia Lobus Frontotemporal (DLFT). Terjadi pada usia muda
(early onset dementia/EOD) sebelum umur 65 tahun dengan rerata usia
adalah52,8-56tahun.Karakteristik klinis berupa perburukan progresif
perilaku dan atau kognisi pada observasi atau riwayat penyakit.
5) Demensia Tipe Campuran
Koeksistensi patologi vaskuler pada PA sering terjadi. Dilaporkan
sekitar 24-28% orang dengan PA dari klinik demensia yang diotopsi.
Pada umumnya klien demensia tipe campuran ini lebih tua dengan
penyakit komorbid yang lebih sering. Patologi Penyakit Parkinson
ditemukan pada 20% orang dengan PA dan 50% orang dengan DLB
memiliki patologi PA (Ong, 2015).

13
BAB III
Asuhan keperawatan demensia pada lansia

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Identitas klien biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia
karena banyak klien lansia yang mengalami demensia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah kehilangan klien akibat ingatan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa penjelasan tentang keadaan
klien saat mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dilakukan pengkajian.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah
psikososial sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
5. Riwayat kesehatan keluarga Yang perlu dikaji apakah dalam
keluarga ada yang mengalami gangguan psikologi seperti yang
dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial.
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum.
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial : Demensia biasanya lemah.

14
b) Kesadaran.
Kesadaran Klien biasanya Komposmentis.
c) Tanda-Tanda Vital:
- Suhu dalam batas normal (37 °C).
- Nadi normal (N: 70-82 x/ menit).
- Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
- Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
d) Pemeriksaan Review Of System (ROS) :
- Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal.
- Sistem Sirkulasi (B2 : Bleeding)
Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih
dalam batas normal.
- Sistem Persyarafan (B3 : Brain)
Klien mengalami gangguan memori, kehilangan ingatan,
gangguan konsentrasi, perhatian, gangguan persepsi
sensori, isnomnia.
- Sistem Perkemihan B4: Bleder)
Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.
- Sistem Pencernaan (B5: Bowel)
Klien makan berkurang atau berlebihan karena kadang
lupa apakah sudah makan atau belum, penurunan berat
badan, kadang konstipasi
- Sistem Muskuluskletal (B6 : Bone)
Klien mengalami gangguan dalam pencapaian aktivitas.
e) Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa
dilakukan sehubungan dengan adanya masalah psikososial
demensia:
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

15
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami
gangguan dalam memelihara dan menangani masalah
kesehatannya.
2) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih / kurang karena
kadang lupa apakah sudah makan atau belum.
3) Pola eliminasi
Tidak ada masalah terkait dengan pola eliminasi.
4) Pola tidur dan istirahat.
Klien mengalami insomnia
5) Pola aktifitas dan istirahat
Klien mengalami gangguan dalam memenuhi aktivitas
klien sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian
kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat
tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah
keuangan. Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR
Keluarga).
7) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, mudah
lupa, gagal dalam melaksanakan tugas, cepat marah,
disorientasi.
Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan
pengkajian meng- gunakan Tabel Short Portable Mental
Status Quesionare (SPMSQ).
8) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan
persepsi, tidak mengalami gangguan konsep diri. Untuk

16
menilai tingkat depresi klien dapat menggunakan Tabel
Inventaris Depresi Beck (IDB) atau Geriatric Depresion
Scale (GDS).
9) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan
kebutuhan seksual
10) Pola mekanisme / penanggulangan stres dan koping
Klien mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stres yang dialaminya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kebingungan akut berhubungan dengan demensia ditandai


dengan kurangnya klien kurang motivasi untuk berinisiatif,
persepsi yang salah, peningkatan agitasi atau kelelahan dan
pola tidur yang fluktuatif.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demensia yang
ditandai dengan klien mengatakan bangunan dalam waktu
yang lama, insomnia yang lama. Permulaan tidur > 30 menit,
klien mengeluh kesulitan untuk memulai tidur, mengeluh
istirahat tidak merasa puas, tidur tidak puas, menurunnya
kemampuan fungsi
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kebingungan, dimensia,
usia > 65 tahun.

17
C. Intervensi Keperawatan

N Dx.Keperawatan NOC NIC


o

1. Kebingungan Setelah dilakukan tindakan keperawatn Manajemen Demensia


akut berhubungan selama ... x 24 jam, klien menunjukkan
dengan demensia kemampuan kognitif yang adekuat dengan (Manajemen Demensia)
ditandai dengan kriteria: ● Libatkan anggota keluarga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
kurangnya klien evaluasi keperawatan.
kurang motivasi ● Klien menunjukkan perhatian,
● Identifikasi pola perilaku yang biasanya seperti: Tidur,
konsentrasi dan orientasi yang baik.
untuk berinisiatif, penggunaan obat, eliminasi, asupan makanan dan perawatan diri.
● Klien mampu membuat keputusan.
persepsi yang ● Kaji riwayat fisik, sosial dan psikologi, pola kebiasaan dan
● Klien mampu berkomunikasi yang
salah, rutinitas klien.
jelas sesuai dengan kemampuan.
peningkatan ● Kaji tipe dan tingkat defisit klien kognitif menggunakan
● Klien menunjukkan penurunan
agitasi atau instrumen pengkajian standar.
kegelisahan.
kelelahan dan ● Pantau fungsi kognitif klien menggunakan alat pengkajian
● Klien mampu memproses informasi
pola tidur yang standar.
secara logis
fluktuatif. ● Ciptakan lingkungan yang rendah stimulus (seperti : Lingkungan
● Klien dapat memahami pernyataan
tenang, musik lembut, penataan ruangan yang familiar).
yang pendek dan tertulis
● Berikan pencahayaan yang adekuat.
● Klien mengikuti perintah verbal.
● Identifikasi dan pindahkan lingkungan yang dapat
● Klien tidak mengalami kehilangan
membahayakan klien.
identitas.
● Berikan lingkungan fisik dan aktivitas harian yang konsisten

18
● Persiapkan interaksi dengan kontak mata dan sentuhan sesuai
kebutuhan.
● Perkenalkan diri ketika kontak dengan klien.
● Panggil klien dengan namanya dan bicara pelan ketika memulai
interaksi.
● Berikan waktu yang singkat untuk interaksi
● Bicara yang jelas,rendah hangat dan nada bicara menghormati
klien
● Gunakan teknik distraksi ketika klien menunjukkan perilaku
konfrontasi.
● Hindari menyentuh atau mendekati klien jika sedang stres atau
cemas.
● Berikan petugas kesehatan yang familiar bagi klien.
● Berikan periode istirahat untuk mencegah kelelahan dan
mengurangi stres
● Hindari situasi yang tidak familiar jika mungkin (seperti :
Perubahan ruangan dan perlengkapan ruangan yang tidak
familiar bagi klien).
● Pantau nutrisi dan berat badan.
● Hindari frustasi pada klien dengan menjelaskan pertanyaan yang
tidak dapat dijawab. ·
● Perbolehkan klien untuk makan sendiri sesuai kebutuhan.
● Minta anggota keluarga dan teman untuk menjenguk klien sesuai
kebutuhan.
● Diskusikan dengan keluarga dan teman klien bagaimana
berinteraksi yang baik dengan klien.

19
● Tempatkan nama klien dengan huruf warna hitam yang besar di
ruangannya dan di bajunya sesuai kebutuhan.
● Gunakan simbol atau tanda tertulis untuk membantu klien
menemukan lokasi kamarya, kamar mandi atau area lain.
● Pantau penyebab psikologis yang dapat meningkatkan
kebingungan akut pada klien.

2 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatn Peningkatan Tidur


tidur selama ... x 24 jam, diharapkan klien
berhubungan menunjukkan tidur yang adekuat dengan (Sleep Enhancement):
dengan demensia kriteria : ● Tentukan aktivitas dan pola tidur klien.
yang ditandai ● Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit, stres
dengan klien ● Klien menunjukkan jam tidur tidak
psikosial.
terganggu.
mengatakan ● Tentukan efek dari pengobatan terhadap pola hidup klien
● Klien melaporkan tidak ada masalah
bangunan dalam ● Pantau dan catat pola tidur dan jumlah jam tidur klien
dengan pola, kualitas dan rutinitas
waktu yang lama, ● Pantau pola tidur dan catat adanya gangguan fisik dan psikologis
tidur atau istirahat.
insomnia yang yang dapat mengganggu tidur.
● Klien menunjukkan perasaan segar
lama. Permulaan ● Ajarkan klien untuk memonitor pola tidurnya.
setelah tidur atau istirahat.
tidur > 30 menit, ● Pantau pengaruh kelelahan akibat aktivitas selama bangun untuk
● Klien melaporkan terjaga dengan
klien mengeluh mencegah kelelahan.
waktu yang sesuai.
kesulitan untuk ● Atur lingkungan yang dapat meningkatkan tidur (seperti :
● Klien dapat mengidentifikasi tindakan
pencahayaan, suhu matras dan tempat tidur).
memulai tidur, yang dapat meningkatkan tidur atau
● Dorong klien untuk mempertahankan waktu tidur rutin dan
mengeluh istirahat
fasilitasi peralihan dari bangun ke tidur
istirahat tidak ● Klien menunjukkan kenyamanan fisik
● Fasilitasi klien dalam mengatur rutinitas waktu tidur sesuai

20
merasa puas, dan psikologis. kebutuhan.
tidur tidak puas, ● Bantu klien untuk menghilangkan situasi stress yang dapat
menurunnya mengganggu jädwal tidur.
kemampuan ● Anjurkan klien untuk menghindar makan diantara waktu tidur.
fungsi ● Bantu klien untuk mengurangi waktu tidur di siang hari dengan
meningkaikan aktivitas sesuai kebutuhan.
● Anjurkan klien untuk menggunakan teknik non farmakologi:
Relaksasi otot untuk mengatasi gangguan tidur
● Tingkatkan kenyamanan klien dengan masase,mengatur posisi
dan sentuhan
● Anjurkan klien untuk meningkatkan jam tidur sesuai kebutuhan.
● Ajarkan klien/ orang terdekat tentang faktor-faktor yang
berkontribusi dalam gangguan pola tidur seperti: Perubahan
fisik, psikologi, gaya hidup, dan bekerja dalam waktu yang lama
dan faktor lingkungan.
● Identifikasi obat tidur apa saja yang digunakan klien
● Atur stimulus lingkungan untuk mempertahankan siklus tidur
siang dan malam klien yang normal.
● Diskusikan klien dan keluarga tentang teknik peningkatan tidur.
● Berikan informasi melalui pamplet tentang teknik untuk
meningkatkan tidur.

Manajemen Dimensia

21
(Dementia Management)

● Libatkan anggota keluarga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan


evaluasi keperawatan
● Identifikasi pola perilaku yang biasanya Seperti : Tidur,
penggunaan obat, elimnasi, intake makanan dan perawatan diri
● Kaji riwayat fisik, sosial dan psikologi, pola kebiasaan dan
rutinitas klien
● Kaji tipe dan tingkat defisit kognitif klien menggunakan
instrumen pengkajian standar
● Pantau fungsi kognitif klien menggunakan alat pengkajian
standar
● Ciptakan lingkungan yang rendah stimulus (seperti: Lingkungan
tenang, musik lembut, penataan ruangan yang familiar).
● Berikan pencahayaan yang adekuat.
● Berikan lingkungan fisik dan aktivitas harian yang konsisten.
● Persiapan interaksi dengan kontak mata dan sentuhan sesuai
kebutuhan
● Perkenalkan diri ketika kontak dengan klien
● Panggil klien dengan namanya dan bicara pelan ketika memulai
interaksi.
● Berikan waktu yang singkat untuk interaksi.
● Bicara yang jelas, rendah, hangat dan nada bicara menghormati
klien.
● Gunakan teknik distraksi ketika klien menunjukkan perilaku
konfrontasi.

22
● Hindari menyentuh atau mendekati klien jika sedang stress atau
cemas
● Berikan petugas kesehatan yang familiar bagi klien.
● Berikan periode istirahat untuk mencegah kelelahan dan
mengurangi stres.
● Hindari kondisi yang tidak familiar jika mungkin (seperti :
Perubahan ruangan dan perlengkapan ruangan yang tidak
familiar bagi klien).
● Pantau nutrisi dan berat badan.
● Hindari frustasi pada klien dengan menjelaskan pertanyaan yang
tidak dapat dijawab.
● Perbolehkan klien untuk makan sendiri sesuai kebutuhan
● Minta anggota keluarga dan teman untuk menjenguk klien sesuai
kebutuhan.
● Diskusikan dengan keluarga dan teman klien bagaimana
berinteraksi yang baik dengan klien.
● Tempatkan nama klien dengan huruf warna hitam yang besar di
ruangannya dan di bajunya sesuai kebutuhan.
● Gunakan simbol atau tanda tertulis untuk membantu klien
menemukan lokasi kamarnya, karnar mandi atau area lain
● Pantau penyebab psikologis yang dapat meningkatkan
kebingungan akut pada klien
Manajemen Lingkungan (Environmental Management):

23
● Ciptakan lingkungan yang aman bagi klien.
● Identifikasi keamanan yang dibutuhkan klien, tingkat perilaku
fungsi fisik dan kognitif klien dan riwayat perilaku.
● Pindahkan lingkungan yang berbahaya
● Hindari objek yang dapat membahayakan lingkungan.
● Amankan klien dengan pengaman samping sesuai kebutuhan.
● Siapkan tempat tidur yang sesuai kebutuhan.
● Tempatkan perlengkapan ruangan yang dapat mengakomodasi
ketidakmampuan klien atau keluarga
● Berikan ruangan tersendiri sesuai indikasi
● Ciptakan lingkan yang bersih dan tempat tidur yang nyaman.
● Siapkan tempat tidur yang nyaman.
● Siapkan linen yang nyaman.
● Tempat tidur pada posisi yang mudah ditempati.
● Kurangi stimulus lingkungan sesuai kebutuhanan.
● Hindaripemaparan lingkungan yang berlebihan.

Manajemen pengobatan

(Medication Management)

24
● Tentukan obat apa yang dibutuhkan klien.
● Tentukan kemampuan klien dalam mengobati dirinya sendiri.
● Pantau efektifitas pemberian obat-obatan
● Pantau adanya efek tambahan dari obat
● Pantau adanya interaksi obat-obatan.
● Fasilitasi adanya perubahan pengobatan sesuai kebutuhan.
● Pantau respon dari perubahan pengoban yang diberikan sesuai
kebutuhan.
● Tentukan tingkat pengetahuan klien tentang pengobatan.
● Ajarkan klien / anggota keluarga tentang metode dan
pengelolaan obat-obatan sesuai kebutuhan.
● Ajarkan klien / anggota keluarga dalam mengembangkan
tindakan untuk mengatasi efek samping pengobatan.
● Berikan informasi pada klien / anggota keluarga tentang
perubahan pengobatan dirinya secara tertulis atau dengan
penjelasan.
● Kembangkan strategi untuk mengatasi efek samping pengobatan.
● Tentukan efek langsung pengobatan terhadap gaya hidup.
● Bantu klien / anggota keluarga untuk membuat penyesuaian gaya
hidup dengan pengobatan sesuai kebutuhan.
● Anjurkan klien untuk memperhatikan pengobatan.

3 Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pembatasan Area


berhubungan diharapkan klien melakukan tindakan

25
dengan pengamanan: pencegahan dengan kriteria (Area Restriction) :
kebingungan,
dimensia, usia > ● Klien dapat menggunakan alat bantu ● Identifikasi perilaku klien dan orang terdekat terhadap intervensi
dengan benar. yang diharuskan.
65 tahun.
● Klien dapat menempatkan penopang ● Jelaskan prosedur, maksud dan periode waktu tindakan terhadap
untuk mencegah jatuh klien dan orang terdekat.
● Klien dapat menempatkan susunan ● Jelaskan pada klien dan orang terdekat mengenai perilaku yang
pegangan tangan sesuai kebutuhan. dibutuhkan untuk mengakhiri intervensi.
● Gunakan alat pelindung (seperti : Restrain, rel samping, kunci
pintu, pagar dan gerbang) untuk membatasi mobilitas atau akses
situasi berbahaya.
● Berikan umpan balik dengan segera terhadap perilaku yang tidak
sesuai yang dapat dikontrol klien dan kontribusi yang dibutuhkan
untuk seterusnya.
● Identifikasi perilaku klien yang sesuai.
● Bantu klien untuk memodifikasi perilaku yang tidak sesuai jika
mungkin.
● Berikan peringatan verbal untuk area yang ditetapkan.
● berikan kenyamanan psikologis yang dibutuhkan.
● Monitor respon klien terhadap prosedur yang dilakukan.
● Berikan reinforcement positif terhadap kerja sama klien dalam
pembatasan.
● Evaluasi secara teratur dan terus menerus terhadap tindakan
pembatasan yang dilakukan terhadap klien.
● Dokumentasikan rasional penggunaan tindakan pembatasan,
respon klien terhadap tindakan yang diberikan, perawatan yang

26
diberikan dan alasan dalam mengakhiri tindakan.
Mencegah jatuh : Fall Prevention

● Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat


fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya
● Identifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap
resiko jatuh.
● Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga.
● Identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensial untuk jatuh.
● Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan
selama ambulasi.
● Diskusikan dengan klien tentang gaya berjalan dan pergerakan.
● Ajarkan pada klien / keluarga tindakan: keamanan pada area
yang spesifik.
● Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi
untuk pencegahan trauma.
● Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri-cirinya
(misalnya: Tangga, jendela, kunci pintu, kolam renang, jalan
atau gerbang).
● Ajarkan pada klien tentang bagaimana meminimalkan cedera.
● Pantau kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi.
● Gunakan teknik yang tepat untuk memindahkan klien dari dan ke
kursi roda, tempat tidur kamar mandi, dll.

27
D. Evaluasi

1. Diagnosa Keperawatan : Kebingungan akut / kronis.


a) Klien menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi yang
baik.
b) Klien mampu membuat keputusan.
c) Klien mampu berkomunikasi yang jelas sesuai dengan
kemampuannya.
d) Klien menunjukkan penurunan kegelisahan.
e) Klien memahami pernyataan yang pendek dan tertulis.
f) Klien mengikuti perintah verbal.
g) Klien tidak mengalami kehilangan identitas.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur
a) Klien menunjukkan jam tidur tidak terganggu.
b) Klien melaporkan tidak ada masalah dengan pola, kualitas dan
rutinitas tidur atau istirahat.
c) Klien tampak segar setelah tidur atau istirahat.
d) Klien melakukan tindakan yang meningkatkan tidur / istirahat.
e) Klien tampak nyaman.
3. Diagnosa Keperawatan : Risiko jatuh
a) Klien menggunakan alat bantu dengan benar
b) Klien dapat menempatkan penopang untuk mencegah jatuh.
c) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai
kebutuhan.

E. Implementasi

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai


dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual
progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah
yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan
oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak.

B. Saran

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah


ini karena minimnya pengetahuan penulis. Maka dari itu sangat diharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Diharapakan juga makalah ini nantinya dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan umumnya dan dunia pendidikan khususnya
terutama untuk mahasiswa-mahasiswa keperawatan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Damara, D. (2018). Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia Ny.J dan Ny.P
Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir di UPT PSTW Jember
Tahun 2018. Digital Repository Universitas Jember, 2018, 119.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87633%0Ahttps://repository.unej.
ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/87633/Dedy Mohammad Saifudin-
152303101115.pdf?sequence=1&isAllowed=y

30

Anda mungkin juga menyukai