Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF”

( DEMENSIA )

Diajukan untuk tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

1. Ayu amalia marwah


2. Giska Rahmawati
3. Dede Riska
4. Eva yulia sarah
5. Lusi
6. Agung
7. Sandi Rusmawan

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

1
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................................4

A. Latar belakang...........................................................................................................................4

B. Tujuan Khusus...........................................................................................................................4

C. Tujuan Umum............................................................................................................................5

D. Rumusan Masalah......................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6

A. Definisi Demensia.....................................................................................................................6

B. Etiologi Demensia.....................................................................................................................6

C. Manifestasi klinis Demensia......................................................................................................7

D. Patofisiologi Demensia..............................................................................................................8

E. Pathway Demensia....................................................................................................................9

F. Pemeriksaan Penunjang Demensia..........................................................................................10

G. Penatalaksanaan Klinis Demensia...........................................................................................11

H. Pencegahan dan perawatan demensia......................................................................................12

I. Komplikasi Demensia..............................................................................................................12

J. Konsep Asuhan keperawatan Demensia..................................................................................13

K. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................14

L. Intervensi.................................................................................................................................15

BAB III...............................................................................................................................................23

PENUTUP..........................................................................................................................................23

A. Kesimpulan..............................................................................................................................23

B. Saran.......................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allat SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah keperawatan gerontik
yang membahas tentang “Asuhan keperawatan dimensia pada lansia” ini dengan baik.
Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan gerontik.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya dapat terselesaikan.

Makalah keperawatan gerontik ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Cimahi, November 2019

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demensia adalah sebuah sindrome karna penyakit otak, bersifat kronis atau progresif
dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi termasuk : memori,
berfikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar, kemampuan dan penilaian kesadaran
tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif yg biasa di tandai, kadang kadang di dahului oleh
penurunan dalam pengendalian emosi, perilaku social atau motivasasi. Sindrom terjadi
pada penyakit Alzheimer di penyakit serebrovaskuler dan dalam kondisi lain terutama
atau sekunder yang mempengaruhi otak. (Durand dan barlow 2006)
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia seringkali
terjadi pada usia lanjut yg telah berumur kurang lebih 60 tahun demensia tersebut dapat di
bagi menjadi 2 bagian yaitu: Demensia senilis dan Demensia pra senilis sekitar 56,8%
lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzheimer (4% dialami lansia yg
telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai
saat ini diperkirakan 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai
sebab.
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi tetapi bisa
saja bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan
kepribadian lainya. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata kata yg lebih sederhana menggunakan kata kata yang tidak tepat atau
tidak mampu menemukan kata kata tepat, ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa
menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak
dapat menjalankan fungsi social.

B. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia
(kepikunan)

4
C. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian demensia
2. Mengetahui etiologi demensia
3. Mengetahui manifestasi klinis demensia
4. Mengetahui patofisiologi demensia
5. Mengetahui pathway demensia
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang demensia
7. Mengetahui penatalaksanaan klinis demensia
8. Mengetahui pencegahan dan perawatan demensia
9. Mengetahui komplikasi demensia
10. Mengetahui konsep asuhan keperawatan demensia
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia

D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demensia ?
2. Jelaskan etiologi demensia?
3. Bagaimana manifestasi klinis demensia?
4. Bagaimana patofisiologi demensia?
5. Bagaimana pathway demensia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang demensia?
7. Apa saja penatalaksanaan klinis demensia?
8. Bagaimana pencegahan dan perawatan demensia?
9. Apa saja komplikasi demensia?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan demensia?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia?

5
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J.
Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya
independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Demensia adalah kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. (Grayson,
2004)
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari –
hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari –
hari. (Nugroho, 2008)
Demensia adalah suatu sidrom yang dikarakteristikkan dengan adanya
kehilangan kapasitas intelektual melibatkan tidak hanya ingatan (memori), namun
juga kognitif, bahasa, kemampuan visuospasial, dan kepribadian. (Josep J.Gallo,
1998)
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987).

B. Etiologi Demensia
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzaimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Penyakit Alzaimer disebabkan
karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Bagian
otak mengalami kemunduran sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Jaringan

6
abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan serabut saraf yang
tidak teratur) dan protein abnormal.
2. Serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan
menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara
perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,
daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang
disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil disebut juga
demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau
kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.
3. Menurut Nugroho (2008), penyebab demensia dapat digolongkan menjadi 3 :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
sistem enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan : Penyakit degenerasi spino serebral
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati : gangguan
nutrisi, akibat intoksikasi menahun, penyakit – penyakit metabolisme.

C. Manifestasi klinis Demensia


1. Perjalanan penyakit yang bertahap
2. Tidak terdapat gangguan kesadaran
3. Rusaknya fungsi kognitif
4. Gangguan kepribadian dan perilaku
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, paranoid
7. Keterbatasan dalam ADL
8. Inkontenensia urine
9. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
10. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting
11. Lupa meletakkan barang penting
12. Gangguan orientasi waktu dan tempat : lupa hari, minggu, bulan, tahun dan
tempat dimana penderita berada

7
13. Ekspresi berlebihan : menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar terhadap kesalahan yang kecil, rasa takut dan gugup yang tidak
beralasan.
14. Adanya perubahan perilaku : acuh tak acuh, menarik diri, gelisah.
D. Patofisiologi Demensia
Demensia biasanya terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari –
hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuanaan
dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup
– nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia
mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang – orang terdekat yang
tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap penurunan daya ingat yang
semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di
balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala dimensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia.
Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih senditif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit,
dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua
tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala
demensia.

8
E. Pathway Demensia

Faktor genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma

Kekusutan neuro Hilangnya serat – serat

hh
fibriliar yg difus koligemik di korteks
dan plak senilis

atropi otak penurunan sel neuro koligemik yg


berproyeksi dihimokampus dan
amigdala

degenerasi neuron kelainan neurotransmiter


irreversibel

Demensia asetilkoin

Daya Gangguan Gangguan Gangguan Perubahan Perubahan Kehilangan


Ingat kognitif memori fungsi bhs intelektual perilaku fungsi tonus otot

Kemampuan Mudah Muncul gejala -Kehilangan Tingkah laku


melakukan lupa neuro psikiatrik kemampuan berubah
aktivitas menyelesaikan MK :
perubahan nafsu masalah Risiko perubahan
pola
MK : Defisit makan -Emosi labil, trauma eliminasi
perawatan diri
pelupa, apatis urine

9
MK :
ketidakseimbanga MK : MK :
n ntrisi kurang
Perubahan proses pikir Koping
dari kebutuhan
Individu
tubuh Hambatan interaksi tidak efektif
sosial
Kesulitan Perubahan persepsi Hambatan komunikasi
transmisi dan verbal

integritas sensori
MK :
Perubahan MK : Perubahan
pola tidur persepsi sesori

F. Pemeriksaan Penunjang Demensia


1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada
demensia reversibel, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia
Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin
sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan
darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,
hormon tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian
besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran
perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,
tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan neuropsikologis

10
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari / fungsional dan aspek
kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan
pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang
mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang
sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi.

G. Penatalaksanaan Klinis Demensia


1. Farmakoterapi
Sebagian demensia tidak dapat disembuhkan
a. Pengobatan demensia alzheimer digunakan obat – obatan antikoliesterase
seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
b. Demensia vaskuler membutuhkan obat – obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk memperlancar aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut – turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Obat antidepresan seperti Sertraline dan Citalopram
e. Pengendalian agitasi dan perilaku yang meledak – ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakan obat antipsikotik misalnya
Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone. Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat antipsikotik efektif diberikan
kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

2. Dukungan dan peran keluarga


a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka – angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita
tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelakaan pada penderita yang senang
berjalan – jalan.

11
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan akan sangat membantu.

3. Terapi simtomatik
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah

H. Pencegahan dan perawatan demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat – zat yang dapat merusak sel – sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berfikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
a. Kegiatan rohani dan memperdalam ilmu agama
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat dan hobi
4. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap rileks dalam
kehidupan sehari – hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

I. Komplikasi Demensia
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh tubuh
b. Ulkus dekubitus
c. Pneumonia
d. Kejang
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

12
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan yang berkurang
g. Kehilangan kemampuan untuk berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang

J. Konsep Asuhan keperawatan Demensia


Pengkajian
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
a. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat. Gejala
utamanya adalah kesadaran menurun.
b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan darah
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan
tidak mau makan.
c. Kaji adanya demensia dengan alat-alat yang sudah di standarisasi, meliputi :
- Mini Mental Status Exam ( MMSE )

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKS KLIEN

1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :

o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada ?

o Negara ........
o Propinsi ........
o Kota..........
o Jalan..........
o No.rumah...........
2 Registrasi 3 2 Sebutkan nama 3 obyek (oleh

13
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi.
(Untuk disebutkan)

o Obyek..........
o Obyek..........
o Obyek..........
3 Perhatian dan 5 5 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat.

o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
Hal lain ejalah kata “dunia” dari
akhir ke awal (a-i-n-u-d)

4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi


ketiga obyek pada No.2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing
obyek.

5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda


dan tanyakan namanya pada
klien. (2)

o (misal jam tangan)


o (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang


kata berikut : ”tak ada jika, dan,
atau, tetapi:. Bila benar, nilai satu

14
point. (1)

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari
3 langkah : (3)

”Ambil kertas di tangan Anda,


lipat dua dan taruh di lantai”.

o Ambil kertas di tangan


Anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (1)

o ”Tutup mata Anda”

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.

o Tulis satu kalimat (1)


o Tirulah gambar ini (1)
TOTAL
NILAI

Interpretasi hasil :
24 - 30: Aspek kognitif dari fungsi mental baik
17 - 23: Kerusakan aspek fungsi mental ringan
0 - 16: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

- Short Portable Mental Status Questionnarie ( SPMSQ )

15
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

v 01 Tanggal berapa hari ini ?

v 02 Hari apa sekarang ini ?

v 03 Apa nama tempat ini ?

v 04 Dimana alamat Anda

v 05 Berapa umur Anda

v 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)

v 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?

v 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?

v 09 Siapa nama ibu Anda

v 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


dari setiap angka baru, semua secara
menurun

Score total =
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 3 – 4 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 8 – 10 : Kerusakan intelektual berat
d. Kaji kemungkinan adanya depresi dengan alat skrining yang tepat, seperti
Geriatric Depression Scale
e. Spiritual

16
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
f. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri,
pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan perubahan motorik
dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif.
g. Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
h. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk
melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah klien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin biasa dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai dan berlebihan.
i. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu
objek. Perubahan persepsi dapat terjadi padaa satu atau lebih panca indera yaitu
pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan
persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi
j. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya suka berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian umum. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian
subjektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.
Penilaian autistik, klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran
autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan
pemikiran primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi.
k. Tingkat kesadaran
Kesadaran umum klien bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
1. Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi

17
2. Tingkat konsentrasi : klien tidak mampu berkonsentrasi
3. Kemampuan penilaian : gangguan dalam penilaian atau keputusan
l. Kebutuhan sehari – hari
1. Tidur : klien susah tidur karena cemas, gelisah. Kadang – kadang terbangun
tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Tidur yang terganggu di tengah
malam sehingga klien tidak merasakan segar dipagi hari.
2. Selera makan : klien tidak mempunyai selera makan atau makan hanya sedikit,
karena merasa putus asa dan tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga dapat
terjadi penurunan berat badan.
3. Eliminasi : klien terganggu pada proses buang air kecil, kadang – kadang lebih
sering daripada biasanya, karena susah tidur dan stres. Dapat juga terjadi
konstipasi karena pola makan yang terganggu.
m. Mekanisme koping
Klien mengurangi kontak mata, memakai kata – kata yang cepat dan keras dan
menutup diri

K. Diagnosa Keperawatan
1. Deficit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya daya tahan dan kekuata
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensori
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubaha lingkungan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ( degenerasi
neuron ireversibel )
6. Koping Individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak
adekuat
7. Perubahan pola eliminasi urin

18
L. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Deficit setelah dilakukan 1.jelaskan pada klien dan 1.Keterlibatan keluarga
perawatan tindakan selam 1 keluarga perawatan diri yang begitu berarti dalam
diri jam diharapkan benar. proses penyembuhan
klien bersih 2.Tingkatkan harga diri klien 2. Dengan mengetahui
TuPan: setelah dan penentuan diri klien. apa yang diinginkan
dilakukan 3. Hilangkan dan bersihkan klien, perawat dapat
tindakan selama bau, kurangi kekeringan serta memberikan perawatan
3 x 24 jam klien sel yang mati denagn cara yang lebih baik
bersih dan perawatan kulit. 3. Dengan perawatan
nyaman 4.Rangsang sirkulasi darah, kulit dapat bersihkan
KH: kendorkan otot, buat rasa dan hilangkan bau badan
1) Klien dan nyaman denagn cara mandikan dan kulit menjadi
keluarga mampu klien. lembab
menjelaskan 5. Kurangi nyeri dapat 4.Memandikan dapat
kembali dilakukan dengan cara rawat memberikan rasa segar
perawatan diri gigi dan mulut secara teratur. pada klien, serta pijatan/
yang benar 6. Cegah infeksi daerah masase selama
2) Klien tidak kepala dengan cara perawatan dimandikan dapat
menolak rambut seperti mencuci, melancarkan sirkulasi
perawatan diri menyisir atau mencukur rambut 5. Rawat gigi secara
yang dilakukan 7. Cegah terjadi infeksi dan teratut dan benar
saat diruangan pertahankan kebersihan daerah membersihkan
3) Klien vulva dengan cara lakukan kuman/sisa makanan
mampu perawatan vulva yang menyebabkan
melakukan 8. Kolaborasi dalam nyeri dan bau
perawatan diri pemberian obat 6. Perawatan rambut
secara mandiri - Imboost 2 x 5 ml dapat mencegah infeksi
4) Badan klien -Transpulmin3 x 5 ml dan memberikan rasa
bersih, gigi klien nyaman dan segar
bersih,telinga 7. Pembersihan vulva
bersih, kulit mencegah infeksi dan

19
lembab, klien bau pada daerah vulva
dapat melakukan 8. Mencegah
aktifitasnya kambuhnya infeksi
Dan ank l kekuatan pada
klien.
2 Perubahan a. Sensori Manajemen Halusinasi : a. Untuk
persepsi function : a. Observasi mengetahui durasi,
sensori hearung - Monitor perilaku yang waktu dan isi halusinasi
b. Sensori mengindikasi halusinasi b. Untuk
function : vision - Monitor dan sesuaikan menmpercepat/mengefe
c. Sensori tingkat aktivitas dan stimulasi ktifkan proses terapi
function : lingkungan c. Untuk
tasteand smell - Monitor isi halusinasi mempercepat poses
b. Terapeutik penyembuhran
-Menunjukan - Pertahankan lingkungan d. Untuk mengatasi
tanda dan gejala yang aman gangguan kecemasan
persepsi dan - Lakukan tindakan
sensori baik keselamatan ketika tidak dapat
Mampu mengontrol perilaku
mengungkapkan - Diskusikan perasaan dan
fingsi persepsi respon terhadap halusinasi
dan sensori Hindari perbedaan tentang
dengan tepat - validasi halusinasi
a. Edukasi
- Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
- Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
- Anjurkan melakukan

20
distraksi ( mis: mendengarkan
musik)
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara mengontrol
halusinasi
b. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
3 Perubahan a. Jumlah Dukungan Tidur: a. Mengetahui
pola tidur jam tidur dalam a. Observasi penyebab gangguan pola
batas normal - Identifikasi pola tidur
b. Pola aktivitas dan tidur b. Untuk mengatasi
tidur, kualitas - Identifikasi faktor gangguan pola tidur
dalam batas pengganggu tidur c. Memberikan
normal (mis:fisik/psikologis) pengetuhan pada klien
c. Perasaan - Identifikasi makanan mengenai gsngguan pola
fresh sesudah dan minuman yang tidur
tidur/istirahat mengganggu tidur
Mampu (mis:kopi,teh,makan mendekati
mengidentifikasi waktu tidur, minum air banyak
hal-hal yang seb tidur)
meningkatkan - Identifikasi obat tidur
tidur yang dikonsumsi
b. Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan stress sebelum
tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin

21
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis:pijat,pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/ tindakan
untuk menunjang siklus tidur
terjaga
c. Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap
tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
Ajarkan relaksasi obat
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
4 Ketidakseim a.Nutritional Nutrition Management : - Agar dapat dilakukan
bangan status : - Kaji adanya alergi intervensi dalam
nutrisi b.Nutritional makanan pemberian makanan
kurang dari status : food and - Anjurkan pasien untuk atau obat-obatan pada
kebutuhan Fluid Intake meningkatkan protein dan pasien
tubuh c.Nutritional Vitamin C - Untuk dapat
status : nutrient - Berikan makanan yang meningkatkan nafsu

22
Intake terpilih (sudah dikonsultasikan makan
d. Weight dengan ahli gizi) Membantu dalam
control - Berikan informasi mengidentifikasi
tentang kebutuhan nutrisi malnutris
Kriteria Hasil : Nutrition Monitoring - protein-protein,
• Adanya - BB dalam batas normal khususnya apabila berat
peningkatan Monitor adanya badan kurang dari
berat badan - penurunan berat badan normal
sesuai dengan - Monitor mual muntah - Dengan
tujuan - Monitot turgor kulit pengetahuan yang baik
• Berat - Monitor kalori dan tentang nutrisi akan
badan ideal intake nutrisi meningkatkan
sesuai dengan pemenuhan nutrisi
tinggi badan
• Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nitrisi
• Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
•Menunjukan
peningkatan
fungsi
pengecapan dari
menelan
• Tidak
terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti.
5 Perubahan Mampu Mandiri : - Mengurangi
proses piker mengenali - Kembangkan kecemasan dan
perubahan dalam lingkungan yang mendukung emosional
dan hubungan klien de ngan - Kebisingan

23
berpikir. perawat yang terapeutik merupakan sensori
Kriteria Hasil : - Pertahankan lingkungan berlebih yang
- Mampu yang menyenangkan dan tenang meningkatkan gangguan
memperlihatkan - Gunakan kata-kata neuron
kemampaun pendek, kalimat dan instruksi - Meningkatkan
kognitif untuk sederhana (tahap demi tahap) pemahaman. Ucapan
menjalani - Ciptakan aktivitas tinggi dan keras
konsekuensi sederhana, bermanfaat sesuai menimbulkan stres yang
kejadian yang kemampuan klien menimbulkan respon
menegangkan - Evaluasi pola tidur marah
terhadap emosi Kolaborasi : - Memotivasi lien
dan pikiran Berikan obat sesuai indikasi dalam cara yang
tentang dirinya menguatkan kegunaan
- Mampu dan kesenangan diri
mengembangkan serta merangsang realita
strategi untuk - Kurang tidur
mengatasi dapat mengganggu
anggapan diri proses pikir dan
yang negative kemampuan koping
klien
Kolaborasi :
Untuk mengurangai rasa
defresi pada klien
Koping a. Klien - Memfasilitasi pasien - Agar pasien
6 Individu mampu untuk membantu keputusan dapat menggambil
tidak efektif mengidentifikasi keputusan yang baik
pola koping yang - Kaji keefektifan srategi - Mekanisme
efektif dengan mengobservasi perilaku adaptif perlu untuk
b. Klien misalnya, kemampuan mengubahan pola hidup
mampu menyatakan perasaan dan seseorang dan
Mengungkapkan perhatian, keinginan mengitegrasikan terapi
secara verbal berpartisipasi dalam rencana yang diharuskan
Mampu pengobatan kedalam kehidupan

24
mengidentifikasi sehari hari
strategi tentang - Bantu pasien untuk
koping menidentifikasi stressor spesifik - Pengenalan
dan kemungkinan strategi untuk terhadap stresor adalah
mengatasinya langkah pertama dalam
mengubah frespon
- Libatkan pasien dalam seseorang terhadap
perencanaan perawatan dan beri stresor
dukungan partisipasi - Agar dapat
maksimum dalam pengobatan memberikan pasien
Gunakan pendekatan tenang perasaan kontrol diri
dan meyakinkan yang berkelanjutan,
memperbaiki
keterampilan koping dan
dapat meningkatkan
kerja sama dalam
regimen terapleutik
Agar klien dapat
membina kepercayaan
7 Perubahan - Kandung - Catat pola miksi dan - Untuk melihat
pola kemih kosong monitor pengeluaran urine perubahan pola
eliminasi secara penuh - Anjurkan klien untuk eliminasi pada klien
urin - Intek merangsang miksi dengan - Untuk mencegah
cairan dalam memberikan air hangat terjadinya retensi urine
rintang normal - Observasi peningkatan - Untuk
Balance cairan pemasukan cairan mengatahui peningkatan
seimbang - Observasi pemasukan dan pemasukan cairan pada
pengeluaran karakteristik urine klien
Untuk mengetahui
pemasukan dan
pengekuaran
karakteristik urine klien

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

26
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari – hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari – hari.
(Nugroho, 2008. Masalah keperawatan yang muncul yaitu :
1. Perubahan proses piker
2. Perubahan persepsi sensori
3. Koping individu tidak efektif
4. Perubahan pola tidur
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Deficit perawatan diri
7. Perubahan eliminasi urin

B. Saran
Biasanya, saat seseorang memasuki massa lanjut usia atau mendekati usia 60
tahun, akan ada berbagai stesor yang hadir, misalnya karena tak lagi memiliki
pekerjaan semapan dulu, mungkin tak lagi memiliki pasangan, hidup sendirian atau
terpisah dari anak dan merasa sendirian. Merasa sendirian, lalu terjebak dalam depresi
berbahaya karena bisa memicu munculnya demensia
Para lansia tetap harus beraktivitas fisik rutin demi menjaga kebugaran tubuh
sekaligus fungsi kognitif. Sebaiknya, ajak mereka melakukan aktivitas yang
menyenangkan dan pilihannya beragam sesuai minat, mulai dari berjalan kaki hingga
jogging. Mereka juga dapat melakukan senam khusus untuk lansia maupun aktivitas
lain, seperti yoga dan tai chi.

DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

https://www.academia.edu/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DEDEMSIA
27
28

Anda mungkin juga menyukai