Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyeselaikan makalah
ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan.
Kognitif memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling
utama adalah mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak
untuk merekam dan memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang
pernahh dialami.Gangguan kognitif yang paling sering ditemui meliputi
Demensia dan Delirium. Banyak orang mensalah artikan antara Demensia,
Delirium dan Depresi. Juga tentang respon kognitif yang maladaptive pada
seseorang. Hal ini merupakan tugas perawat sebagai tenaga professional yang
mencakup bio-psiko-sosial yang memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada klien dengaan gangguan kognitif yang akan dibahas oleh kelompok kali
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gangguan kognitif?
2. Apa saja klasifikasi gangguan kognitif?
3. Apa Etiologi gangguan kognitif?
4. Faktor Apa saja yang mempengaruhi gangguan kognitif?
5. Bagaimana manifestasi klinis gangguan kognitif?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan gangguan kognitif?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi gangguan kognitif
2. Mengetahui klasifikasi gangguan kognitis
3. Mengetahuui etiologi dari gangguan kognitif
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi gangguan
kognitif
1
5. Mengetahui manifestasi klinis gangguan kognitif
6. Mengetahui penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan gangguan kognitif
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan,
megingat, persepsi, orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan
(Stuart dan Laraia, 1998). Sehingga gangguan kognitif merupakan respon
maladaptive yang ditandai dengan adanya gangguan daya ingat, disorientasi,
inkoheren, salah persepsi, penurunan perhatian serta sukar berpikir logis.
Gangguan ini membuat individu berada dalam kebingungan, tidak mampu
menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang lampau.
3
1) Demensia
2) Delirium
4
pusat • Kehilangan penglihatan dan
• Gangguan struktur jaringan pendengaran
otak seperti tekanan normal • Obat-obatan antipsikotik,
hidrosefalus dan trauma antihistamin, antidepresan, dan
kepala antiparkinson
5
E. Stressor yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Kognitif
Setiap serangan mayor pada otak cenderung menakibatkan gangguan
fungsi kognitif. Berikut ini merupakan karegori stressor:
1) Hipoksia
2) Gangguan metabolik, termasuk hipertiroidisme, hipotiroidisme,
hipoglikemi, hipopituitarisme, dan penyakit adrenal
3) Toksisitas dan infeksi
4) Respon yang berlamwanan terhadap pengobatan
5) Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma
6) Kekurangan atau kelebihan sensori
6
fungsi sensorinya tidak pemahaman; berkurangnya
mengalami kerusakan. kemampuan untuk
• Konfabulasi; mengisi celah- mempertahankan perhatian
celah ingatannya dengan terhadap sesuatu hal.
fantasi yang diyakini individu • Pikiran yang kacau dan
yang terkena percakapan yang melantur
• Sundown syndrome; • Gangguan siklus tidur-bangun
membruknya disorientasi di • Perubahan psikomotor
malam hari (misalnya hiperaktif, hipoaktif,
• Reaksi katastrofik; respon agitasi, mengantuk)
takut atau panic dengan
potensi kuat menyakiti diri
sendiri atau orang lain.
• Perseveration phenomenon;
perilaku mengulang, meliputi
mengulangi kata-kata orang
lain.
• Hiperoralitas; kebutuhan untuk
mecicipi dan mengunyah
benda-benda yang cukup kecil
untuk dimasukan ke mulut
• Kehilangan memori; awalnya
hanya hal-hal yang baru
terjadi, dan akhirnya gangguan
ingatan masa lalu
• Disorientasi waktu, tempat,
dan orang
• Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau
mempelajari materi baru
• Sulit mengambil keputusan
7
• Penilaian buruk; individu ini
tidak mempunyai
kewaspadaan lingkungan
tentang keamanan dan
keselamatan
G. Penatalaksanaan
1) Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab
utama sambil mendukung proses fisiologis klien dalam menjaga dan
meningkatkan keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit
biasanya diindikasikan untuk gangguan ini.
2) Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan
kualitas hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
▪ Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari
pfesional Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi,
pekerja social, farmasi, dan rehabilitasi.
▪ Fokus keluarga
▪ Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan
rumah, adult day care service, memberikan perawatan pribadi bagi
klien, menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan
masayarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi
untuk penelitian dan tindakanlegislatif.
▪ Intervensi farmakologis
8
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien
dengan obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta penatalaksanaan perilaku
dan gejala yang menimbulkan stress.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan gangguan kognitif
meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak, elektro ensefalografi dan
pemeriksaan genetika.
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal,
fungsi hati, hormon tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV
dan neurosifilis pada penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaan
cairanotak bila terdapat indikasi.
9
4) Pemeriksaan Genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid
polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon
4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya
frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe
awitan lambat atau tipe sporadik menjadikan genotif APOE epsilon 4
sebagai penanda untuk demensia.
a. MMSE
Mini-Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang
paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif yang
diperkenalkan oelh Folstein pada tahun 1975. MMSE dipakai untuk
melakukan skrining pada asien dengan ganggan kognitif, menelusuri
parubahan dalam fungsi kognitif dari waktu ke waktu dan seringkali
untuk menilai efek dari agen terapeutik pada fungsi kognitif
(O’Bryant,2008). Instrumen pemeriksaan ini disebut mini karena hanya
fokus pada aspek kogniti dan fungsi mental tanpa menanyakan tentang
pola pikiran dan mood (Kochhann,2009).
10
mampu membedakan demensia termasuk penyakit Alzheimer dan
frontotemporal demensia (FTD).
11
BAB III
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
(Asmadi, 2008)
1. Identitas
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan Utama
- Data Subyektif : Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa
yang baru saja terjadi, dan tidak mampu mengenali orang, tempat
dan waktu.
- Data Obyektif : Pasien kehilangan kemampuannya untuk
mengenali wajah, tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan
kehilangan suasana keluarganya (belum spesifik), Pasien sering
mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara;
penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,
menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat.
12
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang harus dikaji antara lain penyakit sebelumnya, apakah pernah
dirawat di RS sebelumnya, obat – obatan yang digunakan sebelumnya,
riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan.
4. Konsep Diri
a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri
karena proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara
satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman
aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan
sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
e) Harga diri, ketidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien
merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
f) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan
atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul
akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Keadaan ini menimbulkan
kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
5. Riwayat Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat akan
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya
sendiri.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
13
c) Aktivitas motoric
Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai
karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek
adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata
kurang.
g) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping
mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah
mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras
(ngomel-ngomel) dan menutup diri.
h) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau
kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum
diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan
penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau
kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar
perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan
14
pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola
pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
c) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi : Klien tidak mampu berkonsentrasi
15
f. Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior dan
posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena pada
dinding dada.
g. Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus:
kali/ menit
h. Genetalia: kebersihan, tidak ada hemoroid
i. Ekstremitas: Kekuatan otot, apakah menggunakan alat bantu saat
jalan, ada tidaknya nyeri sendi.
j. Integumen : kulit tampak kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat,
tampak kotor berwarna hitam karena bekas luka, sering menggaruk
badan.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Demensia,
yaitu :
16
C. Intervensi Keperawatan (3 prioritas utama)
17
Gejala Dan Tanda 5. Memori jangka pendek meningkat infeksi, hipo/hipertermia, hipoksia,
Mayor 6. Memori jangka panjang meningkat malnutrisi, efek obat, toksin, gangguan
Subjektif 7. Perilaku halusinasi menurun tidur, stres)
1. Kurang motivasi untuk 8. Gelisah menurun 2. Identifikasi tipe delirium (mis,
memulai/menyelesaikan perilaku 9. Interpretasi membaik hipoaktif, hiperaktif, campuran)
berorientasi tujuan 10. Fungsi sosial membaik 3. Monitor status neurologis dan tingkat
2. Kurang motivasi untuk 11. Respon terhadap stimulus membaik delirium
memulai/menyelesaikan perilaku 12. Persepsi membaik
terarah 13. Fungsi otak membaik Terapeutik
Objektif 1. Berikan pencahayaan yang baik
1. Fluktuasi fungsi kognitif 2. Sediakan jam dan kalender yang mudah
2. Fluktuasi tingkat kesadaran terbaca
3. Fluktuasi aktivitas psikomotorik 3. Hindari stimulus sensorik berlebihan
(mis, televisi, pengumuman interkom)
Gejala Dan Tanda 4. Lakukan pengekangan fisik, sesuai
Minor indikasi
Subjektif 5. Sediakan informasi tentang apa yang
1. Salah persepsi terjadi dan apa yang dapat terjadi
selanjutnya
18
Objektif 6. Batasi pembuatan keputusan
1. Halusinasi 7. Hindari memvalidasi mispersepsi atau
2. Gelisah interpretasi realita yang tidak akurat
(mis, halusinasi, waham)
Kondisi Klinis Terkait 8. Nyatakan persepsi dengan cara yang
1. Cedera tenang, meyakinkan, dan tidak
2. Stroke argumentatif
3. Penyakit Alzheimer 9. Fokus pada apa yang dikenali dan
4. Penyalahgunaan zat bermakna saat interaksi interpersonal
5. Demensia 10. Lakukan reorientasi
6. Delirium 11. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas
harian yang konsistan
12. Gunakan isyarat lingkungan untuk
stimulasi memori, reorientasi, dan
meningkatkan perilaku yang sesuai
(mis, tanda, gambar, jam, kalender,
kode warna pada lingkungan)
13. Berikan informasi baru secara perlahan,
sedikit demi sedikit, diulang-ulang
19
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan keluarga, jika perlu
2. Anjurkan penggunaan alat bantu
sensorik (mis, kacamata, alat bantu
dengar, dan gigi palsu)
Kolaborasi
14. 1. Kolaborasi pemberian obat ansietas atau
agitasi, jika perlu
15.
D.0062 L.09079 I.06188
GANGGUAN MEMORI MEMORI LATIHAN MEMORI
20
2. Gangguan sirkulasi ke otak 2. Verbalisasi kemampuan mengingat Tindakan
3. Gangguan volume cairan informasi faktual meningkat Observasi :
dan/atau elektrolit 3. Verbalisasi kemampuan mengingat 1. Identifikasi masalah memori yang
4. Proses penuaan perilaku tertentu yang pernah dialami
5. Hipoksia dilakukan meningkat 2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
6. Gangguan neurologis (mis, EEG 4. Verbalisasi kemampuan mengingat 3. Monitor perilaku dan perubahan memori
positif, cedera kepala, gangguan peristiwa meningkat selama terapi
kejang) 5. Melakukan kemampuan yang dipelajari
7. Efek agen farmakologis meningkat 1. Terapeutik
8. Penyalahgunaan zat 6. Verbalisasi pengalaman lupa menurun 1. Rencanakan metode mengajar sesuai
9. Faktor psikologis (mis, 7. Verbalisasi lupa jadwal menurun kemampuan pasien
kesemasan, depresi, stres 8. Verbalisasi mudah lupa menurun 2. Stimulasi memori dengan mengulang
berlebihan, berduka, gangguan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
tidur ) jika perlu
10. Distraksi lingkungan 3. Koreksi kesalahan orientasi
4. Fasilitasi mengingat kembali
Gejala dan Tanda Mayor pengalaman masa lalu, jika perlu
Subjektif 5. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis,
1. Melaporkan pernah mengalami mengingat informasi verbal dan
21
pengalaman lupa gambar)
2. Tidak mampu mempelajari 6. Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
ketrampilan baru bermain kartu pasangan), jika perlu
3. Tidak mampu mengingat 7. Stimulasi menggunakan memori pada
informasi faktual peristiwa yang baru terjadi (mis,
4. Tidak mampu mengingat bertanya ke mana saja ia pergi akhir-
perilaku tertentu yang pernah akhir ini), jika perlu
dilakukan
5. Tidak mampu mengingat Edukasi :
peristiwa 1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
Objektif 2. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis,
1. Tidak mampu melakukan imajinasi visual, perangkat mnemonic,
kemampuan yang dipelajari permainan memori, isyarat memori,
sebelumnya teknik asosiasi, membuat daftar,
komputer, papan nama)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Kolaborasi :
1. Lupa melakukan perilaku pada 1. Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
waktu yang telah dijadwalkan
22
2. Merasa mudah lupa
Objektif
(tidak tersedia)
23
Penyebab 2. Kemampuan mengenakan pakaian Tindakan :
1. Gangguan muskuloskeletal meningkat Observasi
2. Gangguan neuromuskuler 3. Kemampuan makan meningkat 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
3. Kelemahan 4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) perawatan diri sesuai usia
4. Gangguan psikologis dan/atau meningkat 2. Monitor tingkat kemandirian
psikotik 5. Verbalisasi keinginan melakukan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
5. Penurunan motivasi/minat perawatan diri meningkat kebersihan diri, berpakaian, berhias,
6. Minat melakukan perawatan diri dan makan
Gejala dan Tanda Mayor meningkat
Subjektif : 7. Mempertahankan kebersihan diri Terapeutik
1. Menolak melakukan perawatan meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
diri 8. Mempertahankan kebersihan mulut (mis, suasana hangat, rileks, privasi)
Objektif : meningkat 2. Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum,
1. Tidak mampu mandi/mengenakan sikat gigi, dan sabun mandi)
pakaian/makan/ke toilet/berhias 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
secara mendiri diri sampai mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
kurang ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
24
Gejala dan Tanda Minor mampu melakukan perawatan diri
Subjektif : 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(tidak tersedia)
Edukasi
Objektif : 1. Anjurkan melakukan perawatan diri
(tidak tersedia) secara konsisten sesuai kemampuan
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi,
penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan
kognitif melitputi Delirium dan Demensia.
B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, hendaknya kita:
26
- Memberikan feed back positif setiap melakukan kegiatan dan kemajuan
yang dialami pasien.
- Mampu membedakan klien dengan delirium dan demensia sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
27
DAFTAR PUSTAKA
28