Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KESEHATAN KEPERAWATAN JIWA 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KOGNITIF

Dosen Pengampu : Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Retno Dwi Ambarwati 20631912


2. Candra Cahya Setya Pradana 20631991
3. Aulia Agne Elmaghfiroh 20631907
4. Anis Septiyani Risqi Amelia 20631931

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah


SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tanpa ada suatu halangan apapun. Kedua kalinya tak
lupa kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita dihari akhir kelak. Syukur
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sulistyo Andarmoyo,


S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen Keperawatan Jiwa 1 yang telah memberikan
tugas ini sehingga bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyeselaikan makalah
ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Ponorogo, 21 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Definisi Kognitif .................................................................................................... 3
B. Klasifikasi Gangguan Kognitif ............................................................................ 3
C. Etiologi (Demensia dan Delirium) ...................................................................... 4
D. Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kognitif .............................................. 5
E. Stressor yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Kognitif .............................. 6
F. Manifestasi Klinis (Demensia dan Delirium) ..................................................... 6
G. Penatalaksanaan ................................................................................................... 8
H. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 9
I. Tes untuk Menilai Fungsi Kognitif.................................................................... 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................... 12
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................... 12
B. Diagnosis Keperawatan ...................................................................................... 16
C. Intervensi Keperawatan (3 prioritas utama) .................................................... 17
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 26
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 26
B. SARAN ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan.
Kognitif memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling
utama adalah mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak
untuk merekam dan memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang
pernahh dialami.Gangguan kognitif yang paling sering ditemui meliputi
Demensia dan Delirium. Banyak orang mensalah artikan antara Demensia,
Delirium dan Depresi. Juga tentang respon kognitif yang maladaptive pada
seseorang. Hal ini merupakan tugas perawat sebagai tenaga professional yang
mencakup bio-psiko-sosial yang memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada klien dengaan gangguan kognitif yang akan dibahas oleh kelompok kali
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gangguan kognitif?
2. Apa saja klasifikasi gangguan kognitif?
3. Apa Etiologi gangguan kognitif?
4. Faktor Apa saja yang mempengaruhi gangguan kognitif?
5. Bagaimana manifestasi klinis gangguan kognitif?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan gangguan kognitif?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi gangguan kognitif
2. Mengetahui klasifikasi gangguan kognitis
3. Mengetahuui etiologi dari gangguan kognitif
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi gangguan
kognitif

1
5. Mengetahui manifestasi klinis gangguan kognitif
6. Mengetahui penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan gangguan kognitif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan,
megingat, persepsi, orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan
(Stuart dan Laraia, 1998). Sehingga gangguan kognitif merupakan respon
maladaptive yang ditandai dengan adanya gangguan daya ingat, disorientasi,
inkoheren, salah persepsi, penurunan perhatian serta sukar berpikir logis.
Gangguan ini membuat individu berada dalam kebingungan, tidak mampu
menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang lampau.

Gangguan kognitif (cognitive impairment disorders) disebabkan oleh


kerusakan neuron temporer atau permanent, mengakibatkan tidak
berfungsinya proses kognitif (misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang
meliputi memori, penalaran, orientasi, persepsi dan perhatian (Isaacs Ann,
2005).

B. Klasifikasi Gangguan Kognitif


Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah
delirium dan demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan
demensia. Depresi seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel
dibawah dapat digunakan sebagai acuan.

3
1) Demensia

Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh


penurunan fungsi intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat;
pemikiran abstrak dan daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan
Laraia, 1998).

Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan


kerusakan berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku
(Isaacs Ann, 2005). Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh
berbagai gangguanm fungsi kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua
fungsi kognitif anatara lain pada intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa,
pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.

2) Delirium

Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan


kekacauan kesadaran yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses
pikir (Stuart dan Laraia, 1998). Umumnya gangguan ini terjadi dalam
waktu singkat (biasanya satu minggu, jarang terjadi lebih dari satu bulan).
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan
kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan pada fungsi
kognitif .

C. Etiologi (Demensia dan Delirium)


Demensia Delirium
• Penyakit vaskuler seperti • Penyakit akut atau kronis seperti
hipertensi, arterosklerosis. jantung congestive, pneumonia,
• Penyakit Parkinson penyakti ginjal dan hati, kanker
- Gangguan genetika ; dab stoke.
korea Huntington atau • Faktor hormonal dan nutrisi
penyakit pick seperti diabetes,
- Infeksi virus HIV yang ketidakseimbangan adrenal atau
menyerang system saraf tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.

4
pusat • Kehilangan penglihatan dan
• Gangguan struktur jaringan pendengaran
otak seperti tekanan normal • Obat-obatan antipsikotik,
hidrosefalus dan trauma antihistamin, antidepresan, dan
kepala antiparkinson

D. Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kognitif


Respon Kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan
biologis pada fungsi sitem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu
mengalami gangguan kognitif termasuk:

1) Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat dasar yang pentinglainnya


ke otak
a. Perubahan vaskuler arterisklerostik
b. Serangan iskemik sementara
c. Hemoragi serebral
d. Infark otak kecil multiple
2) Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
3) Pengumpulan zat beracaun dalam jaringan otak
4) Penyakit alzheimer
5) Human Immunodeficiency Virus (HIV)
6) Penyakit hati kronik
7) Penyakit ginjal kronik
8) Defisiensivitamin (terutama thiamin)
9) Malnutrisi
10) Abnormalitas genetik

Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan bipolar,


gangguan ansietas, dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

5
E. Stressor yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Kognitif
Setiap serangan mayor pada otak cenderung menakibatkan gangguan
fungsi kognitif. Berikut ini merupakan karegori stressor:

1) Hipoksia
2) Gangguan metabolik, termasuk hipertiroidisme, hipotiroidisme,
hipoglikemi, hipopituitarisme, dan penyakit adrenal
3) Toksisitas dan infeksi
4) Respon yang berlamwanan terhadap pengobatan
5) Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma
6) Kekurangan atau kelebihan sensori

Stressor spesifik yang berhubungan dengan kognitif sering kali tidak


dapat diindentifikasi, walapun hal ini berubah secara cepat saat ilmu
pengetahuan tentang saraf meningkat, secara umum, ketika mengkaji respon
kogntif maladaptif, penyebab fisiologis disingkirkan terlebih dahulu,
kemudian stressor psikososial dipertimbangkan. Walaupun ada faktor
fisiologis, stres psikososial dapat mengganggu proses fikir individu. Oleh
karena itu, penilaian stressor individu sangat penting.

F. Manifestasi Klinis (Demensia dan Delirium)


Demensia Delirium
• Afasia; kehilangan • Agitasi, gerakan yang tidak
kemampuan berbahasa. terarah, tremor, ketakutan,
• Apraksia; rusaknya kecemasan, depresi, euphoria,
kemampuan melakukan apatis dan gangguan pola tidur.
aktivitas motorik sekalipun • Terdapat pula kemungkinan
fungsi sensorinya tidak gangguan bicara, inkoherensi,
mengalami kerusakan. disorientasi, gangguan memori,
• Agnosia; kegagalan mengenali dan persepsi yang salah seperti
atau mengidentifikasi obyek • Ilusi dan haslusinasi.
atau benda umum walaupun • Gangguan kesadaran dan

6
fungsi sensorinya tidak pemahaman; berkurangnya
mengalami kerusakan. kemampuan untuk
• Konfabulasi; mengisi celah- mempertahankan perhatian
celah ingatannya dengan terhadap sesuatu hal.
fantasi yang diyakini individu • Pikiran yang kacau dan
yang terkena percakapan yang melantur
• Sundown syndrome; • Gangguan siklus tidur-bangun
membruknya disorientasi di • Perubahan psikomotor
malam hari (misalnya hiperaktif, hipoaktif,
• Reaksi katastrofik; respon agitasi, mengantuk)
takut atau panic dengan
potensi kuat menyakiti diri
sendiri atau orang lain.
• Perseveration phenomenon;
perilaku mengulang, meliputi
mengulangi kata-kata orang
lain.
• Hiperoralitas; kebutuhan untuk
mecicipi dan mengunyah
benda-benda yang cukup kecil
untuk dimasukan ke mulut
• Kehilangan memori; awalnya
hanya hal-hal yang baru
terjadi, dan akhirnya gangguan
ingatan masa lalu
• Disorientasi waktu, tempat,
dan orang
• Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau
mempelajari materi baru
• Sulit mengambil keputusan

7
• Penilaian buruk; individu ini
tidak mempunyai
kewaspadaan lingkungan
tentang keamanan dan
keselamatan

G. Penatalaksanaan
1) Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab
utama sambil mendukung proses fisiologis klien dalam menjaga dan
meningkatkan keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit
biasanya diindikasikan untuk gangguan ini.
2) Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan
kualitas hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
▪ Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari
pfesional Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi,
pekerja social, farmasi, dan rehabilitasi.
▪ Fokus keluarga
▪ Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan
rumah, adult day care service, memberikan perawatan pribadi bagi
klien, menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan
masayarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi
untuk penelitian dan tindakanlegislatif.
▪ Intervensi farmakologis

8
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien
dengan obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta penatalaksanaan perilaku
dan gejala yang menimbulkan stress.

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan gangguan kognitif
meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak, elektro ensefalografi dan
pemeriksaan genetika.

1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal,
fungsi hati, hormon tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV
dan neurosifilis pada penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaan
cairanotak bila terdapat indikasi.

2) Pemeriksaan pencitraan otak


Pemeriksaan ini berperan untuk menunjang diagnosis, menentukan
beratnya penyakit serta prognosis. Computed Tomography (CT) – Scan
atau Metabolic Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi adanya
kelainan struktural sedangkan Positron Emission Tomography (PET)
dan Single Photon Emission Tomography (SPECT) digunakan untuk
mendeteksi pemeriksaan fungsional. MRI menunjukkan kelainan
struktur hipokampus secara jelas dan berguna untuk membedakan
demensia alzheimer dengan demensia vaskular pada stadium awal.

3) Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)


Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan yang
spesifik. Pada stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan umum dan
kompleks secara periodik.

9
4) Pemeriksaan Genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid
polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon
4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya
frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe
awitan lambat atau tipe sporadik menjadikan genotif APOE epsilon 4
sebagai penanda untuk demensia.

I. Tes untuk Menilai Fungsi Kognitif


Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi pemeriksaan domain-domain
kognitif diantaranya atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi
eksekutif. Untuk pemeriksaan kelima domain tersebut dapat menggunakan
pemeriksaan MMSE (atensi, bahasa, memori, visuospasial) dan CDT (fungsi
eksekutif). Untuk memeriksa fungsi kognitif, pemeriksaan CDT tidak dapat
dipisahkan dari MMSE karena CDT melengkapi domain kognitif yang tidak
terdapat pada MMSE.

a. MMSE
Mini-Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang
paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif yang
diperkenalkan oelh Folstein pada tahun 1975. MMSE dipakai untuk
melakukan skrining pada asien dengan ganggan kognitif, menelusuri
parubahan dalam fungsi kognitif dari waktu ke waktu dan seringkali
untuk menilai efek dari agen terapeutik pada fungsi kognitif
(O’Bryant,2008). Instrumen pemeriksaan ini disebut mini karena hanya
fokus pada aspek kogniti dan fungsi mental tanpa menanyakan tentang
pola pikiran dan mood (Kochhann,2009).

b. Addenbrookes’s Cognitive Examination (ACE) Addenbrookes’s


Cognitive Examination adalah suatu instrument yang digunakan
untuk mendetekasi demensia yang sensitif dan spesifik, dimana
menggabungkan antara MMSE, memperluas memori, bahasa, dan
komponen visuospatial dan menambahkan tes kefasihan lisan. ACE ini

10
mampu membedakan demensia termasuk penyakit Alzheimer dan
frontotemporal demensia (FTD).

c. The General Physial Activity Questionnaire (GPPAQ)


The General Physial Activity Questionnaire (GPPAQ) adalah suatu
instrument screening yang telah divalidasi yang dapat digunakan untuk
menilai pencegahan primer.

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
(Asmadi, 2008)

1. Identitas
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan Utama
- Data Subyektif : Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa
yang baru saja terjadi, dan tidak mampu mengenali orang, tempat
dan waktu.
- Data Obyektif : Pasien kehilangan kemampuannya untuk
mengenali wajah, tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan
kehilangan suasana keluarganya (belum spesifik), Pasien sering
mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara;
penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,
menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat.

12
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang harus dikaji antara lain penyakit sebelumnya, apakah pernah
dirawat di RS sebelumnya, obat – obatan yang digunakan sebelumnya,
riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan.

4. Konsep Diri
a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri
karena proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara
satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman
aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan
sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
e) Harga diri, ketidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien
merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
f) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan
atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul
akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Keadaan ini menimbulkan
kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.

5. Riwayat Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat akan
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.

6. Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya
sendiri.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

13
c) Aktivitas motoric
Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai
karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek
adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata
kurang.
g) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping
mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah
mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras
(ngomel-ngomel) dan menutup diri.
h) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau
kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum
diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan
penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau
kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar
perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan

14
pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola
pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
c) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi : Klien tidak mampu berkonsentrasi

7. Kebutuhan klien sehari-hari / ADL


a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk
dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya
hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c) Eliminasi, Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-
kAdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres.
Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola
makan.

8. Pemeriksaan Fisik/ Head to Toe


a. Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe, kerontokan
rambut serta kebersihan secara umum.
b. Mata : adanya perubahan penglihatan
c. Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau lessi,
tidak ada masa, nyeri pada sinus
d. Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka pada mulut,
perubahan suara, karies.
e. Telinga : penurunan pendengaran

15
f. Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior dan
posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena pada
dinding dada.
g. Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus:
kali/ menit
h. Genetalia: kebersihan, tidak ada hemoroid
i. Ekstremitas: Kekuatan otot, apakah menggunakan alat bantu saat
jalan, ada tidaknya nyeri sendi.
j. Integumen : kulit tampak kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat,
tampak kotor berwarna hitam karena bekas luka, sering menggaruk
badan.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Demensia,
yaitu :

1. Konfusi akut b.d demensia


2. Gangguan memori b.d faktor psikologis (stress berlebihan)
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis
4. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur

16
C. Intervensi Keperawatan (3 prioritas utama)

DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
D.0064 L.06054 I.08238
KONFUSI AKUT TINGKAT KONFUSI MANAJEMEN DELIRIUM

Definisi : Setelah dilakukan Definisi :


Gangguan kesadaran, perhatian, kognitif intervensi keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola lingkungan
dan persepsi yang reversibel, berlangsung selama 3x 24 jam, maka tingkat konfusi terapeutik dan aman pada status konfusi
tiba-tiba dan singkat menurun, dengan akut

Penyebab : kriteria hasil : Tindakan


1. Delirium 1. Fungsi kognitif meningkat Observasi
2. Demensia 2. Tingkat kesadaran meningkat 1. Identifikasi faktor resiko delirium (mis,
3. Fluktuasi siklus tidur-bangun 3. Aktivitas psikomotorik meningkat usia > 75 tahun, disfungsi kognitif,
4. Usia lebih dari 60 tahun 4. Motivasi memulai/menyelesaikan gangguan penglihatan/pendengaran,
5. Penyalahgunaan zat perilaku terarah meningkat penurunan kemampuan fungsional,

17
Gejala Dan Tanda 5. Memori jangka pendek meningkat infeksi, hipo/hipertermia, hipoksia,
Mayor 6. Memori jangka panjang meningkat malnutrisi, efek obat, toksin, gangguan
Subjektif 7. Perilaku halusinasi menurun tidur, stres)
1. Kurang motivasi untuk 8. Gelisah menurun 2. Identifikasi tipe delirium (mis,
memulai/menyelesaikan perilaku 9. Interpretasi membaik hipoaktif, hiperaktif, campuran)
berorientasi tujuan 10. Fungsi sosial membaik 3. Monitor status neurologis dan tingkat
2. Kurang motivasi untuk 11. Respon terhadap stimulus membaik delirium
memulai/menyelesaikan perilaku 12. Persepsi membaik
terarah 13. Fungsi otak membaik Terapeutik
Objektif 1. Berikan pencahayaan yang baik
1. Fluktuasi fungsi kognitif 2. Sediakan jam dan kalender yang mudah
2. Fluktuasi tingkat kesadaran terbaca
3. Fluktuasi aktivitas psikomotorik 3. Hindari stimulus sensorik berlebihan
(mis, televisi, pengumuman interkom)
Gejala Dan Tanda 4. Lakukan pengekangan fisik, sesuai
Minor indikasi
Subjektif 5. Sediakan informasi tentang apa yang
1. Salah persepsi terjadi dan apa yang dapat terjadi
selanjutnya

18
Objektif 6. Batasi pembuatan keputusan
1. Halusinasi 7. Hindari memvalidasi mispersepsi atau
2. Gelisah interpretasi realita yang tidak akurat
(mis, halusinasi, waham)
Kondisi Klinis Terkait 8. Nyatakan persepsi dengan cara yang
1. Cedera tenang, meyakinkan, dan tidak
2. Stroke argumentatif
3. Penyakit Alzheimer 9. Fokus pada apa yang dikenali dan
4. Penyalahgunaan zat bermakna saat interaksi interpersonal
5. Demensia 10. Lakukan reorientasi
6. Delirium 11. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas
harian yang konsistan
12. Gunakan isyarat lingkungan untuk
stimulasi memori, reorientasi, dan
meningkatkan perilaku yang sesuai
(mis, tanda, gambar, jam, kalender,
kode warna pada lingkungan)
13. Berikan informasi baru secara perlahan,
sedikit demi sedikit, diulang-ulang

19
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan keluarga, jika perlu
2. Anjurkan penggunaan alat bantu
sensorik (mis, kacamata, alat bantu
dengar, dan gigi palsu)

Kolaborasi
14. 1. Kolaborasi pemberian obat ansietas atau
agitasi, jika perlu
15.
D.0062 L.09079 I.06188
GANGGUAN MEMORI MEMORI LATIHAN MEMORI

Definisi : Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi :


Ketidakmampuan mengingat beberapa selama 3x24 jam memori meningkat, dengan Mengajarkan kemampuan untuk
informasi atau perilaku meningkatkan daya ingat
Penyebab Kriteria Hasil :
1. Ketidakadekuatan stimulasi 1. Verbalisasi kemampuan mempelajari
intelektual hal baru meningkat

20
2. Gangguan sirkulasi ke otak 2. Verbalisasi kemampuan mengingat Tindakan
3. Gangguan volume cairan informasi faktual meningkat Observasi :
dan/atau elektrolit 3. Verbalisasi kemampuan mengingat 1. Identifikasi masalah memori yang
4. Proses penuaan perilaku tertentu yang pernah dialami
5. Hipoksia dilakukan meningkat 2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
6. Gangguan neurologis (mis, EEG 4. Verbalisasi kemampuan mengingat 3. Monitor perilaku dan perubahan memori
positif, cedera kepala, gangguan peristiwa meningkat selama terapi
kejang) 5. Melakukan kemampuan yang dipelajari
7. Efek agen farmakologis meningkat 1. Terapeutik
8. Penyalahgunaan zat 6. Verbalisasi pengalaman lupa menurun 1. Rencanakan metode mengajar sesuai
9. Faktor psikologis (mis, 7. Verbalisasi lupa jadwal menurun kemampuan pasien
kesemasan, depresi, stres 8. Verbalisasi mudah lupa menurun 2. Stimulasi memori dengan mengulang
berlebihan, berduka, gangguan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
tidur ) jika perlu
10. Distraksi lingkungan 3. Koreksi kesalahan orientasi
4. Fasilitasi mengingat kembali
Gejala dan Tanda Mayor pengalaman masa lalu, jika perlu
Subjektif 5. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis,
1. Melaporkan pernah mengalami mengingat informasi verbal dan

21
pengalaman lupa gambar)
2. Tidak mampu mempelajari 6. Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
ketrampilan baru bermain kartu pasangan), jika perlu
3. Tidak mampu mengingat 7. Stimulasi menggunakan memori pada
informasi faktual peristiwa yang baru terjadi (mis,
4. Tidak mampu mengingat bertanya ke mana saja ia pergi akhir-
perilaku tertentu yang pernah akhir ini), jika perlu
dilakukan
5. Tidak mampu mengingat Edukasi :
peristiwa 1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
Objektif 2. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis,
1. Tidak mampu melakukan imajinasi visual, perangkat mnemonic,
kemampuan yang dipelajari permainan memori, isyarat memori,
sebelumnya teknik asosiasi, membuat daftar,
komputer, papan nama)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Kolaborasi :
1. Lupa melakukan perilaku pada 1. Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
waktu yang telah dijadwalkan

22
2. Merasa mudah lupa
Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Stroke
2. Cedera Kepala
3. Kejang
4. Penyakit Alzheimer
5. Depresi
6. Intoksikasi alkohol
7. Penyalahgunaan zat
D.0109 L.11103 I.11348
DEFISIT PERAWATAN DIRI PERAWATAN DIRI DUKUNGAN PERAWATAN DIRI

Definisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi :


Tidak mampu melakukan atau selama 3x 24 jam, maka status nutrisi Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
menyelesaikan aktivitas perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : perawatan diri.
1. Kemampuan mandi meningkat

23
Penyebab 2. Kemampuan mengenakan pakaian Tindakan :
1. Gangguan muskuloskeletal meningkat Observasi
2. Gangguan neuromuskuler 3. Kemampuan makan meningkat 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
3. Kelemahan 4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) perawatan diri sesuai usia
4. Gangguan psikologis dan/atau meningkat 2. Monitor tingkat kemandirian
psikotik 5. Verbalisasi keinginan melakukan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
5. Penurunan motivasi/minat perawatan diri meningkat kebersihan diri, berpakaian, berhias,
6. Minat melakukan perawatan diri dan makan
Gejala dan Tanda Mayor meningkat
Subjektif : 7. Mempertahankan kebersihan diri Terapeutik
1. Menolak melakukan perawatan meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
diri 8. Mempertahankan kebersihan mulut (mis, suasana hangat, rileks, privasi)
Objektif : meningkat 2. Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum,
1. Tidak mampu mandi/mengenakan sikat gigi, dan sabun mandi)
pakaian/makan/ke toilet/berhias 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
secara mendiri diri sampai mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
kurang ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak

24
Gejala dan Tanda Minor mampu melakukan perawatan diri
Subjektif : 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(tidak tersedia)
Edukasi
Objektif : 1. Anjurkan melakukan perawatan diri
(tidak tersedia) secara konsisten sesuai kemampuan

Kondisi Klinis terkait :


1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik
lain
10. Fungsi penilaian terganggu

25
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi,
penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan
kognitif melitputi Delirium dan Demensia.

Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium, Demensia, dan


Depresi, terutama pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien dengan
delirium dapat mengalami penurunan tingkat kesadaran.

Delirum adalah suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai


dengan: Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi Sedangkan
demensia adalah suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai
dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian,
berpikir abstrak.

Faktor yang menyebabkan terjadinya respon kognitif pada umumnya


merupakan akibat dari gangguan biologis pada fungsi sistem saraf pusat.

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, hendaknya kita:

- Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik diri hendaknya


hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat
kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
- Membuat kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara
konsisten.
- Menerapkan terapi aktivitas kelompok dan stimulus hendaknya dilakukan
secara teratur.

26
- Memberikan feed back positif setiap melakukan kegiatan dan kemajuan
yang dialami pasien.
- Mampu membedakan klien dengan delirium dan demensia sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat

27
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Stuart, G.W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-dengan-gangguan-kognitif.html
29/11/2011_15.45

28

Anda mungkin juga menyukai