Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN RETARDASI MENTAL

DOSEN PENGAMPUH
Ns. Dewi Modjo, M.Kep

OLEH
KELOMPOK II

 Amelia pakaya
 Anisa Radjab
 Chintari Mukminat Abubakar
 Dessy Purwaningsih U. Laguna
 Dian Putri Anggraini
 Febriani R. Karim
 Febriyanti Nalole

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
berhasil menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mempersembahkan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
RETARDASI MENTAL”. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak II.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana
isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan
pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Gorontalo, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................
Daftar Isi........................................................................................

Bab 1 Pendahuluan
A.Latar Belakang..........................................................................
B.Tujuan........................................................................................

Bab 2 Pembahasan.........................................................................
A.Konsep Dasar Penyakit..............................................................
1. Definisi.......................................................................................
2. Patofisiologi...............................................................................
3.Gejala Klinis...............................................................................
4. Komplikasi.................................................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................
6. Penatalaksanaan.........................................................................
B.Konsep Asuhan Keperawatan....................................................
1. Pengkajian..................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................
3. Perencanaan Keperawatan.........................................................

Bab 3 Penutup
A.Kesimpulan................................................................................
B.Saran..........................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN 

A.        Latar Belakang

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara

berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan

hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias

dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan

sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi

keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih

merupakan masalah yang tidak kecil.

Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam

makalah kami. Selain itu, makalah ini juga merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen yang

bersangkutan untuk melengkapi nilai di semester genap ini.

B.        TUJUAN

1.      Tujuan Umum

a.       Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai retardasi mental.

b.      Menjadikan masyarakat lebih mewaspadai dan menanggulangi adanya retardasi mental terhadap anak

dan anggota keluarga mereka.

c.       Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pengobatan serta perawatan

terhadap para penderita retardasi mental. 

2.      Tujuan Khusus

a.       Mampu menjelaskan definisi retardasi mental

b.      Mampu menjelaskan penyebab retardasi mental

c.       Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan retardasi mental

d.      Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan retardasi mental


 BAB II

PEMBAHASAN

A.       KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      Definisi

Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental,menurut:

-          WHO

Retardasi mental yaitu kemampuan mental yang tidak mencukupi.

-          Carter CH

Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan

ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan

yang di anggap normal.

-          Crocker AC

Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala

dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

-          Melly Budhiman

Seseorang di katakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.       Fungsi intelektual umum di bawah normal

b.      Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

c.       Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan  atau IQ(Intelegence Quotient).

IQ adalah MA/CA x 100%

M.A =Mental Age,umur mental yang di dapat dari hasil tets

C.A =Chronological Age,umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.


Yang dimaksud dengan intulektual di bawah normal,yaitu apabila IQ dibawah 70.Anak ini tidak

dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap

dan daya ingatnya lemah,demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk

mandiri,menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur

dan budayanya.Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah

kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan

tidak sesuia denagn umurnya.

Gejala harus tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun.

Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun,bukan lagi disebut retardasi mental tetapi

penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

2.      Patofisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini

termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia

18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan

disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,

kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana

komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan

bekerja.Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca

natal.Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

3.      Gejala Klinis

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang

merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom

penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental,

yaitu :
a.       Kelainan pada mata :

1)      Katarak

 Sindrom Cockayne

 Sindrom Lowe

 Galactosemia

 Sindrom Down

 Kretin

 Rubella Pranatal

2)      Bintik cherry-merah pada daerah macula

 Mukolipidosis

 Penyakit Niemann-Pick

 Penyakit Tay-Sach

3)      Korioretinitis

 Lues congenital

 Penyakit Sitomegalovirus

 Rubella Pranatal

4)      Kornea keruh

 Lues Congenital

 Sindrom Hunter

 Sindrom Hurler

 Sindrom Lowe

b.      Kejang

1)      Kejang umum tonik klonik

 Defisiensi glikogen sinthesa

 Hipersilinemia
 Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan aaVI

 Phenyl ketonuria

 Sindrom malabsobrsi methionin, dll.

2)      Kejang pada masa neonatal

 Arginosuccinic asiduria

 Hiperammonemia I dan II

 Laktik asidosis, dll.

c.       Kelainan kulit

1)      Bintik café-au-lait

 Atakasia-telengiektasia

 Sindrom bloom

 Neurofibromatosis

 Tuberous selerosis

d.      Kelainan rambut

1)      Rambut rontok

 Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati

2)      Rambut cepat memutih

 Atrofi progresif serebral hemisfer

 Ataksia telangiektasia

 Sindrom malabsorbsi methionin

3)      Rambut halus

 Hipotiroid

 Malnutrisi
e.       Kepala

1)      Mikrosefali

2)      Makrosefali

o Hidrosefalus

o Neuropolisakaridase

o Efusi subdural

f.       Perawakan pendek

1)      Kretin

2)      Sindrom Prader-Willi

g.      Distonia

1)      Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

a.       Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini

termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.

Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas

4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti

orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga

tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

b.      Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih

tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi

dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila

bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu

bimbingan dan pengawasan.

c.       Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah

ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari

orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.

Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara

yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan

sepanjang hidupnya.

d.      Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena

gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh

hidupnya tergantung orang disekitarnya.

      4.      Komplikasi

a.        Serebral palcy

b.        Gangguan kejang

c.        Gangguan kejiwaan

d.       Gangguan konsentrasi /hiperaktif

e.        Defisit komunikasi

f.         Konstipasi

5.      Pemeriksaan diagnostik

Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST (Denver

Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang

baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah

anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat
diambl kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat,

perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor

nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.

6.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi

perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya

dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan

potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai

perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik anak,

menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja

social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi

terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita

epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang

tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang

perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau

untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-

anak yang retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang

dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk

meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan

psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak

terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga

lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng

retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak

Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan

keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula
tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan

yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan

yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai

dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

            1.      Pengakajian.

Pengakjian dapat dilakukan melalui:

a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau

peningkatan tekanan intrakranial.

b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.

c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang

tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap

menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.

d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui

mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya

hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak

dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.

Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:

a. Lakukan pengkajian fisik.

b. Lakukan pengkajian perkembangan.

c. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi

mental adalah salah satu jenisnya yang utama.

d. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal,

pascanatal, atau cedera fisik.


e. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.

f. Nutrisi tidak adekuat.

g. Penyimpangan lingkungan.

h. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).

i. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau

j. suhu tubuh tinggi.

k. Abnormalitas kromosom. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik,

radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.

l. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American

Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.

m. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:

o Tidak responsive terhadap kontak.

o Kontak mata buruk selama menyusui.

o Penurunan aktivitas spontan.

o Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.

o Peka rangsang.

o Menyusui lambat.

           2.      Diagnosa keperawatan

a.       Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.

b.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.

          3.      Perencanaan keperawatan

a.       Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.

Hasil yang ingin dicapai


-          Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai bayi.

-          Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.

-          Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.

-          Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.

b.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.

Hasil yang diharapkan

-          Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi

mental dan impikasinya.

-          Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka.

-          Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.

           4.      Pelaksanaan

a.       Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii

Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak

b.      Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk

membedakan perubahan fungsi samar

Rasional : sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.

c.       Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak,

Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.

d.      Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak

Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.

e.       Berikan pada remaja informasi praktik sosial dan kode prilaku yang kongkrit dan terdefinisi dengan

baik,

Rasional : karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaian dapat membuat anak nerada pada

resiko berbahaya.

f.       Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.

Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya.


g.      Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.

Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental.

h.      Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada

mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelummembuat keputusan.

Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya.

i.        Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama

Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.

          5.      Evaluasi

a.       Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

b.      Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental.

          6.      Penkes

Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat

mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan

kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan yang

berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan

mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik,

memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap

penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini

dan bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun

pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini

hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi

mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. 


BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan

Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental

yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap

stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur

dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaanmental.

Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari

dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas,

takut, halusinasi serta delusi yang besar.

B.        Saran

1. Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi,    

hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman

keras dan merokok.

2. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna

menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya

yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat. 


DAFTAR PUSTAKA

John Gibson, Diagnosa Gejala Penyakit Untuk Para Perawat, 2000. Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Kapita Selekta Kedokteran, 1982. FKUI, Jakarta, Media Aesculapius.

Niluh Gede Yasmin Asih, S.Kp. 1996. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan,

EGC : Jakarta.

Ngastiah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC : Jakarta.

Suddarth and Brunner, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3. EGC : Jakarta.

https://www.ilmulengkap.xyz/2013/04/askep-retardasi-mental.html

Anda mungkin juga menyukai