PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pinggul adalah sendi bola-dan-lekuk (berturut-turut kaput femoris dan asetabulum) yang
memungkinkan bergerak geometris, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi, dan rotasi
interna dan eksterna. Bagian terbesar kaput femoris terdiri dari epifisis femoris besar (EFB).
Kaput femoris dan asetabulumbmempunyai hubungan gizi dan tidak tergantung pada
pertumbuhan dan perkembangan normal. Bila hubungan ini terganggu, terjadi perkembangan
pinggul normal. Keseimbangan otot dan aktivitas yang dihubungkan dengan fungsi motorik
kasar yang tepat adalah sangat penting pada perkembangan normal pinggul.
Pasokan darah pada EFB sangat unik. Pembuluh darah retinakuler terletak pada permukaan
kolum femoris tetapi intra kapsuler. Mereka masuk epifisis dan perifer. Ini membuat pasokan
darah rentan terhadap cidera dan atritis septik, trauma, dan serangan vaskuler lain. Jika pasokan
darah hilang, dapat terjadi nekrosis avaskuler dan osteonekrosis. Ini dapat mengakibatkan
defomitas, secara akut atau sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan abnormal, dan
memberi kecendrungan pada fungsi sendi pinggul abnormal dan osteoartritis degeneratif sebagai
orang dewasa.
Displasia perkembangan pinggul (DPP) biasanya terjadi pada masa neonatus. Pinggul
pada saat lahir jarang terdislokasi tetapi agak dapat didislokasi. Dislokasi cenderung terjadi
setelah persalinan dan, dengan demikian, adalah berasal pasca lahir, walaupun waktu yang tepat
kapan dislokasi terjadi masih kontroversial. Karena kelainan ini benar-benar berasal dari
kongenital, dan sekarang direkomendasika istilah displasia perkembangan pinggul (DPP). DPP
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar; khas, pada bayi yang normal secara neurologis,
dan teratologis, dimana ada gangguan neuromuskuler yang mendasari seperti mielodisplasia,
artrogriposis multipleks kongenital, atau sindroma kompleks.Dislokasi tetralogis terjadi dalam
rahim
dan
karenanya
benar-benar
kongenital.
Pembahasan
ini
akan
hanya
kan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP)?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya DPP Kongenital ?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP)
Kongenital ?
4. Aapa saja klasifikasi dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP) Kongenital ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Displasia Perkembangan Panggul Kongenital ?
6. Apa sajakah komplikasi dari Displasia Kongenital Panggul (DPP) ?
7. Bagaimanakah penanganan medis dari Displasia Kongenital Panggul (DPP) ?
8. Bagaimanakah pertimbangan khusus dari penatalaksanaan dari Displasia
Kongenital Panggul (DPP) ?
9. Bagaimanakah penatalaksaan dari perawat dalam pemberian konsep asuhan
keperawatan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP)
2. Mengetahui yang menyebabkan terjadinya DPP Kongenital
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP)
Kongenital
4. Mengetahui klasifikasi dari Displasia Perkembangan Panggul (DPP) Kongenital
5. Mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Displasia Perkembangan Panggul
Kongenital
6. Mengetahui komplikasi dari Displasia Kongenital Panggul (DPP)
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. PENGERTIAN
Displasia perkembangan pinggul (DPP) adalah pergeseran sendi bola-dan-lekuk (kaput
femoris dan asetabulum yang terjadi pada masa neonatus). Displasia perkembangan panggul
(developmental hip dyspfasia) adalah dislokasi panggul yang ada pada saat lahir (congenital)
atau terjadi dalam tahun pcrtama kchidupan. Panggul dapat keluar dari sendi panggul atau ada di
sendi, namun mudah bergeser. Asetabulum (rongga sendi) dapat memiliki bentuk abnormal
sehingga kepala femur mudah lepas. Penyebab displasia panggul tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk gangguan ini. Kelahiran sungsang adalah
faktor risiko yang kuat untuk dysplasia panggul, dalam kondisi yang membatasi ruang untuk
janin dalam uterus, seperti janin multipel, abnorrnalitas anatorni uterus, atau desiensi cairan
ketuban. ( Corwin,Elizabeth J.2007)
B. ETIOLOGI
Kelainan kongenital adalah suatu kelainan atau defek yang dapat terjadi ketika didalam
kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan dapat pula dalam perkembangan anak di kemudian
hari . kadang-kadang kelainan yang ada tidak terlihat secara fisik, tetapi terdapat kelainan
biokimiawi atau histology yang dapat berkembang di kemudian hari,
Factor penyebabnya antara lain :
a. Factor genetika : kelainan bawaan di transmisikan melalui gen kromosom sel telur
dan sperma dan di transmisikan dalam kelainan kelainan yang spesifik sesuai
dengan hokum mendel. Bila factor genetika bersifat dominan, kelainan akan
memberikan manifestasi klinis pada anak yang bersifat herediter.
Kelainan bawaan juga dapat disebabkan oleh mutasi gen. beberapa kealinan genetic
yang dikenal antara lain sindrom down, dan osteogenesis imperfekta.
b. Faktor lingkungan : Melalui beberapa penelitian pada lhewan percobaan telah dapat
dibuktikan dapat menyebabkan kelainan bawaan. Beberapa keaadaan yang dapat
diketahui mempunyai efek teratogenik yaitu :
Factor hormonal : misalanya hipoglikemia karena bermacam-macam sebab
termasuk heperinsulinemia yang dapat menyebakkan kelainan bawaan.
4
Kortison.
Defisiensi Nutrisi : defisiensi nutrisi terutama riboflavin (b2) dapat
merkuri.
Radiasi : radiasi pada janin khususnya pada tiga bulan pertama dapat
berakibat teratogenik. Misalnya kelainan pada palatum atau sumsum tulang
belakang.
Infeksi : terutama pada infeksi rubella, toxoplasma gondii, dapat
Deformitas
Pergeser
keterlambatan
dalam perkembangan asetabulum sehingga lebih an
dangkal dari normal, kaput
vena dan ateri
kapiler
femur
tetap dalam asetabulum; (2) subluksasi dislokasi pinggulfragmen
yang tidak lengkap; kaput femur
Gangguan fungsi
tulang
tidak sepenuhnya
gerak dan dapat berdislokasi secara parsial; dan (3) dislokasi
Penurun keluar dari asetabulurn
aliranpada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak bersentuhan dengan
pinggulanberada
asetabulum.
Dapat
berupa
Nyeri
balik
Gg. Mobilitas
Nyeri
Gangguan
displasia
akibat perubahan adaptif
yang terjadi pada jaringan dan tulang yang berdekatan.
(Betz
ringan yang
Penggunaan golongan obat
perfusi
timbul karena
Kortikosteroid
jangka panjang,
and Sowden. Buku Saku Keperawatan
Pediatri.2009.Edisi
5. Jakarta: EGC)
jaringan
gesekan ujungprosedur invasif; manipulasi bedah;
perifer
ujung tulang
implantasi benda asing, penurunan
PATHWAY
penyusun
mobilitas
sendi
Penekanan
kerja sistem
imun
Displasia yang tidak stabil : sendi paha memiliki posisi yang normal, tetapi dapat
E. MANIFESTASI KLINIS
Uji barlow adalah manuver yang paling penting dalam pemeriksaan pinggul bayi baru
lahir. Uji provokatif terhadap dislokasi pinggul yang
tidak stabil
menstabilisasi pelvis dengan satu tangan dan kemudian memfleksi serta mengaduksi pinggul
yang berhadapan dan menggunakan gaya posterior. jika pinggul dapat didislokasi, pinggul
biasaya akan berlokasi lagi secara spontan. Telah diperkirakan bahwahanya 1 dalam 100 bayi
baru lahir yang mempunyai pinggul tidak stabilsecara klinis ( subluksasi atau dislokasi), sedang
hanya satu dalam 800 sampai1.000 dari bayi ini yang akhirnyamengalami dislokasi yang
sebenarnya. Uji ortolani adalah suatu maneuver unntuk mengurangi pinggul yang baru
terdislokasi. Uji ini paling mungkin menjadi positif pada bayi yang berumur -2bulan. Karena
harus telah melewati waktuyang cukup untuk terjadi fleksi dan diabduksi dan kaput femoris
diangkkat ke anterior kedalam asetabulum. Jika penurunan dimungkinkan , relokasiakan terasa
sebagai klunk bukan klik . sesudah umur 2 bulan, penurunan manual pinggul yang
terdislokasi biasanyatidak mungkin karena terjadi kontraktur jaaringan lunak.
Keterbatasan abduksi pinggul merupakan petunjuk kontraktur jaringan lunak dan dapat
menunjukan DPP. Sebaliknya, kontraktur abduksi pinggul dapat menunjukan dysplasia pinggul
kontralateral. Angka lipatan kulit paha dan pemendekann bila kaki bayi tengkurap ditempatkan
bersama pada meja pemeriksa dengan pinggul dan lutut fleksi (tanda galeazi) menunjukan DPP
dengan perpindhann kaput femoris ke proksimal. Tidak adanya kontraktur flleksi lutut
jugaterjadi.
Kekhawatiran yang lazim adalah adanya klinik pinggul pada bayi. Klinik pinggul
demikian biasanya tidak patologis dan dan adalah akibat dari (1) pemecahan tegangan
permukaan di sebrang sendi pinggul, (2) bunyi tenda glutea, (3) gerakan patelofemur, atau (4)
rotasi femoritiba (lutut)
Pada anak yang lebih tua atau yang sedang berjalan, keluhan pincang, berjalan dengan
langkah-langkah pendek, lordosis lombalis bertambah, berjalan dengan jari, dan kketidak
cocokan panjang-kaki dapat menunjukan DPP yang tidak dikenali.
Tanda dan gejala displasia kongenital bervariasi menurut usia dan meliputi :
8
Tidak ada deformitas atau rasa nyeri yang jelas (pada neonatus)
Kaput femoris berada diatas asetabulum sehingga ketinggian kedua lutut tidak sama
(Displasia Parsial)
Abduksi terbatas pada sisi yang mengalami dislokasi (ketika anak tumbuh besar dan
berjalan)
Cara berjalan bergoyang ke samping (berjalan seperti itik akibat displasia bilateral
yang tidak dikoreksi)
Lumpuh akibat displasia unilateral yang tidak dikoreksi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien dengan kelainan kongenital
meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi : pemeriksaan dengan foto polos merupakan penunjang yang
sangat penting untuk melihat dampak kelainan tulang akibat dari congenital. Lokasi
yang akan dilakukan foto adalah daerah regional kelainan. Biasanya klien akan
menjalani pemeriksaan foto AP (anterior Posterior) pelvis dan panggul, foto
pergelangan tangan dan kaki dan foto lateral tulang belakang.
b. Pemeriksaan Biokimia. Beberapa kelainan bawan menyebabkan peningkatan
produksi dan ekskresi enzim. Pemeriksaan
pemeriksaan serum darah, sel-sel darah, atau kultur sel fibroblast kulit.
c. Biopsi Tulang . biopsy tulang kadang kala diperlukan pada kelainan tertentu.
(Mutaqin, Arif. 2008)
Khusus untuk DPP meliputi:
o Foto rontgen untuk memperlihatkan lokasi kaput femoris dan asetabulum yang dangkal
(juga dapat memantau perjalanan penyakit dan penanganannya)
o Pemeriksaan ultrasonografi dan MRI untuk menilai hasil reposisi
Observasi selama pemeriksaan fisik yang sangat mengarahkan pada displasia kongenital
sendi paha ketika dilakukan pada bayi yang berada dalam keadaan rileks meliputi :
Jumlah lipatan kulit di daerah paha pada setiap sisi ketika anak ditidurkan terlentang
(anak yang berada pada posisi ini biasanya memiliki jumlah lipatan kulit yang sama pada
kedua sisi pahanya, tetapi anak yang mengalami subluksasi atau dislokasi, dapat terlihat
lipatan tambahan pada sisi yang terkena dan lipataan tambahan ini juga tampak ketika
EVALUASI RADIOGRAFIS
Stabilitas pinggul juga perkembangan asetabulm dapat secara tepat dinilai dengan
ultrasonografi. Evaluasi radiografi pada bayi yang lebih tua dan anak meliputi radiografi pelvis
anteroposterior dan Lauenstein (katak)n lateral. Pengukuran garis biasanya dibuat untuk
menentukian hubungan kaput feooris dengan asetabulum (indeks asetabulum, penilaian kuadran,
garis shenton, dan pusat tepi wiberg) artografi, termografi terkomputasi, dan sken foto rasionansi
magnetic (MRI) dapat bermanfaat pada kasus yang sukar, terutama yang mengenai bayi yang
llebih tua dan anak.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi DPP yang paling penting dan berat adalah nekrosis avaskuler EFB. Ini
merukapan komplikasi iatrogenik; reduksi kaput femoris dengan tekanan menghasilkan kompresi
kartilangiosa, dan ini dapat mengakibatkan oklusi pembuluh darah dan darah intraartikuler,
ekstraosea epifisis, dan menimbulkan infark EFB, sebagian atau total. Revaskularisasi menyertai,
tetapi pertumbuhan dan perkembangan abnormal dapat terjadi terutama jika fisis cidera berat.
Pinggul amat rentan terhadap komplikasi ini sebelum perkembangan nucleus penulangan (4-6
bulan). Penatalaksanaan yang digambarkan sebelumnya dirancang untuk meminimalkan
komplikasi ini; dengan penggunaan yang tepat penanganan ini, insidens nekrosis avaskuler akan
menjadi sekitar 5-15%. Kemungkinan komplikasi lain pada DPP adalah dislokasi ulang,
sublukasi sisa atau dysplasia asetabulum, dan komplikasi pasca bedah seperti infeksi luka.
Jika penanganan koreksi belum dimulai sebelum bayi berusia dua tahun, maka displasia
kongenital ini dapat menyebabkan:
Malformasi sendi
Cidera nervus iskiadikus (paralisis)
Nekrosis avaskuler kaput femoralis
Kerusakan jaringan lunak
Disabilitas permanen
G. PENANGANAN
Semakin dini bayi yang menderita displasia kongenital sendi paha ini mendapat penanganan,
semakin baik peluangnya untuk mengalami perkembangan yang normal. Penanganan displasia
kongenital sendi paha bervariasi menurut usia pasien.
Pada bayi yang berusia kurang dari tiga bulan, penanganan meliputi :
Manipulasi secara perlahan untuk mereposisi dislokasi yang kemudian diikuti
pemasangan bidai penahan (splint-brace) atau pelana (harness)untuk menahan sendi paha
dalam posisi fleksi dan abduksi sehingga reposisi ini bisa dipertahankan.
Splint-brace atau harness yang dikenakan secara kontinu selama dua hingga tiga bulan.
Kemudian pemasangan bidai pada malam hari selama satu bulan berikut untuk
mengencangkan serta menstabilkan kapsula sendi pada posisi alignment yang tepat
Jika penanganan baru dimulai setelah berusia tiga bulan, maka penanganan tersebut
meliputi:
Traksi kulit bilateral (pada bayi) atau traksi skletal (pada anak-anak yang sudah mulai
berjalan) untuk mencoba reposisi dislokasi dengan secara bertahap melakukan abduksi
sendi paha
Traksi Bryant atau traksi divarikasi (traksi dilakukan pada kedua ekstremitas sekalipun
hanya satu sisi sendi paha yang mengalami displasia; tindakan bertujuan membantu
mempertahankan imobilisasi) yang dilakukan selama dua hingga tiga minggu pada anak
berusia kurang dari tiga tahun dan berat badan kurang dari 16 kg
Reduksi tertutup yang dilakukan dengan perlahan-lahan sementara anak dalam keaddan
terbius (anastesi umum) untuk melakukan abduksi lebih lanjut pada sendi paha; tindakan
ini kemudian diikuti pemasangan gips (spic cast) selama tiga bulan (bila tindakan traksi
tiodak berhasil)
11
Pada anak yang berusia lebih dari 18 bulan, reduksi terbuka dengan osteotomi pelviks
atau femoral dilakukan untuk mengoreksi deformitas tulang; tindakan ini kemudian
diikuti pemasangan gips (spica cast) selama kurang lebih tiga bulan
Pada anak usia dua hingga lima tahun, penanganan displasia congenital sendi paha
merupakan tindakan yang sulit dilakukan dan meliputi :
Traksi skeletal dan tenotomi aduktor subkutan (pemotongan tendon dengan
pembedahan).
Penanganan yang ada baru dimulai setelah berusia lima tahun jarang dapat memulihkan
fungsi sendi paha secara memuaskan.
Umur 18 Bulan-8 Tahun. Sesudah umur 18 bulan, deformitas progresif begitu berat
sehingga reduksi terbuka disertai dengan osteotimi pelvis (inominata), osteotomi femur, atau
keduanya
diperlukan
untuk
menyekutukan
kembali
pinggul.
Osteotomi
derotasi
pemendekan femur dilakukan secara bersama jika reduksi ketat, jika da anteversi femur
berlebih, atau jikaanak berumur 3 atau 4 tahun atau lebih tua. Pasca bedah perban gips spica
pinggul dipakai elama 6-8 minggu untuk memungkinkan penyembuhan. Sesudahnya, anak
dapat dapat diizinkan kembali pada aktivitas penuh secara bertahap. Logam yang ditanam
diambil segera sesudah penyembuhan untuk mencegah penggabungan menjadi tulang yang
sedang tumbuh. Umur 18 bulan bukanlah umur yang mutlak untuk prosedur ini. Telah
diperagakan bahwa sekitar 25% anak yang telah dilakukan penurunan tertutup antara 12 dan
18 bulan, dan 75% yang telah diturunkan antara 18 dan 36 bulan akan mengalami dysplasia
asetabulum sisa yang memerlukan osteotomi pelvis atau femur dikemudian hari.
H. PERTIMBANGAN KHUSUS
Anak harus mengenakan belat (splint), bidai (brace) atau gips tubuh (body cast) memerlukan
perawatan diri yang khusus sehingga dibutuhkan penyuluhan pada orang tua.
Ajarkan orang tua cara memasang belat atau bidai dengan benar sesuai intruksi dokter .
dan tenteramkan perasaan mereka dengan merenangkan bahwa tindakan dini yang segera
dan kembali pada perilaku tidur, makan, serta bermain normal dalam beberapa hari.
Instruksikan orang tua agar melepas bidai dan belat ketika memandikan anak mereka,
tetapi setelah itu, memasangnya kembali dengan segera. Tekankan pentingnya perawatan
hygiene atau kebersihan diri yang baik; orang tua harus memandikan serta mengganti
pakaian anak mereka dengan sering dan mencuci daerah periniumnya dengan air serta
lebih rapuh.
Segera setelah gips dipasang, gunakan lembaran plastik untuk melindunginya terhadap
kelembapan di sekitar perineum dan gluteus. Potong selembar plastic menjadi beberapa
potongan berbentuk pita yang cukup panjang untuk menutupi sisi luar gips dan kemudian
sisipkan potongan plastik ini ke bawah gips sampai sejauh satu jari dari bagian tepinya.
Dengan menggunakan plester berlapis, rekatkan bagian pinggir plastic pelindung yang
ada di luar pada permukaan luar gips. Lepaskan lembaran plastic yang ada di balik gips
tiap 4 jam sekali; kemudian cuci potongan plastik tersebut, keringkan, dan pasang
kembali popok sesekali pakai (disposable) yang dilipat mengikuti panjangnya dapat pula
13
Cuci dan keringkan kulit di balik gips tiap dua hingga empat jam sekali. Jangan
menggunakan minyak atau bedak; kedua bahan ini dapat menimbulkan maserasi kulit.
Ubah posisi anak setiap dua jam sekali sepanjang siang hari dan empat jam sekali pada
malam hari. Lakukan pemeriksaan warna, sensibilitas, dan gerakan pada tungkai serta
kaki anak. Jangan lupa memeriksa semua jari kakinya. Beri tahu dokter jika jari kaki
asing atau rekahan. Cek bau gips setiap hari karena gejala ini dapat menandakan infeksi.
Jika anak mengeluh merasa gatal, pemberiah difenhidramin (Benadryl) dapat
menolongnya atau Anda dapat menggunakan pengering rambut dengan mengarahkan
semburan udara dingin ke bawah gips guna meredakan rasa gatal. Jangan menggaruk atau
menusukkan barang seperti lidi atau kawat ke bawah gips. Lakukan pemeriksaan yang
terjadi batu ginjal serta obstipasi, yang merupakan komplikasi keadaan tanpa aktivitas.
Jika anak tampak gelisah, pasang jaket pengikat untuk menahannya agar anak tidak
terguling dari tempat tidur atau terlepas dari kerangka penyangga (Bradford frame).
Beri rangsangan yang adekuat untuk meningkatkan tumbuh-kembang anak. Apabila sendi
anak diabduksi pada posisi seperti tungkai katak (frogleg position) , beritahu orang tua
bahwa anak mereka bisa diletakkan pada sepeda roda-tiga dan orang tua dapat
mendorongnya (jika anak tidak bisa mengayuh pedal sepedanya) atau dalam mainan
kereta listrik. Anjurkan orang tua untuk menganjurkan anak mereka duduk di meja
dengan menaruhnya pada bantal, menaruhnya dilantai selama beberapa waktu agar bisa
bermain-main dan beri kesempatan kepadanya untuk bermai dengan anak sebanyanya.
Beritahu orang tua untuk mengawasi timbulnya tanda-tanda bahwa pertumbuhan badan
anak melebihi ukuran (sianosis, ekstremitas yang teraba dingin, atau rasa nyeri).
Beritahu orang tua bahwa penanganan displasia congenital sendi paha mungkin
memerlukan waktu yang lama dan kesabaran.
Pasien yang menjalani traksi Bryant dapat dirawat di rumah jika orang tua sudah diajarkan caracara memasang dan memelihara traksi tersebut:
Anjurkan orang tua membujuk serta menggendong anak mereka dan mendorongnya
berinteraksi dengan saudara kandung, serta teman sebanya.
14
Pelihara keutuhan kulit dan periksa peredaran darah tiap dua jam sekali
Beri makan anak dengan hati-hati untuk menghindari aspirasi dan tersedak.
Jika perlu, rujuk anak dan orang tuanya ke spesialis anak untuk memastikan kemajuan
perkembangan yang berkesinambungan.
SIRKULASI
Tanda:
HIGIENE
Gejala:
NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
KEAMANAN
Gejala:
Deformitas kongenital.
Riwayat inflamasi, artritis tak sembuh (AR atau osteoartritis);
nekrosis aseptik pada kepala sendi.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala:
Rencana Pemulangan:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut Doengus (1999):
1) Nyeri akut berhubungan dengan dislokasi kongenital sendi panggul, pergerakan
fragmen tulang panggul.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan dislokasi kongenital sendi paha dan
terapi bedah/pembatasan.
16
3) Risiko tinggi terhadap gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema
jaringan, ketidaktepatan lokasi/kesalahan lokasi, penurunan aliran balik darah
vena/arteri.
4) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder tidak
adekuat/imunosupresi (penggunaan kortikosteroid jangka panjang), prosedur invasif;
manipulasi bedah; inplantasi benda asing, penurunan mobilitas.
5) Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi
informasi.
3. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN : MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN
Dapat dihubungkan dengan :
Menolak
untuk
bergerak,
kesulitan
Keluhan
nyeri/ketidaknyamanan
DIHARAPKAN/KRITERIA EVALUASI-
PASIEN AKAN :
pengobatan
individu
dan
RASIONAL
Mandiri
Pertahankan tirah baring awal dengan sendi Memberikan waktu stabilisasi prostese dan
yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan pemulihan efek anastesi, menurunkn resiko
tubuh dalam kesejajaran.
panggul
lama
dapat
Batasi gerakan sesuai indikasi, contoh Meningkatkan aliran balik vena untuk
mempertahankan kaki yang dioperasi agak mencegah pembentukan edema berlebihan;
abduksi setelah penggantian panggul atau dapat
mencegah
dislokasi
prostese.
lutut total untuk mencegah penyilangan Penggunaan penyangga lutut atau bantal
kaki/rotasi ke dalam pada sendi.
dibawah
lutut
dapat
mempengaruhi
sirkulasi.
Beri obat sebelum prosedur/aktivitas.
Relakskan
otot,
narkotik/analgesic
mempertahankan
ekstremitas
beban
badan;
gunakan
dalam
membuat
program
bantuan
lanjut
pergerakan,
peregangan,
dan
dalam
aktivitas
Menurunkan
membatasi
tekanan
perasaan
kulit/jaringan;
kelebihan
dan
ketidaknyamanan umum.
RASIONAL
Mandiri
dan
merotasi
pelvic
dengan
ditarik
bersama-sama.
tindakan
kenyamanan
sering,
aktivitas
manajemen
pijatan
terapeutik.
stress
punggung)
Dorong
(contoh
dan kontrol,
dan
meningkatkan rasa
dapat
meningkatkan
yang
dapat
Selidiki keluhan nyeri sendi berat tiba-tiba Pengenalan diri terjadinya masalah, seperti
dengan spasme otot dan perubahan mobilitas dislokasi
prostese
atau
emboli
paru
nyeri
bedah
dan
Meningkatkan
vasokonstriksi
untuk
20
menurunkan
perdarahan/pembentukan
kekakuan
sendi,
Penurunan
aliran
Pembuluh
darah;
ketidaktepatan
darah
vena/arteri.
edema
jaringan,
lokasi/kesalahan
lokasi
prostese.
Kemungkinan dibutuhkan oleh :
HASIL
YANG
dibuktikan
oleh
nadi
teraba,
kulit
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Palpasi nadi. Evaluasi pengisian kapiler Penurunan/tidak
adanya
nadi,
waktu
serta warna kulit dan suhu. Bandingkan pengisian kapilar, puat, pudar, sianosis, dan
21
kuliat
dingin
menunjukkan
sirkulasi/perfusi.
penurunan
Pembandingan
dengan
masalah
dilokasikan
atau
digeneralisasi.
Kaji gerakan sensasi ekstremitas yang Peningkatan
dioperasi.
nyeri,
kebas/kesemutan,
pengaruh
sirkulasi,
atau
dan
panjang
saraf
proneal
dorsal lapisan antara jari tangan pertama dan meningkatkan risiko cedera langsung atau
kedua
dengan
mengkaji
Takikardia
dan
penurunan
menunjukka
TD
respon
dpat
terhadap
ke
dalam
sirkulasi
prostese
dengan
lapisan
perdarahan/hematoma
mengindikasikan
berlebihan,
yang
Mandiri
22
Yakinkan bahwa alat penstabilitasi (contoh Menurunkan risiko tekanan pada saraf
rol trokhanter, alat sling pada belat, badan dibawahnya atau mempengaruhi sirkulasi
taksi) pada posisi benar tidak memberikan ekstremitas.
tekanan yang tidak perlu pada kulit dan
jaringan dibawahnya. Hindari penggunaaan
bantal atau penyokong lutut dibawah lutut.
Evaluasi betis untuk nyeri tekan, tanda Indentifikasi dini terjadinya thrombus dan
Homan positif, dan inflamasi.
terus
menerus
dari
perdarahan
mempengaruhi
yang
kadar
dapat
SDM/volume
sirkulasi.
Observasi kegelisahan, kacau mental, nyeri Emboli lemak dapat terjadi (biasanya 72
dada tiba-tiba, takikardia, demam, terjadinya jam
petekie.
pertama
manipulasi
pasca
operasi)
karena
traumatic
susmsum
tulang
volume
sesuai kebutuhan.
mempertahankan perfusi.
Biasanya
Ht;
pascaoperasi
sirkulasi
untuk
24-48
jam
dilakukan
untuk
mengevaluasi
pembekuan
dan
efek
23
Pemeriksaan koagulasi
antikoagulan/agen
antitrombosit,
bila
menggunakan
Berikan obat sesuai indikasi, contoh natrium Agen antikoagulan/antitrombosit mungkin
warfarin
(Coumadin),
heparin,
aspirin, digunakan
kompret
panas/dingin
untuk
menurunkan
risiko
indikasi.
kemudian
meningkatkan
digunakan
sirkulasi,
untuk
membantu
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Faktor risiko meliputi:
Kemungkinan dibuktikan
oleh:
KRITERIA EVALUASI
PASIEN AKAN
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
RASIONAL
Menurunkan risiko kontaminasi silang.
Kolaborasi
mencegah infeksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TENTANG
PROGNISIS,
DAN
KONDISI,
KEBUTUHAN
PENGOBATAN.
: Kurang terpajan/mengingat
27
RASIONAL
Mandiri
Kaji
ulang
proses
penyakit,
prosedur
kelelahan,
yang
dapat
risiko
jatuh
dan
stress
Meningkatkan
perawatan
kemandirian
diri,
menurunkan
pada
risiko
komplikasi.
Tekankan
pentingnya
kesinambungan Mencegah
pengumpulan
vena,
untuk
mencegah
pada
area
progresi
ke
operasi
dan
nyeri pada betis atau paha atas, atau kegagalan prostese, yang dapat terjadi
terjadinya strep tenggorok/infeksi gigi.
Kaji ulang program pengobatan contoh Terapi profilaktif mungkin perlu untuk
antikoagulan atau antibiotic untuk prosedur periode
invasive.
lama
setelah
pulang
untuk
Dorong
pemasukan
ASI/diet
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan intervensi.
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
BAB III
(PENUTUP)
29
A. KESIMPULAN
Displasia perkembangan pinggul (DPP) adalah pergeseran sendi bola-dan-lekuk (kaput
femoris dan asetabulum yang terjadi pada masa neonatus). Displasia perkembangan panggul
(developmental hip dyspfasia) adalah dislokasi panggul yang ada pada saat lahir (congenital)
atau terjadi dalam tahun pcrtama kchidupan. Panggul dapat keluar dari sendi panggul atau ada di
sendi, namun mudah bergeser. Asetabulum (rongga sendi) dapat memiliki bentuk abnormal
sehingga kepala femur mudah lepas.
Banyak faktor penyebab DPP, baik fisiologis maupun mekanik. Riwayat keluarga yang
positif (20%) dan kelemahan ligamentum menyeluruh dihubungkan dengan faktor etiologi.
Sebagian besar anak dengan DPP mempunyai kelemahan ligamentum menyeluruh; dan ini dapat
memberi kecendrungan pada instabilitas pinggul. Estrogen ibu dan hormon lain dihubungkan
dengan relaksasi pelvis mengakibatkan relaksasi sendi pinggul bayi baru lahir lebih lanjut,
meskipun sementara.
Displasia Kongenital sendi paha bisa terjadi unilateral atau bilateral. Kelainan ini terjadi dalam
tiga bentuk dengan intensitas beragam :
Displasia yang tidak stabil : sendi paha memiliki posisi yang normal, tetapi dapat
B. SARAN
Agar para ibu menjaga kehamilannya pada saat masa kehamilan .Salah satu yang paling
penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Dan menghindari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kelainan pada janin yang dikandung, seperti obat-obatan jenis talimoid,
hipervitaminosis A, dan obat-obatan endokrin misalnya ACTH dan Kortison. Ibu hamil juga
dianjurkan agar tetap memenuhi nutrisinya, terutama penuhan riboflavin (b2) yang dapat
30
mengakibatkan kelainan bawaan jika tidak tercukupi. Dan masih banyak factor-faktor lain
yang dapat menyebabkan kelainan pada janin.
DAFTAR PUSTAKA
31
32