Disusun oleh:
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang penyakit pada sistem
musculoskeletal
2. Untuk mendapatkan informasi tentang asuhan keperawatan pada gangguan
sistem musculoskeletal khususnya pada kasus CDH.
3. Sebagai penugasan pada mata kuliah Keperawatan anak
BAB II
TINJAUAN KONSEP
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen.
2. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen,
tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau
kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang
wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya
mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
3. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa
menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
1. Bayi
a. Kemungkinan tidak ada bukti gejala karena bayi dapat mengalami kesalahan
tempat femur minimal
b. Lipatan gluteal yang tidak sejajar (posisi pronasi)
c. Pemendekan ekstremitas pada tempat yang terkena
d. Abduksi terbatas pada pinggul sisi yang terkena
e. Adanya tanda-tanda Galeazzi
f. Temuan positif saat dilakukan Manuver Barlow
g. Temuan positif saat dilakukan maneuver ortolani
D. PATOFISIOLOGI
E. PENATALAKSANAAN
F. KOMPLIKASI
G. INSIDEN
1. CDH terjadi pada 1 atau 1,2 dari 100 kelahiran hidup
2. Di Amerika serikat, sekitar 38.900 sampai 46.000 bayi terkena setiap tahun.
3. Rasio wanita/pria adalah 6 : 1
4. Insidens meningkat dengan adanya presentasi bokong.
5. Peningkatan insidens terbukti diantara saudara kandung anak yang terinfeksi
6. Bila hanya 1 pinggul yang terkena, pinggul kiri lebih sering terkena dari pada
pinggul kanan
7. Sering ada hubungannya dengan ketidaknormalan muskuluskeletal dan renal
congenital lain.
8. Peningkatan insidens terlihat diantara kultur yang membedung bayi terlalu
rapat dan mengikat bayi pada papan ayunan selama bulan-bulan awal kehidupan.
9. Ada hubungan antara CDH dan perkembangan arthritis pinggul sekunder pada
awal masa dewasa.
A. PENGKAJIAN
i. Dada
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri sama
Palpasi : Vokal fremitus terdengar sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Denyut teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Suara jantung normal
Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut datar
Auskultasi : Peristaltik usus 10x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri
Perkusi : Bunyi timpani
B. DIAGNOSA PRIORITAS
A. Kesimpulan
1. CDH adalah deformitas ortopedik yang didapat sebelum atau saat kelahiran,
kondisi ini mengacu pada malformasi sendi panggul selama perkembangan janin.
2. Etiologi dari CDH yaitu 1.teratogenik; 2.gizi; 3.faktor fisik pada rahim; 4.faktor
genetic dan kromosom.
3. Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG, pada bayi yang
agak besar atau anak-anak dapat dilakukan rontgen,scan tulang, tomogram, CT
scan/MRI.
4. CDH terjadi dengan kejadian 1,5 per 1000 kelahiran dan lebih umum terjadi
pada anak perempuan disbanding anak laki-laki.kelainan yang sering dijumpai
pada 1.anak pertama; 2.anak perempuan; 3.riwayat dislokasi pada keluarga; 4.bayi
dalam letak bokong.
B. Saran
Agar para ibu menjaga gizi pada saat masa kehamilan .Salah satu yang
paling penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Hindari factor-faktor
yang dapat menyebabkan CDH misalnya sinar rontgen, radiasi, dan penggunaan
obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn dan Linda A.Sowden. 2009 . Buku Saku Keperawatan
Pediatrik. Edisi 5.Jakarta : EGC
Erika, Kadek Ayu, dkk. 2008. Keperawatan Anak. Makasar : SIK UNHAS
a. Maneuver ortolani
b. Maneuver barlow
c. Tanda galeazzi
d. Uji trendelenburg
4. Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gips spika.
B. DIAGNOSA
C. RENCANA TINDAKAN
D. EVALUASI
1. Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan
2. Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan