Anda di halaman 1dari 30

Askep pada klien dengan

Congenital Dislocation of HIP


(CDH)

By:
Rotua Elvina Pakpahan,s.Kep.,Ns
PENGERTIAN CDH

 CDH (Congenital Dislocation of the Hip)atau Dislokasi


Panggul Kongenital.
 Jadi, CDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi
dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur
tidak berada pada tempat seharusnya.
Congenital Dislocation of HIP
Epidemiologi

 Bilateral > unilateral


 Perempuan > laki-laki = 8 : 1
 Kelainan ini sering dijumpai pada :

◦ Anak pertama
◦ Bayi dalam letak bokong
◦ Riwayat dislokasi pada keluarga
 Kejadian ini meningkat pada;
 Kebiasaan membedung bayi
 Bayi perempuan
Etiologi
Etiologi pasti: Idiopatik (belum diketahui)
Faktor risiko:
Teratogenik (radiasi, obat, racun tertentu)
Gizi (kekurangan asam folat)
Faktor genetik (kelemahan ligamen)
Faktor hormon
Tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu
dalam beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat
memperburuk kelonggaran ligamentum pada bayi.
Selama periode neonatal, bayi relatif membawa estrogen dari
ibunya. Hal ini menenangkan ligamen di dalam tubuh.
Beberapa bayi sangat sensitif terhadap estrogen, sehingga
menyebabkan ligament panggul menjadi terlalu lemah, dan
panggul tidak stabil.
Intrauterin (letak bokong, desakan kembar,
oligohidramnion)
Partus (kesalahan dalam penolongan partus)
Persalinan sungsang, di antara bayi besar dan
pada anak kembar.
Post partum (kesalahan membedung)
Bawaan dislokasi HIP sering dikaitkan dengan
kondisi lain seperti spina bifida, torticollis M.
sternomastoideus, atau sindrom Down
Torticollis M.Sternocleidomastoideus
Klasifikasi

Dysplasia
1. asetabular (perkembangan tidak normal)
Keterlambatan dalam perkembangan asetabulum sehingga lebih
dangkal dari normal, kaput femur tetap dalam asetabulum
2. Sub Luksasi
Dislokasi pinggul yang tidak normal, kaput femur tidak sepenuhnya
keluar dari asetabulum dan dapat berdislokasi secara parsial
3. Dislokasi
Pinggul berada pada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak
bersentuhan dengan asetabulum. CDH pada akhirnya dapat
berkembang menjadi reduksi permanen, dislokasi lengkap, atau
dysplasia akibat perubahan adaptif yang terjadi pada jaringan dan
tulang yang berdekatan
Manifestasi Klinik

a. Bayi
 Mungkin tanpa gejala nyata karena pergeseran femur pada bayi
minimal
 Lipatan gluteal/paha asimetri
 Kaki yang terkena lebih pendek dari yang normal
 Adduksi pinggul terbatas pada sisi yang sakit
 Maneuver Barlow (+)
 Maneuver ortolani (+)
 Setelah bayi berumur 3 bulan rotasi tungkai asimetris
b. Anak Yang sudah Besar
 Gaya berjalan seperti bebek
 Condong ke sisi badan yang menahan beban
 Peningkatan lordosis lumbal saat berdiri
 Tanda Tredelenberg (+)
 Nyeri
KRITERIA UNTUK MENGETAHUI DIAGNOSIS
CONGENITAL DISLOCATION PADA BAYI BARU LAHIR

Pinggul
 tertekuk, karena shortening dan kontraksi adductors hip
Peningkatan kedalaman atau asimetri dari inguinalis atau lipatan

paha
Pemendekan satu kaki

Posisi bawah lutut sisi terpengaruh ketika lutut dan pinggul yang

tertekuk, karena lokasi femoralis posterior kepala untuk


acetabulum dalam posisi ini
Barlow’s test (“bunyi yang keluar” atau dislokasi sign)

Telescoping atau tindakan pistoning paha, karena kurangnya


penahanan kepala femoralis dengan acetabulum


Trendelenburg – drop pinggul normal ketika anak berdiri pada

kedua kaki, mengangkat tungkai dan dikenakan berat pada sisi


yang terkena
Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgen
Digunakan untuk usia >6 bulan. Menunjukkan lokasi /
luasnya fraktur / trauma
2. Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
3. USG
Digunakan untuk usia < 6 bulan karena penulangan
belum sempurna (tulang masih dalam bentuk tulang
rawan), jadi kalau diperiksa dengan rontgen hasilnya
akan radiolucent.
PENATALAKSANAAN
a. 0-3 bulan
 Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi

 Penggunaan gips dan dilakukan penggantian secara berkala agar


tidak menghambat pertumbuhan
b. 3-4 bulan
 Cek radiografi dan PF. Kalau membaik, penggunaan popok
double dan Pavlik Harness dapat dihentikan.
c. 3 - 8 bulan
 Dilakukan traksi beberapa minggu

 Subcutaneus adductor tenotomy

 Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas,
maka fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil
radiografi baik.
Penatalaksanaan lanj...

d. 8 bulan - 5 tahun
 Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
 Open reduksi (pembedahan)=> fiksasi dengan spica

e. >5 tahun
 Operasi penggantian sendi (merupakan jenis
tatalaksana protesis).
 Tidak dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi
sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari
seharusnya. Kalau dilakukan penarikan paksa
ligamen dan otot, takutnya akan merusak
pembuluh darah dan saraf (tidak dapat ditarik).
KRITERIA PENGKAJIAN
1. Maneuver ortolani
2. Maneuver barlow
3. Tanda galeazzi
4. Uji trendelenburg
5. Kaji tanda – tanda iritasi kulit
6. Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan
adanya gips spika.
7. Kaji tingkat perkembangan anak
8. Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan
gips spika di rumah.
Pengkajian.......

a. Fungsi motorik kasar


1)   Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ; kesimetrisan massa
otot
2)   Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas
3)   Kekuatan otot
4)   Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis
b. Fungsi motorik halus
1)   Manipulasi mainan
2)   Menggambar
c. Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari
d. Pengendalian postur
1)   Mempertahankan posisi tegak
2)   Adanya ataksia
3)   Bergoyang-goyang
Lanj....

e. Persendian
1)   Rentang gerak
2)   Kontraktur
3)   Kemerahan, edema, nyeri
4)   Tonjolan abnormal
f. Tulang belakang
1)    Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis
2)    Adanya lesung pilonidal
f. Pinggul
1)    Abduksi
2)    Adduksi
     
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
dislokasi
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat
mobilisasi
 Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan
bentuk tubuh
Uji Barlow dan
ortolani
Uji Ortoloni
 Paha bayi dipegang dengan
ibu jari dan jari – jari
diletakkan pada trokanter
mayor. Pinggul difleksikan
sampai 90° dan diabduksi
perlahan – lahan. Biasanya
abduksi berjalan lancar
sampai hampir 90°.o
 Uji Barlow

Uji Barlow dilakukan dengan


cara yang sama, tetapi di sini
ibu jari pemeriksa di
tempatkan pada lipatan paha
dan dengan memegang paha
bagian atas, diusahakan
mengungkit caput femoris ke
dalam dan keluar
acetabulum selama abduksi
dan adduksi.
Tanda Galeazzi

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh


dengan panggul dalam keadaan fleksi 900 serta
kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai
bawah dengan ibu jari di depan. Dalam keadaan
normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila
terdapat dislokasi panggul kongenital maka tungkai
yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat
lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi.
Skoliosis
 Skoliosis adalah
kelengkungan tulang
belakang yang abnormal ke
arah samping, yang dapat
terjadi pada segmen servikal
(leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang).
 Kesimpulan, skoliosis
mengandung arti kondisi
patologik yaitu
kelengkungan tulang
belakang yang abnormal ke
arah samping.
Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti
fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:


a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan
dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot
atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:
1) Cerebral palsy
2) Distrofi otot
3) Polio
4) Osteoporosis juvenile
c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
Klasifikasi

Skoliosis
A. struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki) dan dengan rotasi dari tulang
punggung.
Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar
kearah konkavitas kurva.

Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :



1.Skosiliosis Idiopatik.
adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a) Infantile : dari lahir - 3 tahun.
b) Anak-anak : 3 tahun - 10 tahun
c) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yang paling umum )
2.Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan
vertebra.
3.Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak,
spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
Lanj klasifikasi..
B. Skoliosis nonstruktural ( Postural ):

Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke


bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang
punggung.
Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau
sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan di luar
tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau
kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien
duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut
menghilang.
TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:
a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

b. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung

d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar


dari 60 ) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
f. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang
membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang
belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi
dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari
pinggul kiri.
Komplikasi

Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit,


penderita perlu dirawat seawal mungkin.
Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin
bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi
seperti :
Kerusakan paru dan jantung
Sakit tulang belakang
Pemeriksaan penunjang

Skoliometer
Rontgen tulang belakang (X Ray)
MRI
Penatalaksanaan

Observasi
Orthosis (pemakaian alat penyangga yang disebut Brace)
Operasi
Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis adalah :
a. Terdapat progresifitas peningkatan derajat
pembengkokan >40-45° pada anak yang sedang tumbuh
b. Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat
orthosis
c. Terdapat derajat pembengkokan >50° pada orang
dewasa.
PENGKAJIAN
 Mengkaji skelet tubuh
 Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
 Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
 Mengkaji system otot
 Mengkaji cara berjalan
 Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Diagnosa keperawatan skoliosis

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


penekanan nyeri
b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh
miring ke lateral
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
postur tubuh yang tidak seimbang
d. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang
berhubungan dengan postur tubuh miring ke
lateral.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai