Disusun oleh :
Regita Ayu Putri (211440101019)
Dosen pengampu :
Ns. Septi Viantri K, M.Kep.
Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka
kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya
melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan.
Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran
hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya
berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.
Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar
dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika.
Etiologi
Penyebab utama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab
terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer
dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.
Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum
yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek
terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai
ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila
hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang
ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan
perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini
memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal
maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
Patofisiologi
Teori patogenesis clubfeet adalah sebagai berikut:
1. Penangkapan perkembangan janin dalam tahap fibula
2. Cacat anlage kartilaginosa dari talus
3. Faktor neurogenik: kelainan histokimia telah ditemukan di kelompok otot peroneal
posteromedial dan pasien dengan clubfeet.Hal ini mendalilkan terjadi karena
perubahan persarafan dalam kehidupan intrauterin sekunder untuk acara neurologis,
seperti stroke menyebabkan hemiparesis ringan atau paraparesis. Hal ini lebih
didukung oleh kejadian 35% dari varus dan equinovarus deformitas dalam spina
bifida.
4. Mencabut fibrosis (atau myofibrosis) sekunder untuk jaringan fibrosa meningkat pada
otot dan ligamen: Dalam penelitian janin dan kadaver, Ponseti juga menemukan
kolagen dalam semua struktur ligamen dan tendon (kecuali Achilles tendon), dan itu
sangat longgar dan berkerut bisa diregangkan. Tendon Achilles, di sisi lain, terdiri
dari kolagen erat berkerut dan tahan terhadap peregangan. Zimny et al menemukan
myoblasts di fasia medial pada mikroskop elektron dan mendalilkan bahwa mereka
menyebabkan kontraktur medial.
5. Insersi tendon anomali : Inclan mengusulkan arag hasil insersi tendon anomali club
feet. Namun, penelitian lain tidak didukung. Hal ini lebih mungkin bahwa anatomi
clubfeet dapat membuatnya tampak bahwa insersi tendon anomlali.
Variasi musiman: Robertson mencatat variasi musiman untuk menjadi faktor dalam studi
epidemiologi di negara berkembang. Hal ini bertepatan dengan variasi yang sama dalam
kejadian polio pada anak di masyarakat.. Clubfoot karena itu diusulkan untuk menjadi
sequela dari kondisi poliolike prenatal. Teori ini kemudian didukung oleh perubahan motor
neuron di kornu anterior di sumsum tulang belakang dari bayi-bayi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi dini tidaklah informatif dibandingkan dengan pemeriksaan
fisik,dikeranakan hanya akan tampak ossification center pada tulang tarsal,calcaneus,dan
metatarsal
Setelah usia 3 atau 4 bulan,tulang tulang tersebut telah cukup terosifikasi,dan
pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan proyeksi film anteroposterior dan lateral
dengan stress dorsofleksi
Pada proyeksi AP diukur sudut talocalcaneal(30-50)dan talo-metataral I(010o),sedangkan
pada proyeksi lateral diukur sudut talocalcaneal(30-50o)dan tibiocalcaneal(10-20o)
Sudut sudut tersebut akan menghilang\berkurang pada CTEV,sehingga dapat
memprediksi keparahan dan respon terhadap intervensi yang akan diberikan
Pathway
Penatalaksanaan
1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan
remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan
yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini
ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang
cepat pada periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur
yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut
akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi
dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak
dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada
koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.
Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan
yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang
penyembuhan.
Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan
orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan
karena deformitas atau therapi yang lama.
Perawatan “cast” meliputi :
1. Biarkan cast terbuka sampai kering
2. Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi
3. Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal
4. Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa
nyeri.
5. Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-
otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda
kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
6. Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast
dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
7. Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
3. Suportif
a. Splints CTEV
Adalah splints plastik dibentuk sedemikian rupa sehingga membuat kaki dalam posisi
yang benar.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengajian
PENGKAJIAN
1. Identitas Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
: Alamat
: Status Perkawinan
: Diagnosa :
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
: Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat kesehatan keluarga Riwayat obstertik :
4. Pengkajian psikososial kultural dan spiritual status psikologi dan perkembangan
: sosial ekonomi
: spiritual :
5. Pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik head totoe Data Penunjang
1. data ds,do
• data subjektif :
• data objektif :
td : ../.. mmgh
n : ..x/mnt
p : ..x/mnt s : ..°c
B. Dianggnosa Keperawatan
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips,pembengkakan
jaringan.kemungkinan kerusakansaraf
Gangguan rasa nyaman (nyari) berhubungan dengan cidera fisik
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasi
Resiko tinggi cidera Tujuan : Tindakan
berhubungan dengan Observasi
adanya gips,peningkatan Pasien tidak 1.indentifikasi area
jaringan,kemungkinan mengalami kerusakan lingkungan yang
Kerusakan saraf kerusakan neurologis berpotensi menyebabkan
atau sirkulasi dan Cedera
pasien
mempertahankan 2.indentifikasi obat yang
intergritas gips berpotensi menyebabkan
cedera
- Kriteria Hasil
1. Toleransi 3.indentifikasi
aktivitas kesesuaian alas kaki
menurun atau stocking elastis
2. Nafsu makan pada elstremitas bawah
menurun
3. Toleransi
makanan Terepeutik
menurun 1. Sediakan
pencahayaan
Kejadian cedera luka yang memadai
lecet 2. Gunakan lampu
1. Ketegangan tidur selama jam
otot menurun tidur
2. Fektor menurun 3. Sosialisasikan
3. Pendarahan pasien dan
menurun keluarga dengan
4. Ekspiresi wajah lingkungan
kesakitan ruang rawat
menurun (mis.penggunaan
5. Agitasi telepon, tempat
menurun tidur,
6. Iritabilitas penerangan,
menurun Rungan dan
7. Gangguan lokasi kamar
mobilitas mandi)
menurun 4. Gunakan alas
8. Gangguan lantai jika
kognitif berisiko
menurun mengalami
9. Tekanan darah cedera serius
menurun 5. Sediakan alas
10. Frekuensi nadi kaki antislip
menurun 6. Sediakan pispot
11. Frekuensi nafas atau urine untuk
menurun eliminasi di
12. Denyut jantung tempat tidur,jika
apikal menurun perlu
13. Denyut jantung 7. Pastikan bel
radillaris panggilan atau
menurun telepon mudah
14. Pola istirahat dijangkau
atau tidur 8. Pastikan barang
menurun barang pribadi
mudah dijangkau
9. Pertahankan
posisi tempat
tidur di posisi
terendah saat
digunakan
10. Pastikan roda
tempat tidur atau
kursi roda dalam
kondisi terkunci
11. Gunakan
pengalaman
tempat tidur
sesuai dengan
kebijakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
12. Pertimbangkan
penggunaan
alarm elektronik
pribadi atau
alarm sensor
pada tempat
tidur atau kursi
13. Diskusikan
mengenai latihan
dan terapi fisik
yang diperlukan
14. Diskusikan
mengenai alat
bantu mobilitas
yang sesuai (mis,
tongkat atau alat
bantu jalan)
15. Diskusikan
bersama anggota
keluarga yang
dapat
mendampingi
pasien
16. Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1.jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
2.ajurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
D. Implementasi
Diagnosa Tanggal / Implementasi
keperawatan jam
Resiko tinggi cidera 1.meindentifikasi penurunan tingkat
berhubungan dengan energi, ketidak mampuan
adanya berkonsentrasi, atau gejala lain yang
gips,peningkatan mengganggu kemampuan kognitif
jaringan,kemungkinan 2.meidentifikasi teknik relaksasi yang
Kerusakan saraf pernah efektif digunakan
3.meidentifikasi kesedihan,
kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
4.memeriksa ketegangan otot,
frekuensi,nadi, tekanan darah,dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5.memonitor respon terhadap terapi
relaksasi