Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN CTEV

Disusun oleh :
Regita Ayu Putri (211440101019)

Dosen pengampu :
Ns. Septi Viantri K, M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022
Pengertian
Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-kaki, dan tibia vara),
adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke arah luar) dari kaki berkaitan dengan
paha, sehingga memberikan penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi Biasanya
medial dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat.
CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah
mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis
yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat,
tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi.
Deformitas talipes diantaranya :
1. Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
2. Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
3. Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit
4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
Club Foot terjadi kelainan berupa :
1. Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)
2. Hind Foot Varus (tumit terinversi)
3. Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan
plantar fleksi)

Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka
kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya
melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan.
Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran
hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya
berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.
Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar
dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika.

Etiologi
Penyebab utama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab
terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer
dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.
Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum
yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek
terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai
ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila
hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang
ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan
perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini
memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal
maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.

Tanda dan Gejala


Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita clubfootatau
kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk
mengidentifikasi adanya abnormalitas.
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat,
dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri,
pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit sedang menumpu, apakah
pada posisi varus, valgus atau netral.
Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh
sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-
kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya
kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian
anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.
Kemungkinan manifestasi klinis yang ditemui adalah :
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan
pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan
mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang
sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit
dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan
dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini
yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena
posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak
sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila
disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi
tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan
terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak
terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus
pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada
maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang
navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena
adanya perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior
dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah
dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor
jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.
Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya
subluksasi atau dislokasi.

Patofisiologi
Teori patogenesis clubfeet adalah sebagai berikut:
1. Penangkapan perkembangan janin dalam tahap fibula
2. Cacat anlage kartilaginosa dari talus
3. Faktor neurogenik: kelainan histokimia telah ditemukan di kelompok otot peroneal
posteromedial dan pasien dengan clubfeet.Hal ini mendalilkan terjadi karena
perubahan persarafan dalam kehidupan intrauterin sekunder untuk acara neurologis,
seperti stroke menyebabkan hemiparesis ringan atau paraparesis. Hal ini lebih
didukung oleh kejadian 35% dari varus dan equinovarus deformitas dalam spina
bifida.
4. Mencabut fibrosis (atau myofibrosis) sekunder untuk jaringan fibrosa meningkat pada
otot dan ligamen: Dalam penelitian janin dan kadaver, Ponseti juga menemukan
kolagen dalam semua struktur ligamen dan tendon (kecuali Achilles tendon), dan itu
sangat longgar dan berkerut bisa diregangkan. Tendon Achilles, di sisi lain, terdiri
dari kolagen erat berkerut dan tahan terhadap peregangan. Zimny et al menemukan
myoblasts di fasia medial pada mikroskop elektron dan mendalilkan bahwa mereka
menyebabkan kontraktur medial.
5. Insersi tendon anomali : Inclan mengusulkan arag hasil insersi tendon anomali club
feet. Namun, penelitian lain tidak didukung. Hal ini lebih mungkin bahwa anatomi
clubfeet dapat membuatnya tampak bahwa insersi tendon anomlali.
Variasi musiman: Robertson mencatat variasi musiman untuk menjadi faktor dalam studi
epidemiologi di negara berkembang. Hal ini bertepatan dengan variasi yang sama dalam
kejadian polio pada anak di masyarakat.. Clubfoot karena itu diusulkan untuk menjadi
sequela dari kondisi poliolike prenatal. Teori ini kemudian didukung oleh perubahan motor
neuron di kornu anterior di sumsum tulang belakang dari bayi-bayi.

Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologi dini tidaklah informatif dibandingkan dengan pemeriksaan
fisik,dikeranakan hanya akan tampak ossification center pada tulang tarsal,calcaneus,dan
metatarsal
 Setelah usia 3 atau 4 bulan,tulang tulang tersebut telah cukup terosifikasi,dan
pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan proyeksi film anteroposterior dan lateral
dengan stress dorsofleksi
 Pada proyeksi AP diukur sudut talocalcaneal(30-50)dan talo-metataral I(010o),sedangkan
pada proyeksi lateral diukur sudut talocalcaneal(30-50o)dan tibiocalcaneal(10-20o)
 Sudut sudut tersebut akan menghilang\berkurang pada CTEV,sehingga dapat
memprediksi keparahan dan respon terhadap intervensi yang akan diberikan
Pathway

Penatalaksanaan
1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan
remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan
yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini
ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang
cepat pada periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur
yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut
akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi
dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak
dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada
koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.
Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan
yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang
penyembuhan.
Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan
orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan
karena deformitas atau therapi yang lama.
Perawatan “cast” meliputi :
1. Biarkan cast terbuka sampai kering
2. Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi
3. Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal
4. Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa
nyeri.
5. Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-
otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda
kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
6. Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast
dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
7. Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

CAST pada CTEV (Posenti Tretment


2. Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
1. Jika terapi dengan gibs gagal
2. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur
maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang
neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai
dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior
release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau
perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release
talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu
Appley).
Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau
kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakanartrodesis triple yang terdiri atas
reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art.
talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

3. Suportif
a. Splints CTEV
Adalah splints plastik dibentuk sedemikian rupa sehingga membuat kaki dalam posisi
yang benar.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengajian
PENGKAJIAN
1. Identitas Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
: Alamat
: Status Perkawinan
: Diagnosa :
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
: Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat kesehatan keluarga Riwayat obstertik :
4. Pengkajian psikososial kultural dan spiritual status psikologi dan perkembangan
: sosial ekonomi
: spiritual :
5. Pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik head totoe Data Penunjang
1. data ds,do
• data subjektif :
• data objektif :
td : ../.. mmgh
n : ..x/mnt
p : ..x/mnt s : ..°c

B. Dianggnosa Keperawatan
 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips,pembengkakan
jaringan.kemungkinan kerusakansaraf
 Gangguan rasa nyaman (nyari) berhubungan dengan cidera fisik

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasi
Resiko tinggi cidera Tujuan : Tindakan
berhubungan dengan Observasi
adanya gips,peningkatan Pasien tidak 1.indentifikasi area
jaringan,kemungkinan mengalami kerusakan lingkungan yang
Kerusakan saraf kerusakan neurologis berpotensi menyebabkan
atau sirkulasi dan Cedera
pasien
mempertahankan 2.indentifikasi obat yang
intergritas gips berpotensi menyebabkan
cedera
- Kriteria Hasil
1. Toleransi 3.indentifikasi
aktivitas kesesuaian alas kaki
menurun atau stocking elastis
2. Nafsu makan pada elstremitas bawah
menurun
3. Toleransi
makanan Terepeutik
menurun 1. Sediakan
pencahayaan
Kejadian cedera luka yang memadai
lecet 2. Gunakan lampu
1. Ketegangan tidur selama jam
otot menurun tidur
2. Fektor menurun 3. Sosialisasikan
3. Pendarahan pasien dan
menurun keluarga dengan
4. Ekspiresi wajah lingkungan
kesakitan ruang rawat
menurun (mis.penggunaan
5. Agitasi telepon, tempat
menurun tidur,
6. Iritabilitas penerangan,
menurun Rungan dan
7. Gangguan lokasi kamar
mobilitas mandi)
menurun 4. Gunakan alas
8. Gangguan lantai jika
kognitif berisiko
menurun mengalami
9. Tekanan darah cedera serius
menurun 5. Sediakan alas
10. Frekuensi nadi kaki antislip
menurun 6. Sediakan pispot
11. Frekuensi nafas atau urine untuk
menurun eliminasi di
12. Denyut jantung tempat tidur,jika
apikal menurun perlu
13. Denyut jantung 7. Pastikan bel
radillaris panggilan atau
menurun telepon mudah
14. Pola istirahat dijangkau
atau tidur 8. Pastikan barang
menurun barang pribadi
mudah dijangkau
9. Pertahankan
posisi tempat
tidur di posisi
terendah saat
digunakan
10. Pastikan roda
tempat tidur atau
kursi roda dalam
kondisi terkunci
11. Gunakan
pengalaman
tempat tidur
sesuai dengan
kebijakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
12. Pertimbangkan
penggunaan
alarm elektronik
pribadi atau
alarm sensor
pada tempat
tidur atau kursi
13. Diskusikan
mengenai latihan
dan terapi fisik
yang diperlukan
14. Diskusikan
mengenai alat
bantu mobilitas
yang sesuai (mis,
tongkat atau alat
bantu jalan)
15. Diskusikan
bersama anggota
keluarga yang
dapat
mendampingi
pasien
16. Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan

Edukasi

1.jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
2.ajurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

Gangguan rasa nyaman Tujuan : Tindakan


(nyeri)berhubungan Ketidak nyamanan Observasi
dengan cidera fisik yang dialami pasien 1.indentifikasi
tidak ada atau minimal penurunan tingkat
energi, ketidak
Kriteria Hasil : mampuan
1. Kesejahteraan berkonsentrasi, atau
fisik gejala lain yang
meningkat mengganggu
2. Kesejahteraan kemampuan kognitif
psikologis 2.identifikasi teknik
meningkat relaksasi yang pernah
3. Dukungan efektif digunakan
sosial dari 3.identifikasi kesedihan,
keluarga kemampuan dan
meningkat penggunaan teknik
4. Dukungan sebelumnya
sosial dari 4.periksa ketegangan
teman otot, frekuensi,nadi,
meningkat tekanan darah,dan suhu
5. Perawatan sebelum dan sesudah
sesuai latihan
keyakinan 5.monitor respon
budaya terhadap terapi relaksasi
meningkat
6. Perawatan Terapeutik
sesuai 1.ciptakan lingkungan
kebutuhan tenang dan tanpa
meningkat gangguan dengan
7. Kebebasan pencahayaan dan suhu
melakukan ruang nyaman jika
ibadah Rileks memungkinkan
meningkat 2.berikan informasi
tertulis tentang
Keluhan tidak nyaman persiapan dan prosedur
gelisah teknik relaksasi
1.kebisingan 3.gunakan pakaian
meningkat longgar
2. Keluhan sulit tidur 4.gunakan nada suara
meningkat lembut dengan irama
3. Keluhan kedinginan lampat dan berirama
meningkat 5.gunakan relaksasi
4. Keluhan kepanasan sebagai strategi
meningkat penujang dengan
5.gatal meningkat analgesik atau tindakan
6. Mual meningkat medis lain,jika sesuai
7. Lelah meningkat
8. Merintih meningkat Edukasi
9. Menangis meningkat 1.jelaskan tujuan,
10. Iritabilitas manfaat, batasan,dan
meningkat jenis relaksasi yang
11. Menyalahgunakan tersedia (mis,musik
diri sendiri meningkat meditasi,napas dalam,
12. Konfusi meningkat relaksasi otot progresif)
13. Konsumsi alkohol 2.jelaskan secara rinci
meningkat intervensi relaksasi yang
14. Penggunaan zat dipilih
meningkat 3.ajurkan mengambil
posisi nyaman
15. Percobaan bunuh 4.ajurkan rileks dan
diri meningkat mengurangi atau melatih
teknik yang dipilih
16.Memori masa lalu 5.demonstrasikan dan
meningkat latih teknik relaksasi
17. Suhu ruangan (mis,napas dalam,
meningkat peregangan,atau
18. Postur tubuh imajinasi terbimbing)
meningkat
19. Kewaspadaan
meningkat
20. Pola hidup
meningkat
21. Pola tidur
meningkat

D. Implementasi
Diagnosa Tanggal / Implementasi
keperawatan jam
Resiko tinggi cidera 1.meindentifikasi penurunan tingkat
berhubungan dengan energi, ketidak mampuan
adanya berkonsentrasi, atau gejala lain yang
gips,peningkatan mengganggu kemampuan kognitif
jaringan,kemungkinan 2.meidentifikasi teknik relaksasi yang
Kerusakan saraf pernah efektif digunakan
3.meidentifikasi kesedihan,
kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
4.memeriksa ketegangan otot,
frekuensi,nadi, tekanan darah,dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5.memonitor respon terhadap terapi
relaksasi

1. Mesediakan pencahayaan yang


memadai
2. Megunakan lampu tidur selama
jam tidur
3. MeSosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis.penggunaan
telepon, tempat tidur,
penerangan, Rungan dan lokasi
kamar mandi)
4. Megunakan alas lantai jika
berisiko mengalami cedera
serius
5. MeSediakan alas kaki antislip
6. MeSediakan pispot atau urine
untuk eliminasi di tempat
tidur,jika perlu
7. MePastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijangkau
8. Mepastikan barang barang
pribadi mudah dijangkau
9. MePertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
10. Mepastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam kondisi
terkunci
11. MeGunakan pengalaman
tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan
kesehatan
12. MePertimbangkan penggunaan
alarm elektronik pribadi atau
alarm sensor pada tempat tidur
atau kursi
13. MeDiskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
14. MeDiskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mis, tongkat atau alat bantu
jalan)
15. MeDiskusikan bersama
anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
16. MeTingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan

1.mejelaskan alasan intervensi


pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2.meajurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

Gangguan rasa 1.meindentifikasi penurunan tingkat


nyaman energi, ketidak mampuan
(nyeri)berhubungan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
dengan cidera fisik mengganggu kemampuan kognitif
2.meidentifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3.meidentifikasi kesedihan,
kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
4.meperiksa ketegangan otot,
frekuensi,nadi, tekanan darah,dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5.memonitor respon terhadap terapi
relaksasi

1.meciptakan lingkungan tenang dan


tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman jika
memungkinkan
2.meberikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3.megunakan pakaian longgar
4.megunakan nada suara lembut
dengan irama lampat dan berirama
5.megunakan relaksasi sebagai strategi
penujang dengan analgesik atau
tindakan medis lain,jika sesuai

1.mejelaskan tujuan, manfaat,


batasan,dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis,musik meditasi,napas
dalam, relaksasi otot progresif)
2.mejelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3.meajurkan mengambil posisi nyaman
4.meajurkan rileks dan mengurangi
atau melatih teknik yang dipilih
5.medemonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis,napas dalam,
peregangan,atau imajinasi terbimbing)
EVALUASI
S : data subjektif
O : data objektif
A : Assessment
P : Planning/rencana

Anda mungkin juga menyukai