DI SUSUN OLEH
Nama: Sheilly M Tandayu
Nim: 711440120029
B. Etiologi
CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) Deformitas talipes (clubfoot) adalah deformitas
kongenital ortopedik paling sering dari ekstremitas bawah, terjadi dengan frekuensi paling
besar pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1 dengan anak perempuan. Talipes dapat
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Umumnya, titik talus turun dan telapak kaki
teraduksi.Menurut Persis Mary Hamilton (1995),Penyebab yang pasti dari clubfoot tidak
diketahui.
Sebagian orang berkeyakinan bahwa hal tersebut diakibatkan karena gangguan
perkembangan atau posisi abnormal dalam uterus. Karena beberapa keluarga memiliki
kecenderungan lebih tinggi dari keluarga yang lain, hereditas merupakan salah satu
faktornya. Faktor resiko terjadinya CTEV adalah faktormekanis dalam uterus (misalnya
adanya tekanan dari luar akibat trauma atau akibat tekanan dari dalam seperti pada
kehamilan kembar, oligohidramnion), gangguan neuro muskular,kelainan genetik, pengaruh
di sekitar rahim, faktor herediter, kombinasi antara faktor herediter dan lingkungan.
C. Manifestasi Klinik
Kemungkinan manifesta Kemungkinan manifestasi klinis yang ditemui adalah :
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan
pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan
mengalami inversi, terdapat lipatan kulit mengalami inversi, terdapat lipatan kulit
transvers transversal yang dalam pada bagian atas belakang al yang dalam pada
bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis,
tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan
dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku
ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional
karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal.
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-
bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal.
Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi
pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan
terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat
pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan
tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi
55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis
anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot
peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya
tetapi otot-otot fleksor jari kaki memend jari kaki memendek. Otot triceps surae ek.
Otot triceps surae mempunyai kekua mempunyai kekuatan yang norma tan yang
normal.
9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.
Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku Sendi lain seperti sendi panggul, lutut,
siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya ahu harus diperiksa untuk
melihat adanya subluksasi atau dislokasi.
D. Patofisiologi
CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) Penyebab pasti dari CTEV sampai sekarang belum
diketahui tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa kelainan ini timbul karena:
1. Kondisi janin saat dalam kandungan, meliputi posisi abnormal seperti posisi sungsang
atau lintang, atau pergerakan janin yang terbatas akibat Oligohydroamnion, yaitu
kondisi jumlah cairan ketuban di dalam rahim sangat rendah
E. PENATALAKSANAAN
Hampir seluruh ahli bedah Orthopaedi sepakat bahwa terapi non operatif merupakan pilihan
pertama dalam menangani kasus CTEV. Mereka pun setuju semakin awal terapi dimulai,
maka semakin baik hasilnya, sehingga mencegah terapi operating lanjutan.
Tata laksana CTEV sebaiknya dimulai pada beberapa hari awal kehidupansang bayi.
Tujuannya adalah mendapatkan kaki yang estetik, fungsional, bebas nyeri dan plantigrade.
Prinsip terapi meliputi koreksi pasif yang gentle,mempertahankan koreksi untul periode
waktu yang lama, dan pengawasan anak hingga usai masa pertumbuhan.Pengawasan
diperlukan karena walaupun telah terkoreksi, 50% kasus akan terjadi rekurensi dan adanya
kontraktur soft tissue dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan sendi. Tata laksana non-
operatif lebih disukai di berbagai belahan dunia karena extensive surgery memiliki hasil yang
buruk dalam jangka panjang.
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif
mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, di Cubitus oleh karena gips, dan koreksi yang
tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masala
luka kita dapat terjadi setelah operasi dan dikenakan tekanan dari cast .ketika kita
koreksi koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang sehingga aliran
darah menjadi terganggu ini membuat Bagian kecil dari kulit menjadi mati normalnya
dapat sembuh dengan berjalannya waktu dan jarang memerlukan cangkok kulit.
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi infeksi dapat terjadi setelah
operasi kaki Club foot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk
mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat pembuluh darah dan saraf mungkin
saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bait terbentuk oleh tulang rawan material
ini dapat rusak dan mengakibatkan deformatif dari kaki. deformatif ini biasanya
terkoreksi sendiri dengan bertambahnya usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformatif menetap pada kaki
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi dini tidaklah informatif dibandingkan denganpemeriksaan fisik,
dikarenakan hanya akan tampak ossification center pada tulangtarsal, calcaneus, dan
metatarsal. Setelah usia 3 atau 4 bulan, tulang-tulang tersebuttelah cukup terosifikasi, dan
pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan proyeksifilm anteroposterior dan lateral
dengan stress dorsofleksi (Baruah et al, 2013).
Pada proyeksi AP diukur sudut talocalcaneal (30-50) dan talo-metatarsal I (0-10). sedangkan
pada proyeksi lateral diukur sudut talocalcaneal (30-50) dantibiocalcaneal (10-20°). Sudut-
sudut tersebut akan menghilang/berkurang pada CTEV,sehingga dapat memprediksi
keparahan dan respon terhadap intervensi yang akandiberikan (Nordin, 2001).
H. PATWAY
TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Identitas : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, Tgl. MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling mengganggu ketidaknyamanan dalam aktivitas atau
yang mengganggu saat ini.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kx tidak bisa berlajan dengan sempurna karena terdapat kelainan pada kaki depan
(forefoot).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Kx dengan penyakit C.T.E.V merupakan penyakit yang dibawa sejakl lahir.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
6. Riwayat Psikososial
Siapa yang mengasuh Kx, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya.
7. Riwayat Kehamilan
Meliputi prenatal, natal dan post natal.
8. Riwayat Imunisasi
Meliputi imunisasi : BCG, DPT, Hepatitis dan Polio.
9. Riwayat Tumbuh Kembang
Pada klien C.T.E.V biasanya mengalami keterlambatan dalam berjalan.
Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan
Tidak mengalami gangguan
2. Sistem kadiovaskuler
ditemukan adanya kelainan
3. Sistem neurologis
Tidak mengalami gangguan
4. Sistem gastrointestinal
Tidak mengalami gangguan
5. Sistem uronenital
Tidak mengalami kelainan / gangguan
6. Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas karena bentuk kaki yang abnormal, adanya
keterlambayan berjalan.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan DL
- Foto AP dan lateral femur sampai kaki
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari penilaian
klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama
klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau
intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek, 1994).
D. IMPLEMENTASI
Adalah mengolah dan mewujudkan dari rencana tindakan keperawatan, meliputi tindakan
yang telah direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter edngan ketentuan
rumah sakit. (Nasrul Effendy, 1995)
E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakuan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan. (Nasrul Effendy,
1995)