Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan
untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan
dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan keperawatan dan sebagai
panduan dalam melaksanakan tugas makalah askep dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gangguan kebutuhan tidur dan istirahat pada pasien penyakit luka bakar
dan dermatitis”

Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii

PEMBAHASAN BAB 1

1.1Macam-Macam Gangguan Tidur......................................................3


1.2Mekanisme terjadinya gangguan tidur..............................................7
1.3Pengkajian Teoritis...........................................................................8
1.4Diagnosa Keperawatan.....................................................................17
1.5NOC NIC..........................................................................................17
Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi ketika seseorang mengalami kelainan pada


tidurnya dan memengaruhi kualitas tidur. Meski penyebabnya beragam, gangguan
tidur pada umumnya disebabkan oleh stres atau beberapa kondisi medis yang
menyebabkan seseorang sulit untuk mengatur pola tidurnya.

Gangguan tidur memiliki bermacam-macam jenis, sampai sejauh ini, terdapat


sekitar 80 jenis gangguan tidur. Meski terdapat sekitar 80 jenis gangguan tidur,
umumnya orang yang mengalami gangguan tidur, mengidap obstructive sleep apnea,
parasomnia, insomnia, gangguan tidur berjalan, dan sebagainya. Gangguan tidur
adalah kondisi yang tidak dapat dianggap sepele, karena dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan juga kesehatan seseorang.

1. Macam – macam Gangguan Tidur


1. Insomnia.
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia merupakan suatu
keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan
keadaan tidurnya, bahkan seseorang yang terbangun dari tidur tapi merasa
belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak
dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat
tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.

Jenis insomnia yaitu :


a. Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur.
b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa
nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak
menunjang untuk tidur.

2. Narkolepsi.
Merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit
mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering
mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba, dapat di katakan pula
bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak
sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan mengantuk
tersebut datang.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat
kerusakan genetika sistem saraf pusat di mana periode REM tidak
dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan bahaya
bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja
pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.

3. Somnabulisme (tidur berjalan).

Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup


adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki dan
berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan
kembali tidur (Japardi, 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak,
penderita mempunyai resiko terjadinya cidera.

4. Enuresis (ngompol).

Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi


pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab
secara pasti belum jelas, namun ada beberapa faktor yang
menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet
training yang kaku.

5. Nocturia.

Merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam


hari untuk buang air kecil.

6. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.

Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung


dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang
mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan.

7. Delirium / Mengigau.

Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan


dispneu.

8. Nightmares dan  Night terrors (mimpi buruk).

Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan.

9. Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse).

A. Gejala gangguan pola tidur

Ada berbagai gejala yang dialami oleh seseorang yang menderita gangguan
tidur, antara lain:

a. Bangun dan tidur pada waktu yang tidak teratur.


b. Kesulitan tidur pada malam hari.
c. Tungkai yang bergerak tanpa perintah pada saat ingin tertidur.
d. Bernapas dengan irama yang tidak normal saat tidur.
e. Mengalami mimpi buruk, ketakutan, berteriak, atau berjalan ketika tidur.
f. Mendengkur, tersedak, mengertakkan gigi, atau berhenti bernapas selama
sesaat, ketika sedang tidur.
g. Sering terbangun saat sudah tertidur dan sulit untuk tidur kembali.
h. Merasa tidak dapat menggerakkan badan ketika bangun tidur.
i. Sering mengantuk pada siang hari, sehingga dapat tiba-tiba tertidur pada
waktu yang tidak wajar, misalnya saat mengemudi.
j. Kesemutan atau merasakan sensasi yang menjalar ke tangan dan kaki.
k. Otot terasa lemah atau sering merasa lelah.

B. Pengobatan Gangguan Tidur


Cara mengobati gangguan tidur berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya.
Di bawah ini adalah beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan tidur:
1. Perubahan gaya hidup
Pada dasarnya, penerapan pola hidup sehat dapat meningkatkan kualitas tidur
seseorang. Beberapa bentuk gaya hidup sehat yang dapat dilakukan adalah:
a. Mengonsumsi lebih banyak makanan berserat, seperti sayuran dan buah-
buahan.
b. Membatasi asupan gula dengan mengurangi konsumsi cemilan yang manis.
c. Rutin berolahraga.
d. Mengelola stres dengan baik.
e. Membuat jadwal tidur harian dan menaati jadwal tersebut dengan disiplin.
f. Mengurangi konsumsi kafein, terutama pada sore dan malam hari.
g. Mengurangi konsumsi alkohol.
h. Tidak merokok.
i. Menjauhi kebiasaan tidur sepanjang hari pada hari libur, karena dapat
mengubah pola tidur di hari kerja.
2. Psikoterapi
Salah satu contoh psikoterapi yang dapat dilakukan adalah terapi perilaku
kognitif untuk mengubah pola pikir penderita gangguan tidur.
3. Penggunaan alat khusus ketika tidur
Pada penderita hipersomnia, dokter mungkin akan menganjurkan penggunaan
alat khusus ketika tidur. Alat tersebut terdiri dari masker oksigen yang
tersambung ke alat yang dinamakan continuous positive airway
pressure (CPAP). Terapi CPAP berguna untuk membuat saluran pernapasan
tetap terbuka.
4. Obat-obatan
Obat-obatan yang biasa diberikan oleh psikiater untuk mengatasi gangguan
tidur antara lain:
a. Obat penenang
b. Obat antidepresan

C. Pencegahan Gangguan Tidur


Gangguan tidur dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:
a. Menciptakan lingkungan untuk tidur yang baik.
b. Menghindari alkohol, kafein, dan rokok.
c. Tidaak bekerja hingga larut malam.
d. Tidur sesuai jadwal.
e. Rutin berolahraga.

D. Komplikasi Gangguan Tidur


Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi ketika seseorang menderita
gangguan tidur, di antaranya:
a. Penurunan libido.
b. Munculnya keriput dan kantung mata.
c. Sering lupa.
d. Peningkatan berat badan.
e. Penurunan konsentrasi, kemampuan penalaran, dan pemecahan masalah,
sehingga sulit membuat keputusan.
f. Penurunan prestasi di sekolah atau performa di tempat kerja.
g. Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan umum.
h. Kecelakaan saat bekerja atau berkendara, karena menurunnya kewaspadaan.
i. Peningkatan risiko terkena penyakit, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan
penyakit jantung.

2. Mekanisme Gangguan Pola Tidur pada Pasien Luka Bakar dan


Dermatitis

Beberapa mekanisme neurobologis dan psikologis telah diajukan. Salah satu


model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur adalah model
neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi, presipitasi,
perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari berkembangnya
insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.

Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic


inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan otomatisasi dan
plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur bersifat
involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi sirkadian. Plastisitas
adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan.
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha). Situasi
hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai respon arousal fisiologis dan
psikologis, yang menimbulkan inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan
tidur dan menimbulkan gejala gangguan tidur. [6,7]

Tetapi, pada kondisi pasien luka bakar dan dermatitis terjadinya gangguan tidur
dikarenakan oleh faktor luka yang nyeri, sakit, dan gatal, yang menyebaban pasien
tersebut sulit tidur dan gelisah.

3. Pengakajian Teoritis
a. Pengkajian pada pasien luka bakar

1. Identitas pasien

Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60
tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan
terkena infeksi. (Doengoes, 2000)

2. Riwayat kesehatan sekarang

a) Sumber kecelakaan

b) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya

c) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi

d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan

e) Keadaan fisik disekitar luka bakar

f) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit

g) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar

3. Riwayat kesehatan dahulu

Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah


kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan).
(Doengoes, 2000)
4. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum Lemah

2. Kesadaran Compos Mentis

3. Vital Sign

TD: 110/80 mm/Hg, Suhu : 35,20C, Nadi : 72x/menit , RR : 22 kali/menit

BB sebelum sakit : 75 kg

BB saat sakit : 75 kg

4. Kepala

a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut berwarna
hitam tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.

b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada peningkatan
tekanan intra okuler, ada reflek cahaya pada pupil

c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip, tidak ada
sekret dan pendarahan.

d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir pucat tidak ada
sariawan , lidah berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil,
tidak terdapat karies pada gigi.

e. Telinga : simetris kanan dan kiri , sedikit purulern , tidak terdapat lesi
dan nyeri tekan, ketajaman pendengaran normal.

5. Leher

Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid,


tidak terdapat distensi vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan leher 9%.

6. Dada dan Paru-paru

a. Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan
parut, irama pernapasan teratur, tidak ada tanda tanda kesulitan napas, tidak
ada retraksi otot bantu pernapasan

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan, vokal fremitul simetris
antara kanan dan kiri.

c. Perkusi : Sonor   

d. Auskultasi : suara napas Vesikuler

7. Jantung

a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

b. Palpasi :

Pulsasi                   : ( √ ) Kuat         (  ) Lemah

Ictus cordis           : teraba di interkosta V

c. Perkusi : tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.

d. Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I II reguler,


gallop (-), mur-mur (-)

8. Abdomen

a. Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut

b. Auskultasi : bising usus 8x/menit

c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

d. Perkusi : bunyi timpani.

9. Genitalia :

genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter

10. Ekstermitas atas : simetris kanan dan kiri,. Kekuatan otot 4. Terdapat luka
bakar kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.

5. ADL
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam
bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak
membutuhkan alat bantu.

2. Kebutuhan nutrisi dan cairan


a. Sebelum sakit : Klien makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam.
Habis 1 porsi ( nasi, sayur, lauk, buah, teh, dan air putih).
b. Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari. habis 1 porsi. (nasi, sayur,
lauk, snack,dan air putih).

3. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 kali/hari setiap pagi hari
dengan bentuk padat dan lembek, warna kuning dan baunya khas. Klien BAK
6 kali/hari, warna urin jernih,dan pancaran urin kuat (800cc).
Saat sakit : Klien mengatakan selama di rumah sakit baru dapat BAB
pada hair ke 2 dengan konsistensi padat, warna kecoklatan. Klien BAK 8
kali/hari (900cc) dengan warna jernih dan haluaran kuat. (900cc)

4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan atas terasa
panas.

5. Kebutuhan aktivitas dan latihan


a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa yaitu bekerja
sebagai buruh harian
b. Selama sakit : Klien merasa lemas sehingga tidak bisa melakukan
aktivitas harian seperti biasa.
6. Kebutuhan seksualitas
a. Sebelum sakit : Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi
b. Saat sakit : Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi.
7. Kebutuhan psikososial
Kebutuhan stress koping :
Klien mengatakan tidak mudah stres, Pasien selalu memusyawarahkan
dengan keluarga bila ada masalah.

Kebutuhan konsep diri :


Body image : pasien sudah pasrah dengan keadaannya saat ini.
Identitas diri : Pasien sudah bekerja menjadi buruh harian .

Harga diri : Pasien berkomunikasi baik dengan keluarga dan


lingkungannya

Peran diri : Tn.S adalah seorang ayah dari 4 anaknya

Ideal diri : Kesembuhan dan sehat semua diserahkan pada Tuhan


YME

8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Klien mengatakan nyeri pada area luka bakar

9. Kebutuhan spiritual
a. Sebelum sakit : Klien dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan
sholat 5 waktu.
b. Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah sholat 5
waktu.
10. Kebutuhan hygiene
a. Sebelum sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
b. Selama sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)

11. Kebutuhan istirahat dan tidur


a. Sebelum sakit : Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00 WIB dan
bangun jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak mengalami gangguan
tidur.
b. Selama sakit : Klien tidur 5 jam sehari, tidur dari jam 22.00 WIB dan
sering terbangun karna merasa sakit pada lukanya. Klien mengalami
gangguan tidur.
12. Kebutuhan Aktualisasi Diri
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien dapat mengaktualisasikan
kemampuan dirinya seperti bekerja
b. Saat sakit : klien mengatakan bahwa ketika di rumah sakit klien hanya
berdiam diri tidak dapat menyalurkan kemampuan yang dimilikinya.
13. Kebutuhan Rekreasi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien biasanya berekreasi dengan
teman atau keluarganya dengan jalan-jalan.
b. Saat sakit : klien mengatakan merasa bosan, salah satu hiburannya adalah
jalan di sekitar ruangan.
14. Kebutuhan Belajar
a. Selama sakit : klien mengatakan bahwa klien mengalami luka bakar, klien
kurang mengetahui tentang perawatan luka bakr.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Kesan


Hematologi 9 April 2013
Hb 14,2 g/dl 14,0-18,0 ↑
Hematokrit 39,80 % 42-52 ↓
Jumlah 7,6 /ul 4,8-10,8 Normal
Leukosit
Trombosit 349 10^3/ul 150-400 Normal
Kimia klinik
GDS 142 mg/dl 70-115 ↑

b. Pengkajian pada pasien dermatitis

A. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah
penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan
timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan
dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden
dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia
tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak
alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada
usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua
kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain.
Nampaknya banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih
sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya
insiden dermatitis kontak.
B. Riwayat Kesehatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang.
1) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa
gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2) Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa
panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh
pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
a) Provocative/palliative
a. Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah
berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang
dirasakan akan berkurang.
b) Quality/quantity
a. Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan
gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat
menyebabkan keluhan.
b. Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat
sensitifitas kulit.
c) Region/radiation
a. Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
b. Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat
cedera, dibalik perhiasan.
d) Severitty scale
a. Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.
b. Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
e) Timing
a. Kapan mulai terjadi.
b. Kapan sering terjadi.
c. Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

3) Riwayat Kesehatan masa Lalu


Sepertiapakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
4) Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit
yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis
pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti
penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik
C. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
b) Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis.
b. Apatis.
c. Samnolen, letergi/hypersomnia.
d. Delirium.
e. Stupor atau semi koma.
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup
dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
c) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
d) Berat Badan
e) Tinggi Badan
f) Kulit.
1) Inspeksi
a. Radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
b. Kemerahan (rubor),
c. Gangguan fungsi kulit (function laisa),
d. Biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat
timbul secara serentak atau beturut-turut.
e. Terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.
f. Terdapat bula atau pustule, ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
g. Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat.
h. Hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.
2) Palpasi
a. Nyeri tekan
b. edema atau pembengkakan
c. Kulit bersisik
g) Keadaan Kepala
1) Inspeksi : tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak
kotor.
2) Palpasi : periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau
adanya massa.
h) Keadaan mata
1) Inspeksi
a. Palpebrae :tidak edema, tidak radang
b. Sclera : Tidak ictertus
c. Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
d. Pupil : Isokor
2) Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan
b. Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
i) Keadaan hidung.
1) Inspeksi
a. simetris kiri dan kanan
b. Tidak ada pembengkakan dan sekresi
c. Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
j) Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan
b. Tidak ada benjolan/tumor
k) Keadaan telinga
1) Inspeksi
a. telinga bagian luar simetris
b. idak ada serumen/cairan, nanah
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas.
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan,
frekwensi maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai
banyak minuman dalam sehari serta apakah ada perubahan.
b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB
seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
c. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami
infeksi maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas
sehari-hari.
d. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal
serta adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
e. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola
interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
f. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain
dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang
diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti
bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana
harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola
interaksi dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan
cobaan untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada
kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Luka Bakar :
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan dan sering
terbangun saat malam.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar
b. Dermatitis
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan dan sering
terbangun dimalam hari
- Kerusakan integritas kulit berhubungan lesi dan reaksi inflamasi

5. NOC dan Nic


a. Luka Bakar

Dx NOC NIC
Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan -Gunakan pendekatan yang
tidur keperawatan selama .... X 24 jam : tenang dan meyakinkan
berhubungan -Jam tidur (skala 4) -Berada disisi klien untuk
dengan -Pola tidur (skala 4) meningkatkan rasa aman
kegelisahan -Kualitas tidur (skala 4) dan mengurangi ketakutan
dan sering -Tidur dari awal sampai habis -Berada disisi klien untuk
terbangun saat dimalam hari secara konsisten (skala meningkatkan rasa aman
malam. 4) dan mengurangi ketakutan
-Kesulitan memulai tidur (skala 4) -Berikan objek yang
-Tidur yang (skala 5) menunjukkan perasaan
aman
-Dengarkan Klien
-Puji/kuatkan perilaku baik
secara tepat
-Identifikasi ada saat
terjadi perubahan tingkat
kecemasan
-Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
-Bantu Klien untuk
mengartikulasikan
deskripsi yang realistis
mengenai kejadian yang
akan datang
-Kaji untuk tanda verbal
Kerusakan dan nonverbal kecemasan
integritas b.d Setelah dilakukan asuhan
luka bakar keperawatan selama .... X 24jam -dinginkan luka bakar
-presentasi kesembuhan area dengan air hangat (20°C)
transplantasi (skala 4) atau cairan saline pada saat
-pergerakan sendi yang terkana (luka cedera terjadi
bakar) (skala 4) -Cuci luka bakar karena zat
-nyeri (skala 4) kimia secara terus menerus
-infeksi (skala 4) selama 30menit
-nekrosis jaringan (skala 4) -berikan informasi pada
pasien mengenai prosedur
yang harus diikuti selama
perawatan
-pastikan keadekuatan
asupan nutrisi dan cairan
-berikan penerimaan dan
dukungan emosi selama
menjalani perawatan

b. Dernatitis

Dx NOC NIC
Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan -Gunakan pendekatan yang
tidur selama .... X 24 jam : tenang dan meyakinkan
berhubungan -Jam tidur (skala 4) -Berada disisi klien untuk
dengan -Pola tidur (skala 4) meningkatkan rasa aman dan
kegelisahan dan -Kualitas tidur (skala 5) mengurangi ketakutan
sering terbangun -Tidur dari awal sampai habis dimalam -Berada disisi klien untuk
saat malam. hari secara konsisten (skala 5) meningkatkan rasa aman dan
-Kesulitan memulai tidur (skala 5) mengurangi ketakutan
-Tidur yang terputus (skala 4) -Berikan objek yang
-Nyeri (skala 5) menunjukkan perasaan aman
-Dengarkan Klien
-Puji/kuatkan perilaku baik
secara tepat
-Identifikasi ada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
-Bantu klien mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
-Bantu Klien untuk
mengartikulasikan deskripsi
yang realistis mengenai
kejadian yang akan datang
-Kaji untuk tanda verbal dan
nonverbal kecemasan

Kerusakan -Tekstur (skala 5) -bersihkan dengan normal


integritas kulit -Kerusakan kulit (skala 4) saline atau pembersih yang
b.d lesi dan -Perfusi jaringan (skala 5) tidak beracun,dengan tepat
reaksi inflamasi -integritas kulit (skala 5) -berikan rawatn insisi pada
luka, yang diperlukan
-oleskan salep yang sesuai
dengan kulit/lesi
-berikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka
-gantu balutan sesuai dengan
jumlah eksudat dan drainase
-anjurkan pasien atau
anggota keluarga pada
prosedur perawatan luka
-anjurkab pasien dan
keluarga untuk mengetahui
tanda gejala infeksi
-dokumentasikan
lokasibluka,ukuran dan
tampilan.

Anda mungkin juga menyukai