A. DEFINISI.
1. Istirahat.
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan. Namun
tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring
di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit
tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang
selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam
hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat
bagi klien/pasien.
2. Tidur.
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai
peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan,
(Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat
yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki
sistem tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana terdapat periode
tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
Seorang ahli menyebutkan bahwa tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkanoleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur
dipicu oleh sekelompok kompleks hormon yang aktif dalam utama, dan yang merespon
isyarat dari tubuh sendiri dan lingkungan. Sekitar 80 persen dari tidur tanpa mimpi, dan
dikenal sebagai gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.
C. MEKANISME TIDUR.
1. Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.
2. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi
kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.
3. Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk.
4. Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk instink/naluri.
D. TAHAP-TAHAP TIDUR.
1. NREM (Non Rapid Eye Movement).
Ada 4 tahapan :
a. Tahap 1 :
1) Termasuk light sleep.
2) Berakhir hanya beberapa menit.
3) Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam tanda vital dan
metabolisme.
4) Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan individu merasa
seperti mimpi di siang hari.
b. Tahap 2 :
1) Merupakan periode sound sleep.
2) Kemajuan relaksasi.
3) Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
4) Berlangsung selama 10-20 menit.
5) Fungsi tubuh berlangsung lambat.
c. Tahap 3 :
1) Tahap awal tidur dalam.
2) Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
3) Otot secara total relaksasi.
4) Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
5) Berlangsung 15-30 menit.
d. Tahap 4 :
1) Tahap tidur benar-benar nyenyak.
2) Sangat sulit dibangunkan.
3) Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam pada tahap ini.
4) Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.
5) Tanda vital menurun secara signifikan.
6) Berlangsung 15-30 menit.
7) Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol.
2. REM (Rapid Eye Movement).
a. Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.
b. Dimulai 50-90 menit setelah tidur terjadi.
c. Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan gerak mata, fluktuasi jantung,
rata-rata pernafasan dan peningkatan fluktuasi tekanan darah.
d. Kehilangan tonus otot.
e. Peningkatan sekresi gastrik.
f. Tahap yang bertanggung jawab untuk perbaikan mental.
g. Sangat sulit untuk dibangunkan.
h. Durasi dari REM meningkat setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami, perubahan
jumlah/kualitas pola tidur dan istirahat sehubungan dengan keadaan biologis atau kebutuhan
emosi.
A. PENGKAJIAN.
1. Riwayat tidur.
a. kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.
b. Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.
c. Kebiasaan/pun saat tidur.
d. Lingkungan tidur.
e. Dengan siapa paien tidur.
f. Obat yang di konsumsi sebelum tidur.
g. Asupan dan stimulan.
h. Perasaan pasien mengenai tidurnya.
i. Apakah ada kesulitan tidur.
j. Apakah ada perubahan tidur.
2. Gejala Klinis.
a. Perasaan Lelah.
b. Gelisah.
c. Emosi.
d. Apetis.
e. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak.
f. Konjungtin merah dan mata perih.
g. Perhatian tidak fokus.
h. Sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur.
Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur yang mungkin
terjadi adalah :
a. Insomnia.
b. Somnabulisme.
c. Enuresis.
d. Narkolepsi.
e. Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).
f. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
B. DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirhat tidur
diantaranya yaitu :
1. Gangguan pola tidur b/d kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan
eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang
mengganggu.
2. Cemas b/d ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur, (sleep apnea) dan ketidak
mampuan mengawasi prilaku.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
4. Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
5. Potensial cedera berhubungan dengan Semnambolisme.
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.
C. INTERVENSI.
Tujuan :
Mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
a. Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur.
b. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur.
c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
d. Coba untuk memicu tidur.
e. Kurangi potensial cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.
D. IMPLEMENTASI.
Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
a. Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan lingkungan rumah
sakit, maka :
1) Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas.
2) Berikan obat analgesik sesuai prosedur.
3) Berikan linngkungan yang suportif.
4) Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas.
b. Bila faktor insomnia, maka :
1) Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan sore hari.
3) Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
4) Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
5) Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur.
c. Bila terjadi somnabulisme, maka :
1) Berikan rasa aman pada diri pasien.
2) Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan..
3) Cegah timbulnya cidera.
d. Bila terjadi enuresa, maka :
1) Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur.
3) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
e. Bila terjadi Narkolepsi, maka :
1) Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin) untuk
mengendalikan narkolepsi.
2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur.
a. Tutup pintu kamar pasien .
b. Pasang kelambu/garden tempat tidur.
c. Matikan pesawat telapon.
d. Bunyikan musik yang lembut.
e. Redupkan atau matikan lampu.
f. Kurangi jumlah stimulus.
g. Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari.
a. Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien.
b. Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari.
4. Membuat Pasien untuk memicu tidur.
a. Anjurkan pasien mandi sebelum tidur.
b. Anjurkan pasien minum susu hangat.
c. Anjurkan pasien membaca buku.
d. Anjurkan pasien menonton televisi.
e. Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur.
f. Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur.
g. Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur.
5. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur.
a. Gunakan cahaya lampu malam.
b. Posisikan tempat tidur yang rendah.
c. Letakkan bel dekat pasien.
d. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan.
e. Gantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila pasien
memekainnya.
6. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
a. Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
b. Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
c. Penerangan tentang efek samping obat hipnotik.
d. Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.
Tindakan Keperawatan Pada Anak :
1. Masa Neonatus dan bayi.
a. Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak.
b. Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak.
c. Atur suhu ruangan menjadi 18˚-21˚C pada malam dan 15,5˚-18˚C pada siang.
d. Berikan cahaya lampu yang lembut.
e. Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering.
f. Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2. Masa Anak.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
3. Masa Sebelum Sekolah.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur.
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
e. Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur.
f. Berikan rasa aman dan nyaman.
g. Nyalakan lampu agak terang.
4. Masa Sekolah.
a. Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas.
5. Masa Remaja.
a. Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan membersihkan
diri
6. Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua).
a. Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.
Berikan hiburan.
Kurangi rasa nyeri.
Bersihkan tempat tidur.
b. Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.
Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.
Anjurkan pasien latihan relaksasi.
Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur.
Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif.
Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.
E. EVALUASI.
1. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur dengan
meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
2. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan meminta klien
melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
3. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4 minggu dengan
mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien terjaga.
4. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa sekolah 10
jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.
PENDAHULUAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk
dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup.
Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan
stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat dan
tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam
keadaan sakit, pola tidur seseorang biasnya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya
untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien. Kebutuhan istirahat dan
tidur pada individu yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan
istirahat dan tidur.
Catatan:
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak
berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal.
Catatan:
EEG atau electroenchephalogram adalah instrumen untuk menangkap aktifitas listrik di otak.
Keempat tahap tersebut yaitu:
- Tahap I
Tahap I merupakan transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I
ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak
mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan
pernafasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat dibangunkan
dengan mudah.
- Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan
kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan
berkurang, serta kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini
berlangsung sekitar 10-15 menit.
- Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh.
Kecepatan jantung, pernafasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat
dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap ini sulit untuk
dibangunkan.
- Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang
bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah, lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut
jantung dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini. Dapat terjadi mimpi. Selain
itu, tahap IV ini dapat memulihkan kedaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima
ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. hal tersebut
ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi.
POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT PERKEMBANGAN/USIA
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang.
Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan.
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
Usia sekolah
tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
Dewasa pertengahan
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan
yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan
yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf
simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna
dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein
maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat
tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan
periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang
sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk
tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga
ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika
sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini
dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang
bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.
Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat
yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih.
Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
Referensi
1. Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice. Seventh
edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
3. Mubarak & Chayatin. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam
praktik. Jakarta : EGC