Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 1
Dosen Pengampu : Herry Ermawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
A. DEFINISI
Trimester tiga adalah priode kehamilan tiga bulan terakhir atau sepertiga masa
kehamilan terakhir. Trimester tiga merupakan periode kehamilan dari bulan ketujuh
sampai sembilan bulan (28-40 minggu) (Farrer, 2001). Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari)dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2002).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan
stimulus dan sensori yang cukup. Selain itu tidur juga dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
melainkan merupakan sesuatu urutan siklus yang berulang (Wahit Iqbal Mubarak et al.,
2015). Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2006).
B. ETIOLOGI
Menurut SDKI 2017,etiologi dari gangguan pola tidur adalah:
1. Hambatan lingkungan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan temen tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
C. MANIFESTASI KLINIK
Subjektif :
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengekuh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif :
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif :
(tidak tersedia)
D. PATOFISIOLOGI
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak
dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,
bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan
saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika
(Mensupresi REM).
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem
pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat
karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur Non Rapid Eye Movement
(NREM). Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat abnormal dari
dalam otak meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua
disebut dengan jenis tidur paradox atau Rapid Eye Movement (REM).
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam atau juga disebut dengan tidur yang
nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan
gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh,
tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata terlambat,
mimpi berkurang dan metabolisme menurun. Perbuahan selama proses NREM
tampak melalui elektron sefalografi dengan memperlihatkan gelombang-gelombang
otak beada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut yaitu kewaspadaan penuh
dengan gelombang delta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat
tenang yang dapat diperhatikan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi
perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase rendah dan tidur
nyanyak gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan
berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahap 1 : NREM
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai
berikut : Rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola
mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit.
Tahap 2 : NREM
Tahap 3 : NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot – otot menjadi relaks penuh
Tahap 4 : NREM
ini. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur
sambil berjalan dan enuresis. Berakhir dalam waktu 15-30 menit.
Tidur REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata
darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan dan sekresi lambung meningkat.
Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi penigkatan tidur REM tiap siklus
dalam waktu 20 menit (Saryono & Tri Widianti, 2011).
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat- obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu
tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari
kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian
tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan
penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
h. Cognitive Therapy
i. Imagery Training
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol,
mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat
terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari
obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat
golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi
motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut
kering, dsb ( Remelda, 2008).
Sebagian besar orang yang terbiasa untuk melakukan ritual tidur atau melakukan rutinitas
sebelum tidur yang kondusif untuk kenyamanan dan relaksasi. Aktivitas sebelum tidur
yang biasa dilakukan oleh orang dewasa mencakup berjalan-jalan di malam hari,
mendengarkan musik, menonton televisi dan beribadah. Tidur juga dapat di dahului
dengan rutinitas kebersihan seperti membasuh wajah dan tangan, menyikat gigi dan
berkemih (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
Kenyamanan sangat penting untuk membuat seseorang tertidur maupun tetap tidur,
terutama jika dampak penyakit seseorang mempengaruhi tidur. Untuk meningkatkan
relaksasi dapat dilakukan dengan menggunakan gaun tidur yang longgar dan mengatur
posisi yang nyaman serta memastikan lingkungan hangat dan aman sesuai dengan
kebutuhan dari individu (Kozier et al., 2010).
H. PATHWAY/POHON MASALAH
1. PENGKAJIAN
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang mungkin muncul pada ibu hamil trimester III dengan
masalah gangguan pola tidur adalah adanya merasakan gejala dan tanda
timbulnya gangguan pola tidur diantaranya pasien mengeluh sulit tidur,
pasien mengeluh sering terjaga, pasien mengeluh tidak puas tidur, pasien
mengeluh pola tidur berubah, pasien mengeluh istirahat tidak cukup, dan
pasien mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.
6. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji seperti menarche (usia pertama kali
menstruasi), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya), volume (berapa banyak ganti pembalut
dalam sehari), dan keluhan (misalnya dismenorhoe/nyeri saat haid).
7. Status Perkawinan
Dikaji status perkawinan jika menikah apakah ini pernikahan yang
pertama atau tidak.
8. Riwayat KB
Mendapatkan informasi jenis KB yang digunakan. Riwayat KB harus
didapatkan secara lengkap pada saat Ibu melakukan kunjungan pertama.
Ini dikarenakan ada beberapa bentuk kontrasepsi akan berakibat buruk
pada ibu dan janinnya.
9. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai proses
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
10. Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga
dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum
pasien. Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan
tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit.
13. Ibadah
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaannya
sebelum dan saat pengkajian.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya
keabnormalan secara fisik/ Pemeriksaan fisik ini dilakukan secara sistematis dari
kepala hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik, meliputi IPPA
(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi). Yang diperiksa meliputi: kepala,
wajah, leher, payudara, thorax, abdomen, ekstremitas, integumen, genetalia dan
sistem syaraf.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
USG
D. Penatalaksanaan
2. DIAGNOSIS
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap adanya pengalaman
dan respon individu, keluarga ataupun komunitas terhadap masalah kesehatan,
pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan adalah bagian vital dalam menentukan proses asuhan keperawatan
yang sesuai dalam membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal.
Mengingat diagnosis keperawatan sangat penting maka dibutuhkan standar
diagnosa keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan
mengacu pada standar diagnosa yang telah dibakukan sebelumnya (PPNI, 2016).
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Dx
1. D. 0077 L. 08066 I. 08238
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi : Setelah dilakukan intervensi
Pengalaman sensorik atau keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Tindakan
emosional yang berkaitan eliminasi urine membaik ,dengan kriteria Observasi
dengan kerusakan hasil : Lokasi, karakteristik durasi, frekuensi,
jaringan aktual atau Kemampuan menuntaskan kualitas, intensitas nyeri
fungsional, dengan onset aktivitas meningkat Identifikasi skala nyeri
mendadak atau lambat Keluhan nyeri meringis Identifikasi respon nyeri non verbal
dan berintensitas ringan menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
hingga berat yang Sikap protektif menurun memperingankan nyeri
berlangsung kurang dari 3 Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
bulan. Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
Menarik diri menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Penyebab :
Berfokus pada diri sendiri nyeri
1. Agen pencedera
menurun Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
fisiologis (mis :
inflamasi, iskemia, Diaforesis menurun hidup
neoplasma) Perasaan depresi (tertekan) Monitor keberhasilan terapi komplementer
2. Agen pencedera menurun yang sudah diberikan
kimiawi (mis : Perasaan takut mengalami Monitor efek samping penggunaan analgesik
terbakar, bahan cedera berulang menurun Terapeutik
kimia iritan) Anoreksia menurun Berikan teknik non-farmakologis untuk
3. Agen pencedera Perineum merasa tertekan mengurangi rasa nyeri (mis : TENS,
fisik (mis : abses menurun hypnosis, akupresur, terapi musik,
amputasi, terbakar, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
Uterus teraba membulat
terpotong, imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
menurun
mengangkat berat, terapi bermain).
Ketegangan otot menurun
prosedur operasi, Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Pupil dilatasi menurun
trauma, latihan nyeri (mis : suhu ruangan, pencahayaan,
Muntah menurun
fisik berlebihan. kebisingan).
Mual menurun
Fasilitasi istirahat dan tidur
Gejala dan Tanda Mayor
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Frekuensi Nadi membaik
Subjektif
pemilihan strategi meredakan nyeri
Pola napas membaik
1. Mengeluh nyeri
Tekanan darah membaik
Edukasi
Objektif Proses berpikir membaik
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Tampak meringis. Fokus membaik
nyeri
2. Bersikap protektif Fungsi berkemih membaik
Jelaskan strategi meredakan nyeri
(mis : waspada, Perilaku membaik Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
posisi menghindari Nafsu makan membaik Anjurkan menggunakan analgetik secara
nyeri) Pola tidur membaik tepat
3. Gelisah. Anjurkan teknik non-farmakologis untuk
4. Frekuensi nadi L.08063 mengurangi rasa nyeri
meningkat. Kontrol Nyeri
5. Sulit tidur. Setelah dilakukan intervensi Kolaborasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Kolaborasi pemberian analgetik, jika
eliminasi urine membaik ,dengan kriteria perlu.
Gejala dan Tanda Minor hasil :
Subjektif
(tidak tersedia) Melaporkan nyeri terkontrol
meningkat
Objektif Kemampuan mengenali onset
1. Tekanan nyeri meningkat
darah
Kemampuan mengenali
meningkat.
penyebab nyeri meningkat
2. Pola napas
Kemampuan menggunakan
berubah.
teknik non-farmakologis
3. Nafsu makan
meningkat
berubah.
Dukungan dari orang terdekat
4. Proses
meningkat
berfikir
terganggu. Keluhan nyeri
5. Menarik diri Penggunaan analgesik menurun
6. Berfokus
pada diri
sendiri.
7. Diaforesis.
2. D.0111 L. 12111 I.
Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Definisi : Setelah dilakukan intervensi
Ketiadaan atau kurangnya keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Tindakan
informasi kognitif yang inkontinensia fekal membaik ,dengan Observasi
berkaitan dengan topik kriteria hasil : Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tertentu. menerima informasi
Perilaku sesuai anjuran Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
Verbalisasi menjelaskan perilaku-perilaku hidup bersih san sehat
pengetahuan tentang suatu topik
Penyebab : meningkat
1. Keterbatasan Kemampuan menggambarkan
kognitif. pengalaman sebelumnya yang Terapeutik
2. Gangguan fungsi sesuai dengan topik meningkat Sediakan materi dan media pendidikan
kognitif. Perilaku sesuai dengan kesehatan
3. Kekeliruan pengetahuan meningkat Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
mengikuti anjuran. Pertanyaan tentang masalah yang kesepakatan
4. Kurang terpapar dihadapi menurun Berikan kesempatan untuk bertanya
informasi. Persepsi yang keliru terhadap
5. Kurang minat dalam masalah menurun Edukasi
belajar. Menjalani pemeriksaan yang Jelaskan faktor resiko yang dapat
6. Kurang mampu tidak tepat menurun mempengaruhi kesehatan
mengingat. Perilaku membaik Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Ketidaktauan
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menemukan sumber
meningkatkan perilaku hidup bersih dan
informasi.
sehat
Objektif
1. Menunjukkan
perilaku tidak
sesuai anjuran.
2. Menunjukkan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah.
C. EVALUASI
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi keperawatan
merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respons
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian
tujuan (Perry dan Potter, 2005).
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-1-00613-mtif%205.pdf
http://repository.maranatha.edu/15523/5/9510076_Conclusion.pdf
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Suharyanto & Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta : Transinfo Media
Suharyanto & Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta : Transinfo Media.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Ny. N Nama Suami : Tn.A
Umur : 37 TH Umur : 40 TH
No. Register : 7xxx Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia Pekerjaan : Swasta
Alamat : Balong, Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Ponorogo
Status Perkawinan : Kawin Alamat : Balong,Ponorogo
Pendidikan Terakhir : Apoteker
Pekerjaan : Apoteker
Golongan Darah : -
Tanggal MRS : -
Dx. Medis : -
-MRS: -
-SAAT PENGKAJIAN: klien mengatakan bahwa pada trimester ke 3 ini setiap malam
klien susah tidur dikarenakan, tidak menemukan posisi yang nyaman untuk tidur dan
mudah lelah.
TM I
- Berapa kali : 1 kali
- Keluhan : Mual & muntah
- Terapi / HE : gestiamin dan kalsium
TM II
- Berapa kali : 1 kali
- Keluhan : Mual & muntah
- Terapi / HE : gestiamin dan kalsium
TM III
- Berapa kali : 1 kali
- Keluhan : cemas dan sulit tidur
- Terapi / HE : gestiamin dan kalsium
- Riwayat persalinan sekarang
-
- Riwayat nifas sekarang
-
IV. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU
KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS BAYI
BB
NO Kompli Cara Kompli Lahir/sex
Tahun Usia Penolong Komplikasi
kasi Persalinan kasi /Hidup/m
ati
2022 37 Tidak Klien - - - -
ming ada mengatakan
gu persalinan
akan
dilakukkan
secara
normal
V. RIWAYAT KEBIDANAN:
a. Riwayat haid :
Cyclus : 27-30 hari sekali rutin tiap bulan
Lamanya : 1 minggu
Banyaknya: : hari ke 1-2 dalam sehari 2 pembalut penuh, hari ke 3 berkurang, hari
ke tidak keluar darah haid, hari ke 5-6 flek.50 ml ( dalam batas normal)
Disminorrhoe:Menglami desmonire pada hari pertama sampai hari ke 3 awal haid
Haid Terakhir : 30 september 2021
b. Status perkawinan
- Kawin 1 Kali
- Usia kawin pertama : klien mengatakan saat ini merupakan pernikahan pertama
- Lamanya perkawinan : 15 th
- Dengan suami sekarang :-
- Istri yang keberapa dari suami sekarang : -
- Berapa anak bawaan dari suami sekarang :-
c. Status perkawinan
- Kawin 1 Kali
- Usia kawin pertama : klien mengatakan saat ini merupakan pernikahan pertama
- Lamanya perkawinan : 15 th
- Dengan suami sekarang :-
- Istri yang keberapa dari suami sekarang : -
- Berapa anak bawaan dari suami sekarang :-
d. Riwayat KB
- Tahun pertama pakai : 2012
- Jenis kontrasepsi : implant
- Lama pemakian : 10 th
- Kelainan : -
i. Genogram
27
KETERANGAN :
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Tinggi Badan : 155cm
6. Telinga: bentuk telinga normal, simetris kanan kiri, tidk ada nyeri tekan, tidak ada
peradangan, tidak ada penumpukan serumen
7. Pemeriksaan Leher: bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada peradangan,
tidak ada masa, warna kulit sama dengan warna yang lain
8. Payudara: payudara membesar, puting susu menonjol, hiperpigmentasi ereola
mamae, colostrum belum keluar
9. Abdomen: perut membesar, teraba keras
Leopold 1 : TFU 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak, tidak
melenting
Leopold 2 : teraba panjang, keras bagian perut kanan ibu
Leopold 3 : bagian bawah teraba keras, bulat
Leopold 4 : belum masuk PAP
1. Pemerksaan Genetalia : pasien tidak mau di periksa.
10. Pemeriksaan panggul :-
11.Ekstremitas : atas : tidak ada oedema, tidak ada sianosis
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises
Status Neurologis :
a) Tingkat Kesadaran :
GCS (Glasgow coma scale) respon membuka mata (E): 5, respon verbal
(V): 5, respon motorik (M) 5, setelah dilakukan scoring dapat diambil
kesimpulan bahwa klien normal.
b) Tanda – tanda perangsangan otak :
Peningkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual/muntah
(-), kejang (-), penurunan tingkat kesadaran (-)
c) Memeriksa nervus cranialis.
Nervus 1 olfaktorius (pembau): dapat mencium macam-macam bau
Nervus II obtikus (penglihatan): dapat melihat sekaliling
Nervus III okulomotorius, Nervus IV trokhlearis, Nervus VI Abdusen
(diperiksa bersamaan): dapat mengangkat kelopak mata ke atas, dapat
menggerakkan bola mata kebawah dan kedalam, reaksi pupil myosis, tidak
ada kelainan pada kelopak mata
Nervus V trigeminus: klien dapat melakukan gerakan mengunyah dan
membedakan sentuhan lembut atau kasar
Nervus VII facialis (wajah): tidak ada perot di wajah
Nervus VIII vestibulocochlearis: tidak ada kelainan pada bagian
pendengaran dan keseimbangan tubuh
Nervus IX glosofaringius (pengecapan): dapat merasakan makanan
Nervus X vagus: pergerakan bagus,
Nervus XI asesoris: pergerakan baik. Dapat melakukan secara optimal
Nervus XII hipoglosus: perkataan pasien jelas.
d) Fungsi motorik : ukuran otot (simetris), atropi (-) gerakan gerakan
yang tidak disadari klien (-)
e) Fungsi sensorik : dapat membedakan benda tajam, tumpuk, sensasi
panas/dingin
f) Reflek fisiologis : kontraksi otot baik.
g) Reflek patologis : kontraksi otot baik.
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
a. Laboratorium
b. Ro. Foto/USG/EKG/Lain-lain :
Janin : tunggal
BPD : 7,95 cm
OFD/ HC : 8,43 cm
HC : 25,52 cm
XII. PENATALAKSANAAN
-Pemberian gestiamin dan kalsium
Ponorogo,
MAHASISWA
( )
ANALISI DATA
Do :
- Klien tampak kurang semangat
- Klien tampak pucat, dan lesu
- Klien juga tampak gelisah
Ttv :
TB : 155 cm
BB : 61 kg
Td : 110/80 mmHg
R : 22x/menit
S : 36.5
N : 86x/menit
DS : Gangguan pola tidur Perubahan fisiologi
- Klien mengatakan susah tidur karena kehamilan
tidak menemukan posisi yang pas
- Klien mengatakan tidak ada kwalitas
tidur dan sering terbangun
DO :
- Klien sering terbangun pada malam
hari
- Kwalitas tidur tidak ada
- Klien tampak pucat dan lesu
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80kali/mnt
Suhu : 36’5
RR : 22kali/mnt
DS :
-Klien mengatakan kekeliruan dalam Kurang informasi Kurang pengetahuan
DO : informasi
Nama : Ruang :
Umur : No. Regristrasi :
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
Nyeri Akut D. 0077
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis :
inflamasi, iskemia, neoplasma)
DS :
1. Mengeluh nyeri
DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis : waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah.
4. Frekuensi nadi meningkat.
5. Sulit tidur
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ruang :
Umur : No. Regristrasi :
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
D.0111
Defisit pengetahuan
Penyebab :
1. Keterbatasan kognitif.
2. Gangguan fungsi kognitif.
3. Kurang terpapar informasi.
4. Kurang minat dalam belajar.
5. Kurang mampu mengingat.
6. Ketidaktauan menemukan sumber
informasi.
DS:
1. Menanyakan masalah yang
dihadapi
DO:
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah