Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN POLA TIDUR

(ISTIRAHAT DAN TIDUR)

Disusun oleh:

RAHMAWATI

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS AN NUR PURWODADI

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP GANGGUAN POLA TIDUR (ISTIRAHAT DAN TIDUR)

I. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur (Istirahat Dan Tidur)

A. Pengertian

Menurut Budiarti (2014), istirahat merupakan keadaan yang tenang,

rileks, tanpa tekanan emosional dan beban dari kecemasan (ansietas).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat

dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan

seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan

untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia; tidur merupakan sebuah

proses biologis yang umum pada semua orang. Ditinjau dari sejarahnya,

tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar. Tidur dicirikan dengan

aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada

proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus

eksternal.

B. Fisiologi Sistem/Fungsi Normal Sistem: Tidur dan Istirahat

Fisiologi Tidur: Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh

pusat yang terletak di bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif

menghambat keadaan terjaga, sehingga menyebabkan tidur. Seseorang


dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai

berikut:

1. Aktivitas fisik minimal.

2. Tingkat kesadaran yang bervariasi.

3. Terjadi perubahan-perubaahan proses fisiologis tubuh, dan

4. Penurunan respons terhadap rangsanan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses

fisiologis. Perubahan tersebut, antara lain:

1. Penurunan tekanan darah, denyut nadi. - Dilatasi pembulih darah

perifer.

2. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktur gastrointestinal.

3. Relaksasi otot-otot rangka.

4. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Tidur dan

Istirahat

1. Sakit

2. Lingkungan

3. Letih

4. Gaya Hidup

5. Stress Emosional

6. Stimulan dan Alkohol

7. Merokok

8. Motivasi
9. Obat-obatan

Beberapa obat memengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat

memengaruhi tahap III dan IV tidur NREM dan menekan tidur REM.

Penyekat-beta diketahui menyebabkan insomnia dan mimpi buruk.

Narkotik, seperti meperidin hidroklorida (Demerol) dan morfin,

diketahui menekan tidur REM dan menyebabkan sering terbangun

dan rasa ngantuk. Obat penenang memengaruhi tidur REM.

Amfetamin dan antidepresan menurunkan tidur REM secara tidak

normal. Seorang klien yang putus obat dari setiap obat-obatan ini

mendapatkan lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya dan

akibatnya dapat mengalami mimpi buruk yang mengganggu.

D. Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada Kebutuhan Tidur

dan Istirahat

1. Insomnia

Insomnia adala gejala yang dialami oleh klien yang mengalami

kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur

singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengeluhkan rasa

kantuk yang berlebihan disiang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya

tidak cukup. Namun, seringkali klien tidur lebih banyak yang

disadarinya. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau

psikologis.

2. Somnambulisme
Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat

kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi

motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,

menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku

berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.

3. Apnea Tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya

aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau

lebih pada saat tidur.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan

bangun dan tidur. Di siang hari seseorang dapat merasakn kantuk

berlebihan yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur. Masalah

signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa

orang tersebut jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang

tidak tepat.

5. Deprivasi Tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai

akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis, demam,

sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan

lingkungan (mis, asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan

keanekaragaman waktu yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan


perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja

yang panjang dan rotasi jam dinas.

Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien

rentan terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian. Deprivasi

tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta

ketidakkonsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan

atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal.

Terjadi deprivasi tidur kumulatif.

6. Parasomnia

Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada

anakanak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak

(sudden infant death syndrome ,SIDS) dihipotesis berkaitan dengan

apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang disebabkan oleh

abnormalitas dalam system saraf otonom yang dimanifestasikan

selama tidur. The American Acadeny of Pediatrics menganjurkan agar

bayi yang sehat ditempatkan pada posisi miring atau telentang disaat

tidur karena adanya hubungan antara posisi telungkup dengan

terjadinya SIDS.

Parasomnia yang terjadi pada anak-anak akan meliputi

somnambulisme (berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk,

enuresis nocturnal (ngompol), dan menggeretakkan gigi (bruksisme).

Apabila orang dewasa mengalami hal ini maka hal tersebut dapat

mengindikasikan gangguan yang lebih serius. Terapi khusus untuk


gangguan ini bervariasi. Namun, dalam semua kasus yang terpenting

adalah mendukung klien dan mempertahankan keamanannya.

Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari lingkungan

di sekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh

sangatlah besar. Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang

berjalan tidur tetapi membangunkan dengan lembut dan

membimbingnya dengan lembut dan membimbingnya kembali ke

tempat tidur

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Farmakologi

1) Benzodiazepine

2) Mirtazapine

2. Penatalaksanaan Non Farmakologi

a. Higene tidur

Memberikan lingkungan dan kondisi yang konduksif untuk

tidur merupakan syarat mutlak untuk gangguan tidur.

b. Terapi pengontrolan stimulus

Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang

sering dikaitkan dengan kesulitan memulai atau tidur.

1) Ketempat tidur hanya ketika telah mengantuk.

2) Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.


3) Jangan menonton TV, membaca, makan, dan menelepon

di tempat tidur.

4) Janga berbaring-baring di tempat tidur karena bisa

bertambah frustasi jika tidak bisa tidur.

5) Bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa

menghiraukan waktu tidur, total tidur, atau hari (misalnya

hari minggu).

6) Menghidari tidur di siang hari.

7) Jangan menggunakan stimulansia (kopi, rokok, dll) dalam

4-6 jam sebelum tidur.

c. Sleep Restriction Therapy

d. Terapi relaksasi dan biofeedback

e. Terapi apnea tidur obstruktif

F. Pemeriksaan Penunjang

Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur

aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang

mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur

gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.

Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk

mendiagnosa gangguan tidur, termasuk menggunakan polisomnogram

(PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency Test (MSLT). PSG

melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan


tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi informasi objektif

tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur

seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang

sepanjang hari. Episode REM awitan tidur juga dicatat karena

abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa gangguan tidur.

II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Tidur dan Istirahat

A. Pengkajian

1. Identitas : Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, no km,

pekerjaan dan alamat, tanggal masuk RS, diagnose medis.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Yang biasa muncul pada klien dengan gangguan kebutuhan

istirahat dan tidur antara lain : merasakan gejala dan tanda

timbulnya gangguan pola tidur diantaranya klien mengeluh sulit

tidur, pasien mengeluh sering terjaga, pasien mengeluh tidak

puas tidur, pasien mengeluh pola tidur berubah, pasie mengeluh

istirahat tidak cukup, dank lien mengeluh kemampuan

beraktivitas menurun.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Dijelaskan/menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien :

1) Waktu terjadinya sakit : berapa lama sudah terjadinya sakit.


2) Proses terjadinya sakit : kapan mulainya terjadinya sakit

dan bagaimana sakit mulai terjadi.

3) Upaya yang telah dilakukan : selama sakit sudah berobat

kemana dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi.

4) Hasil pemeriksaan sementara/sekarang

Yang perlu dikaji dan ditanyakan : TTV, adanya

patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri abdomen,

sakit kepala, dan kram? Apakah merasa mual, muntah, dan

anoreksia?

c. Riwayat kesehatan dahulu

Pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi terhadap obat dan

makanan, tempat tinggal/lingkungan.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga klien yang menderita

penyakit sama dengan klien? Adakah riwayat penyakit keturunan

dalam keluarga?

3. Pola Fungsi Kesehatan (Virginia Henderson)

a. Pola bernafas dengan normal

Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan

bernafas, menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak, adakah


retraksi intercosta, adakah sesak nafas, hal-hal yang dapat

mengurangi atau memperberat sesak nafas.

b. Pola nutrisi

Berapa kali makan dalam sehari, makanan kesukaan, berat

badan sebelum dan sesudah sakit, frekuensi dan kuantitas

minum sehari.

c. Pola eliminasi

Frekuensi dan kuantitas BAB sehari, adakah gangguan

dalam BAB, adakah nyeri saat BAB

d. Pola keseimbangan dan gerak

Bagaimana pola keseimbangan gerak dan aktivitas klien

(ADL : Acctivity Daily Living), skala ketergantungan ada atau

tidak, berapa kekuatan otot, ada gangguan berjalan atau tidak.

e. Pola istirahat dan tidur

Jam berapa pasien mulai tidur, jumlah dan kualitas tidur

klien, apa kebiasaan menjelang klien tidur.

f. Pola mempertahankan temperatur tubuh

Apa kebiasaan klien dalam mempertahankan temperatur

tubuh?

g. Pola personal hygiene

Bagaimana pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien

(mandi, gosok gigi, keramas, potong kuku), berapa hari


sekali/berapa minggu sekali, menggunakan bantuan atau tidak

saat melakukan personal hygiene.

h. Pola komunikasi

Bagaimana komunikasi klien dengan orang lain, jenis

komunikasi yang dilakukan, penggunaan bahasa dan kejelasan.

i. Pola spiritual

Bagaimana klien dalam menjalankan ibadahnya, agama

atau kepercayaan yang dianut klien, bagaimana mekanisme

koping klien dalam menghadapi masalah kesehatan yang

berhubungan dengan kepercayaan yang dianut klien.

j. Pola berpakaian dan memilih pakaian

Bagaimana pola berpakaian klien (keserasian, waktu, dan

cara) jenis pakaian yang disukai atau tidak disukai klien.

k. Pola rasa aman dan nyaman

Adakah nyeri? Jika ada jelaskan hasil pengkajian nyeri .

l. Pola kebutuhan bekerja

Apa pekerjaan klien, apakah klien mampu melakukan

pekerjaannya, kapan waktu kerja (jam kerja).

m. Pola kebutuhan rekreasi

Apa hal-hal yang dilakukan klien untuk menghilangkan

kebodanan atau kejenuhan seperti nonton tv, mendengarkan

radio, jalan-jalan, dan lain-lain.

n. Pola kebutuhan belajar


Bagaimana persepsi klien terhadap kesehatannya atau

penyakitnya, sejauh mana pengetahuan kluen tentang

penyakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Penampilan umum

2) Tingkat kesadaran

a) Kualitatif (composmentis, apatis, somnolen, sopor,

koma, delirium)

b) Kuantitatif (GCS : Glascow Coma Scale)

E = Eye M = Motorik V = Verbal

b. Pengukuran klinik

1) Tanda-tanda vital

a) Suhu :Kekurangan volume cairan : < 36-37 °C

Kelebihan volume cairan : > 35-36 °C

b) Tekanan darah :Kekurangan volume cairan : < 120/80

Kelebihan volume cairan : >120/80

c) Nadi :Kekurangan volume cairan<60-100x/mnt

Kelebihan volume cairan : > 100 x/mnt

d) Pernafasan :Kekurangan volume cairan : >24 x/mnt

Kelebihan volume cairan : <16-24 x/mnt

Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT

dan oral), cairan parental termasuk obat-obatan IV,


makanan yang cenderung mengandung air, irigasi kateter

atau NGT.

Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume,

kejernihan/kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi),

muntah, tube drainase, IWL.

2) Berat badan

Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan

adanya masalah keseimbangan asam basa cairan :

a) Turun 2-5% : kekurangan volume cairan ringan

b) Turun 5-10%: kekurangan volume cairan sedang

c) Turun 10-15%: kekurangan volume cairan berat

d) Turun 15-20%: kematian

e) Naik 2% : kelebihan volume cairan ringan

f) Naik 5% : kelebihan volume cairan sedang

g) Naik 8% : kelebihan volume cairan berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada

waktu yang sama.

c. Kepala

Kekurangan volume cairan : ubun-ubun cekung

Kelebihan volume cairan : ubun-ubun menonjol, kepala besar

d. Mata

Kekurangan volume cairan: mata cekung, air mata berkurang


Kelebihan volume cairan : edema periorbital, pembengkakan,

diskus optikus (papiledema).

e. Telinga

Kekurangan volume cairan : bentuk simetris kanan dan kiri

Kelebihan volume cairan : bentuk simetris kanan dan kiri

f. Tenggorokan dan mulut

Kekurangan volume cairan : membran mukosa kering, lengket,

bibir kering, vena leher datar.

Kelebihan volume cairan : distensi vena jugularis.

g. Sistem kardiovaskuler

Kekurangan volume cairan : vena jugularis datar, denyut nadi

lemah dan kapiler menurun, tekanan darah rendah.

Kelebihan volume cairan : distensi vena jugularis, denyut nadi

kuat, edema pada jantung, dan hipertensi.

h. Sistem pernafasan

Kekurangan volume cairan : peningkatan frekuensi pernafasan.

Kelebihan volume cairan : peningkatan frekuensi nafas, dispnea

dan krekels (ronki basah).

i. Sistem gastrointestinal

Kekurangan volume cairan : abdomen cekung, muntah.

Kelebihan volume cairan : abdomen cembung atau ada edema.

j. Sistem perkemihan

Kekurangan volume cairan : oliguria.


Kelebihan volume cairan : poliuria

k. Sistem integumen

Kekurangan volume cairan : turgor kulit buruk.

Kelebihan volume cairan : edema dan lembab.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan

Inodonesia SDKI (2017), di antaranya adalah :

1) Gangguan Pola Tidur (D.0055)

2) Keletihan (D.0057)

3) Kesiapan Peningkatan Tidur (D.0058)

4) Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)

C. Perencanaan / Intervensi Keperawatan

a. Gangguan Pola Tidur (D.0055)

a. Definisi

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor

eksteral.

b. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : mengeluh sulit tidur

Objektif : (tidak tersedia)

c. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif : (tidak tersedia)

d. Luaran
1) Luaran Utama : Pola tidur

2) Kriteria Hasil

a) Keluhan sulit tidur meningkat

b) Keluhan tidak puas tidur meningkat

c) Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

e. Intervensi Keperawata

1) Intervensi Utama : Dukungan tidur

2) Tindakan

Observasi

a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur

b) Identifikasi factor penganggu tidur (fisik dan/psikologis)

c) Identifikasi makanan dan minuman yang menganggu

tidur (mis. Kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu

tidur, minum banyak air sebelum tidur).

Terapeutik

a) Modifikasi likungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,

suhu, matlas, dan tempat tidur)

b) Batasi waktu tidur siang, jika perlu

c) Fasilitasi menghilangkan stress

Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

b) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

c) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang

mengganggu tidur

b. Keletihan (D.0057)

a. Definisi

Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih

dengan istirahat.

b. Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Merasa tidak pulih walaupun telah tidur.

Objektif : Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin.

c. Gejala dan tanda minor

Subjektif : Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan

tanggung jawab

Objektif : Kebutuhan istirahat meningkat

d. Luaran

1) Luaran utama : Tingkat keletihan

2) Kriteria hasil:

a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat

b) Tenaga meningkat

c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat

d) Verbalisasi lelah menurun

e. Intervensi keperawatan
1) Intervensi utama: edukasi aktivitas/istirahat

2) Tindakan

Observasi:

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi

Terapeutik:

a) Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan

istirahat

b) Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan

c) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

bertanya

Edukasi:

a) Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau

olahraga secara rutin

b) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas

bermain atau aktivitas lainnya

c) Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

c. Kesiapan Peningkatan Tidur (D.0058)

a. Definisi

Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang

memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup

yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.


b. Gejala dan tanda mayor

Subjektif :Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan

tidur

Objektif :Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan

perkembangan

c. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :Tidak menggunakan obat tidur

Objektif :Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan

kebiasaan tidur

d. Luaran

1) Luaran Utama : pola tidur

2) Kriteria Hasil

a) Keluhan sulit tidur meningkat

b) Keluhan sering terjaga meningkat

c) Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

d) Keluhan pola tidur berubah meningkat

e. Intervensi Keperawatan

1) Intervensi Utama: Dukungan tidur

2) Tindakan

Observasi

a) Identifikasi pola aktivitas tidur


b) identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu

tidur misale kopi teh alkohol makanan makanan

mendekati waktu tidur minum banyak air sebelum tidur

c) Identifikasi faktor pengganggu tidur fisik dan atau

psikologis

Terapiutik

a) Modifikasi lingkungan misal pencahayaan kebisingan

suhu atlas dan tempat tidur

b) Batasi waktu tidur siang jika perlu

c) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

bisa pijat pengaturan posisi terapi akupresur

Edukasi

a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

b) Anjurkan mening menepati kebiasaan waktu tidur

c) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang

mengganggu tidur

d. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)

a. Definisi

Perasaan kurang senang lega dan sempurna dalam dimensi fisik

psikospiritual lingkungan dan sosial sosial.

b. Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengeluh tidak nyaman

Objektif :Gelisah
c. Gejala dan tanda minor

Subjektif : Mengeluh sulit tidur

Objektif :Menunjukkan gejala distress

d. Luaran

1) Luaran utama :Status kenyamanan

2) Kriteria hasil

a) Keluhan tidak nyaman menurun

b) Gelisah menurun

c) Pola tidur membaik

e. Intervensi Keperawatan

1) Intervensi utama :Dukungan tidur

2) Tindakan

Observasi

a) Identifikasi pola aktivitas tidur

b) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu

tidur (missal. Kopi, the, alcohol, makanan-makanan

mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)

c) Identifikasi faktor pengganggu tidur fisik dan atau

psikologis

Terapiutik

a) Modifikasi lingkungan misal pencahayaan kebisingan

suhu atlas dan tempat tidur

b) Batasi waktu tidur siang jika perlu


c) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan bisa

pijat pengaturan posisi terapi akupresur

Edukasi

a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

b) Anjurkan mening menepati kebiasaan waktu tidur

c) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang

mengganggu tidur

DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan Konsep,


Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: ECG.

Tarwoto & Wartonah, 2012. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medikal

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Wilkinson, J.M., Dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai