Anda di halaman 1dari 7

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT


DAN TIDUR
A. Pengkajian
Tahap awal dari asuhan keperawatan adalah pengkajian. pengkajian dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Cakupan pengkajian yang dapat dilakukan kepada pasien
dengan gangguan istirahat dan tidur menurut Tarwoto dan Wartonah (Edna, 2017)
meliputi:
1. Identitas pasien: berisi identitas diri pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, tempat tinggal, pekerjaan, wali, dan semua hal yang
berhubungan dengan data diri pasien.
2. Riwayat tidur/pola tidur pasien
a. kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur disiang maupun dimalam hari
b. Kebiasaan yang dilakukan sebelum ataupun pada saat tidur
c. Masalah yang dialami untuk memenuhi kebutuhan tidur (memulai tidur
dan/ mempertahankan tidur).
d. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat
bangun
e. Dampak yang ditimbulkan akibat kurang istirahat dan tidur
f. Adakah alat bantu tidur : ada atau tidak mengonsumsi obat-obatan untuk
membantu tidur
g. Pengaruh lingkungan terhadap pola tidur
3. Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Identifikasi adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan
konjungtiva merah
c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Elektroencefalogram (EEG). Untuk mengukur aktivitas listrik dalam
korteks serebral (otak)
b. Elektromiogram (EMG). Untuk mengukur tonus otot.
c. Elektrookulogram (EOG). Untuk mengukur gerakan mata dan
memberikan infirmasi struktur aspek fisiologis tidur.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah
dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
6. Penyimpangan Tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visul dan auditorik,
bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara
rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.

B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan gangguan
pemenuhan istirahat dan tidur
1. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkunga, kurang kontrol tidur, kurang
privasi, restrain fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan peralatan
tidur d.d mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh
kemampuan beraktivitas menurun.
2. kelemahan b.d gangguan tidur, gaya hidup monoton, kondisi fisiologis,
program perawatan/pengobatan jangka panjang, peristiwa hidup negative,
sters berlebhan, depresi d.d merasa energy tidak pulih walaupun telah tidur,
merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan
aktivitas, tampak lesu, merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan
tanggung jawab, libido menurun, kebutuhan istirahat meningkat.
C. Perencanaan
perencanaan keperawatan meliputi intervensi keperawatan dan luaran
keperawatan. Tujuan dari perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan
istirahat dan tidur ialah untuk mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam
batas normal, penurunan waktu mulai tidur dan peningkatan jumlah jam tidur
malam serta secara verbal klien mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar saat
terbangun dari tidur ( Wilkinson, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2010).
Nama diagnosis Luaran keperawatan (SLKI) Intervensi keperawatan
(SDKI)
D.0505 Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur:
Gangguan pola keperawatan diharapkan pola 1. Identifikasi pola aktivitas
tidur tidur kembali normal dengan tidur
kriteria hasil sebagai berikut: 2. Identifikasi faktor
 keluhan sulit tidur pengganggu tidur
menurun (fisik/psikologis)
 keluhan sering terjaga 3. Identifikasi obat tidur
menurun yang dikonsumsi
 kepuasan saat tidur 4. Modifikasi lingkungan
meningkat (mis. Pencahayaan,

 pola tidur membaik kebisingan, suhu, dan

 keluhan istirahat tidak tempat tidur)

cukup menurun 5. Tetapkan jadwal tidur

 mampu melakukan rutin

aktivitas 6. Fasilitasi menghilangkan


stres
 durasi tidur 6-8 jam
7. Ajarkan teknik relaksasi
perhari

Edukasi aktivitas/istirahat:
1. Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
2. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/berolahraga
3. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak nafas
saat aktivitas)
4. Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Pengaturan posisi
1. tempatkan pada posisi
terapeutik
2. atur posisi tidur yang
disukai, jika tidak
kontraindikasi
3. atur posisi untuk
mengurangi sesak (mis.
semi fowler)
4. posisikan pada
kesejajaran tubuh yang
tepat
5. posisikan untuk
mempermudah
ventilasi/perfusi (mis.
tengkurap/ good lung
down)
D0057 Setelah dilakukan tindakan Edukasi aktivitas istirahat
Keletihan keperawatan diharapkan 1. anjurkan menyusun
tingkat keletihan menurun jadwal aktivitas dan
dengan kriteria hasil sebagai istirahat
berikut 2. ajarkan cara
1. verbalisasi kepulihan mengidentifikasi
energi kebutuhan istirahat
2. tenaga pulih 3. ajarkan cara
3. mampu melakukan mengidentifikasi target
aktivitas rutin dan jenis aktivitas sesuai
4. tidak merasa lelah kemampuan
5. lesu menurun Terapi music
6. gangguan konsentrasi 1. pilih musik yang disukai
menurun 2. batasi rangsangan
7. pola istirahat membaik eksternal selama terapi
dilakukan
3. sediakan peralatan terapi
music
4. anjurkan rileks selama
mendengarkan music

Intervensi mandiri lainya yang dapat diberikan oleh perawat untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur adalah dengan menciptakan lingkuangan keperawatan
yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan pasien tehnik relaksasi, masase
punggung dan latihan guided imageri (Mija, 1995). Tehnik latihan relaksasi progresif
sebagai salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau terdapat hasil yang
memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi
keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan
darah tinggi, phobia ringan dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur tergantung
dari relaksasi otot (Hirnle, 2000; dalam Suhartini 2019).

D. Implimentasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi. Status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994; Potter & Perry, 1997; Utami, Agustine & Happy, 2016).
Implementasi pada pasien dengan gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
diharapkan dapat mengatasi diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan yang
sering muncul pada pasien dengan gangguan pemenuhan istirahat dan tidur adalah
gangguan pola tidur dan kelelahan.
Pasien dengan diagnosis keperawatan gangguan pola tidur, dapat diatasi
dengan cara mengkaji secara menyeluruh mengenai pola tidur pasien sebelumnya,
meliputi durasi tidur, gangguan tidur yang dialami, kebiasaan tidur, intervensi
selanjutnya adalah memberikan edukasi aktivitas, dan pengaturan posisi.
Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit terbukti dapat menyebabkan gangguan
istirahat-tidur, ketidakmampuan pasien mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa
nyeri merupakan penyebab tersering gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000; dalam
Suhartini, 2019). Pernyataan tersebut menunjukkan betapa penting pengaturan
posisi pasien. Pengaturan posisi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi
pasien, contoh memposisikan pasien semi fowler untuk pasien dengan sesak napas.
Memposisikan pasien harus selalu memperhatikan tingkat kenyamanan pasien.
Diagnosis lain dari masalah keperawatan adalah keletihan.
Keletihan yang dialami pasien diakibatkan kurangnya tidur pada pasien.
implementasi yang dapat diberikan adalah dengan memberi dukungan tidur, terapi
music, dan terapi relaksasi lainnya. terapi relaksasi yang dapat diberikan adalah
pernapasan yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit. teknik ini dapat dilakukan
sebelum tidur dan terbukti dapat memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi otot
berirama mengurangi ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat. Relaksasi
terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, terapi musik, latihan fisik, pernapasan
diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi Selain teknik napas dalan Imajinasi
terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Kusyanti, 2003 dalam Suhartini,
2019).

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan (Perry dan Potter, 2005). Evaluasi adalah aspek penting
proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi
yang dilakukan ketika atau segera setelah mengimplementasikan program
keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi intervensi
Kode Evaluasi (SOAP)
Diagnosis
D.0055 S: pasien mengatakan jam tidurnya semakin cepat, pasien
mengatakan kualitas tidurnya semakin membaik
O: pasien tidur 6 jam perhari, pasien tidak terjaga, pasien
mampu melakukan aktivitasnya
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
D.0057 S: pasien tidak merasa lelah, pasien mengatakan tidak
merasa lesu
O: konsentrasi pasien meningkat, pola istirahat pasien
berangsur membaik
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai