Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Resha Chahyani


NIM : 2022207209028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2022
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh
sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas,
tubuh mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh
tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,
sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. Penyebab

1. Faktor Fisiologis

a. Penurunan kapasitas angkut O₂

Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke


jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi

Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan


kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik

Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat


kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik

Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
e. Kondisi Lainnya

Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti


kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit
kronis.

2. Faktor perkembangan

a. Bayi prematur

Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin


yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,


seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut


akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya

Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang


berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia

Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan


fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O₂.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi

Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi


paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga

Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung


dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif

Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat


mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi

Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan


merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup

Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan


oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.

4. Faktor Lingkungan

a. Suhu

Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan


Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian

Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi

Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit


kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat-zat berbahaya.
C. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu


ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian
kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah

Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang


mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat
dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata
dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam
batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi gas

Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan


co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru

b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara


epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas

Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb

3. Transportasi gas

Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02,


jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %)
sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah)
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya
jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung
berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel.

D. Anatomi

1. Sistem pernapasan Atas

a. Hidung

Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,


humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring

Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan


makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring

Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa


disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.

2. Sistem Pernapasan Bawah

a. Trakea

Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago


yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di
dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang
lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan
napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru

Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing


paru terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara
ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas.

E. Fisiologi Pernapasan

1. Pernapasan Eksternal

Pernapasan ekstrenal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan


pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner

Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses


ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem
pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar

Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya


adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah.
Proses ini berlangsung di alveollus dan membran kapiler dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida

Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas


pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru.
- Transport O₂

Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.


Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah
dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk
oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang
masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan
jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan
oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂

Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus


produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel
darah merah dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dan dalam bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik

Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang


berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

F. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan

1. Perubahan Pola nafas

a. Takipnea

Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi


demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea

Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat


pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea

Biasanya juga disebut dengan henti napas.

d. Hiperventilasi

Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini


terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
e. Hipoventilasi

Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini


terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan
karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal

Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.


g. Orthopnea

Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau


berdiri.
h. Dispnea

Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

G. Patofisiologi/pathway

Pathway

Pernapasan
Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan

pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan

jalan napas Obstruksi jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas
H. Pengkajian Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan

Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang ,


gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk
gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)

b. Riwayat penyakit

1) Nyeri

2) Paparan lingungan

3) Batuk

4) Bunyi nafas

5) Faktor resiko penyakit paru

6) Frekuensi infeksi pernapasan

7) Masalah penyakit paru masa lalu

8) Penggunaan obat

c. Adanya batuk dan penanganan

d. Kebiasaan merokok

e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler

f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi

g. Riwayat penggunaan medikasi’

h. Stressor yang dialami

i. Status atau kondisi kesehatan

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,


kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga
interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan
dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann,
durasi inspirasi dan ekspirasi).
b. Palpasi

Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa


mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada
kondisi konsolidasi.
c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ


dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam
paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi.
d. Auskultasi

Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi


yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi
dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan
akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
3. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi


dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan
diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan
paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :

1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan


gangguan batuk.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
J. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
(NANDA)
DX ( NOC ) (NIC )

1 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management


berhubungan dengan obstruksi selama …. x 24 jam
- Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
jalan napas Respiratory : airway patency
napas, suction, fisioterapi dada sesuai
- Klien mampu mengidentifikasi dan indikasi
mencegah faktor yang dapat - Monitor pemberian oksigen, vital sign tiap
menghambat jalan napas
.... jam
- Menunjukan jalan napas yang paten:
- Monitor status respirasi: adanya suara
klien tidak merasa tercekik, tidak
tambahan
terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam
- Ajarkan teknik batuk napas efektif
rentang normal
- Tidak ada suara napas abnormal - Kolaborasi dengan tim medis pemberian o2

- Mampu mnegeluarkan sputum dari - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
jalan napas aspirasi
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
2 Ketidakefektifan bersiihan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
jalan nafas yang berhubungan selama …. x 24 jam
- Pantau addanya pucat dan sianosis
dengan gangguan batuk Respiratory : ventilation
- Pantau efek obat pada status respirasi
- Pasien akan menunjukan pernapasan
- Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan
optimal pada saat terpasang ventilator
vital sign
makanis’mempunyai kecepatan dan
Informasikan kepada klien dan keluarga
irama respirasi dalam batas normal
tentang teknik relaksasi
- Mempunyai dalamfunsi paru dalam
- Ajarkan cara batuk efektif
batas normal
- Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
aspirasi
K. Evaluasi

1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal

2. Tidak adanya hambatan pada pola napas

Anda mungkin juga menyukai