Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang


nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau
kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang
absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dar
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Teori keperawatan ini digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan
situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktik
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai
yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktik yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua
pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi symbol-simbol yang nyata, sedangkan kosep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi tetapi kurang absolute atau kurang bukti secara langsung

1
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlunya mempelajari teori
keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu
dan praktik, serta profesi keperawatan di Indonesia.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori keperawatan Jhonson, teori keperawatan


Virginia Handerson, dan teori keperawatan Jean Watson.
2. Untuk mengetahui cara merancang dan menyusun suatu rencana
asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sesuai
kasus secara teori.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI KEPERAWATAN DOROTHY E. JHONSON

1. Biografi Dorothy E.Jhonson


Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1919 di Savannah
Georgia. Dia lulus dari sekolah perawat pada tahun 1938, memperoleh gelar
Bachelor of Science dalam Keperawatan Universitas vanderbilt pada tahun 1942,
dan menerima master kesehatan masyarakat gelar dari Universitas harvard pada
tahun 1948. Pada tahun 1949-1978 Johnson menjadi instruktur dan asisten
profesor dalam perawat kesehatan anak di Vanderbilt University School of
Nursing. Prestasi-prestasi dari Johnson ini dilanjutkan pada tahun 1955-1956,
beliau menjabat sebagai penasehat pediatric nursing yang ditugaskan di Sekolah
kesehatan Kristen bidang Keperawatan di Vellore, India Selatan. Selama
kariernya, diamenerbitkan lebih dari 30 artikel, 4 buah buku, dan banyak laporan,
serta disajikan dengan banyak penghargaan.
Penghargaan yang paling dibanggakan dari Johnson adalah Faculty
Award.Menurut Johnson, behavioral system model nya sedang dalam proses
pengembangan hampir sepanjang seluruh hidupnya (Johnson, 1990). Melalui
analisis yang komprehensif, Fawcett(2005) mengidentifikasi sistem model
perilaku Johnson sebagai salah satu model dari tujuh model konseptual
keperawatan. Akar model teori ini dapat ditelusuri kembali dari karya perilaku
ilmuwan pada bidang psikologi, sosiologi, dan etnologi yang sangat tergantung
padateori sistem (Loveland-Cherry & Wilkerson, 1989). Teori sistem perilaku
Johnson juga tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan perawatan adalah
membantu individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit ataupun cidera.
Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu dan bukan
pada entitas yang spesifik (Johnson, 1990).
Pada 1968, Johonson pertama mengusulkan modelnya dari perawatan oleh
perawat sebagai perbantuan perkembangan dari "efisien dan berfungsi tingkah

3
laku yang efektif pada pasien untuk mencegah penyakit. Diidentifikasi sebagai
satu sistem tingkah laku dengan subsistim multipel. Dalam posisi ini Johnson
mulai terintegrasikan konsep berhubungan ke model sistemnya ke pekerjaannya
adalah selanjutnya digambarkan oleh pernyataan dia dari kepercayaan bahwa
rawat adalah "dikaitkan dengan satu orang sebagai satu utuh terintegrasi dan ini
pada pengetahuan spesifik dari order kita memerlukan. Tidak hanya untuk
merawat kebutuhan untuk memedulikan bagian depan "utuh" klien kecuali
generasi dari pengetahuan rawat memerlukan ambil satu kursus pada arah dari
keprihatinan dengan kebutuhan seluruh dari klien.
Pada pertengahan 1970, beberapa juru keperawatan menerbitkan konsep
dari keperawatan yang berlandaskan Johnson yaitu model sistem tingkah laku.
Grubbs, Holaday, Skolny, dan Riehl, Damus, dan Bor adalah beberapa pengarang
yang punya Johnson diinterpretasikan. Roy dan Wu dan orang lain berbagi
kepercayaan mereka sekitar merawat pada waktu yang sama, dan pengaruhnya
Johnson, seperti guru besar mereka, apakah crearly dicerminkan pada pekerjaan
mereka. Pada 1980, Johnson menerbitkan konsepnya dari "Model Sistem tingkah
laku Dari Keperawatan".

2. Definisi Keperawatan Menurut Dorothy E Jhonson

Johnson mengembangkan sistem tingkah lakunya untuk merawat dari satu


perspektif filosofis "didukung oleh satu kaya, bunyi dan dengan cepat tubuh
perluas dengan pengetahuan empiris dan teoritis". dari kepercayaan awal dia, yang
difokuskan pada individu yang sakit, Johnson meningkatkan satu dari banyak
definisi yang lebih luas dari keperawatan. Oleh 1980, dia mendefinisikan
keperawatan seperti "satu kekuatan pengatur exsternal yang mana berulah
memelihara organisasi dan integrasi dari sabar perilaku pada satu taraf optimal di
bawah kondisi itu dimana perilaku mendasari satu ancaman fisik atau kesehatan
kemasyarakatan, atau dimana penyakit ditemukan". Didasari di sini definisi,
empat gol dari keperawatan adalah untuk membantu sabar untuk menjadi
seseorang.

4
3. Perkembangan Sistem Teori Dorothy E Jhonson

Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi,


sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya . ia menyandarkan sepenuhnya
pada teori system-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A.
Rapoport,R. Chin dan W.Buckley. struktur teori system perilaku dipolakan
sesudah model system. system dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk
melakukan fungsi bersama-sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisanya,
Johnson mengkonseptualkan manusia sebagai system perilaku dimana fungsi
adalah observasi perilaku. Observasi perilaku adalah teori system biologi, yang
menyatakan bahwa manusia merupakan system biologi yang terdiri dari bagian
biologi dan penyakit adalah hasil gangguan system biologi.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin
ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi
perilaku, untuk mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain
yaitu bahwa manusia merupakan system perilaku, sejauh yang ian tahu, ide
tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian system perilaku
didukung dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan
bahwa system perilaku merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan.
Dalam system biologis , pengetahuan atas bagian-bagiannya lebih dahulu dari
pengetahuan keseluruahan system.

4. Konsep Utama dan Definisi Teori Dorothy E Jhonson

Konsep Utama Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan


behavioral system theory. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan
oleh para ahli perilaku dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-
organismik yang keduanya dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsive
terhadap perubahan-perubahan dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan

5
pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak langsung makhluk
social lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama.

Dengan memakai definisi sistem oleh rapoport tahun 1968, Johnson


menyatakan , “ A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its prt.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi
bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu , manusia berusaha menjaga
keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap
kekuatan yang mengenai mereka.

4.1) System Perilaku (Behavioral System).

System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap


dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi
teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara
seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan
obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya . biasanya sikap daqpat
digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk
mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang
berhasil pada beberapa tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi.
System biasanya cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang
diakibatkan.

4.2) Subsistem.

Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan,


bagian-bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas
tertentu. Suatu subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus sendiri
dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau
lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson
bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi

6
mengendalikan langsungaktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara
kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang
dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor biologis,
psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah attachment-
affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan
aggressive.

4.2.1) Subsitem Attachement - Affiliative

Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis,


karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada
tingktan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan
(security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy)
dan susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.

4.2.2) Subsistem Dependency

Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan


perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan
persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya,
perilaku dependency berybah dari hamper, bergantung total kepada orang lain kea
rah bergantung total kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri
dengan derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting
untuk kelangsungan kelompok social

4.2.3) Subsistem Biologis

Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan kapan,


bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan,
bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita
buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti halnya
pertimbangan biologis.

7
4.2.4) Subsistem Seksual

Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan


kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating,
system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan
termasuk (dalam cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis
kelamin.

4.2.5) Subsistem Agresif

Subsistem agresif adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan


(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan
feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku
agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang
lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan
pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati
dan dilindungi.

4.2.6) Subsistem Achievement

Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya


mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual ,
fisikis, kreatif, mekanis dan social.

Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang


menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai system perilaku(behavioral
system). Halo yang membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang di
luar system adalah ikatan (boundary). Ini merupakan titik (point) dimana system
memiliki control kecil atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “
sebagai kondisi akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana
didalamnya individu berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan
lingkunganya.

8
Homeostasis adalah proses menjaga stabilitas dalam system perilaku.
Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat
diiterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat system mengalami
overcompensate berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika output energi tambahan
digunakan untuk menjaga stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan
eksternal dan internal yang menghasilkan tegangan(tension) dan menyebabkan
ketidakstabilan . tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor . ia
disebabkan karena disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.

5. Asumsi-asumsi Teori Dorothy E Johnson

5.1) Orang (person)


Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan
dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk
keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-
bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk
menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting
untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistemt perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-
usaha mausia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan
pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.

5.2) Kesehatan(health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis,
psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para
pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan
subsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai

9
keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

5.3) Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan
bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor
lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.

10
B. TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA HANDERSON

1. Biografi Virginia Handerson

Virginia Handerson lahir tahun 1897,anak kelima dari 8 bersaudara di


keluarganya. Ia asli dari kansa City,Mo. Henderson menghabiskan masa
pertumbuhanya di virginia karena ayahnya membuka praktek hukum di
Wasington DC.

Selama perang dunia 1 henderson tertarik dengan ilmu perawatan. Maka


tahun 1918 ia masuki Sekolah Perawat Militer di Washington D.C. henderson
lulus tahun 1921 dan menempati posisi sebagai staf perawat di Henry Street
Visiting Nurse Service di New York. Di tahun 1922 Henderson mulai mengajar
ilmu perwatan di Norvolk Prostetan Hospital di Virginia. Lima tahun kemudian ia
memasuki Teacher’s college di universitas colombia di mana ia berturut turut
meraih gelar B.S dan M.A bidang pendidikan perawatan. Di tahun 1929
henderson menjadi supervisor pengajaran pada klinik Strong Memorial Hospital
di Rochester,New york. Ia kembali ke teacher’s college di tahun 1930 sebagai
pengajar, memberikan pelatihan proses analitis perawatan dan praktik klinik
hingga tahun 1948

Henderson menikmati karirnya yang panjang sebagai seorang penulis dan


peneliti. Sementara mengajar di teacher’s college ia menulis ulang edisi ke empat
tulisan Bertha Harmer Textbook of the Principles and Practice of Nursing and
practice of Nursing setelah kematian penulisnya.edisi ini di terbitkan tahun 1939.
Edisi kelima buku tersebut di terbitkan tahun 1955 dan memuat definisi ilmu
perawatan karya henderson. Henderson bergabung dengan universitas Yale sejak
awal tahun 1950-an dan telah berbuat banyak bagi riset keperawatan lebih jauh
lewat perkumpulan ini. Mulai tahun 1959 – 1971. Henderson mengepalai Nursing
Studyes Indeks Projec yang diseponsori Yale. Nursing Studyes Indeks kedalam 4
jilid dilengkapi dengan indeks biografi perawatan, analisis dan literatur sejarah
sejak tahun 1900-1959.

11
Di tahun 1980an Henderson masih aktif sebagai Resarch Associate
Emeritus di Yale. Prestasi Henderson dan pengaruhnya dalam profesi
keperawatan telah memberikan lebih dari 7 gelar Doctoral dan Christiane
Reimann ward pertama kali untuknya. Komponen yang mendasari model
keperawatan Virgina Henderson adalah THE ACTIVITIES OF LIVING .

2. Definisi Keperawatan Menurut Virginia Handerson

Virginia Handerson memperkenalkan definition of nursing (definisi


keperawatan). Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan
prinsip keseimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan
dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian
mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional.

Menurutnya tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam


keadaan sehat maupun sakit, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas
guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal
dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki
kekuatan, kemampuan, kemauan atau pengetahuan untuk itu (tugas perawat). Di
samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang
dikenal dengan “The Activities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa
tugas perawat adalah membantu individu dengan meningkatkan kemandiriannya
secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung
pada dokter. Akan tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter
sewaktu mengunjungi pasien.

3. Perkembangan Sistem Teori Virginia Handerson

Virginia Handerson pertama kali merevisi Textbook of the Principles and


Practice of Nursing and Practice of Nursing tahuin 1939. Henderson mengenalkan
karyanya untuk naskah inisebagai sumber yang memuatnya menyadari “perlunya
membuat jadi lebih jelas tentang fungsi dari perawat. Sumber kedua adalah
keterlibatanya sebagai anggota komisi pada konferensi regional Nasional Nursing

12
Council di tahun 1946. Ketiga, penyelidikan selama lima tahun Ameican Nurses’s
Assosiation tentang fungsi perawat menarik perhatian Henderson yang belum
sepenuhnya memuaskan dengan definisi yang di adopsi oleh ANA di tahun 1955.

3.1) Annie W Goodrich adalah seorang Dekan dari Sekolah Perawat Milliter
dimana Henderson memperoleh pendidikan dasar keperawatannya dan menjadi
inspirasi bagi Henderson.

3.2) Caroline Stacpole adalah profesor fisiologi pada Teacher’s College.


Universitas Columbia ia mengingatkan Henderson tentang pentingnya menjaga
keseimbngan fisiologi.

3.3) Jean Broadhurst adalah professor mikrobiologi di Teacher’s College


tentangpentingnya kesehatan (hygiene) dan penyucian hama berpengaruh kuat
pada Henderson

3.4) Dr.Edward Thorndike bekerja di Teacher College bagian psikologi. Dia


memimpin studi penelitian terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia.
Dr. George Deaver adalah ahli fisika di Institue for the Crippled and Disableddan
kemudia di rumah sakit Bellevue. Henderson mengamati bahwa tujuan dari upaya
rehabilitatif di institute tersebut adalah membangun kembali kemandirian pasien
(patient independence).

3.5) Bertha Harmer (Perawat Kanada), adalah penulis asli Textbook of the
Principles and Practice of Nursing and practice of Nursing yang di revisi oleh
Henderson. Definisi Harmer tahun 1922 “Nursing is rootedin the needs of the
humanity” (perawat berakar dari kebutuhan manusiawi).

3.6) Ida Orlando, Handerson menyebutnya Orlando sebagai salah satu yang
berpengaruh dalam konsepnya mengenai hubungan perawat pasien.

13
4. Konsep Utama dan Definisi Teori Virginia Handerson

4.1) Manusia

Handerson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan


untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan
untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri
atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat
belas kebutuhan dikategorikan menjadi empat komponen penting yaitu sebagai
berikut ;

4.1.1) Komponen Biologis, terdiri dari :

 Bernafas secara normal.


 Makan dan minum dengan cukup.
 Membuang kotoran tubuh.
 Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
 Tidur dan istirahat.
 Memilih pakaian yang sesuai.
 Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
 Menjaga tubuh tetap bersih dan terawatt serta melindungi integumen.
 Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.

4.1.2) Komponen Psikologis, terdiri dari :

 Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,


kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
 Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.

4.1.3) Komponen Spiritual, terdiri dari :

 Beribadah sesuai dengan keyakinan

14
4.1.4) Komponen Sosiologis, terdiri dari :

 Bekerja dengan tata cara yang ada mengandung unsur prestasi.

Henderson juga mengatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya antara klien dan keluarga,
mereka merupakan satu kesatuan (unit).

4.2) Keperawatan (Nurshing)

Menurut Henderson, perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu untuk


membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim
kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan
perawat berdasarkan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia).
Untuk menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis
maupun sosio.

4.3) Kesehatan (Health)

Sehat adalah siklus hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi
bagi kemanusaaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati
penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling
ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila
mereka memiliki kekuatan, kehendak serta pengetahuan yang cukup.

4.4) Lingkungan (Environment)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek


lingkungan.

 Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi


sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
 Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
 Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.

15
 Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar
dalam memberikan resep.
 Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran
tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
 Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.

Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat


dan klien. Menurut Handerson, hubungan perawat dengan klien terbagi menjadi
tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat
mandiri.

1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.

2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.

3) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti


(substitute) di dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik,
kemampuan atau kemauan pasien yang berkurang. Dalam hubungan antara
perawat dan pasien ini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”. Setelah kondisi
gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai
penolong (helper), untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali
kemandiriannya.kemandirian ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia
yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha
keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra
(partner), perawat dan pasien bersama-sama menerusakan rencana perawatan bagi
pasien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi
berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya seperti usia, tabiat, kondisi
emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.

16
Kaitannya dengan hubungan perawat dan dokter, Henderson berpendapat
bahwa perawat tidak boleh selalu melaksanakan perintah dokter. Henderson
sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi
perintah kepada pasien atau tenaga kerja lainnya. Tugas perawat adalah membantu
pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter.
Rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien tetap harus
dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang
ditentukan oleh dokter.

5. Asumsi-asumsi Teori Virginia Handerson


5.1) Keperawatan (nursing)
a. Perawat mempunyai keunikan untuk membantu individu sehat atau sakit.
b. Fungsi perawat adalah sebagai salah satu team medis.
c. Fungsi perawat adalah mandiri, terpisah dari dokter, tetapi mendukung program
program dokter.
d. Perawat wajib mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari segi atau sosial.
e. Perawat wajib dapat mengkaji kebutuhan dasar manusia.
f. Keempat belas komponen dasar kebutuhan manusia wajib dapat tercover semua
oleh fungsi perawat.

5.2) Pasien / Person (pasien)


a. Pasien wajib mampu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.
b. Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
c. Pasien wajib dibantu agar dapat mandiri.
d. Pasien dan keluaraga adalah satu kesatuan.
e. Kebutuhan pasien wajib dapat terpenuhi dengan ke-14 komponen dari
keperwatan
5.3) Kesehatan (health)
a. Kesehatan adalah kualitas dari kehidupan.
b. Kesehatan adalah dasar dari fungsi manusia.
c. Kesehatan diperlukan secara mandiri dan saling menggantungkan.
d. Peningkatan keshehatan lebih penting dari perawatan orang sakit.

17
e. Seseorang dapat memperoleh kesehatan jika dia mempunyai kekuatan,
kemauan, dan pengetahuan

5.4) Lingkungan (environment)


a. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungannya, tetapi penyakit akan
menurunkan kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan.
b. Perawat wajib mampu memberikan pendidikan kesehatan.
c. Perawat wajib melindungi pasien dari kecelakaan akibat lingkungan.
d. Perawat wajib mampu mencegah terjadinya kecelakaan melalui rekomendasi
terkait dengan konstruksi bangunan dan penempatan alat.
e. Dokter memanfaatkan hasil kerja perawat untuk menentukan tindakan terbaik
dalam mencegah kecacatan
f. Perawat wajib mengetahui tentang sosial budaya dan praktek keagamaan
pasien.

C. TEORI KEPERAWATAN JEAN WATSON

1. Biografi Jean Watson

Margareth Jean Herman Watson, phD,RN,AHN-BC, FAAN, lahir dan


tumbuh disebuah kota kecil bernama wetch, Virginia barat, dipegunungan
Appalachian. Sebagai anak paling bungsu dari 8 bersaudara, dia dikelilingi oleh
lingkungan keluarga besar.

Watson menyelesaikan sekolah menengah atas divirginia barat, kemudian


melanjutkan pendidikan dilewis gale school of nurshing di Roanoke,
Virginia.setelah lulus pada rahun 1961, dia menikah dengan doglas dan pindah ke
Negara bagian asalnya yaitu Colorado, dicolorado Watson melanjutkan
pendidikan keperawatannya dan lulus dari program sarjana keperawatan di
university of Colorado, dia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1964 dikampus
boulder. Kemudian gelar master dari keperawatan jiwa pada tahun 1966 dikampus
ilmu kesehatan, dan akhirnya gelar dokter dibidang psikologi pendidikan dan
konseling pada tahun 1973 disekolah pascasarjana,kampus boulder. Setelah

18
Watson menyelesaikan pendidikan doktornya,dia bergabung di fakultas
keperawatan,university dicoloradohealth sciences center di Denver,yaitu dengan
mengabdikan diri baik di fakultas maupun di bagian administrasi.

Pada thun 1980, Watson dan rekan-rekannya mendirikan pusat ‘Human


Caring’ di university of Colorado, yaitu pusat kajian muti disiplin yang pertama
dinegaranya, yang berkomitmen menerapkan ilmu tentang ‘Human Caring’ untuk
kepentingan praktik klinis, beasiswa, administrasi dan kepemimpinan (Watson,
2016). Dipusat kajian ini Watson dan rekan-rekannya tersebut memberikan
dukungan terhadap kegiatan-kegiatan klinis, pendidikan, beasiswa, dan proyek
terkait ‘Human Caring’.Kegiatan ini melibatkan para pakar ditingkat nasional dan
internasional, juga relasi kolega diseluruh dunia seperti Australia, Brazil, Inggris,
skandinavia, Thailand, and Venezuela. Kegiatan ini berlanjut dengan diadakan
program sertivikasi internasional tentang ‘Caring Healing’ di university og
Colorado, dimana Watson menawarkan pendidikan khusus tentang teori yang
dikembangkanya kepada mahasiswa doctor.

Watson menjabat sebagai ketua dan wakil dekan pada program sarjana
university Colorado school of nursing.Ia terlibat dalam perencanaan dan
penerapan serta menjadi coordinator dan direktur program doctor pada tahun
1978-1981. Pada tahun 1983-1990 watson menjadi dekan university of Colorado
school of nursing dan direktur pelayanan keperawatan di university hospital.
Selama masa jabatannya, Watson mengembangkan kulikulum pasca sarjana
terkait ‘Human Caring’ , kesehatan dan menyembuhkan yang menjadikan doctor
keperawatan, gelar doctor klinis yang pada tahun 2005 dikenal sebagai gelar
doctor of nursing practice.

University of Colorado school of nursing menganugerahkan gelar proesor


keperawatan pada Watson pada 1992. Selain, ia mendapat gelar 6 doctor
keperawatan dari 3 universitas di Amerika Serikat dan 3 laiinya dari luar AS.
Termasuk dari Goteborg university di swedia, luton university di London, dan
university of montreal di quebec, kanada. Pada tahun 1993 watson menerima

19
penghargaan Matha E. dan roager di liga nasional keperawatan/ national language
of nursing (NLN) atas kontribusi yang di siknifikan untuk memajukan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1997 NLN menganugerahkan
penghargaan seumur hidup kepada Watson sebagai perawat holistic.Di tahun
1999, Watson menjadi ketua ilmu caring Marcison- Scoville yang pertama hingga
saat ini menjadi professor kehormatan.

Watson mendapatkan gelar kehormatan ilmuan keperawatan dari New


York university di tahun 1998 dan ditahun berikutnya menerima penghargaan
Fetzer Institute’s National Norman Cousin atas komitmennya mengembangkan,
memelihara dan memperkuat praktik keperawatan berpusat pada hubungan
manusia (Watson, komunikasi pribadi, 14 agustus 2000)

Watson juga merupakan pengajar dibeberapa universitas di AS termasuk


baston collage,khatolik university,Adelphi university ,Colombia university-
theacher collage ,state university of new york ,dan di universitas serta pertemuan
ilmiah di banyak Negara diluar AS.watson terlibat pada berbagai proyek
internasional di undang di banyak Negara di new
Zealand,india,thailan,Taiwan,Israel,japan,Venezuela ,korea dan lainnya. Jean
Watson telah menulis sebelas buku , menulis bersama enam buku dan
telahmenulis sejumlah besar artikel di jurnal keperawatan. Publikasi berikut
mencerminkan evolusi teori caring- nyadari gagasan awalnya mengenai filosofi
dan ilmu caring.

Buku pertamanya, nursing: the philosophy and science of caring(1979) ,n


dikembangkan dari catatan yang diajarkan pada mahasiswa sarjana di university
Colorado,11 faktor kuratif yalom mensimulasi pemikiran Watson tentang 10
faktor karataf sebagai kerangka kerja (Watson,1979), yang ‘’ berpusat pada
keperawatan’’ dan sebagai idea moral. Karya awal Watson menggambarkan 10
faktor karatif tersebut tetapi kemudian berkembang hinggang lemiputi konsep ‘’
caritas’’ yang menghubungkan caring dan cinta secara explisit (Watson,

20
komunikasi pribadi, 2004). Buku pertama di cetak ulang pada tahun 1985 dan di
terjemahkan ke bahasa korea dan prancis.

Buku ke 2, nursin science dan human care-A teori of nursing, di terbitkan


pada tahun 1985 dan dicetak ulang pada tahun 1998 dan 1999. Buku ini berisi
pemikirannya mengenai masalah konseptual dan filosofi pada keperawatan. Buku
ke dua ini sudah di terjemahkan ke bahasa cina, jerman,jepang,korea, suedia,
nurwegia,dermad, dan mungkin lebih bahasa lagi saat ini.

Buku ke 3 watson, postmodern nursing and beyond(1999), berisikan


model untuk membawa praktik keperawatan ke abat21 watson pernah
menjelaskan 2 peristiwa pribadi yang mempengaruhi tulisannya ,tahun 1997 yang
mengalami kecelakaan selingga kehilangan mata kirinya dan tak lama setelah itu
di tahun 1998, suaminya meninggal, Watson menyatakan bahwa ‘’ saya berusaha
memadukan luka yang di alami dengan kehidupan dan pekerjaan saya. Salah satu
anugrah yang di dapat dari penderitaan adalah kehormatan untuk mengalami dan
menerima sendiri teori yang saya kembangakan melalui perawatan yang di
berikan suami,tema dan sejawat perawat yang saya cintai’’( Watson, komnikasi
pribadi, 31 agustus 2000). Buku ke 3 ini telah di terjemahkan ke dalam bahasa
fortugis, jepang.Bukunya yang berjudul instruments forassessing and measuring
cering in nursing and heath sciscens (2002) kumpulan 201 instrumen untuk
mengkaji dan mengukur caring, menerima penghargaan sebagai buku tahun ini
dari amerikan jurnal of nursing.

Buku ke 5, caring science as,sacred science( 2005), menggambarkan


perjalanan pribadinya untuk meningkatkan pemahaman tentang ilmu caring.
Praktik spiritual, konsep dan praktek keperawatan serta caring-healing. Dalam
buku ini ia menggiring pembaca melalui pengalaman yang mampu memicu
pemikiran dan kesaktralan keperawatan dengan menekan kan pada refleksi diri
yang dalam serta pertumbuhan pribadi, ilmu komunikasi, penggunaan
pertumbuhan transpersonal-diri dan perhatian pada ilmu caring maupun healing

21
melalui sikap memaafkan, bersukur dan pasrah. Buku ini pun menerima
penghargaan buku taun ini dari ameican jurnal of nursing taun 2005.

2. Definisi Keperawatan Menurut Jean Watson

 Keperawatan
Menurut Watson (1988), kata perawat adalah katabenda dan kata kerja.
Baginya, keperawatan terdiri dari ‘pengetahuan, pemikiran, nilai, filosofi,
komitmen dan tindakan.Teori Watson mengajak perawat untuk melakukan lebih
dari sekedar prosedur, tugas, dan teknik yang digunakan dilahan praktik,
menyebutnya sebagai ‘pemangkasan’keperawatan, kontras dengan inti
keperawatan, yang memaknai aspek tersebut dalam hubungan perawat-pasien
yang memberikan hasil terapeutik yang dimasukkan kedalam proses caring
transpersonal (Watson, 2005; 2012).Menggunakan 10 faktor karatif yang awal
maupun yang telah dikembangkan, perawat memberikan pelayanan pada berbagai
pasien. Setiap proses karafif dan proses caritas klinis menggambarkan proses
caring. Bagaimana pasien memperoleh atau mempertahankan kesehatannya, atau
meninggal dengan damai.Sebaliknya, Watson menggambarkan tentang curing
sebagai istilah medis yang mengacu pada eliminasi dari suatu penyakit.(Watson,
1979). Dengan berkembangnya karya Watson, ia semakin berfokus pada proses
perawatan anusia dan aspek transpersonal dari caring-healing dalam hubungan
caring transpersonal. (1999, 2005).

3. Konsep Utama dan Definisi Teori Jean Watson

Watson kemudian menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak bisa


diperlakukan sebagai objek dab bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari
dirinya, dari orang lain, alam, dan semesta.Paradigm caring-healing terletak
didalam kosmologi yang bersifat metafisik dan transenden dengan manusia yang
terus berkembang dialam semesta.Ia meminta untuk terbuka terhadap
kemungkinan dan menyingkirkan anggapan-anggapan terhadap diri sendiri dan
orang lain, untuk kembali belajar dan ‘melihat’ menggunakan seluruh indera yang
dimiliki.

22
a. Manusia
Watson menggunakan istilah manusia, orang, kehidupan, dan diri sendiri
secara bergantian. Ia memandang seseorang sebagai “suatu kesatuan dari pikiran
atau tubuh atau jiwa atau alam”. Dan ia mengatakan bahwa “seseorang terikat
pada pemikiran bahwa jiwa seseorang memiliki tubuh yang tidak terikat pada
ruang dan waktu secara objektif” (Watson, 1988). Watson menyatakan, “saya
bermaksud menggunakan fikiran, tubuh, jiwa, atau kesatuan dalam keterkaitan-
pandangan dunia yang muncul dan berkembang, kadangkala mengacu pada
pemikiran Unitary Transformative Paradigma-Holographic.Hal ini sering
dianggap dualistic karena saya menggunakan tiga kata ‘pikiran, tubuh, jiwa’.Saya
melakukannya dengan sengaja untuk membuat konotasi dan menyampaikan
secara eksplisit tentang jiwa atau metafisika yang tidak diangkat didalam model-
model lainnya”.(Watson, komunikasi pribadi, 12 April 1994).
b. Kesehatan
Pada awalnya, definisi Watson (1979) tentang kesehatan diturunkan dari
definisi WHO sebagai “keadaan positif dari kesejahteraan fisik, mental, dan social
dengan meliputi tiga elemen: (1) keadaan fisik, mental dan social berada pada
tingkat tinggi. (2) fungsi sehari-hari berada pada tingkat adaptif-pemeliharaan. (3)
ketiadaan penyakit (atau adanya usaha untuk meniadakan penyakit)”.Akan tetapi,
kemudian Watson mendefinisikan sehat sebagai “kesatuan dan harmoni dalam
fikiran, tubuh, dan jiwa” berhubungan dengan “derajat kesesuaian antara diri
sendiri yang diterima dan diri sendiri yang dialami” (Watson, 1998). Watson
(1998) menyatakan lebih lanjut, “penyakit tidaklah harus berupa penyakit
melainkan kekacauan subjektif atau ketidak harmonisan didalam jiwa atau diri
seseorang pada tingkat tertentu yaitu ketidak harmonisan dalam area pengaruh
seseorang, misalnya : dalam pikiran, tubuh, dan jiwa seseorang, baik yang terjadi
secara sadar maupun tidak sadar”. “sementara suatu kondisi tidak sehat dapat
menjadi suatu penyakit, tidak sehat dan sehat adalah suatu fenomena yang tidak
harus dianggap sebagai suatu rentang. Proses penyakit dapat pula berasal dari
factor genetic, kerentanan konstitusional, dan terwujud pada saat terjadi suatu

23
kondisi ketidak harmonisan. Penyakit, pada gilirannya akan menciptakan lebih
banyak ketidakharmonisan”. (Watson, 1985, 1988)
c. Lingkungan
Watson dengan 10 faktor karatifnya menyatakan bahwa peran perawat
terhadap lingkungan adalah “memberikan lingkungan fisik, mental, sosial, dan
spiritual yag mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki” (watson, 1979).
Dalam karyanya kemudian, ia memandang lingkungan secara lebih luas “ilmu
caring bukanlah hanya untuk memelihara kemanusiaan, tetapi juga untuk
memelihara planet ini... rasa memiliki terhadap dunia jiwa univesal yang tak
terbatas dari alam dan seluruh makhluk hidup; ini adalah keterkaitan primordian
dari kemanusiaan diri sendiri, melintasi ruang dan waktu, batas negara dan
bangsa” (watson, 2003).

4. Landasan Teori Praktik Keperawatan Jean Watson

 10 Faktor Karatif

Watson melandaskan teori praktik keperawatannya pada 10 faktor karatif


berikut ini.Setiap factor memiliki komponen fenomenologis yang bersifat dinamis
dan relative bagi setiap individu yang terlibat dalam hubungan yang tercakup
dalam keperawatan. 3 faktor yang saling berhubungan berfungsi sebagai ‘landasan
filosofis ilmu caring’ (Watson, 1979, hal. 9-10), dengan berkembangnya gagasan
dan nilai yang ditawarkan oleh watson, ia kemudian menerjemahkan 10 faktor
karatif ini menjadi proses caritas. Proses caitas meliputi dimensi spiritual dan
pengejawantahan yang terbuka dari konsep cinta dan caring.

1. Membentuk System Nilai Humanistic Altruistic


Nilai humanistic altruistic dipelajari dari usia dini tetapi dapat sangat
dipengaruhi oleh perawat pendidik. Factor ini dapat diartikan sebagai kepuasan
yang didapat dengan memberi dan memperluas dimensi diri (sense of self).
(Watson, 1979)
2. Membangkitkan Keyakinan Harapan

24
Factor ini, dipadukan dengan nilai humanistic dan altruistic, dapat
membantu mewujudkan keperawatan yang holistic dan kesehatan positif pada
populasi pasien. Dan factor ini juga menggambarkan peran perawat dalam
mengembangkan hubungan perawat dengan pasien yang efektif dan meningkatkan
kesejahteraan pasien dan juga menerapkan perilaku hidup sehat (Watson, 1979)
3. Menanamkan kepekaan terhadap diri dan orang lain
Menyadari perasaan diri baik perawat maupun pasien, dan juga
mengarahkan seseorang menuju aktualisasi dirinya. Perawat mengakui kepekaan
dan perasaanya dapat menjadi lebih tulus, ikhlas dan peka terhadap orang lain.
(Watson, 1979)
4. Mengembangkan hubungan membantu hubungan rasa percaya
hubungan membantu hubungan rasa percaya anata perawat dan pasien sangat
penting untuk membantu mewujudkan hubungan caring transpersonal. Melalui
inilah, perawat dan pasien saling mengungkapkan perasaan positif dan negative
dan membutuhkan rasa empati, jujur, tulus, dan sikap yang baik. (Watson, 1979)
5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negative
Berbagai perasaan bias dinggap sebagai pengalaman yang beresiko bagi
perawat maupun pasien. Perawat harus siap menghadapi perasaan yang positif
atau negative, dan juga menyadari bahwa pemahaman intelektual dan emosional
setiap situasi berbeda beda. (Watson, 1979)
6. Menggunakan metode pemecahan masalah secara sistematis untuk
pengambilan keputusan
Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dakam keper awatan , memupuskan citra perawat sebagai
pembantu dokter. Proses keperawatan sama dengan proses penelitian yang
sistematis dan tertata.(Watson , 1979)
7. Meningkatkan pengajaran – pembelajaran inter personal
Factor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatn karena
membedakan caring dan curing. Melalui proses pengajaran-pembelajaran inter
personal, pasien dapat terinformasikan ,sehingga dapat bertanggung jawab untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan dirinya. Perawat memfasilitasi proses ini

25
dengan teknik belajar mengajar yang diracanh untuk memapukan pasien perawat
dirinya, menentukan kebutuhan dirinya ,dan memberikan kesempatan bagi dirinya
untuk tumbuh
8. Menyediakan lingkungan fisiologis ,fisik,social budaya dan spiritual yang
mendukung,melindungi,dan memeprbaiki
Perawat itu harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan
eksternal terhadap sehat dan sakit individu. Selain vaiabel ersebut , variable
evidemiologis ,eksternal lainya meliputi kenyamanan,privacy ,keamanan
,kebersihan dan lingkungan yang indah.(Watson , 1979)
9. Membantu pemenuhan kebutuhan manusia
Perawat menyadari kebutuhan biofisik,psikofsik,psikososial dan
interpersonal dari dirinya sendiri dan juga pasien. Pasien harus dapat memenuhi
kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu sebelum dapat memenuhi
kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya kebutuhan nutrisi eliminasi dan
ventilasi. Akloalisasi diri merupakan interpersonal yang tingkatanya juga
tinggi.(Watson , 1979)
10. Mengizinkan kekuatan eksistensial fenomenologis
Fenomenologis menggambarkan data dari situasi yang membantu untuk
memahami suatu fenomena. Faktor yang diikutsertakan yang menjadi pengalaman
yang dapat memupuk pemikiran agar dapat mmahami diri sendiri dan orang lain.
Tujuan ini dapat dicapai dengan mengajarkan pasien perubahan diri untuk
meningkatkan kesehatan, memberi dukungan sesuai situasi, mengajarkan cara
menyelesaikan masalah. (Watson, 1979)

26
BAB III

PEMBAHASAN

A. APLIKASI KONSEP MODEL DOROTHY E JOHNSON DALAM


PROSES KEPERAWATAN

1. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan Proses


keperawatan Menurut Dorothy E Johnson

1.1) Berdasarkan Teori Sistem Perilaku


Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang menngambarkan
diagnosa cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu subsistem sedikit
spesifik terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan empat katagori dari
sistem tingkah laku Johnson, yaitu:
1.1.1) Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem
tertentu bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini
sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
1.1.2) Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol dimaksud.
incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari subsistem, walau
cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak efektif.
1.1.3) Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang
sama menilai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
1.1.4) Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain
subsistem dengan tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang lain.

1.2) Berdasarkan Konsep Keperawatan


1.2.1) Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan
model konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola
intervensi dari model konseptualyang digunakan.
1.2.2) Implementasi

27
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
bukan merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung
mempengaruhi intervensi keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak
menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
1.2.3) Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi
berhubungan dengan bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan
klien serta tujuan klien. Jika perawat sudah dapat menjawabnya, akan membantu
perawat menilai keefektifan dari proses perawat secara keseluruhan dan model
keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin
ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi
perilaku untuk mengembangkan teorinya.

2. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya

2.1) Studi Kasus

Seorang laki-laki berusia 67 tahun di bawa ke rumah sakit untuk di


lakukan pemeriksaan diagnostik setelah mengalami nyeri perut yang parah dan
mendaptkan adanya bercak merah pada fsesnya. Dia dalam keadaan sadr penuh.
Pasien tersebut mempunyai riwatan diabetes militus tipe 2 dan hipertensi. Kadar
glukosa darah 187 mg/dl dan tekanan darah 188/100mmHg. Tinggi badan pasien
1,65m dan berat 65 kg. Dia saat ini mengkonsumsi obat antihipertensi,
antikoagulan,dan antiimplasi serta obat anti diabetes.

Riwayat kesehatan saat ini menunjukkan bahwa dia mengalami gangguan


faskularisasi serebal (CVA) sejak 6 minggu yang lalu yang mengakibatkan
kelumpuhan parsial dan mati rasa( kebas) pada tangan dan kaki sebelah kanan,
aphasia wajah, dan bicara rero. Dia sudah menjalani program rehabilitasi selama 4

28
minggu sehingga dia bisa berjalan untuk jarak pendek dengann menggunaan
penyangga kaki dan bantuan minimal. Pasien tersebut lemah dan cepat merasa
lelah. Walaupun dia bisa menggerakkan kaki kanan nya, dia tidak mau
menggerakkannya karena terasanyeri saat di gerakkan. Dia mendapatkan
asetaminovet (tylenol dosis tinggi) untuk mengurangi nyeri pada kaki kanannya
sebelum di lakukan terapi dan sbelum tidur. Dia juga mengalami apasia wajah.
Dia merasa cemas tentang krlanjutan trapinya dan memikirkan jannjina yang tidak
di penuhi dengan doktor atopedik,untuk memeriksa kaki kanannya. Pasien
melaporkan bahwa lidahnya terasa keras, makanan tidak ada rasanyadan di
kehilangan nafsu makan dengan dukungan yang kuar dari keluarganya,dia mau
makan walaupun porsinya sedikit dan tidak ada kesuliatan untuk minum.

Pasien tersebut adalah lulusan dari universitas yang sudah pensiun, dia
sudah menikah selama 45 tahun dan memiliki 2 anak yang tinggal di kota yang
sama dengannya. Dia aktif denngan kegitan sosial, dan menjadi ketua dalam
organisme masyarakat.dia terlihat gembira dan berusaha untuk berbicar dengan
mereka ketika mereka mengunjungi. Namun ketika dia sedang tidak menerima
tamu, dia duduk diam menyendiri di ruang yang gelap atau hanya tidur seharian.
Dia sering menangis ketika keluarganya memeluknya pada sat pamitan untuk
pulang. Dia menunjukan ekspresi penghargaan untuk setiap kunjungan dan minta
maaf jika dia terlihat emosional.

2.1.2) Pengkajian Penelitian

Dengan menggunakan pengkajian perilaku menggunakan model sistem


perilaku johnson, beberapa hal bisa di dentifikasi sebagai berikut

1. Pencapaian: pasien telah mencapai beberapa tujuan tumbuh kembang


pasien sebagai orang dewasa akhir dia melakukan kegiatan sehari hari berjalan,
bicara serta keterampilan koknitif-motorik seperti pembaca menulis berbicara.
2. Keterikatan-afilisasi: pasien telah menilah dan mempunyai dua anak yang
mendukung dan tinggal di tempat yang sama

29
3. Agresif-protektif: pasien merasa kawatir tentang istrinya yang harus
melakukan perjalanan pada malam hari u ntuk pergi ke rumah sakit dan dia
kawatir bahwa dia tidak makan dengan baik ketika menemaninya ketika
menemaninya di rumah sakit
4. Ketergantungan saat ini dia mengalami struk yang mengakibatkan dan
ganguan mobilitas pada tangan dan kaki pada bagian tangan, sehingga dia menjadi
saat tergantung pada orang lain untuk melakukan ADL. Dia mempunyai resiko
untuk jatuh, resiko cedera karena mati rasa pada tangan dan kaki, serta kelemahan
tubuhbisa mengganggu keselamatan dirinya.
5. Inestive: sejak mengalami stroke,pasien mengalami penurunan nafsu
makan. Dia mengalami penurunan berat badan sebanyak 9 kg dalam waktu enam
minggu. Hasil pengkajian menunjukan adanya kesulitan menelan. Dia bisa makan
sendiri dengan menggunakan tangan kirinya tetpi dia membutuhkan bantuan
untuk memotong makananya.
6. Eliminasi: pasien bisa berkemih tanpa kesulitan dengan menggunakan
urinal tetpi dia lebih menyukai untuk pergi ke kamar mandi. Dia mengalami
konstifasi sehubungan dengan penurunan asupan makan dan minuman.
7. Seksual: terdapat beberapa perubahan pada sehubungan seksual dengan
istrinya sehubungan dengan nyeri, dan keterbatasan penggunaan tangan kananya
serta kelelahan

2.1.3) Pengkajian Lingkungan


Pengkajian dari faktor lingkungan internal dan eksternal menunjukkan
adanya adanya beberapa tekanan dan ancaman terhadap keseimbangan dan
stabilitas perilaku. Tindakan rawat inap dan pemeriksaan diagnostik menimbulkan
stres yang memperlambat stabilitas biologis dan pesikologis dari sistem perilaku
tersebut.stroke menimbulkan gangguan fisik dan kognitif yang mempengaruhi
tingkat kemandirian pasien,kemampuan perawat diri, belajar,maturase,dan
sosialisasi. Tindakan rawat inap pada saat ini dapat menunda atau mengurangi
prognosis kondisi fisik pasien dan rehabilitasi kemampuan bicara.

30
Pasien dan istrinya aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungan tempat
tinggalnya dan sering berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial. Pasien juga
aktif mengajar di sekolah swasta. Kondisi penyakitnya saat ini, tindakan rawat
inap, dan kelelahan telah menurunkan kemampuannya untuk melakukan berbagai
aktivitas tersebut. Meskipun dia bisa beadaptasi dengan kelemahan anggota badan
bagian kananya serta masih bisa berjalan dengan bantuan penyangga serta makan
dengan tangan kirinya, pasien tersebut masih membutuhkan bantuan dari perawat

2.1.4) Komponen Struktural

1. Niat atau tujuan: pasien nampak termotifasi untuk menyelesaikan


pemeriksaan dianostiknya dan pulang ke rumah sesegera mungkin. Dia kelihatan
bersemangat untuk mengikuti program rehabilitasi tersebut keluar dari rumah
sakit. Hal tersebut nampaknya bisa mengurangi stress yang dialami oleh istrinya.
Istrinya memberikan doronganyang positif dan selalu mendukung suaminya dia
membutuhkan istrinya untuk membuat keputusan

2. Tatanan (set) : hasil kajian menunjukan dengan jelas bahwa pasien


menginginkan membuat keputusan sendiri dan menjadi pemimpin dalam hal ini.
Kondisi tersebut juga menjukan bahwa dia membutuhkan pendapat dari istrinya
untuk meyakinkan bahwa pasien sudah membuat keputusan yang tepat untuk
dirinya sendiri

3. Pilihan : meskipun pasien menyetujui untuk melakukan pemeriksaan


diagnostik, dia tidak bagi mersa sakit dan tidak mengalami pendarahan sejak di
rawat di rumah sakit. Dengan demikian, pasien bisa lebih fokus untuk mencapai
tujuan rehabilitasinya. Dia memulai kegiatanya dan mencari bantuan dari
keluarganya untuk berjalan ke kamar mandi, berjalan sepanjang koridor rumah
sakit dan menyelesaikan kegiatan ADLnya

4. Tindakan pasien bersosialisasi dengan pengunjung dan keluarganya


dengan berpatisipasi secara aktif dalam pembicaraan. Dia meminta bantuan jika di

31
perlukan untuk memnuhi kebutusan fisik dan koknitifnya dia meminta doa
kepadakeluarga dan temanya sebagai bentuk bimbingan sepiritual untuk
mengatasi penyakitnya

2.1.5) Persyaratan Fungsional

Pasien membutuhkan bantuan dari luar untuk memenuhi 3 persyaratan


fungsional yang meliputi perlindungan, pengembangan, dan stimulasi . ketidak
mampuan untuk merasakan sensasi pada bagian kananya dan penurunan fungsi
mobilitasnya meningkatkan pasien tersebut untuk mengalami cedera. Alat
perlindungan seperti pegangan tangan dan kursi untuk mandi bisa digunakan
untuk pasien.

Pasien juga membutuhkan bantuan untuk mempersiapkan makanan tetapi


bisa beradaptasi untuk menggunakan tangan kirinya untuk makan dan minum.
Sosialisai dan ekspetasi penampilan yang di harapkan dari program rehabilitasi
merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Stimulasi juga bisa di lakukan oleh teman dan keluarga yang
mengunjungi pasien. Stimulasi yang berkelanjutan merupakan hal yang sangat
penting bagi pasien karena dia mengalami kesulitan untuk memahami stimulasi
yang lain seperti radio,televisi dan membaca

2.1.6) Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan kekuatan pengedali dari luar yang


melindungi, menstimulasi dan mengembangkan atau meningkatkan
pengorganisasian dan integrasi sistem perilaku pasien. Tindakan keperawatan
untuk pasien seharusnya berfokus pada penjelasan untuk pemeriksaan diasnotik
yang harus dilakukan dan hasil dari text yang diharapkan. Perawat seharusnya
mengadvokasi pasien untuk melakukan terapi fisik dan bicara untuk menstimulasi
kemampuan fungsionalnya dan memperkuat perilaku yang ingin dicapai oleh
pasien serta mengurangi tingkat ketergantunganyya merupakan hal yang sangat

32
penting untuk memberikan dorongan bagi pasien agar tetap mau bersosialisasi
dengan keluarga dan temannya.

Pasien dan istrinya akan membutuhkan dukungan dan pengajaran untuk


mengenali metode untuk melakuan penyesuaian mengelola ketidakseimbangan
serta ketidakstabilan serta mengenali tidakan yang dapat meningkatkan perilaku
untuk menciptakan sistem seimbang dan stabil.

3. Tujuan Asuhan Keperawatan Menurut Dorothy E Johnson


Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu
yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat,
mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.

4. Kelemahan dan Kelebihan Teori Dorothy E Johnson

4.1) Kelebihan :
Dia memberikan kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan dengan
perilaku klien tertentu.
Model perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh jangka hidup
dan lintas budaya
.
4.2) Kelemahan :
Johnsons tidak jelas saling berhubungan konsep nya subsistem. Kurangnya
definisi yang jelas untuk hubungan timbal balik antara dan antara subsistem
membuat sulit untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas.
Kurangnya keterkaitan yang jelas antara konsep menciptakan kesulitan dalam
mengikuti logika kerja Johnson.

5. Kesimpulan Teori Dorothy E Johnson

Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk


membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk

33
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
dua sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik,
mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah
yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu
yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat,
mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.

B. APLIKASI KONSEP MODEL VIRGINIA HANDERSON DALAM


PROSES KEPERAWATAN

1. Hubungan Perawat-Pasien-Dokter
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara
perawat dank lien. Menurut Henderson ( dalam asmadi, 2008), hubungan perawat-
klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga
hubungan sangat mandiri :

1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pannganti


(substitute) didalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik,
kemampuan, atau kemauan pasien yang berkurang. Disini perawat berfungsi
untuk melengkapi.

2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.

34
Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan,
perawat berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau membantu
pasien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini bersifat
relative, sebab tidak ada satupun manusia yang tidak bergantung kepada orang
lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi
mewujudkan kesehatan pasien.

3) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-sama merumuskan


rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap
memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebuhan dasar
tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan factor lainnya, seperti
usia, tabiat, kondisi emosional, status social atau budaya, serta kekuatan fisik dan
intelektual.

Kaitannya dengan dengan hubungan perawat-dokter, Henderson


berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter.
Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang memperbolehkan dokter
memberi perintah kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat
adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada
tenaga dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien
harus dijalankan sedemikian rupa sehinnga dapat memenuhi rencana pengobatan
yang ditentukan oleh dokter.

2. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya


2.1) Studi Kasus
Yang perlu dikaji adalah:
 Core/inti
Data diri pasien yang terdiri dari: umur, pendidikan, jenis kelamin, agama,
nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya penyakit.
 14 komponen kebutuhan dasar manusia / pasien meliputi:
1. Pernafasan

35
2. Kebutuhan makan dan minum
3. Eliminassi
4. Posisioning
5. Kebutuhan tidur dan istirahat
6. Kebutuhan dalam berpakaian
7. Cara mempertahankan suhu tubuh dan memodifikasi lingkungan
8. Kebersihan tubuh
9. Kondisi lingkungan
10. Komunikasi
11. Ibadah dan keyakinan
12. Pekerjaan sehari-hari
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
14. Kebutuhan belajar dan menggunakan fasilitas keseahatan

Perawat mengkaji ke-14 komponen dasar, komponen pertama dinilai


secara penuh kemudian menuju pada komponen selanjutnya. Untuk mengkaji data
dari ke-14 komponen ini, perawat membutuhkan pengetahuan dari apa yang
normal dalam kesehatan, juga pengetahuan tentang apa-apa yang menyebabkan
sakit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-14 komponen
kebutuhan dasar manusia / pasien.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan keb
individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin bahwa ini sesuai dengan
yang ditentukan dokter.sebuah rencana yang baik mengintregasikan pekerjaan dari
semua yang ada dalam tim kesehatan.

4. Implementasi

36
Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara
kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam
kematian yang tenang. bersifat individu, tergantung pada prinsip fisiologis,
umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual.

5. Evaluasi
Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasar pada
tingkatan dimana pasien dapat mandiri.

3. Tujuan Keperawatan Menurut Virginia Handerson


Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh
Henderson adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan dan membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin. Dimana pasien merupakan makhluk sempurna yang dipandang
sebagai komponen bio, psiko, sosial dan spiritual yang mempunyai 14 kebutuhan.

Menurut Henderson peran perawat adalah menyempurnakan dan


membantu mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh
kemandirian dalam memenuhi 14 kebutuhan dasar pasien. Faktor menurunnya
kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam
memperoleh kemandirian. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi
penyebab dimana pola intervensinya adalah mengembalikan, menyempurnakan,
melengkapi, menambah, menguatkan, kemauan dan pengetahuan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Virginia Handerson

4.1) Kelebihan
 Henderson adalah ahli teori keperawatan yang memberi pengaruh besar
pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Henderson adalah orang
pertama yang mencari fungsi unik dari profesi perawat.
 Teori Henderson didasari oleh keanekaragaman pengalaman yang ia miliki
selama karir keperawatannya, bukan teori / model yang abstrak semata.

37
 Henderson mendefinisika profesi keperawatan: bahwa profesi keperawatan
adalah profesi yang mandiri yang tidak hanya tergantung pada instruksi dokter.
 Asumsi Henderson mempunyai validitas karena mempunyai keserasian
dengan riset ilmuan dibidang yang lain seperti konsep Maslow.

4.2) Kelemahan
 Pandangan dan pendapatnya hanya berfokus pada satu pihak yaitu pada
penyembuhan fisik semata atau pada upaya memandirikan pasien.
 Teori kurang pragmatis.

5. Kesimpulan Teori Virginia Handerson


Dalam bukunya, The Nature of Nuresing: A Definition and its Implication
for Practice, Research, and Education, Handerson telah mendesain dua fase
kurikulum yaitu:
1) Fase pertama, penekanan pada kebutuhan pokok pasien, rencana
keperawatan, fungsi unik keperawatan dalam membantu melakukan aktifitas
sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan pasien.
2) Fase kedua, membantu pasien memenuhi kebutuhannya selama adanya
gangguan fungsi tubuh atau patologis yang membutuhkan modifikasi rencana
keperawatan.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Teori Virginia
Henderson tentang model konsep keperawatan dalam buku “The Principles and
Practice of Nursing” merupakan sebuah sumber yang luar biasa yang bisa
diberdayakan oleh mahasiswa maupun perawat yang sudah berpraktek. Kelly
menyatakan “Jika saja hanya ada satu buku keperawatan yang bisa diselamatkan
ketika bom jatuh, PPN adalah buku itu.
Model Keperawatan Virginia Henderson sangat mempengaruhi
perkembangan proses keperawatan didunia ini dengan ke-14 komponen dasar
kebutuhan manusia.

38
C. APLIKASI KONSEP MODEL JEAN WATSON DALAM PROSES
KEPERAWATANf
1. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya
1.1. Studi Kasus

Studi kasus berikut diadaptasi dari contoh klinis velerie taylor (2008).
Untuk presentasi sintesis keperawatan lanjut untuk konsentrasi perawat-bidan,
eascalorina university college of nursing.

Anda adalah perawat maternitas lulusan baru dari program spesialis


keperawatan maternitas yang disiapkan untuk bekerja dirumah sakit kecil
berkapasitas 100 tempat tidur. Anda berkomitmen untuk menerapkan teori watson
dengan membangun hubungan perawat maternitas-pasien untuk mendapatkan
hasil terapeutik. Anda masih baru sehingga anda memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mempromosikan teori tersebut pada staf perawat lainnya dan juga para
dokter. Hari ini anda merasa bersemangat dan tertantang untuk mengintegrasikan
teori watson kepada asuhan keperawatan maternitas pada pasien, perempuan 23
tahun bersuku jawa, gravida 4 para 3 abortus 0 hamil 39 minggu. Pasien ini di
pindahkan pada tim keperwatan anda pada usia kehamilan 36 minggu,
pembayaran secara mandiri di unit bersalin. Ia tidak bisa berbicara bahasa
indonesia dan dibantu suaminya, dono sebagai penerjemah, yang mengatakan ia
bisa menulis fan membaca tetapi marinen tidak. Marinem dan dono tinggal di
daerah yang cukup terpencil yang dekat tempat bekerjanya di sebuah pabrik,
sehingga mereka memiliki sedikit dukungan sosial dari keluarga dan teman-
temannya. Marinem adalah ibu rah tangga yang merawat 3 anaknya di rumah.
Adik ipar marinem membantu 3 anaknya sementara marinem di rawat dirumah
sakit. Mereka

Beragama islam tetapi tidak beribadah teratur. Riwayat medisnya dan


kehamilanya normal. Dua anak pertama lahir di bantul,yogyakarta,dan yang anak
paling bungsu di lahirkan di rumah sakit jakarta.

39
Bedasarkan asuhan awal anda mengetahui pentingnya mempertahankan
dialog timbal balik antara penerjemah, dokter kandungan, dokter anak, perawat
dan pekerja sosial. Teori watson memandu anda saat mengkaji steres atau ansietas
marinem yang berhubungan dengan pemisahannya dengan bayinya, ketakutan
terhadap prognosis bayinya, ketidak mampuan untuk menyusui, hambatan bahasa
dan finansial. Steres dan kurang istirahat dapat menghambat pemulihan
postpartum marinem dan dapat menyebabkan pendarahan tergangunya involusio
uterus. Pembengkakan payudara atau penurunan produksi asi dapat terjadi karena
menyusui yang tergangu. Dukungan keluarga terhadap marinem sangat terbatas,
kecuali dari adik iparnya, yang tingal 3 jam dari tempat tingal marinem, ia tidak
memiliki teman karena pindah dari tempat asalnya di bantul, yogyakarta, dan ia
tidak memiliki kelompok pendukung untuk membantu koping darinya. Walaupun
marinem memiliki sistem kepercayaan sebagai muslim, ia tidak mempunyai
panduan atau dukungan spiritual atau teman untuk melakukan kegiatan
keagamaan dan semacamnya. Anda mengetahui bahwa teori kering dan faktor
karatif atau caritas dapat memberikan hasil yang positif dan status kesehatan
optimal bagi marina, suami dan bayinya.

Setelah pengkajian rutin postpartum, anda menangani masalah kebutuhan


biofisik marinem untuk istirahat serta emosionalnya. Anda meminta dokter anda
dan perawat untuk mengijikan marinem dan suminya berada dekat dengan lilia
sebelum dia di pindahkan. Kemudian, anda berkonsultasi dengan pembuka agama
yang bisa bebahasa jawa dan penerjemah dari rumah sakit untuk memandu pasien
menjalankan kepercayaan sesuai agamanya sebelum di pulangkan kerumahnya.

Anda berbicara dengan pekerja sosial yang akan menemani marinem dan
bayinya selama proses pemindahan lilia. Selama merawat marinem dono dan lilia,
anda menerapkan praktek yang penuh kasih sayang agar dapat memberikan
perawatan yang peka budaya secara berkelanjutan. Pekerja sosial telah mengatur
transportasi bagi marinem dan dono untuk mengunjung bayinya setelah di rujuk.
Marinem sudah berbicara pada adik iparnya, dan ia akan terus mengurus anak-
anak marinem untuk beberapa hari kedepan, marinem dan dono berbicara pada

40
anda bahwa mereka sangat besyukur mempunyai perawat seperti anda selama
masa perawatan ini.

2. Penerimaan Teori Dalam Keperawatan

2.1) Praktik

Teori watson telah di validasi ditatanan pelayanan rawat jalan, rawat inap,
dan komunitas dengan berbagai komunikasi, termasuk penerapan yang terkini
dengan fokus pada esensi perawatan pasien, pasien dengan ventilator dan simulasi
perawatan. Watson dan foster(2003) menggambarkan sebuah penerapan teori
kedalam praktik yang sangat baik pada Attending Nurse Caring Model (ANCM).
Ini adalah proyek awal di rumah sakit anak denver yang dikembangan
berdasarkan model dokter “hadir”. Akan tetapi, tidak seperti model medis atau
penyembuhan, ANCM fokus kepada model keperawatan. Perawat yang ikut serta
dalam proyek tersebut belajar mengenai teori caring watson, faktor karatif,
kesadaran caring, niat dan praktik caring-healing. Misi dari ANCM addalah untuk
membangun hubungan caring yang berkelanjutan antara perawat dengan anak-
anak yang mengalami nyeri serta keluarganya.

2.2) Pendidikan
Tulisan-tulisan watson berfokus pada bagaimana mendidik mahasiswa
keperawatan dan memberi landasan ontologis etis, dan epistemologis bagi praktik
keperawatan mereka, bersamaan dengan arahan untuk penelitian. Kerangka kerja
caring eatson telah diajarkan pada banyak kurikulum mahasiswa sarjana
keperawatan.

2.3) Penelitian
Metode kualitatif, naturalistik, dan fenomenologi adalah metode yang
sesuai untuk penelitian tentang caring dan untuk pengembangan keperawatan
sebagai ilmu humaniora. Watson juga menyerahkan untuk menggabungkan antara
metode kualitatif dan metode kuantitatif, penelitian untuk menguji,

41
mengembangkan, dan mengevaluasi teori semakin berkembang dan secara
nasional maupun internasional.

3. Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan

Watson juga menyatakan proses keperawatan terdiri atas langkah-langkah


yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam
dokumentasi (tulisan yang dicetak miring mengidikasikan adanya keterkaitan
dengan adanya penelitian dalam proses keperawatan).
© Pengkajian
- Tindakan pengamatan, melakukan identifikasi
© Perencanaan:
- Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada rencana
asuhan kepera-
Watan tetap melalui pendekatan konseptual
- Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan
& sesuai.

© Intervensi:
- Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan

© Evaluasi:
-Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan intervensidari setiap masalah yang ada.
- Hipotesa merupakan tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk
mendorong
teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.

4. Kesimpulan Teori Jean Watson

© Konsep utama teori Jean Watson adalah “ Human Science and Human Care ”,
yang fokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor, dimana dia

42
berasal dari humanistic perspective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu
pengetahuan ilmiah.
© Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu
adanya unsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai ragam
perbedaan.
© Hubungan dengan proses perawatan, Jean Watson menganjurkan supaya
penelitian- penelitian di bidang keperawatan dapat dihubungkan dengan proses
keperawatan, sebab di dalam proses keperawatan langkah-langkahnya sama
dengan proses ilmiah.
© Hubungan dengan ciri-ciri teori, Jean Watson mengatakan bahwa sebuah teori
merupakan sebuah pengelompokan, ide-ide, pengalaman yang memberikan
penjelasan mengenai fenomena 40, dan dia menolak konsep tradisional.
© Penerapan teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

43
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk


membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang.

Ilmu Keperawatan Virginia Handerson menunjukan bahwa perawat akan


menemukan manfaat dari profesinya ketika melihat kemajuan dari kondisi pasien
yang berawal dari bergantung kepada perawat menjadi lebih mandiri. Handerson
meyakini proses perawatan merupakan proses problem-sloving dan tidak hanya
khusus pada masalah keperawatan saja.

Pandangan teori JeanWatson ini memahami bahwa manusia memiliki 4


bagian kebutuhan dasar manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang
satu dengan kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari empatkebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna danmemiliki
berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan,
manusiaseharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta
spiritual.

B. SARAN
Untuk kelompok, alangkah baiknya kita mengumpulkan makalah falsafah
ini dengan tepat waktu dan terimakasih kepada teman-teman semua, telah bersedia
bekerja sama semoga kedepannya lebih kompak dan lebih baik lagi.

44
Kepada Dosen selaku pembimbing mata kuliah falsafah. Sebaiknya
bapak/ibu dosen lebih datang tepat waktu agar kami tidak jauh ketinggalan materi.
Atas bimbingannya, kami mengucapkan terimakasih. Berkat ibu/bapak dosen
kami mendapatkan tambahan ilmu yang sangat kami butuhkan guna kelangsungan
masa depan yang akan kami tempuh. Mohon maaf apabila ada salah kata. Atas
perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.
Untuk fasilitas kelas yang kami pergunakan untuk presentasi, sebaiknya
AC ruangan sering kali di pantau atau dicek karena AC ruangan sering tidak
berfungsi dengan baik. Kurangnya fasilitas dalam sebuah ruangan pembelajaran
dapat mengganggu atau menghambat aktivitas pembelajaran.

45
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses dan
Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Potter, Patricia A. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta:


Salemba Medika

Hidayat,A.Aziz alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Gaffar,Ade jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional

Morriner,Ann. Teori Ilmu Keperawatan

46

Anda mungkin juga menyukai