Oleh :
40220030
Ely Isnaeni, S.Kep, Ns, M.Kes Sri Wahyuni, S. Kep, Ns. M.Kep
1. Laporan Pendahuluan Ulkus Diabetikum
A. Definisi
Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
jaringan setempat. Luka diabetes atau biasa disebut ulkus diabetikum atau luka
neuropati adalah infeksi, ulkus atau kerusakan jaringan yang dalam terkait dengan
gangguan neurologis dan vaskuler pada tungkai (Hidayah, 2012).
Ulkus adalah rusaknya barier kulit sampai ke seluruh lapisan (full thickness)
dari dermis. Ulkus kaki diabetik termasuk nekrosis atau gangren. Gangren
diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adanya mikroemboli aterotrombosis
akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang menyertai penderita diabetes sebagai
komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri. Ulkus kaki diabetik dapat diikuti
oleh invasi bakteri sehingga terjadi infeksi dan pembusukan, dapat terjadi di setiap
bagian tubuh terutama di bagian distal tungkai bawah (Lewis dkk, 2007).
B. Klasifikasi
Menurut Wagner-Meggit klasifikasi ulkus diabetikum dibuat berdasarkan
kedalaman ulkus dan luasnya jaringan.
Tingkat Lesi
Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki
Derajat 1 Ulkus diabetes superfisial (partial atau full thickness)
Derajat II Ulkus meluas sampai ligament, tendon, kapsula sendi atau
fasia dalam tanpa abses atau osteomilitis
Derajat III Ulkus dalam dengan abses, osteomilitis atau sepsis sendi
Derajat IV Gangrene yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit
Derajat V Gangrene yang melas meliputi seluruh kaki
Klasifikasi menurut University of Texas Classification System
grade
stase
0 I II III
A Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon kapsul kapsul sensi
epitelisasi atau tulang
sempurna
B Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon, kapsul kapsul sendi
epitelisasi atau tulang Mengalami Mengalami
sempurna Mengalami infeksi infeksi
Mengalami infeksi infeksi
C Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon, kapsul kapsul sendi
epitelisasi atau tulang Mengalami Mengalami
sempurna dengan Mengalami iskemia infeksi
iskemia iskemia
C. Etiologi
Penyebab dari luka diabetes antara lain :
a. Diabetik neuropati
Diabetik neuropati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus
yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada kondisi ini sistem
saraf yang terlibat adalah saraf sensori, motorik dan otonom. Neuropati perifer
pada penyakit diabetes meliitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut
motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan
kelemahan otot, sensoris dan autonomy dan bersama dengan adanya neuropati
memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi
akibat rusakanya serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri
sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki.
b. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya arteriosklerosis dan
ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi penurunan elastisitas dinding arteri
sedangkan pada aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa; kolesterol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium.
Faktor yang mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan
hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya
trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang
berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus,
infeksi biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon
immunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang
masuk, selain itu iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang
menyebabkan antibiotik juga efektif sampai pada luka.
D. Manifestasi Klinis
Pada pasien dengan ulkus diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga
gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal.
Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Proses makroangiopati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah yang akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
1) Pain (nyeri).
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
4) Pulselessness (denyut nadi hilang).
5) Paralysis (lumpuh).
E. Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus
adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga factor yang sering
disebut trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,
atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak
hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan
darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan
adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan
menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri
dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Price, 2007).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya
suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang
menjadi ulkus diabetika.
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama
kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang
kemudian timbul ulkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak terkendali akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C
yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
selanjutnya timbul ulkus diabetika (Windharto, 2007).
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh
darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida
plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan
hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan
merangsang terjadinya aterosklerosis (Barbara, 2001).
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan
lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein)
sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya factor risiko lain yaitu hipertensi
akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya
aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi,
dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. aerobik
Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium
perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum Patogenesis ulkus
diabetika pada penderita (Soeparman, 2000).
F. Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa penatalaksanaan pada pasien ulkus
diabetikum, antara lain :
1. Pengobatan
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan
dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan
pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar
kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan
luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain:
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan kondisi klien atau host ( nutrisi, control diabetes melitus dan
control faktor penyerta )
d. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2. Perawatan luka diabetic
a. Mencuci luka
Merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjadinya
infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisi balutan yang digunakan dan sisa
metabolik tubuh pada permukaan luka.
b. Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka.
Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis,
karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan
jumlah bakteri.
c. Terapi antibiotikka
Pemberian antibiotic biasanya diberi peroral yang bersifat menghambat
kuman garam positi fan gram negatif.
d. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
penyembuhan luka. Penderita ganggren diabetik biasanya diberikan diet B1
dengan gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20 % kalori lemak, 20 % kalori
protein.
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Suddarth, 2014), pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum
adalah:
1. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-), kalus,
claw toe. Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
b) Palpasi
Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal, klusi arteri dingin, pulsasi
(-), ulkus : kalus keras dan tebal
2. Pemeriksaan radiologis : ga s subcutan, benda asing, asteomielitis
3. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200mg/dl, gula darah puasa .
120mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedct ( reduksi ). Hasil dapat dilihat memalui
perubahan warna urine ( hijau , kuning, merah , dan merah bata )
c) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
H. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Menurut penjabaran Arisman (2011), Pengkajian merupakan tahap awal
dalam membeikan asuhan keperawatan, dalam pengkajian didapatkan data –
data yang berguna dalam mengakkan diagnose keperawatan yang nantinya
akan berpengaruh pada pemberian asuhan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas pasien
Nama, Jenis Kelamin, Agama, status perkawinan, alamat, orang
terdekat yang mudah dihubungi, hubungan dengan pasien, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomer rekam medis.
b. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat kesehatan pasien meliputi lama diabetes, keluhan yang
dirasakan sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keturunan, alergi,
obat-obatan yang digunkaan, pola hidup, kebiasaan merokok, minum
alcohol dan kepatuhan terhadap diet.
c. Pemeriksaan fisik
1. Status penampilan kesehatan
Meliputi keadaan penderita, kesadaran (normal, letargi, stupor, koma),
suara bicara, tinggi badan dan berat badan kurus ramping (pada diabetes
mellitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi), gemuk padat,
gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang tidak rutin dan pola makan yang masih tidak
terkontrol).
2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : hipertensi (karena peningkatan viskositasdarah oleh
glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding
pembuluh darah dan risiko terbentuknya plak pada pembuluh darah).
b) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga
jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).
c) Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).
d) Suhu tubuh : deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada
luka atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak
mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat menurunnya
masukkan nutrisi secara drastis.
3. Kulit
a) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada
penderita yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang
berakibat luka sehingga menimbulkan gangren. Tampak warna
kehitam – hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena adalah
ekstremitas bawah).
b) Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis
osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang
mengalami diuresis osmosis dan dehidrasi).
c) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau
kondisi intake nutrisi normal sesuai aturan diet).
d) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak di
bongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen otot
untuk produksi energi).
e) Turgor : menurun pada dehidrasi.
4. Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi
ketoasidosis atau komplikasi infeksi saluran pernafasan), mudah patah,
bentuk seperti sendok (koilonisha).
5. Rambut
a) Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan
buruknya sirkulasi, lebat),
b) Penyebaran : jarang atau alopesia total.
c) Tekstur : halus atau kasar
6. Kepala
a) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena
penurunan antibody).
b) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.
c) Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain : paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
7. Mata : perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari
masing-masing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi :
a) Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis
pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam
hari.
b) Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko
pada kekeruhan lensa mata.
c) Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
8. Telinga
a) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu
diameter lubang.
b) Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih
keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.
c) Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat
mengalami penurunan.
9. Hidung : jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali
ada infeksi sekunder seperti influenza.
10. Mulut dan Faring
a) Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
b) Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis
osmosis).
c) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang
rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
d) Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena
pasien mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat
kelemahan fisik.
e) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral
hygiene.
f) Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses peradangan
(faringitis).
11. Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada
infeksi sistemik.
12. Toraks dan paru-paru
a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara
lain takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis).
b) Bentuk dada : normal atau dada tong.
c) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengik
(apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau
bronkhitis kronik)
13. Dada
a) Inspeksi : deformitas atau asimetris.
b) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
c) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor
d) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.
14. Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
15. Siatem Kardiovaskuler : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,
takikardi, tekanan darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi
yang menurun, rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan
tanda dan gejala dari penderita diabetes melitus.
16. Abdomen
a. Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya
pembesaran organ
b. Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
c. Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta
kepekaan.
d. Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
17. Ginjal : palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
18. Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
19. Sistem Muskuloskeletal : sering mengalami penurunan kekuatan
muskuloskeletal.
20. Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya
merasakan gejala pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesia, dan gangguan penglihatan.
f. Mineral
Mineral adalah elemen essensial nonorganic pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Kenutuhan mineral sehari-hari adalah 100 mg. ketika
berkurang maka elemen renik juga akan berkurang dari kadar kebutuhan
sehari-hari. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy, tetapi merupakan
elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
E. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas,
keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta prosedur
dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas, maka nutrisi
dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas akan
meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau
pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan,
pencernaan, absorbsi, metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit
fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada
penyakit-penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi, gangguan
tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbs nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada
kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu
yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
F. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolism.
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit,
membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain
5. Diabetes mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
7. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit
jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
3. Intervensi
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Nama : Tn. P
Umur : 68
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Mojo Kab. Kediri
berubah
Tidak
BB : 57 kg ND : 78x/menit
TB : 148 cm SH : 39oC
3. HEAD TO TOE
KEPALA
KULIT
Oedema √ ya tidak
Peradangan √ ya tidak
PENGLIHATAN
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Perdarahan ya √ tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Perdarahan ya √ tidak
MULUT
LEHER
Kekakuan ya √ tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Sekret : - Konsistensi : -
Warna : - Bau : -
Jenis :- Flow : -
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama /
tidak sama ), lebih bergetar pada sisi -
Perkusi
Auskultasi
Suara nafas :
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal/ganda ), (Keras/lemah ), (reguler/irreguler )
ABDOMEN
Oedem ya √ tidak
REPRODUKSI
Lesi ya √ tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Nyeri ya √ tidak
Kemerahan √ ya tidak
- -
Oedem -
+
3 Pantangan / - -
Alergi
4 Kesulitan - -
makan dan
minum
5 Usaha untuk - -
mengatasi
masalah
b. Pola Eliminasi
5 Masalah - - - -
eliminasi
6 Cara - - - -
mengatasi
masalah
e. Merokok ya √ tidak
f. Alkohol ya tidak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam √ gelisah
tegang marah/menangis
Kebiasaan beribadah
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
C. Analisa aelektrolit
Foto Rontgent -
USG -
EKG -
EEG -
CT- Scan -
MRI -
Endoscopy -
Lain – lain -
kirinya syaraf
Pasien
mengatakan
Fungsi kelenjar perifer
mempunyai
menurun
riwayat DM
Pasien
mengatakan luka
Timbul fisura
sudah 1 bulan
DO :
Terdapat luka Hyperkeratosis
terbuka di tungkai
kiri
Luka berbau
Luka berwarna
kuning dan hitam
TTV :
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit
ND : 78x/menit
SH : 39oC
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
INTERVENSI
makanan tinggi
protein dan kalori
11. Kolaborasi prosedur
debridement
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA