Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Ny.S DENGAN ULKUS PEDIS


KELOMPOK IV PKMD DUSUN PUCANGAN

Disusun oleh :

Arum Galuh Septia Sari (20.0601.0013)


Vianisa Agutina Angrayni (20.0601.0014)
Malichatun Rizki Zuhriyyah (20.0601.00160
Isnaini Damayanti (20.0601.0030)
Amelia Cahya Dewanti (20.0601.0031)
Bima Mahendra Nazinrandar (20.0601.0046)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Ulkus diabetik (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers,
lukaneuropati, luka diabetik neuropati. Ulkus/luka diabetik atau neuropati adalah luka
yangterjadi pada pasien yang diabetik, melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik(Maryunani, 2015).
Ulkus/luka kaki diabetes adalah luka yang terjadi pada kakipenderita
diabetes, dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat
diabetesmellitus yang tidak terkendali. (Maryunani, 2015). Ulkus kaki diabetik
adalah kerusakan sebagian (partial thickness) ataukeseluruhan (full thickness)
pada kulit yang dapat meluas ke jaringan di bawah kulit,tendon, otot, tulang, atau
persendian yang terjadi pada seseorang yang menderitapenyakit diabetes
mellitus. Kondisi ini timbul sebagai akibat terjadi peningkatan kadargula darah
yang tinggi. Jika ulkus kaki berlangsung lama, tidak
dilakukanpenatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus
kaki, infeksi,neuroarthropati, dan penyakit arteri perifer sering mengakibatkan
gangren dan amputasiekstermitas bagian bawah (Tarwoto dkk, 2014).
B. Etiologi
Penyebab kejadian ulkus diabetik adalah multifaktor atau terdapat tiga factor utama
yang menyebabkan terjadinya lesi kaki pada diabetik, yaitu (Maryunani, 2015).
a. Neuropati perifer (polineuropati)
Kelainan kaki diabetik dan ulkus diabetes dapat terjadi setelah kenaikan
kadarglukosa darah. Peningkatan produk gula mengakibatkan sintesis sel saraf
menurundan mempengaruhi konduksi saraf. Selanjutnya, hiperglikemia
yang diinduksimikroangiopati menyebabkan metabolisme reversibel, cedera
imunologi sertaiskemik saraf otonom, motor, dan sensorik. Semua
kondisi tersebut akanmenyebabkan penurunan sensasi perifer dan kerusakan
inervasi saraf pada otot kaki.Ketika saraf terluka, pasien beresiko tinggi mendapat
cedera ringan tanpa disadari,sampai akhirnya cedera tersebut menjadi ulkus
(ulcer) (Aridiana, 2016).
b. Gangguan Vaskuler atau iskemia
iskemia jangka panjang menyebabkan nekrosis (gangren)
Nekrosis kulit terjadi akibatpenurunan perfusi jaringan, baik yang bersifat
lokal maupun sistemis akibat traumatekanan (claw foot) sebagai konsekuensi
dari gangguan sensibilitas danberkurangnya reaksi aktivitas bakterisidal
lekosit terhadap inflamasi akibatpeninggian kadar gula darah, mikrosirkulasi
yang terganggu pada daerah tekanan.Keadaan tersebut memperburuk daya
pertahanan tubuh penderita kaki diabetes.Ulkus yang letaknya superfisial
pada penderita kaki diabetes akan sembuh bilatekanan O2 kapiler sedikit.
Sebaliknya pada ulkus yang dalam dan mencapai tulangdisertai infeksi,
biasanya keadaan mekanisme pertahanan tubuhnya rendah(Sudjono, 2013).
c. Peningkatan faktor risiko infeksi pada penderita
Etilogi ulkus kaki diabetik memiliki banyak komponen meliputi:
neuropatisensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus,
infeksi, danedema. Faktor lain yang berkontribusi terhadap kejadian
ulkus kaki adalahdeformitas kaki (yang dihubungkan dengan peningkatan
tekanan pada plantar),gender laki-laki, usia tua, kontrol gula darah
yang buruk, hiperglikemi yangberkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki
(Tarwoto dkk, 2014
C. Klasifikasi Ulkus DM
Klasifikasi ulkus diabetic menurut (Wijaya, Andra Saferi & Mariza Putri, 2013)adalah
sebagai berikut:
1. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh
denganadanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”
2. Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit, (parsial atau full
thickness),tetapi belum mengenai jaringan (tendon, ligamen, kapsula sendi)
3. Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon, tulang, kapsula sendi atau
fasiadalam tanpa abses atau osteomyelitis
4. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomyelitis
5. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki
denganatau tanpa adanya selulitis
6. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada tungkai.

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya ulkus diabetikum pada kaki meliputi gangguan
neuropati, gangguan vaskular, dan gangguan sistem imun yang berhubungan dengan
keadaan hiperglikemia pada diabetes. Hiperglikemia membuat respon stress
oksidatifterhadap sel saraf dan menyebabkan gangguan neuropati. Gangguan
saraf tersebut berasal dari proses yang disebut glycosylation pada protein sel saraf
yang menyebabkaniskemia. Dampak dari sel saraf yang mengalami iskemia yaitu
dapat bermanifestasi pada saraf motorik, otonom, dan sensoris pada ulkus
diabetikum. Kerusakan saraf sensorik pada kaki dapat menginduksi
ketidakseimbangan otot fleksor dan ekstensor,mempunyai deformitas pada kaki, dan
menginduksi ulkus pada kulit. Kerusakan yangterjadi pada saraf otonom dapat
membuat gangguan fungsi pada kelenjar keringat danmenyebabkan kerusakan lapisan
epidermis dan kulit pada kaki (Aumiller and Dollahite,2015).
Perubahan vaskular yang menginduksi ulkus diabetikum pada kaki
yangberhubungan dengan hiperglikemia yang dapat menginduksi perubahan
pembuluh daraharteri perifer pada kaki. Gangguan sel endotel menyebabkan kadar
thromboxane A2meningkat sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan
pembekuan plasma secaraberlebihan pada pembuluh darah arteri perifer yang
menyebabkan terjadinya iskemiadan meningkatnya resiko terjadinya ulkus pada kaki
(Aumiller and Dollahite, 2015).
Orang yang memiliki riwayat diabetes lebih dari 5 tahun bisa mengalami ulkushampir
2 kali jika dibandingkan dengan orang yang menderita diabetes kurang dari 5tahun.
Besar peluang terkena hiperglikemia kronik jika memiliki riwayat diabetes yangcukup
lama dan akhirnya bisa menyebabkan komplikasi diabetes meliputi
retinopati,nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum. Pada DM type 1 dan type 2
keduanya dapatmemicu munculnya kelainan profil lipid dalam darah yang
menyebabkan gangguankardiovaskular, nefropati dan hipertensi. Luka yang terbuka
mampu menghasilkan gasgangren yang berakibat terjadinya osteomielitis yang
disebabkan karena Luka yangtimbul secara spontan ataupun karena trauma.
Penyebab dari dilakukannya amputasikaki nontraumatik adalah genggren kaki.
Penderita diabetes rawan mengalami amputasikarena kondisi penyakit yang kronik
dan risiko komplikasi yang sangat besar (Fitria,2017)

E. Pathways
F. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5
P yaitu :
1. Pain (nyeri).
2. Paleness (kepucatan).
3. Paresthesia (kesemutan).
4. Pulselessness (denyut nadi hilang)
5. Paralysis (lumpuh)
G. Komplikasi
Ulkus dapat menyebabkan amputasi dan bisa meningkatkan risiko kematian tigakali
lipat hanya dalam waktu 18 bulan. Infeksi dari ulkus diabetikum yang
diikutiamputasi juga dapat menyebabkan penderita mengalami depresi yang berat
(Rizqiyah,2020).
Salah satu infeksi kronik Diabetes yang paling ditakuti adalah ulkus
diabetikum,karena dapat menyebabkan kecacatan atau amputasi dan bahkan
bisa menyebabkankematian (Batticaca, F.B, 2015).
H. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Kadar gula darah (Meliputi pemeriksaan glukosa darah yaitu: GDS > 200
mg/dl,dua jam post prandial > 200 mg/dl, dan gula darah puasa > 120
mg/dl.)
c) Urin (Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine. Pemeriksan dengan
carareduksi. Hasil bisa dilihat melalui perubahan warna pada
urine: hijau(+),kuning(++), merah(+++), dan merah bata(++++)
d) Kultur pus (untuk melihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan
menentukanantibiotic yang sesuai dengan kuman)

2. Pemeriksaan leukosit (untuk mengetahui adanya risiko infeksi pada luka


ulkus)(Muhartono, 2017; Arsa, 2020).

I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah penutupan
luka.Regulasi glukosa darah perlu dilakukan. Hal ini disebabkan fungsi leukosit
terganggupada pasien dengan hiperglikemik kronik. Menurut Hariani, L dan
Perdanakusumadalam (Aridiana, 2016b) perawatan ulkus diabetikum meliputi hal
berikut :
1. Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan
luka.Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
kalus, dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari
tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor
pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Ketika infeksi telah
meruska fungsi kaki atau membahayakan jiwa pasien, amputasi
diperlukan untuk memungkinkan control infeksi, dan penutupan luka
selanjutnya.
2. Dressing luka
Bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi, menurut (Wiseman, Rovee
& Alvare, 2015) dalam komdisi lembab penyembuhan luka lebih
cepat 50% dibandingkan luka kering. Suasana lembab membuat suasana
yang optimal untuk akselerasi penyembuhan dan memacu pertumbuhan
jaringan. Pemilihan balutan yang sesuai untuk keseimbangan cairan pada
luka
a) Penggunaan balutan yang dapat mempertahankan kondisi luka tetap
lembab,merupakan hal yang penting
b) Balutan yang dipilih harus dapat mengontrol eksudat agar tidak
mengakibatkankekeringan pada dasar luka. Kelebihan eksudat
yang tidak terkontrol dapatmengakibatkan maserasi disekitar luka
dan membuat luka semakin parah.
c) Mengisi tiap rongga dalam luka merupakan hal yang penting saat
penggunaanbalutan karena dapat mencegah gangguan penyembuhan
luka dan mencegahpeningkatan invasi bakteri. Hindari penggunaan
balutan yang berlebihan agartidak merusak pembentukan jaringan
granulasi baru yang akan menghambatpenyembuhan luka.
3. Perawatan luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang
pentinguntuk memastikan penanganan ulkus diabetikum yang optimal.
Keuntunganpendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan disekitar luka
dan kematian sel,akselerasi angiogenesis, dan memungkinkan interaksi antara
faktor pertumbuhandengan serta didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus
(antibiotika), membantudebridement (enzim), dan mempercepat penyembuhan
luka (Wiseman, Rovee &Alvare, 2015).
4. Terapi tekanan negative dan terapi oksigen hiperbarik
Penggunaan terapi tekanan negatif berguna pada perawatan ulkus
diabetikumkarena dapat mengurangi edema, membuang produk bakter, dan
mendekatkan tepiluka sehingga mempercepat penutupan luka. Terapi oksigen
hiperbarik juga dapatdilakukan, hal itu dibuktikan dengan berkurangnya
angka amputasi pada pasiendengan ulkus diabetikum (Wiseman, Rovee &
Alvare, 2015.

Daftar Pustaka

J. Daftar Pustaka
Andra Saferi Wijaya & Yessie
Mariza Putri. (2013). KMB 2
Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Arsa, Rantau Gigih Dwi. 2020.
Karya Tulis Ilmiah Asuhan
Keperawatan Pada Klien
Ulkus Diabetikum Yang Di
Rawat Di Rumah Sakit.
Poltekkes Samarinda:
Jurusan Keperawatan
Aumiller, W. D., &
Dollahite, H. A. (2015).
Pathogenesis and
management of
diabetic foot ulcers. Journal of
the American Academy of
Physician Assistants,
28(5), 28–34.
https://doi.org/10.1097/01.JAA
.0000464276.44117.b1
Batticaca, F.B. (2012). Asuhan
Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta : Salemba
Medika
Chasanah, Octavia Nurul.
2021. Asuhan Keperawatan
Pada Tn. S Dengan Ulkus
Diabetikum Di Ruang
Baitussalam 1 RSI Sultan
Agung Semarang.
UNISSULA:
Fakultas Ilmu Keperawatan
Fitria, A. dan Imam Hidayat.
2017. Neuropati Perifer
Terhadap Luka Ulkus DM di
Puskesmas Jatinegara Kepada
Lansia. Jurnal Ilmu
Kepeawatan.Vol. 6. No 4
Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal

Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arsa, Rantau Gigih Dwi. 2020. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien

Ulkus Diabetikum Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Poltekkes Samarinda:

Jurusan Keperawatan.

Aumiller, W. D., & Dollahite, H. A. (2015). Pathogenesis and


management of diabetic foot ulcers. Journal of the American Academy of Physician
Assistants,

28(5), 28–34. https://doi.org/10.1097/01.JAA.0000464276.44117.b1.

Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta : Salemba Medika.

Chasanah, Octavia Nurul. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Ulkus

Diabetikum Di Ruang Baitussalam 1 RSI Sultan Agung Semarang. UNISSULA: Fakultas


Ilmu Keperawatan.

Fitria, A. dan Imam Hidayat. 2017. Neuropati Perifer Terhadap Luka Ulkus DM di

Puskesmas Jatinegara Kepada Lansia. Jurnal Ilmu Kepeawatan.Vol. 6. No 4.

Anda mungkin juga menyukai