Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN : ULKUS DM DI PUSKESMAS


SINGKAWANG TIMUR 1

Disusun Oleh:
PUTRA ARDHANA
NIM. 211133028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN : ULKUS DM

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical


Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

PUTRA ARDHANA
NIM. 211133028

Mengetahui,
Clinical Teacher Clinical Instructure

Ns.Meiditya Ayu Verdina,S.Kep,MKM


NIP.19830528 2006042009
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Ulkus diabetikum merupakan permasalahan yang sudah sering muncul
sekarang dimana luka pada kaki penderita diabetes melitus yang diakibatkan
karena suatu infeksi yang menyerang sampai ke dalam jaringan subkutan
(Andyagreeni, 2017).
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronik dari diabetes melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitasserta kecacatan penderita Diabetes.
Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkusdiabetic
melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah,
2016).
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial
Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke
jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada
seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul
akibat dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi (Tarwoto & Dkk., 2018).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan ulkus diabetikum adalah suatu
kondisi yang timbul akibat dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan akan
menyebabkan komplikasi kronik dari diabetes mellitus dimana luka pada kaki
penderita diabetes mellitus akan mengakibatkan suatu infeksi yang menyerang
sampai ke dalam jaringan subkutan.

2. Etiologi
Diabetes dengan Ulkus (Corwin, 2017).
a. Faktor endogen:
1) Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan
sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi syok dan
otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan fatwa darah,
produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan
fatwa darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat
timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
- Adanya hormone aterogenik
- Merokok
- Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
- Kaki dingin
- Nyeri nocturnal
- Tidak terabanya denyut nadi
- Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
- Kulit mengkilap
- Hilangnya rambut dari jari kaki
- Penebalan kuku
- Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi

3. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,
2013) adalah sebagai berikut:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh
dengan adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,
callus”
b. Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki
dengan atau tanpa adanya selulitis.
f. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada
tungkai.

4. Tanda dan gejala


Menurut Teguh, Subianto. (2019)
a. Diabetes Tipe I
- hiperglikemia berpuasa
- glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
- keletihan dan kelemahan
- ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas
amis buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
b. Diabetes Tipe II
- lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
- gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur
- komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
c. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, tempat akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan
dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
menawarkan gejala klinis 5 P yaitu :
- Pain (nyeri)
- Paleness (kepucatan)
- Paresthesia (kesemutan)
- Pulselessness (denyut nadi hilang)
- Paralysis (lumpuh)
6. Komplikasi
Menurut (Andyagreeni, 2017),komplikasi pada ulkus diabetikum yaitu;
a. Serangan jantung (kardiopati diabetik)
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah
yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang akan menaikan kadar kolestrol
dan trigliserida. Lama kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah.
b. Penyakit ginjal (nefropatik diabetik)
Nefropatik diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah yang mengakibatkan penghalang protein rusak dan terjadi
kebocoran protein ke urine (albuminuria).
c. Kebutaan akibat glukoma (retinopati diabetik)
Keadaan ini disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan pada
retina.
d. Stroke
Tubuh penderita diabetes mengalami gangguan metabolisme karbohidrat dan
lemak sehingga rentan mengalami tekanan darah tinggi aterosklerosis.
e. Luka yang tidak dapat sembuh
Penderita diabetes sulit menyembuhkan luka terbuka yang dialaminya karena
kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(vasokontriksi). Akibatnya sirkusasi darah menjadi terganggu dan
mengakibatkan transportasi nutrisi serta oksigen pada luka menjadi terhambat
sehingga penyembuhan luka berjalan sangat lambat.
f. Kematian
Jika kondisi diabetes pada penderita sudah parah dan menyebabkan komplikasi
berbagai penyakit berat,maka akibat paling fatal dari diabetes mellitus adalah
kematian

7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum menurut (Doenges, 2016).
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial
index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis dengan
tekanan sistolik lengan.
c. Pemeriksaan Radiologis
Gas subkutan, benda asing, osteomielitis
d. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

8. Penatalaksaan medis
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah
menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam
jangka panjang.
a. Medis
Menurut Sugondo (2019 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan
untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya
antara lain :
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
b. Keperawatan
Menurut Sugondo (2019), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan
yaitu :
1) Diit
Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
2) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan -jalan
sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
3) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri dan
optimal.
4) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah makan dan
pada malamhari.
5) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita
ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.
6) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement, karena
asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang dikeluarkan.
7) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti bedrest,
dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan. Dan setiap
hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan (medikasi)
untuk mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah
dilakukan operasi debridement tersebut.
8) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :
Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak ada.
Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka terkontrol
dengan baik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keletihan, nyeri seluruh badan dan hilangnya nafsu makan. Mungkin
adanya mual dan muntah.
c. Pengkajian pola gordon (pola fungsi kesehatan.
1) Persepsi kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-hari
kurang baik.
2) Nutrisi metabolic
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
3) Pola eliminassi
Akan mengalami perubahan BAK kuning pucat bau khas
4) Aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat kurangnya asupan kalium tubuh
5) Tidur/istirahat
Akan terganggu karena adanya akibat kurangnya asupan kalium tubuh
6) Kognitif
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi
karena nyeri ektremitas dan kelumpuhan.
7) Peran hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien
pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
8) Manajemen koping/ stress
Pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi
pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
9) Keyakinan/ nilai
Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala
penyakitnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Ekteremitas
kaji adanya keletihan pada kaki dan tangan, kaji kekuatan otot
2) Keadaan umum : lemah
3) Kesadaran : kaji GCS dengan seksama

2. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Gangguan integritas kulit
c) Gangguan mobilitas fisik
d) Ansietas
e) Resiko infeksi

1. Intervensi

No Diagnosa Standar Standar Intervensi Keperawatan


Keperawat Luaran Indonesia (SIKI)
an Keperawatan
(SLKI)
1. Nyeri akut Setelah A.MANAJEMEN NYERI
dilakukan (I. 08238)
tindakan 1. Observasi
keperawatan  lokasi, karakteristik, durasi,
3x24 jam, frekuensi, kualitas, intensitas
maka di nyeri
harapkan nyeri  Identifikasi skala nyeri
berkurang  Identifikasi respon nyeri non
dengan kriteria verbal
hasil :  Identifikasi faktor yang
a. Tidak memperberat dan
mengeluh memperingan nyeri
nyeri  Identifikasi pengetahuan dan
b. Tidak keyakinan tentang nyeri
meringis  Identifikasi pengaruh budaya
c. Tidak terhadap respon nyeri
bersikap  Identifikasi pengaruh nyeri
protektif pada kualitas hidup
d. Tidak  Monitor keberhasilan terapi
gelisah komplementer yang sudah
Kemampua diberikan
n  Monitor efek samping
menggunak penggunaan analgetik
an non- 2. Terapeutik
farmakologi  Berikan teknik
. nonfarmakologis untuk
e. Ttv dalam mengurangi rasa nyeri (mis.
batas TENS, hypnosis, akupresur,
normal terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

B. PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
1. Observasi
 Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi
obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi

2. Gangguan Setelah A. PERAWATAN INTEGRITAS


integritas dilakukan KULIT
kulit tindakan (I.11353)
keperawatan 1. Observasi
3x24 jam,  Identifikasi penyebab
integritas kulit gangguan integritas kulit (mis.
meningkat Perubahan sirkulasi, perubahan
dengan kriteria status nutrisi, peneurunan
hasil : kelembaban, suhu lingkungan
a. Kerusakan ekstrem, penurunan mobilitas)
integritas 2. Terapeutik
kulit  Ubah posisi setiap 2 jam jika
menurun tirah baring
b. Tidak ada  Lakukan pemijatan pada area
kemerahan penonjolan tulang, jika perlu
c. Keadan  Bersihkan perineal dengan air
luka hangat, terutama selama
Membaik periode diare
 Gunakan produk berbahan
petrolium  atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
 Anjurkan minum air yang
cukup Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkat asupan
buah dan saur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah

B. PERAWATAN LUKA
( I.14564 )
1. Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis:
drainase,warna,ukuran,ba
 Monitor tanda –tanda inveksi
2. Terapeutik
 lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah
luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berika salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis
luka
 Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
kondisi pasien
 Berika diet dengan kalori 30-
35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin
A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
 Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
3. Edukasi
 Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
 Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

3. Hambatan Setelah DUKUNGAN AMBULASI
mobilitas dilakukan (1.06171)
fisik tindakan Observasi
keperawatan  Identifikasi adanya nyeri
selama 3x24 atau keluhan fisik lainnya
jam diharpkan  Identifikasi toleransi fisik
masalah melakukan ambulasi
hambatan  Monitor frekuensi
mobilitas fisik jantung dan tekanan
dapat teratasi darah sebelum memulai
dengan kriteria ambulasi
hasil :  Monitor kondisi umum
a.Pergerakan selama melakukan
ekstremitas ambulasi
meningkat  Terapeutik
b.Kekuatan  Fasilitasi aktivitas
otot ambulasi dengan alat
meningkat bantu (mis. tongkat,
c.ROM kruk)
meningkat  Fasilitasi melakukan
Kaku sendi mobilisasi fisik, jika
menurun perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)

4. Ansietas Setelah A. REDUKSI ANXIETAS


dilakukan (I.09314)
asuhan 1.  Observasi
keperawatan
3x24 jam  Identifikasi saat tingkat
Tingkat anxietas berubah (mis.
kecemasan Kondisi, waktu, stressor)
pasien
 Identifikasi kemampuan
menurun,
mengambil keputusan
dengan kriteria
hasil :  Monitor tanda anxietas (verbal
a. Pasien dan non verbal)
mengatakan
cemasnya 2. Terapeutik
berkurang
 Ciptakan suasana  terapeutik
b.Pasien untuk menumbuhkan
menunjukkan kepercayaan
cemas
 Temani pasien untuk
berkurang,
wajah tampak mengurangi kecemasan , jika
lebih rileks memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan perencanaan 
realistis tentang peristiwa
yang akan dating
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
anti anxietas, jika perlu

5. Risiko Setelah A.PENCEGAHAN INFEKSI


infeksi dilakukan (I.14539)
tindakan 1. Observasi
keperawatan  Identifikasi riwayat kesehatan
selama 3x24 dan riwayat alergi
jam  Identifikasi kontraindikasi
diharapkan pemberian imunisasi
pasien  Identifikasi status imunisasi
tidak setiap kunjungan ke pelayanan
mengalami kesehatan
infeksi dengan 2. Terapeutik
kriteria hasil:  Berikan suntikan pada pada
a. Demam bayi dibagian paha
menurun anterolateral
b. Kemerahan  Dokumentasikan informasi
menurun vaksinasi
c. Nyeri  Jadwalkan imunisasi pada
menurun interval waktu yang tepat
d. Bengkak 3. Edukasi
menurun  Jelaskan tujuan, manfaat,
e. Vesikel resiko yang terjadi, jadwal dan
menurun efek samping
f. Cairan  Informasikan imunisasi yang
berbau diwajibkan pemerintah
busuk  Informasikan imunisasi yang
menurun melindungiterhadap penyakit
g. Kebersihan namun saat ini tidak
tangan diwajibkan pemerintah
meningkat  Informasikan vaksinasi untuk
h. Kebersihan kejadian khusus
badan  Informasikan penundaan
meningkat pemberian imunisasi tidak
i. Kadar sel berarti mengulang jadwal
darah putih imunisasi kembali
membaik  Informasikan penyedia layanan
j. Kultur area pekan imunisasi nasional yang
luka menyediakan vaksin gratis
membaik
k. Kadar sel B.MANAJEMEN IMUNISASI/
darah putih VAKSIN
membaik (I. 14508)
1. Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan
dan riwayat alergi
 Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi
 Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke pelayanan
kesehatan
2. Terapeutik
 Berikan suntikan pada pada
bayi dibagian paha
anterolateral
 Dokumentasikan informasi
vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
 Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
 Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
 Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
 Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
 Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
DAFTAR PUSTAKA

Andyagreeni. 2017. Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : CV.


Trans Info Media Corwin. 2017.

American Association’s Expert Committe on the Diagnosis and


Classification Davis Company Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr,
A.C.2016.

Nursing care plan: Guidelines forindividualizing elient care across the life
span. (8thedition). Philadelphia: F.A.Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu
Penyakit dalam FK UI of Diabetes mellitus.

Sugondo. 2019. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit


Dalam. IV ed.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP


PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP


PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai