Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETIC FOOT DI RUANG POLI KLINIK RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Oleh:
SISKA RAHMAWATI
NIM 1114901230406

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Malang, Maret 2024

Disusun Oleh :
SISKA RAHMAWATI
NIM 1114901230406

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
A. Definisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik herediter yang
dijumpai dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh. Dimana adanya gangguan primer
yang terletak pada metabolisme karbohidrat dan biasanya disertai adanya
gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetic Foot (Kaki diabetik) merupakan salah satu komplikasi kronis
dari debetes melitus yang di deinisikan sebagai gangguan atau kelainan
(perubahan patologis) pada tungkai bawah. Komplikasi ini terjadi karena
beberapa hal, seperti terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat
membedakan suhu panas dan dingin, adanya rasa sakit yang berkurang (Adri,
2020)
B. Etiologi
Penyebab diabetic foot, diantaranya:
1. Adanya hiperglikemia (gula darah yang cenderung tinggi)
Bermula adanya hiperglikemia (gula darah yang terus mengalami
peningkatan) yang nantinya dapat mengalami neuropati. Dalaan keadaan
ini, seseorang akan mengalami banyak perubahan baik pada kulit, otot
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki. Hal ini akan mempermudah terjadinya ulkus atau kaki
diabetiik.
2. Terjadi luka kecelakaan
3. Trauma sepatu
4. Stress berulang
5. Trauma panas
6. Iatrogenik
7. Oklusi vaskular
8. Kondisi kulit atau kuku yang kotor dan tajam
9. Adanya bakteri (Laras, 2021)
C. Klasifikasi
Menurut Wagner, kaki diabetic diabagi dalam 6 grade, yaitu:
1. Grade 0 : menunjukan tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
dengan pembentukan kalus ”claw” Kulit utuh tapi ada kelainan pada kaki
akibat neuropati.
2. Grade I : menunjukan terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit.
3. Grade II : menunjukan ulkus dalam menembus tendon dantulang.
4. Grade III : menunjukan adanya ulkus dengan atau tanpa asteomyelitis.
5. Grade IV : menunjukan adanya ganggren pada jari kaki atau bagian distal
kaki, dengan atau tanpa selulitis (infeksi jaringan).
6. Grade V : menunjukan adanya gangren pada seluruh kaki atau sebagian
tungkai bawah (Adri, 2020).
D. Tanda dan Gejala
Adapun beberapa tanda gejala yang muncul pada seseorang yang akan
mengalami kaki diabetic, diantaranya:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
2. Jarak melihat menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
3. Adanya rasa nyeri apabila di buat istirahat
4. Timbulnya kerusakan jaringan pada kulit (necrosis, ulkus)
5. Adanya kalus di telapak kaki
6. Kulit kaki kering dan pecah-pecah (IDRIS, 2020)
E. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit
vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah.
Dalam kondisi ini, akan terjadinya penyempitan di sekitar arteri
yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi
yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbullah ulkus yang
kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang seringkali
memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan
hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap
metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran
dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi
gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan
dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah
terutama derah kaki.
Adanya neuropati diabetik juga dapat menyebabkan insensitivitas
atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin.
Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka,
parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan
amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman
berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena

kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur


terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita
diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi
dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh
dan kuman anaerob berkembang biak di dalamnya (NURJANAH, 2020).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Berikut merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu (Hidayatillah, 2020).
H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan ulkus kaki diabetic yang memerlukan pengobatan
agresif dalam jangka pendek, diantaranya:
1. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
2. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas
antibiotic,contohnya :
 Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin,
ofloxacin),b sulfonamides.
 Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams
cefloxitin.
 Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans
yang paling umum digunakan adalah quinolon G (Megawati, 2020)
Adapun beberapa obat yang biasa digunakan pada seseorang dengan kaki
diabetic adalah:
1. Insulin
2. Neurotropik
3. Kompres luka
4. Obat anti trombosit
5. Neuromin, dan oksoferin solution.
6. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
7. Posisi tanpa adanya berat badan pada ulkus plantaris
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi
secara umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi,
dan pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.
Cara penanggulangan dan pencegahan kaki diabetik, diantaranya :
1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
2. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat vaskular, obat penurun
gula darah
3. maupun menghilangkan keluhan/gejala penyulit Diabetes.
4. Pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan
kaki diabetik di rumah.
5. Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, lecet
dan luka.
6. Bersihkan kaki setiap hari terutama di celah jari kaki.
7. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
8. Memotong kuku secara berhati-hati dan jangan terlalu dalam.
9. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
10. Hindari trauma berulang.
11. Memakai sepatu yang nyaman bagi kaki.
12. Periksalah bagian dalam sepatu dari benda-benda asing sebelum dipakai.
13. Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal
14. Jangan merendam kaki dalam jangka waktu yang lama (Hidayatillah, 2020)
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integrits Kulit b.d perubahan sirkulasi
2. Resiko infeksi b.d penyakit kronis (diabetes mellitus)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (amputasi)
J. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan Luka
kulit b.d perubahan Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
sirkulasi askep diharapkan integritas 1. Monitor karakteristik luka
kulit dan jaringan meningkat, 2. Monitor tanda-tanda infeksi
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
 Elastisitas meningkat 1. Lepaskan balutan dan
 Kerusakan jaringan plester secara perlahan
menurun 2. Bersihkan dengan cairan
 Kerusakan lapisan kulit NaCl
menurun 3. Berikan salep clinium ke
kulit
4. Pasang balutan sesuai jensi
luka
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Anjurkan untuk luka tidak
kena air terlebih dahulu
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemerian
antibiotik
2. Resiko Infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
penyakit kronis Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
(diabetes melitus) askep diharapkan tingkat  Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun, dengan infeksi lokal dan sistematik
kriteria hasil: Terapeutik:
 Demam menurun  Berikan perawatan kulit pada
 Kemerahan menurun area edema
 Nyeri menurun  Cuci tangan sebelum dan
 Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara cuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
 Ajarkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Ajarkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
imunisasi
3. Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Manajemen nyeri
fisik b.d nyeri Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
askep diharapkan mobilitas  Identifikasi lokasi,
fisik meningkat, dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
 Pergerakan ekstrimitas nyeri.
meningkat  Identifikasi skala nyeri
 Kekuatan otot meningkat  Identifikasi faktor yang
 Rentang gerak (ROM) memperberat dan
meningkat memperingan nyeri
Terapeutik:
 Berikan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyeri.
 Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi:
 Ajarkan teknik nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri
 Anjurkan menggunakan
analgesik yang tepat
No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik
4. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citrra tubuh
b.d perubahan Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
struktur/bentuk tubuh askep diharapkan citra tubuh  identifikasi harapan citra
(amputasi) meningkat, dengan kriteria tubuh berdasarkan tahap
hasil: perkembangan
 Melihat bagian tubuh Terapeutik:
meningkat  diskusikan perubuhan tubuh
 Menyentyh bagian tubuh dan fungsinya
meningkat  diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
 diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi:
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
 Latih fungsi tubuh yang
dimilik
 Anjurkan menggunakan alat
bantu

DAFTAR PUSTAKA
Adri, K. (2020). Risk Factors Of Diabetes Mellitus Type 2 With Diabetic Ulkus
At Sidrap Hospital. Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim, 101-108.
Hidayatillah, S. A. (2020). "Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Ulkus
Diabetikum pada Laki-Laki Penderita Diabetes Melitus.". Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 32-37.
Idris, Z. P. (2020). Pola Resistensi Bakteri Pada Ulkus Diabetik. Journal
Prosiding Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19, 140-143.
Laras. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S (61 Th) Dengan Diagnosa Medis
Diabetic Foot
Megawati, S. W. (2020). Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Untuk Meningkatkan Nilai Ankle Brachial Indexs. Jnc, 1-6
Nurjanah, Y. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe Ii
Dengan Gangguan Integritas Jaringan Di Ruang Marjan Atas Rsud
Dr.Slamet Garut. Journal of Chemical Information and Modeling, 5-7.
PPNI. (2016). Strandar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai