Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETIC FOOT DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Tn. D DI RUANG DIPONEGORO BAWAH RS


KANJURUHAN KEPANJEN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Oleh:

ZUMRATUL AQIDAH

202210461011048

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022 – 2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. D DENGAN DIABETIC FOOT

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KELOMPOK 3

NAMA: ZUMRATUL AQIDAH

NIM: 202210461011048

TGL PRAKTEK/MINGGU KE: 12 Desember – 17 Desember 2022 / MINGGU 1

Malang, 14 Desember 2022

Mahasiswa Pembimbing Klinik

(Zumratul Aqidah) ( )

Pembimbing Institusi,

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi penyakit

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai


denganhiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurunan sensitivitasinsulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskuler, danneuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-
NOC, 2013).

Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus merupakan suatu penyakit pada
penderita diabetes bagian kaki. (Misnadiarly, 2019). Salah satu komplikasi yang
sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi
karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan
dingin, rasa sakit pun berkurang.(Toha, Wibowo. EW) Saluran pencernaan terdiri
dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum
dan anus.
2. Etiologi
Etiologi ulkus diabetik temasuk neuropati, penyakit pembuluh darah
(Vaskulopati), tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara umum faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi:
 Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma
seperti kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin,
merokok, dan neuropati otonom.
b. Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti
neuropati motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan
komplikasi DM yang lain (seperti mata kabur).
c. Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma
yang tidak disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot
intrinsik lemah ntuk menampung berat badan seseorang dan seterusnya
terjadilah trauma.
 Faktor presipitasi
a. Perlukaan di kulit (jamur).
b. Trauma.
c. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
 Faktor yang memperlambat penyembuhan luka
a. Derajat luka.
b. Perawatan luka.
c. Pengendalian kadar gula darah.
3. Klasifikasi diabetes millitus
 klasifikasi klinis :
1) DM
Tipe I : IDDMD
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
Tipe II : NIDDMD
Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
 klasifikasi resiko statistik
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
 Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
 Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,
callus“.
 Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
 Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
 Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
 Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
 Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
4. Tanda gejala
a. Sering kesemutan, gringgingan (asimptomatis)
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c. Nyeri saat istirahatd.
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
e. Adanya kalus di telapak kakif.
f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah
5. Patofisiologi

Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada


penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer
yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di
bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal
dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat
berkembang menjadi nekrosis gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang
memerlukan tindakan amputasi.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,


metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyaidampak negatif yang luas bukan hanya terhadap
metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak
yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar
dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian
makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah
terutama daerah kaki. 1europati diabetik dapat menyebabkan insensitifitas atau
hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka
karena tekanan yang tidak disadari akibatadanya insensitifitas. Apabila cedera
kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita


diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih “memakan” dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-
bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena
plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.
Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
6. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
a. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
b. Pemeriksaan glukosa darah.
c. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka sehingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
d. Tes lain yang dapat dilakukan adalah sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu.
7. Penatalaksanaan medis
Menurut Levin(1988), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan
pengobatan yan gagresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement lokal radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotik sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas
antibiotik,
Contohnya:
 Untuk infeksi M.Chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin,
ofloxacin),sulfonamides.
 Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams
cefloxitin.
 Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans
yang paling umum digunakan adalah quinolone.
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetik adalah
insulin, neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan
oksoferin solution.

c. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.


d. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris.

Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi


secara umum:

 Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.


 Memperbaiki sirkulasi.
 Pengamatan kaki teratur.
 Pengelolaan pada masalah yang timbul (pengobatan vaskularisasi, infeksi,
dan pengendalian gula darah).
 Sepatu khusus
 Kerjasama tim yang baik
 Penyuluhan pasien
B. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a) Pengumpulan data
1. Identitas penderita
2. Keluhan umum
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat psikososial
b) Pemeriksaan fisik
Status keluhan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur 4 ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
- System integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi dan
bradikardi, hipertensi dan hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
- Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c) Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah ::
Pemeriksaan darah meliputi: GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl.
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine: hijau( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultus pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2. Diagnose keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Perencanaan Tindakan
a) Gangguan perfusi jaringan b/d melemahnya atau menurunnya alairan
draah ke gangrene akibat adanya obstruktif pembuluh darah
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal
Karakteristik hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular.
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis.
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik

Rencana Tindakan :

1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi


Rasional: dengan mobilisasi dapat melancarkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak
terjadi oedema.
3. Ajarkan modifikasi faktor-faktor resiko berupa:
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan
merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,
merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah,
relaksasi untuk mengurangi efek dari stress.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh
darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan
gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan
pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus dan gangren.
b) Gangguan integritas jaringan b/d adanya gangren pada ekstremitas
Tujuan : tercapainya proses penyembuhan luka
Karakteristik hasil :
- Berkurangnya oedema sekitar luka
- Pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi
- Bau busuk luka berkurang

Rencana Tindakan

1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.


Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan
akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar: membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel
pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi
luka danlarutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul,
sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur
pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur
pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui
perkembangan penyakit.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi
ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat
mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai Sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ifafan.wordpress.com/2010/05/27/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-diabetes-melitus/diakses tanggal 23 juni 2015.

http://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan
9175.html diakses tanggal 23 juni 2015.

https://www.scribd.com/doc/81241720/diabetes-militus-dengan-komplikasi-diabetic-
foot#download diakses tanggal 23 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai