Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


“ DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIK “

“Di Susun Umtuk Memenuhi Tugas PPN Keperawatan Medikal Bedah 1 di Ruang HC IGD
RSUP Fatmawati”

DISUSUN OLEH :
FUJA AMANDA, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KONSEP DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas
untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa)
secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat (Brunner & Suddart, 2013).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Ulkus
Diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes melitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi
memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah (Zaidah, 2005).

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Ada empat jenis klasifikasi diabetes melitus diantaranya yaitu :
1) Diabetes melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat adanya
penghancuran autoimun dari sel beta (penghasil insulin) dipulau Langerhans pada
organ pankreas (Bilous Rudy & Richard Donelly, 2015). Mekanisme autoimun pada
penderita diabetes tipe 1 dapat dipicu oleh infeksi maupun stimulus lingkungan lain
yang telah dipaparkan sebelumnya. Dimana sel beta akan mulai berkurang
jumlahnya dan menyebabkan sekresi insulin dapat menurun secara progresif. Pada
saat kebutuhan insulin dalam tubuh meningkat (infeksi dan masa pubertas), proses
destruksi yang terjadi secara terus-menerus berlanjut, mengakibatkan jumlah insulin
didalam tubuh semakin berkurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga
akan memunculkan gejala DM (Powers, CA dalam Hermayanti, 2017). Maka dari
itu diabetes melitus tipe 1 ini dikenal dengan istilah isnulin-dependent diabetes
melitus (IDDM) (Ganong, 2009).
2) Diabetes melitus tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus/ NIDDM)
Diabetes melitus tipe 2 atau dikenal dengan istilah non-insulin dependet
diabetes melitus (NIDDM) merupakan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
ketidakadekuatan sekresi insulin dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap
insulin. Biasanya pada penderita DM tipe 2 ini akan terjadi hiperinsulinemia, tetapi
insulin tidak dapat membawa glukosa tersebut masuk ke dalam jaringan tubuh
karena terjadi resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan keadaan dimana
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer serta untuk menghambat produksi glukosa oleh organ hati. Resistensi insulin
akan mengakibatkan terjadinya defisiensi relatif insulin (Ndraha S., 2014).

3) Diabetes tipe lain


Diabetes tipe lain merupakan diabetes yang disebabkan oleh faktor lain seperti
defek genetik dari fungsi sel beta, defek genetik dari kerja insulin, endokrinopati,
akibat obat atau zat kimia, infeksi, serta sindrom genetik lainnya yang berkaitan
dengan diabetes melitus (PERKENI, 2011).

4) Diabetes melitus gestasional


Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan suatu keadaan dimana
terganggunya toleransi karbohidrat (Toleransi Glukosa Terganggu/TGT, Glukosa
Darah Puasa Terganggu/GDPT), dan Diabetes Melitus (DM) yang terjadi atau
diketahui pada saat pertama kali kehamilan berlangsung (PERKENI, 2011).

C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2011), penyebab dari diabetes melitus adalah:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap nya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus
tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan
sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan
otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah,
produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler

2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.

3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran
darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene
yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
 Adanya hormone aterogenik
 Merokok
 Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
 Kaki dingin
 Nyeri nocturnal
 Tidak terabanya denyut nadi
 Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
 Kulit mengkilap
 Hilangnya rambut dari jari kaki
 Penebalan kuku
 Gangren kecil atau luas.

b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
D. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia saat berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala
klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi :
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi
insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti
nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut
sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah
area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
Dalam mendiagnosis diabetes melitus dapat dilakukan dengan beberapa metode
pemeriksaan (Sutanto T, 2013). Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
pemeriksaan diagnostik diabetes melitus, yaitu :
1) Tes Urine
Tes urine dilakukan dengan mengambil sampel urin sebagai bahan pemeriksaan
yangdigunakan untuk mengetahui kandungan dalam urine. Tes ini terdiri dari Uji
Benedict yang digunakan untuk menentukan adanya glikogen dalam urine dan
Uji Dipsctic untuk memastikan adanya kandungan gula dalam urine (Sutanto T,
2013).
2) Tes darah
Tes darah dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel darah sebanyak dua
kali, yakni melakukan pengambilan sampel darah setelah seseorang berpuasa
selama 8-12 jam (GDP). Selanjutnya pengambilan sampel darah kedua dapat
dilakukan 2 jam setelah makan (2-h Glucose). Setelah dilakukan pemeriksaan
darah, kadar gula darah akan dikelompokan menjadi, kadar normal, pradiabetes,
dan diabetes (Sutanto T, 2013).
Berikut nilai dan kriteria kadar gula darah normal, pradiabetes dan diabetes.

Tabel 2. 1 Nilai dan Kriteria Kadar Gula Darah Normal, Pradiabetes dan Daibetes
Metode Gula Pradiabetes Diabetes
Pengukuran Darah
Normal
Gula Darah <110 110-126 >126
Puasa (GDP) mg/dL mg/Dl mg/dL
Gula Darah <140 140-200 >200
2 Jam mg/dL mg/Dl mg/dL
Setelah
Makan (2-h
Glucose)
Sumber: Sutanto T, 2013
G. Penatalaksanaan

1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma pada DM
h) DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotik. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida
atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1
: 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi
mungkin diperlukan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226),
tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
(1) Diit DM I : 1100 kalori
(2) Diit DM II : 1300 kalori
(3) Diit DM III : 1500 kalori
(4) Diit DM IV : 1700 kalori
(5) Diit DM V : 1900 kalori
(6) Diit DM VI : 2100 kalori
(7) Diit DM VII : 2300 kalori
(8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = ------------------X 100 %
TB (cm) – 100
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.

Pendidikan kesehatan perawatan kaki


1. Hiegene kaki:
 Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan,
jangan digosok
 Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan
yang berlebih
 Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
 Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
 Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
 Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2. Alas kaki yang tepat
3. Mencegah trauma kaki
4. Berhenti merokok
5. Segera bertindak jika ada masalah
f. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan
luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses
penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin
diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan
karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar
gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol
gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi
weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit
dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari.
Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri,
sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan
bakteri masuk pada tempat luka.

H. Asuhan Keperawatn

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes melitus :
1. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah dengan faktor risiko kurang pengetahuan
tentang manajemen diabetes melitus
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi nutrien
K. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia
dengan faktor risiko kurang selama 2x24 jam diharapkan kadar gula 1. Memantau kadar glukosa darah
pengetahuan tentang manajemen darah pasien stabil dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
diabetes melitus - Dapat mengontrol kadar gula darah 3. Monitor TTV
- Dapat mengontrol stres 4. Mendorong asupan cairan oral
- Dapat memanajemen dan mencegah 5. Mengidentifikasi kemungkinan
penyakit semakin parah penyebab hiperglikemia
- Tingkatkan pemahaman untuk 6. 6.batasi latihan bila kadar glukosa
pencegahan komplikasi darah >250 mg/dl.
- Kepatuhan perilaku : diet sehat
2. Kerusakan integritas jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management
berhubungan dengan faktor mekanik: selama 2x24 jam diharapkan integritas kulit 1. Anjurkan klien untuk memakai
perubahan sirkulasi, imobilitas dan pasien baik dengan kriteria hasil : pakaian yang longgar
penurunan sensabilitas (neuropati) - Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
temperatur, hidrasi, pigmentasi) dan kering
- Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
- Perfusi jaringan baik 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Menunjukkan pemahaman dalam 6. Oleskan lotion pada daerah yang
proses perbaikan kulit dan tertekan
mencegah terjadinya cedera 7. Melakukan perawatan luka
berulang. 8. Monitor tanda gejala infeksi
- Mampu melindungi kulit.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management & Monitoring
kebutuhan tubuh berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi nutrisi pasienseimbang dengan kriteria hasil 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrien : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang dibutuhkan pasien.
nutrisi 3. Monitor adanya kenaikan/penurunan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi BB
- Tidak terjadi penurunan BB 4. Monitor adanya mual/muntah
5. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht.
6. Monitor kalori dan intake nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek Gloria, Butcher Howard,dkk (2016) Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
edition, Elsevier Singapore Pte Ltd

Brunner & Suddarth (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather (2015) Nanda International Inc. diagnosis keperawatan : definisi &
klasifikasi 2015 ed 10, Jakarta : EGC
Moorhead Sue, Marion Johnson, dkk (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th
edition, Elsevier Singapore Pte Ltd

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:


Penerbit PERKENI.

Ndraha S., (2014). Diabetes Melitus Tipe II dan Tatalaksana Terkini. Medicinus 9. 27: 3-5.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi
8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai