Di Ruang Seruni
Di Susun Oleh :
SRI WAHYUNINGSIH
Nim : P180747
SAMARINDA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
SRI WAHYUNINGSIH
Nim : P180747
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut
menyebabkan ulkus berbau,ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderit Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes(UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat
Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes,
(Andyagreeni, 2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001:1220), adalah sebagai
berikut :
Tipe I Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
b. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI (2006) adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes Association (ADA) , yang
membagi klasifikasi diabetes mellitus menjadi 4 kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1,
diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus
gestasional (Shahab, 2006).
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena terjadinya destruksi sel beta, umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolute seperti autoimun (melalui proses imunologik) dan
insulin disertai defesiensi insulin relative, sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin (Shahab, 2006).
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
1) Neuropati:
nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
4. Manifestasi klinis
c. Glukosuria
a. Kaki dingin
b. Nyeri nocturnal
c. Tidak terabanya denyut nadi
d. Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
e. Kulit mengkilap
f. Hilangnya rambut dari jari kaki
g. Penebalan kuku
h. Gangrene kecil atau luas
5. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah
a. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
b. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi ).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis
dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding
pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin
dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim
2009).
6. Komplikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
a. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis )
dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
7. Penatalaksanaan
a. Diet
2) Mencapai dan memepertahankan berat badan (BMI) yang sesuai. Penghitungan BMI =
BB (kg) / TB (m)
b. Olahraga
1) 5 – 10 menit pemanasan
2) 20 – 30 menit latihan aerobic (75 – 80& denyut jantung maksimal)
3) 15 – 20 menit pendinginan
5) Pada klien dengan gangrene kaki diabetic tidak dianjurkan untuk melakukan latihan fisik
terlalu berat
c. Pengobatan
1) Kering
a) Istirahat ditempat tidur
b) Control gula darah dengan diet, insulin atau obat anti diabetik
c) Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi
f) Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
3) Medika mentosa
a) Sulfunil urea
b) Biguanid
4) Insulin
d) DM dengan kehamilan
e) DM tipe 1
Penurunan
Diabetes Militus Defisiensi insulin hiperglikemi dehidrasi trombosis
Pemakaian glukosa
oleh sel
Gangguan perfusi
Gangren basah Gangren kering jaringan
Peningkatan kadar Potensial
glukosa dalam terjadinya
darah penyebaran Thrombosis/emboli
Thrombosis/emboli
infeksi
Penyumbatan arteri
(Mendadak) Penyumbatan arteri
glukoneogenesis
(perlahan)
Suplai O2 dan
hiperosmolaritas darah ekstremitas
Gangguan
integritas
Kalori keluar Iskemia jaringan
jaringan Infeksi
(layu,anemic,
Nekrosis jaringan warna hitam)
Rasa lapar
Medulla spinalis
Terdapat luka
Kurang informasi tentang Hypothalamus
proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan Perawatan luka tdk
efektif
Otak
Cemas
Berbau busuk, layu,
anemic, warna Ggg. Pola tidur Keterbatasan
hitam mobilitas fisik
Gangguan
gambaran diri
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
A. Pengkajian
Data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya
ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
5. Neurosensori
6. Nyeri / kenyamanan
7. Pernafasan
8. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
9. Penyuluhan / pembelajaran
B. Diagnosis keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari klien dengan diabetes mellitus disertai gangren pedis adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah
5. Risiko penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
6. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang kurang.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
2. Ganguan integritas Tujuan : Tercapainya 1. Kaji luas dan keadaan 1. Pengkajian yang tepat
jaringan proses penyembuhan luka serta proses terhadap luka dan
berhubungan luka. penyembuhan. proses penyembuhan
dengan adanya Kriteria hasil : 2. Rawat luka dengan akan membantu dalam
gangrene pada 1. Berkurangnya oedema baik dan benar : menentukan tindakan
ekstrimitas. sekitar luka. Membersihkan luka selanjutnya
2. Pus dan jaringan secara abseptik 2. Merawat luka dengan
berkurang menggunakan larutan teknik aseptik, dapat
3. Adanya jaringan yang tidak iritatif menjaga kontaminasi
granulasi. 3. Kolaborasi dengan luka dan larutan yang
4. Bau busuk luka dokter untuk iritatif akan merusak
berkurang. pemberian insulin, jaringan granulasi yang
pemeriksaan kultur timbul
pus pemeriksaan gula 3. insulin akan
darah pemberian anti menurunkan kadar gula
biotik. darah, pemeriksaan
kultur pus untuk
mengetahui jenis
pengobatan,
pemeriksaan kadar gula
darah untuk
mengetahui
perkembangan penyakit
3. Ganguan rasa Tujuan : rasa nyeri 1. Kaji tingkat, frekuensi, 1. Untuk mengetahui
nyaman ( nyeri ) hilang/berkurang dan reaksi nyeri yang berapa berat nyeri yang
berhubungan dialami pasien. dialami pasien.
Kriteria hasil :
dengan iskemik 2. Jelaskan pada pasien 2. pemahaman pasien
meningkatkan
vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.
6. Obat-obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeri
pasien
mobilitas fisik mencapai tingkat tingkat kekuatan otot derajat kekuatan otot-
berhubungan kemampuan aktivitas pada kaki pasien. otot kaki pasien
dengan rasa nyeri yang 2. Beri penjelasan tentang 2. Pasien mengerti
pada luka di kaki. pentingnya melakukan pentingnya aktivitas
optimal.
aktivitas untuk menjaga sehingga dapat
kadar gula darah dalam kooperatif dalam
Kriteria Hasil : keadaan normal. tindakan keperawatan.
5. Risiko penyebaran Tujuan : Tidak terjadi 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Pengkajian yang tepat
infeksi (sepsis) penyebaran infeksi penyebaran infeksi pada tentang tanda-tanda
mempercepat
penyembuhan sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5. Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula
proses penyembuhan
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book,
St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Lous
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).