PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. ELIS MAWARNI, S.Kep,M.Kep
NS. ELIS TRI SUNDARI, S.Kep
DISUSUN OLEH :
FERA AFRI SANTHI G1B223040
1. KONSEP DM GANGRENE
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
a). Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses
autoimun yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM
yang diturunkan (inherited).
b). Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor
lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk
menderita NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan
menganut gaya hidup yang salah.
c). Diabetes mellitus sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).
d). Diabetes mellitus gestasional (GDM)
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam
keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor
risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
2. Gangren Kaki Diabetik
Wagner membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,
yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
E. Patofisiologis
1. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –
1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
Pe↓ tingkat
Risiko tinggi cidera Ketoasidosis
kesadaran
Rangsang haus
Diuresis osmotik Polidipsi
Kelemahan
Ulserasi GANGREN
Gangguan Perfusi
Jaringan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah meningkat
Asam lemak bebas meningkat
Osmolalitas serum meningkat
Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
Ureum/kreatinin meningkat/normal
Urine : gula + aseton positip
Elektrolit : Na, K, fosfor
2. Ktiteria Pengendalian DM
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
1. Gangren Kaki Diabetik
2. Neurophaty
3. Retinophaty
4. Nephrophaty
5. Chronic Heart Disease
Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni:
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a. Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai. Penghitungan
BMI=BB (kg)/(TB (m))2
BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Diet
Perencanaan makan
• Pasien harus mendapat Terapi Gizi Medis (TGM) sesuai dengan kebutuhannya
• Komposisi makanan yang dianjurkan : Karbohidrat, Lemak, Protein, Natrium,
Serat, Pemanis Alternatif
4. Obat
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
b. Insulin, dengan indikasi:
- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD
Fokus Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
pada fungsi organ :
1. Aktifitas/Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
Ada riwayat hipertensi, IMA.
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
Kebas pada kaki.
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
Stress, tergantung orang lain.
Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
Poliuria, nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah.
BB menurun, haus.
Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Distensi abdomen.
6. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala.
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
Gangguan penglihatan.
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri
Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
Batuk, bernapas bau keton
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Demam, diaforesis
Menurunnya kekuatan/rentang gerak.
I. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1). Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2). Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3). Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4). Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5). Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
6). Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, nafas bau keton, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120mg/dl dan dua
jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
3. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
9. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
10. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
4 Hambatan Tujuan : 1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot 1. Untuk mengetahui derajat
kekuatan otot-otot kaki
mobilitas fisik Pasien dapat mencapai tingkat pada kaki pasien.
pasien.
berhubungan kemampuan aktivitas yang 2. Beri penjelasan tentang pentingnya 2. Pasien mengerti pentingnya
aktivitas sehingga dapat
dengan rasa nyeri optimal. melakukan aktivitas untuk menjaga kadar
kooperatif dalam tindakan
pada luka di kaki. Kriteria Hasil : gula darah dalam keadaan normal. keperawatan.
3. Untuk melatih otot – otot
1. Pergerakan paien bertambah 3. Anjurkan pasien untuk
kaki sehingg berfungsi
luas menggerakkan/mengangkat ekstrimitas dengan baik.
4. Analgesik dapat membantu
2. Pasien dapat melaksanakan bawah sesui kemampuan.
mengurangi rasa nyeri,
aktivitas sesuai dengan 4. Bantu pasien dalam memenuhi fisioterapi untuk melatih
pasien melakukan aktivitas
kemampuan (duduk, berdiri, kebutuhannya.
secara bertahap dan benar.
berjalan). 5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain :
3. Rasa nyeri berkurang. dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
4. Pasien dapat memenuhi fisioterapi.
kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai dengan
kemampuan.
5 Perubahan nutrisi Tujuan : 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 1. Untuk mengetahui tentang
keadaan dan kebutuhan
(kurang dari) Kebutuhan nutrisi dapat 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang
nutrisi pasien sehingga
kebutuhan tubuh terpenuhi e4r telah diprogramkan. dapat diberikan tindakan
dan pengaturan diet yang
berhubungan Kriteria hasil : 3.Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
adekuat.
dengan intake 1. Berat badan dan tinggi badan 4.Identifikasi perubahan pola makan. 2. Kepatuhan terhadap diet
dapat mencegah komplikasi
makanan yang ideal. Rasional : Mengetahui apakah pasien telah
terjadinya
kurang. 2. Pasien mematuhi dietnya. melaksanakan program diet yang ditetapkan. hipoglikemia/hiperglikemia
3. Mengetahui perkembangan
3. Kadar gula darah dalam batas 5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
berat badan pasien ( berat
normal. pemberian insulin dan diet diabetik. badan merupakan salah
satu indikasi untuk
4.Tidak ada tanda-tanda
menentukan diet ).
hiperglikemia/hipoglikemia. 4. Mengetahui perkembangan
berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet ).
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun,pemberian diet
yang sesuai dapat
mempercepat penurunan
gula darah dan mencegah
komplikasi.
6 Potensial terjadinya Tujuan : 1.Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi 1. Pengkajian yang tepat
tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi Tidak terjadi penyebaran infeksi pada luka.
penyebaran infeksi dapat
(sepsis) (sepsis). 2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk membantu menentukan
tindakan selanjutnya.
berhubungan Kriteria Hasil : selalu menjaga kebersihan diri selama
2. Kebersihan diri yang baik
dengan 1.Tanda-tanda infeksi tidak ada. perawatan. merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi
diskontinuitas 2. Tanda-tanda vital dalam batas 3.Lakukan perawatan luka secara aseptik.
kuman.
jaringan. normal ( S : 36 – 37,5 0C ) 4.Anjurkan pada pasien agar menaati diet, 3. untuk mencegah
kontaminasi luka dan
3. Keadaan luka baik dan kadar latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
penyebaran infeksi.
gula darah normal. 5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian 4. Diet yang tepat, latihan fisik
yang cukup dapat
antibiotika dan insulin.
meningkatkan daya tahan
tubuh, pengobatan yang
tepat, mempercepat
penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
5. Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga
proses penyembuhan.
7 Cemas Tujuan : 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1. Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami
berhubungan rasa cemas berkurang/hilang. pasien.
pasien sehingga perawat
dengan kurangnya Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien untuk bisa memberikan intervensi
yang cepat dan tepat.
pengetahuan 1. Pasien dapat mengungkapkan rasa cemasnya.
2. Dapat meringankan beban
tentang mengidentifikasikan sebab 3. Gunakan komunikasi terapeutik. pikiran pasien.
3. Agar terbina rasa saling
penyakitnya. kecemasan. 4. Beri informasi yang akurat tentang proses
percaya antar perawat-
2. Emosi stabil, pasien tenang. penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan
3. Istirahat cukup. dalam tindakan keperawatan.
keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa 4. Informasi yang akurat
tentang penyakitnya dan
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
keikutsertaan pasien dalam
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran
dan seoptimal mungkin.
pasien.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk 5. Sikap positif dari
timkesehatan akan
mendampingi pasien secara bergantian.
membantu menurunkan
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kecemasan yang dirasakan
pasien.
nyaman.
6. Pasien akan merasa lebih
tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7. lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas
pasien
8 Gangguan citra diri Tujuan : Pasien dapat menerima 1.Kaji perasaan/persepsi pasien tentang 1. Mengetahui adanya rasa
negatif pasien terhadap
berhubungan perubahan bentuk salah satu perubahan gambaran diri berhubungan dengan
dirinya.
dengan perubahan anggota tubuhnya secar positif. keadaan anggota tubuhnya yang kurang 2. Memudahkan dalm
menggali permasalahan
bentuk salah satu Kriteria Hasil : - Pasien mau berfungsi secara normal.
pasien.
anggota tubuh berinteraksi dan beradaptasi 2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan 3. Rasional : Pasien akan
merasa dirinya di hargai.
dengan lingkungan. Tanpa rasa saling percaya dengan pasien.
4. dapat meningkatkan
malu dan rendah diri. 3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan kemampuan dalam
mengadakan hubungan
- Pasien yakin akan penerimaan pada pasien.
dengan orang lain dan
kemampuan yang dimiliki. 4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan menghilangkan perasaan
terisolasi.
dengan orang lain.
5. Untuk mendapatkan
5. Beri kesempatan kepada pasien untuk dukungan dalam proses
berkabung yang normal.
mengekspresikan perasaan kehilangan.
6. Untuk meningkatkan
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi perilaku yang adiktif dari
pasien.
dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.
9 Gangguan pola Tujuan : 1.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan 1. Lingkungan yang nyaman
dapat membantu
tidur berhubungan Gangguan pola tidur pasien akan tenang.
meningkatkan
dengan rasa nyeri teratasi. 2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah. tidur/istirahat.
2. mengetahui perubahan dari
pada luka di kaki. Kriteria hasil : 3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola
hal-hal yang merupakan
1. Pasien mudah tidur dalam tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan kebiasaan pasien ketika
waktu 30 – 40 menit. dan suasana ramai. tidur akan mempengaruhi
pola tidur pasien.
2. Pasien tenang dan wajah 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan
3. Mengetahui faktor
segar. pengantar tidur dan teknik relaksasi . penyebab gangguan pola
tidur yang lain dialami dan
3. Pasien mengungkapkan dapat 5. Kaji tanda-tanda kurangnya
dirasakan pasien.
beristirahat dengan cukup. pemenuhan kebutuhan tidur pasien. 4. Pengantar tidur akan
memudahkan pasien dalam
jatuh dalam tidur, teknik
relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui
terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien
akibat gangguan pola tidur
sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
10 Kurangnya Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga 1. Untuk memberikan
informasi pada
pengetahuan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit DM dan gangren.
pasien/keluarga, perawat
tentang proses tentang penyakitnya. 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau
penyakit, diet, Kriteria Hasil : 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet,
pengetahuan yang diketahui
perawatan, dan 1. Pasien mengetahui tentang perawatan dan pengobatan pada pasien pasien/keluarga.
2. Agar perawat dapat
pengobatan proses penyakit, diet, dengan bahasa dan kata-kata yang mudah
memberikan penjelasan
berhubungan perawatan dan pengobatannya dimengerti. dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat
dengan kurangnya dan dapat menjelaskan kembali 4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan,
dimengerti pasien sesuai
informasi. bila ditanya. manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien tingkat pendidikan pasien.
3. Agar informasi dapat
2. Pasien dapat melakukan didalamnya.
diterima dengan mudah dan
perawatan diri sendiri 5. Gunakan gambar-gambar dalam tepat sehingga tidak
menimbulkan
berdasarkan pengetahuan yang memberikan penjelasan ( jika ada /
kesalahpahaman.
diperoleh. memungkinkan). 4. Dengan penjelasdan yang
ada dan ikut secra langsung
dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan
lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.
5. gambar-gambar dapat
membantu mengingat
penjelasan yang telah
diberikan.
5. IMPLEMENTASI
Secara umum istilah Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu upaya
mewujudkan dalam suatau sistem adalah implementasi.
6. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan proses
untuk menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. Macam-Macam Evaluasi
Keperawatan dalam asuhan keperawatan antara lain : Pertama Evaluasi proses (formatif)
yaitu Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, Berorientasi pada etiologi,
Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai dan Kedua
Evaluasi hasil (sumatif) yaitu Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna, Berorientasi pada masalah keperawatan, Menjelaskan
keberhasilan/ketidakberhasilan, Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan.