Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DM GANGRENE


DI RUANG BEDAH RSUD RADEN MATTAHER

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK :


NURHUSNA, S.Kep,. Ners., M.Kep
Ns. ANDIKA SULISTIAWAN, S.Kep., M.Kep.

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. ELIS MAWARNI, S.Kep,M.Kep
NS. ELIS TRI SUNDARI, S.Kep

DISUSUN OLEH :
FERA AFRI SANTHI G1B223040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DM GANGRENE
DI RUANG BEDAH RSUD RADEN MATTAHER

1. KONSEP DM GANGRENE
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).

B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
a). Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses
autoimun yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM
yang diturunkan (inherited).
b). Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor
lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk
menderita NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan
menganut gaya hidup yang salah.
c). Diabetes mellitus sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).
d). Diabetes mellitus gestasional (GDM)
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam
keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor
risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
2. Gangren Kaki Diabetik
Wagner membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,
yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki


menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada
gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat,
kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah
kaki teraba baik.
C. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin
yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

FAKTOR –FAKTOR YANG BERPENGARUH


Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik
dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
D. Manifestasi klinis
Penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang
timbul adalah berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal pada tungkai
dan nyeri pada waktu istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka apabila
penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan. Luka
tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku
kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar
sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga
bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar
dengan cepat (Sutjahyo, 1998). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh,
bahkan bertambah luas baru penderita menyadari dan mencari pengobatan.
Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas, rasa
nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak
serta adanya bau yang makin tajam.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa :
ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki
menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin,1993).

E. Patofisiologis
1. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –
1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport
glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran
basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya
neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan
pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang
lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Kelainan sel B
Pe↓ ambilan glukosa
pankreas
Gangguan sistem
imunitas (auto-imun)
Kelainan insulin
(penurunan res-pon Pe↑ metabolisme Pe↑ asam amino dan
Defisiensi insulin HIPERGLIKEMI (DM)
insulin) protein glukoheogenesis
Faktor ling-kungan
(infeksi, diet tinggi
KH, obesitas dan
kehamilan) Pe↓ berat badan Pe↑ lipolisis Pe↑ gliserol

Gangguan Terbentuk benda Pe↑ katabolisme


pemenuhan nutrisi keton gliserol

Pe↓ tingkat
Risiko tinggi cidera Ketoasidosis
kesadaran

Kehilangan kalori Glukosuria Pe↓ resbsorbsi Tubulus renal


gukosa

Rangsang haus
Diuresis osmotik Polidipsi
Kelemahan

Cairan keluar >> Gangguan


Poliuri
keseimbangan cairan
Gangguan Kehilangan Na,
dan elektrolit
pemenuhan ADL Cl, K, P

Rangsang lapar Polifagi


Risti gangguan Nefropati Pe↑ viskositas darah
eliminasi urine

Retinopati Risti gangguan Katarak


Sensori persepsi
Diare
Penumpukan
glukosa sel &
Intestinal Pe↓ peristaltic intestin Pe↓ absorbsi cairan Feses cair jaringan

Gangguan sensorik Neuropati Glikosilasi Protein Glukosa


reduktase

Sensasi nyeri pada Gangguan motorik Angiopati Gangguan aliran


Sorbitol
kaki me↓ darah ke kaki

Pe↓ nutrisi dan O2 sel Kerusakan & perubahan


Trauma tidak terasa Atrofi otot kaki Luka sulit sembuh
& jaringan fungsi sel & jaringan

Ulkus Perubahan titik Infeksi


Kematian jaringan
tumpu

Ulserasi GANGREN

Risiko Tinggi Kerusakan


Penyebaran Infeksi Neurovaskuler

Gangguan Perfusi
Jaringan
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Diagnostik
 Glukosa darah meningkat
 Asam lemak bebas meningkat
 Osmolalitas serum meningkat
 Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
 Ureum/kreatinin meningkat/normal
 Urine : gula + aseton positip
 Elektrolit : Na, K, fosfor

2. Ktiteria Pengendalian DM

Baik Sedang Buruk


GD Puasa (mg/dL) 80-109 110-139 ≥140
GD 2 jam PP (mg/dL) 110-159 160-199 ≥200
Koleseterol Total (mg/dL) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL (mg/dL) non PJK <130 130-159 >160
Dengan PJK <100 100-129 >130
Kolesterol HDL (mg/dL) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK <200 200-149 >250
Dengan PJK <150 150-199 >200
>25/
BMI: Wanita 18,5-22,9 23-25
<18,5
Pria 20-24,9 25-27
>27/<20
140-160/
Tekanan Darah (mmHg) <140/90 >160/95
90-95

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
1. Gangren Kaki Diabetik
2. Neurophaty
3. Retinophaty
4. Nephrophaty
5. Chronic Heart Disease
Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni:
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. Kematian

H. Penatalaksanaan
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a. Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai. Penghitungan
BMI=BB (kg)/(TB (m))2
BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Diet
Perencanaan makan
• Pasien harus mendapat Terapi Gizi Medis (TGM) sesuai dengan kebutuhannya
• Komposisi makanan yang dianjurkan : Karbohidrat, Lemak, Protein, Natrium,
Serat, Pemanis Alternatif

Langkah yang dilalui dalam perencanaan makan adalah :


a. Pengkajian status gizi sebelum melakukan diet, termasuk pengkajian terhadap
aspek budaya dan keuangan yang dapat berpengaruh pada pola makan
b. Penentuan tujuan yang akan di capai. Dilakukan bersama dengan ahli gizi
c. Intervensi gizi, dilakukan dengan menghitung kebutuhan kalori. Faktor yang
menentukan : Jenis Kelamin, Umur, Aktifitas Fisik, Berat Badan
d. Evaluasi untuk menilai hasil intervensi
Menentukan kebutuhan kalori : besaran 25 – 30 kalori/kg BB Ideal
• Rumus Brocca :

- BB normal : BB Ideal + 10%


- Kurus : < BBI – 10%
- Gemuk : > BBI + 10%
Atau

IMT = BB (kg) / (TB (m2)

- BB normal : 18.5 – 22.9


- kurang : < 18.5
- lebih : > 23.0

Langkah – langkah perhitungan sederhana kebutuhan kalori seorang diabetisi :


1. Hitung berat badan idaman dengan rumus = (tinggi badan dalam cm – 100) x 90% x 1
kg. Kecuali jika tinggi badan dibawah 160 cm pada pria dan dibawah 150 cm pada
wanita, tidak dikali 90% lagi
2. Kebutuhan kalori basal = 25 kkal/kgBB idaman (wanita) atau 30 kkal/kgBB idaman
(pria)
3. Umur 60 – 69 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 10%. Diatas 70 tahun dikurangi 20%
4. Bila dalam keadaan istirahat, kebutuhan kalori ditambah 10%. Bila aktifitas ringan,
ditambah 20%, aktifitas sedang ditambah 30%, aktifitas berat ditambah 40%
5. Pada kehamilan triwulan pertama tambahkan 150 kkal/hari. Kehamilan lebih lanjut
ditambahkan 350 kkal/hari. Pada waktu laktasi ditambahkan 550 kkal/hari
6. Adanya komplikasi seperti infeksi, trauma, operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
tubuh ditambahkan 13% kalori setiap kenaikan 1oC
7. Untuk yang kegemukan dikurangi dan sebaiknya yang kurus ditambahkan 20 –
30%kalori
2. Oalahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
- 5 – 10’ pemanasan
- 20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
- 15 – 20’ pendinginan
Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut
- Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL
- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan
camilan dahulu
- Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan
kondisinya
- Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
- Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan
latihan fisik yang terlalu berat

3. Pengobatan untuk gangren


- Kering
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan
indikasi yang sangat jelas
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti
platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
- Basah
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Debridement
o Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
o Beri “topical antibiotic”
o Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
o Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti
platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
- Pembedahan
o Amputasi segera
o Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil
adalah amputasi atau skin/arterial graft

4. Obat
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
b. Insulin, dengan indikasi:
- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)


Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dibagi menjadi 4 :
- Pemicu sekresi Insulin, yaitu golongan Sulfonilurea. Bekerja untuk
merangsang sel beta pancreas untuk memproduksi insulin. Namun, hati-hati
dengan efek sampingnya yaitu hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah,
kurang dari 60 mg/dl)
- Penambah sensitifitas insulin
- Penghambat glukoneogenesis
- Penghambat absorpsi glukosa

b. Insulin, dengan indikasi:


- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis
laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi
sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD
Insulin umumnya diberikan melalui injeksi dibawah kulit (subkutan) meskipun
dapat juga diberikan kedalam otot (intramuscular), intra vena dan inhalasi.
Penyuntikan Insulin hendaknya tidak dilakukan hanya pada satu area tubuh karena
dapat menyebabkan atrofi (mengecilnya) otot tubuh daerah penyuntikan. Namun,
penyuntikan di lakukan secara bergantian pada bagian tubuh yang lain seperti yang
tertera pada gambar.
A. ASUHAN KEPERAWATAN

Fokus Pengkajian

Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
pada fungsi organ :

1. Aktifitas/Istirahat
 Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
 Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
 Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
 Ada riwayat hipertensi, IMA.
 Kebas & kesemutan pada extrimitas.
 Kebas pada kaki.
 Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
 Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
 Stress, tergantung orang lain.
 Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
 Poliuria, nokturia
 Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
 Nyeri tekan abdomen
 Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
 Hilang nafsu makan, mual/muntah.
 BB menurun, haus.
 Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
 Distensi abdomen.
6. Neurosensori
 Pusing/pening, sakit kepala.
 Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
 Gangguan penglihatan.
 Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7. Nyeri/kenyamanan
 Abdomen tegang/nyeri
 Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
 Batuk, bernapas bau keton
9. Keamanan
 Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
 Demam, diaforesis
 Menurunnya kekuatan/rentang gerak.

I. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

b. Anamnese
1). Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2). Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3). Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4). Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5). Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
6). Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, nafas bau keton, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120mg/dl dan dua
jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.

3. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
9. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
10. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan perfusi mempertahankan sirkulasi 1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi 1. dengan mobilisasi
meningkatkan sirkulasi darah.
berhubungan perifer tetap normal. 2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat
2. meningkatkan melancarkan
dengan Dengan kriteria hasil : meningkatkan aliran darah : aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
melemahnya/menur 1.Denyut nadi perifer teraba kuat Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari
3. kolestrol tinggi dapat
unnya aliran darah dan regular jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat
ke daerah gangren 2.Warna kulit sekitar luka tidak hindari penyilangkan kaki, hindari balutan
menyebabkan terjadinya
akibat adanya pucat/sianosi ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang vasokontriksi pembuluh darah,
relaksasi untuk mengurangi
obstruksi pembuluh 3.Kulit sekitar luka teraba hangat lutut dan sebagainya.
efek dari stres.
darah. 4.Oedema tidak terjadi dan luka 3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor 4. pemberian vasodilator akan
meningkatkan dilatasi
tidak bertambah parah. resiko berupa :
pembuluh darah sehingga
5.Sensorik dan motorik membaik Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, perfusi jaringan dapat
diperbaiki, sedangkan
menghentikan kebiasaan merokok, dan
pemeriksaan gula darah secara
penggunaan obat vasokontriksi. rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam
pasien, HBO untuk
pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
2 Ganguan integritas Tercapainya proses 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses 1. Pengkajian yang tepat
jaringan penyembuhan luka. penyembuhan. terhadap luka dan proses
penyembuhan akan
berhubungan Kriteria hasil : 2. Rawat luka dengan baik dan benar :
membantu dalam
dengan adanya 1. Berkurangnya oedema sekitar membersihkan luka secara abseptik menentukan tindakan
selanjutnya.
gangren pada luka menggunakan larutan yang tidak iritatif,
2. merawat luka dengan teknik
ekstrimitas. 2. Pus dan jaringan berkurang angkat sisa balutan yang menempel pada aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan
3. Adanya jaringan granulasi. luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
yang iritatif akan merusak
4. Bau busuk luka berkurang. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian jaringan granulasi tyang
timbul, sisa balutan jaringan
insulin, pemeriksaan kultur pus
nekrosis dapat menghambat
pemeriksaan gula darah pemberian anti proses granulasi
3. insulin akan menurunkan
biotik.
kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan
anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darahuntuk
mengetahui perkembangan
penyakit.
3 Nyeri berhubungan Tujuan : 1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang 1. untuk mengetahui berapa
berat nyeri yang dialami
dengan iskemik rasa nyeri hilang/berkurang dialami pasien.
pasien.
jaringan. Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab 2. pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi
1. Penderita secara verbal timbulnya nyeri.
akan mengurangi ketegangan
mengatakan nyeri 3. Ciptakan lingkungan yang tenang. pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
berkurang/hilang . 4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
bekerjasama dalam
2. Penderita dapat melakukan 5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai melakukan tindakan.
metode atau tindakan untuk keinginan pasien. 3. Rangasanga yang berlebihan
dari lingkungan akan
mengatasi atau mengurangi 6. Lakukan massage dan kompres luka dengan
memperberat rasa nyeri.
nyeri . BWC saat rawat luka. 4. Teknik distraksi dan relaksasi
dapat mengurangi rasa nyeri
3. Pergerakan penderita 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
yang dirasakan pasien.
bertambah luas. analgesik. 5. Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
4. Tidak ada keringat dingin,
kesempatan pada otot untuk
tanda vital dalam batas normal. relaksasi seoptimal mungkin.
6. massage dapat meningkatkan
( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80
vaskulerisasi dan
x /menit, T : 100 – 130 mmHg, pengeluaran pus sedangkan
BWC sebagai desinfektan
RR : 18 – 20 x /menit ).
yang dapat memberikan rasa
nyaman.
7. Obat –obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
pasien.

4 Hambatan Tujuan : 1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot 1. Untuk mengetahui derajat
kekuatan otot-otot kaki
mobilitas fisik Pasien dapat mencapai tingkat pada kaki pasien.
pasien.
berhubungan kemampuan aktivitas yang 2. Beri penjelasan tentang pentingnya 2. Pasien mengerti pentingnya
aktivitas sehingga dapat
dengan rasa nyeri optimal. melakukan aktivitas untuk menjaga kadar
kooperatif dalam tindakan
pada luka di kaki. Kriteria Hasil : gula darah dalam keadaan normal. keperawatan.
3. Untuk melatih otot – otot
1. Pergerakan paien bertambah 3. Anjurkan pasien untuk
kaki sehingg berfungsi
luas menggerakkan/mengangkat ekstrimitas dengan baik.
4. Analgesik dapat membantu
2. Pasien dapat melaksanakan bawah sesui kemampuan.
mengurangi rasa nyeri,
aktivitas sesuai dengan 4. Bantu pasien dalam memenuhi fisioterapi untuk melatih
pasien melakukan aktivitas
kemampuan (duduk, berdiri, kebutuhannya.
secara bertahap dan benar.
berjalan). 5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain :
3. Rasa nyeri berkurang. dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
4. Pasien dapat memenuhi fisioterapi.
kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai dengan
kemampuan.
5 Perubahan nutrisi Tujuan : 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 1. Untuk mengetahui tentang
keadaan dan kebutuhan
(kurang dari) Kebutuhan nutrisi dapat 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang
nutrisi pasien sehingga
kebutuhan tubuh terpenuhi e4r telah diprogramkan. dapat diberikan tindakan
dan pengaturan diet yang
berhubungan Kriteria hasil : 3.Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
adekuat.
dengan intake 1. Berat badan dan tinggi badan 4.Identifikasi perubahan pola makan. 2. Kepatuhan terhadap diet
dapat mencegah komplikasi
makanan yang ideal. Rasional : Mengetahui apakah pasien telah
terjadinya
kurang. 2. Pasien mematuhi dietnya. melaksanakan program diet yang ditetapkan. hipoglikemia/hiperglikemia
3. Mengetahui perkembangan
3. Kadar gula darah dalam batas 5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
berat badan pasien ( berat
normal. pemberian insulin dan diet diabetik. badan merupakan salah
satu indikasi untuk
4.Tidak ada tanda-tanda
menentukan diet ).
hiperglikemia/hipoglikemia. 4. Mengetahui perkembangan
berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet ).
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun,pemberian diet
yang sesuai dapat
mempercepat penurunan
gula darah dan mencegah
komplikasi.
6 Potensial terjadinya Tujuan : 1.Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi 1. Pengkajian yang tepat
tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi Tidak terjadi penyebaran infeksi pada luka.
penyebaran infeksi dapat
(sepsis) (sepsis). 2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk membantu menentukan
tindakan selanjutnya.
berhubungan Kriteria Hasil : selalu menjaga kebersihan diri selama
2. Kebersihan diri yang baik
dengan 1.Tanda-tanda infeksi tidak ada. perawatan. merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi
diskontinuitas 2. Tanda-tanda vital dalam batas 3.Lakukan perawatan luka secara aseptik.
kuman.
jaringan. normal ( S : 36 – 37,5 0C ) 4.Anjurkan pada pasien agar menaati diet, 3. untuk mencegah
kontaminasi luka dan
3. Keadaan luka baik dan kadar latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
penyebaran infeksi.
gula darah normal. 5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian 4. Diet yang tepat, latihan fisik
yang cukup dapat
antibiotika dan insulin.
meningkatkan daya tahan
tubuh, pengobatan yang
tepat, mempercepat
penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
5. Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga
proses penyembuhan.
7 Cemas Tujuan : 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1. Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami
berhubungan rasa cemas berkurang/hilang. pasien.
pasien sehingga perawat
dengan kurangnya Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien untuk bisa memberikan intervensi
yang cepat dan tepat.
pengetahuan 1. Pasien dapat mengungkapkan rasa cemasnya.
2. Dapat meringankan beban
tentang mengidentifikasikan sebab 3. Gunakan komunikasi terapeutik. pikiran pasien.
3. Agar terbina rasa saling
penyakitnya. kecemasan. 4. Beri informasi yang akurat tentang proses
percaya antar perawat-
2. Emosi stabil, pasien tenang. penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan
3. Istirahat cukup. dalam tindakan keperawatan.
keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa 4. Informasi yang akurat
tentang penyakitnya dan
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
keikutsertaan pasien dalam
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran
dan seoptimal mungkin.
pasien.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk 5. Sikap positif dari
timkesehatan akan
mendampingi pasien secara bergantian.
membantu menurunkan
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kecemasan yang dirasakan
pasien.
nyaman.
6. Pasien akan merasa lebih
tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7. lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas
pasien
8 Gangguan citra diri Tujuan : Pasien dapat menerima 1.Kaji perasaan/persepsi pasien tentang 1. Mengetahui adanya rasa
negatif pasien terhadap
berhubungan perubahan bentuk salah satu perubahan gambaran diri berhubungan dengan
dirinya.
dengan perubahan anggota tubuhnya secar positif. keadaan anggota tubuhnya yang kurang 2. Memudahkan dalm
menggali permasalahan
bentuk salah satu Kriteria Hasil : - Pasien mau berfungsi secara normal.
pasien.
anggota tubuh berinteraksi dan beradaptasi 2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan 3. Rasional : Pasien akan
merasa dirinya di hargai.
dengan lingkungan. Tanpa rasa saling percaya dengan pasien.
4. dapat meningkatkan
malu dan rendah diri. 3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan kemampuan dalam
mengadakan hubungan
- Pasien yakin akan penerimaan pada pasien.
dengan orang lain dan
kemampuan yang dimiliki. 4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan menghilangkan perasaan
terisolasi.
dengan orang lain.
5. Untuk mendapatkan
5. Beri kesempatan kepada pasien untuk dukungan dalam proses
berkabung yang normal.
mengekspresikan perasaan kehilangan.
6. Untuk meningkatkan
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi perilaku yang adiktif dari
pasien.
dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.

9 Gangguan pola Tujuan : 1.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan 1. Lingkungan yang nyaman
dapat membantu
tidur berhubungan Gangguan pola tidur pasien akan tenang.
meningkatkan
dengan rasa nyeri teratasi. 2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah. tidur/istirahat.
2. mengetahui perubahan dari
pada luka di kaki. Kriteria hasil : 3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola
hal-hal yang merupakan
1. Pasien mudah tidur dalam tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan kebiasaan pasien ketika
waktu 30 – 40 menit. dan suasana ramai. tidur akan mempengaruhi
pola tidur pasien.
2. Pasien tenang dan wajah 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan
3. Mengetahui faktor
segar. pengantar tidur dan teknik relaksasi . penyebab gangguan pola
tidur yang lain dialami dan
3. Pasien mengungkapkan dapat 5. Kaji tanda-tanda kurangnya
dirasakan pasien.
beristirahat dengan cukup. pemenuhan kebutuhan tidur pasien. 4. Pengantar tidur akan
memudahkan pasien dalam
jatuh dalam tidur, teknik
relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui
terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien
akibat gangguan pola tidur
sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
10 Kurangnya Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga 1. Untuk memberikan
informasi pada
pengetahuan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit DM dan gangren.
pasien/keluarga, perawat
tentang proses tentang penyakitnya. 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau
penyakit, diet, Kriteria Hasil : 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet,
pengetahuan yang diketahui
perawatan, dan 1. Pasien mengetahui tentang perawatan dan pengobatan pada pasien pasien/keluarga.
2. Agar perawat dapat
pengobatan proses penyakit, diet, dengan bahasa dan kata-kata yang mudah
memberikan penjelasan
berhubungan perawatan dan pengobatannya dimengerti. dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat
dengan kurangnya dan dapat menjelaskan kembali 4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan,
dimengerti pasien sesuai
informasi. bila ditanya. manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien tingkat pendidikan pasien.
3. Agar informasi dapat
2. Pasien dapat melakukan didalamnya.
diterima dengan mudah dan
perawatan diri sendiri 5. Gunakan gambar-gambar dalam tepat sehingga tidak
menimbulkan
berdasarkan pengetahuan yang memberikan penjelasan ( jika ada /
kesalahpahaman.
diperoleh. memungkinkan). 4. Dengan penjelasdan yang
ada dan ikut secra langsung
dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan
lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.
5. gambar-gambar dapat
membantu mengingat
penjelasan yang telah
diberikan.
5. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien.

Secara umum istilah Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu upaya
mewujudkan dalam suatau sistem adalah implementasi.

6. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan proses
untuk menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. Macam-Macam Evaluasi
Keperawatan dalam asuhan keperawatan antara lain : Pertama Evaluasi proses (formatif)
yaitu Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, Berorientasi pada etiologi,
Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai dan Kedua
Evaluasi hasil (sumatif) yaitu Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna, Berorientasi pada masalah keperawatan, Menjelaskan
keberhasilan/ketidakberhasilan, Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui


sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan.
Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :

1. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif


adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi
tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang
telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri
atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara,
observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit
tanpa pusing.
2. Evaluasi Sumatif (hasil) Evaluasi Sumatif
adalah Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Focus evaluasi hasil
(sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah : Tujuan
tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika
klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah
ditetapkan. Dan Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah
baru.Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan. S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan
yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. O (Objective) : adalah
informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelahtindakan dilakukan. A (Analisis) : adalah
membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebahagian, atau tidak teratasi. P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan
yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa
Daftar Pustaka

Marilyn E.2019. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2018. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa Yasmin
Asih. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. 2020. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol 1 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC.
Price, Anderson Sylvia. 2017. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC
Ikram, Ainal. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga. Jakarta : FKUI.
Arjatmo Tjokronegoro. 2020. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai